Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HEMATOLOGI

Bleeding Time (BT) dan Clotting Time (CT)

Nama : Bayu Prakasa


Nim : AK816014
Kelas : 4A
Dosen Pengampu :
Dian Nurmansyah., S.ST. M.Biomed

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji dan sukur kehdirat Allah SWT , yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyesaikan makalah Hematologi II tentang Bleeding Time (BT) dan Clotting
Time (CT).

Makalah ilmiah ini telah di susun secara maksimal atas bantuan dari
berbagai pihak sehingga laporan makalah ini bisa selesai dengan lancar. Untuk itu,
banyak berterimakasih kepada semua pihak.

Saya berharap, makalah ilmiah tentang Bleeding Time (BT) dan Clotting
Time (CT) ini memberikan manfaat dan inpirasi bagi pembaca.

I
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN ...............................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Bleeding Time.........................................................................3
2.2 Pengertian Clotting Time...........................................................................3
2.3 Metode Pemeriksaan Bleeding Time.....................................................4
2.4 Metode Pemeriksaan Clotting Time............................................. 5
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pembekuan Darah.............7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulam................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Dalam darah terkandung
hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Darah merupakan
salah satu cairan yang sangat penting yang juga sebagai cairan terbesar
dalam tubuh. Darah yang diedarkan melalui pembuluh darah, yang
banyaknya pada orang dewasa kurang lebih 5 liter ini, dapat mengalir karena
kinerja pompa jantung. Darah dialirkan keseluruh tubuh karena fungsinya
yang khusus yaitu sebagai system transportasi. Darahlah yang berjasa
membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain fungsi
utamanya sebagai pembawa dan pengedar oksigen dan nutrisi bagi tubuh,
darah juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh dengan menjaga Ph tetap seimbang dan sebagai bagian dari system
perlindungan tubuh karena di dalam darah juga terdapat leukosit atau sel
darah putih yang berperan dalam system imun tubuh (Bakta, 2007).

Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang
merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit
dan protein darah, sedangkankan butir darah terdiri atas eritrosit, leukosit
dan trombosit. Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu :

a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan


disamping itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi
dalam pembekuan darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari
darah yang mempunyai atau terdiri dari air (91-92%), protein 8-9%,
substansi lain selain protein seperti garam amonium urea, asam urat

1
kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin. Darah beredar
dalam pembuluh darah arteri,vena,dan kapiler.

b. Sel darah, adalah merupakan 45% volume darah. Sel darah terdiri atas sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah
(trombosit) (Pearce, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bleeding time ?
2. Apa yang dimaksud dengan clotting time ?

3. Apa saja metode yang digunakan untuk pemeriksaan Bleeding Time (BT)
dan berapa nilai normalnya ?

4. Apa saja metode yang digunakan untuk pemeriksaan Clotting time (CT)
dan berapa nilai normalnya ?
5. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pembekuan darah

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bleeding time
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan clotting time ?

3. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk pemeriksaan Bleeding


Time (BT) dan beserta nilai normalnya ?

4. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk pemeriksaan Clotting


time (CT) dan beserta nilai normalnya ?
5. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pembekuan darah

1.4 Manfaat

Mengetahui pengertian, metode yang digunakan serta nilai normal pada


Bleeding Time (BT) dan Clotting Time (CT) serta dapat mengetahui faktor –
faktor yang mempengaruhi pembekuan darah.

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Bleeding Time (BT)

Bleeding time adalah proses terjadinya perdarahan berkepanjangan


setelah trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada
defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan
3 3
trombositopenia ( <100.000/mm ada yang mengatakan < 75.000 mm ),
penyakit Von Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan
setelah minum obat aspirin (Tjokronegoro, 1992).

Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu
tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi
luka , terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah
perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus
secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak merusak trombosit.
Setelah trombosit menumpuk pada luka , perdarahan berkurang dan tetesan
darah makin lama makin kecil (Tjokronegoro, 1992).

2.2 Pengertian Clotting Time (CT)


Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau
waktu yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan
dinding pembuluh darah untuk membentuk pembekuan darah. Trombin waktu
membandingkan tingkat pasien pembentukan gumpalan dengan sampel dari
normal plasma dikumpulkan. Trombin yang ditambahkan pada sampel
plasma. Jika plasma tidak segera membeku, itu berarti kekurangan (fibrinogen
kuantitatif) atau cacat kualitatif (fibrinogen disfungsional). Reptilase memiliki
tindakan yang mirip dengan trombin tetapi tidak seperti trombin tidak
dihambat oleh heparin. Trombin waktu dapat diperpanjang

3
oleh: heparin, produk degradasi fibrin, antikoagulan lupus (Pramudianti,
2011)
Dalam bidang tes koagulasi, Clotting time adalah salah satu yang paling
prosedural sederhana. Setelah membebaskan plasma dari seluruh darah
dengan sentrifugasi, Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma. bekuan
ini terbentuk dan terdeteksi optikal atau mekanis dengan alat koagulasi.
Waktu antara penambahan trombin dan pembentukan gumpalan dicatat
sebagai Clotting time (Pramudianti, 2011).

2.3 Metode Pemeriksaan Bleeding Time (BT)


A. Metode Ivy

Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode
Ivy, tekanan darah manset ditempatkan di lengan atas dan meningkat
sampai 40 mmHg. Sebuah pisau bedah atau pisau bedah yang
digunakan untuk melakukan tusukan luka di bagian lengan bawah.
Perangkat, pisau otomatis pegas paling umum digunakan untuk
membuat potongan berukuran standar. Kawasan ditikam dipilih
sehingga tidak ada vena superfisialis. Ini pembuluh darah, karena
ukuran mereka, mungkin kali pendarahan lagi, terutama pada orang
dengan pendarahan cacat. Waktu dari ketika luka menusuk dibuat
sampai pendarahan semua telah berhenti diukur dan disebut waktu
perdarahan (Bleeding Time). Setiap 30 detik, handuk kertas digunakan
untuk membersihkan dari darah. Tes ini selesai ketika pendarahan telah
berhenti sepenuhnya. Nilai Normal untuk metode ini adalah 1 – 6
menit (Hoffbrand, 2013).
B. Metode Duke

Untuk metode Duke, dibuat di kuping telinga atau ujung jari yang
ditusuk untuk menyebabkan perdarahan. Seperti dalam metode Ivy, tes
ini waktunya dari awal pendarahan sampai pendarahan benar-

4
benar berhenti. Kerugian dengan metoda Duke adalah bahwa tekanan
pada vena darah di daerah menusuk tidak konstan dan hasil yang
dicapai kurang dapat diandalkan. Keuntungan dengan metode Duke
adalah bahwa bekas luka tidak tetap setelah ujian. Metode lain dapat
menyebabkan bekas luka, garis rambut kecil di mana luka tersebut
dibuat. Namun, ini adalah sebagian besar perhatian kosmetik. Daerah
yang akan ditusuk harus dibersihkan dengan alkohol. Alkohol harus
ditinggalkan dikulit cukup lama untuk membunuh bakteri pada tempat
luka. Alkohol harus dikeluarkan sebelum menusuk lengan karena
alkohol akan berdampak buruk hasil tes oleh pembekuan menghambat.
Nilai Normal untuk metode ini adalah 1- 3 (Hoffbrand, 2013).

2.4 Metode Pemeriksaan Clotting Time


A. Metode Duke

Pada metode ini menggunakan darah kapiler yang dimasukkan


kedalam tabung kapiler hingga terisi penuh. Setiap 30 detik sekali
dilakukan pematahan pada tabung kapiler per 1 cm. Petahan ini
dihentikan jika terjadi pembekuan darah dimana hal tersebut ditandai
dengan terbentuk nya benang fibrin pada pematan terakhir. Pada
metode ini Nilai normalnya adalah 6 menit (Sutedjo, 2006)
B. Metode Objek Glass

Cara ini sangat kasar dan hanya boleh dipakai dalam keadaan
darurat jika cara tabung atau cara dengan kapiler tidak dapat dilakukan.
Cara ini menggunakan darah yang diteteskan pada object glass yang
kering dan bersih sebanyak 2 tetesan besar berdiameter 5 mm secara
terpisah dan setiap 30 detik darah diangkat menggunakan lidi dan dicatat
waktu saat terlihat adanya benang fibrin, setelah itu dilakukan hal yang
sama pada tetesan yang kedua secara bersamaan. Kemudian

5
hentikan stopwatch setelah terlihat adanya benang fibrin pada tetesan
kedua. Waktu pembekuan adalah saat adanya benang fibrin dalam tetes
darah yang kedua terhitung mulai dari darah masuk ke semprit, nilai
normal untuk metode slide adalah 2-6 menit. Sumber kesalahan terjadi
pada pencampuran darah dengan tromboplastin jaringan yang meliputi
pungsi vena yang tidak berhasil baik, busa dalam semprit, object glass
yang basah dan kotor, serta pemakaian obat yang dapat mempengaruhi
hasil (Gandasoebrata, 2001).
C. Metode Tabung reaksi

Metode tabung menggunakan 4 tabung masing-masing terisi 1 ml


darah lengkap, kemudian tabung perlahan-lahan dimiringkan setiap 30
detik supaya darah bersentuhan dengan dinding tabung sekaligus melihat
sudah terjadinya gumpalan padat (Sacher dan McPherson, 2000). Masa
pembekuan darah itu ialah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua,
ketiga dan keempat. Masa pembekuan itu dilaporkan dengan dibulatkan
sampai setengah menit. Nilai normal untuk metode tabung (modifikasi
Lee dan White ) adalah 6 – 12 menit (Gandasoebrata, 2001).

Pemeriksaan waktu pembekuan saat ini jarang dilakukan, dan telah


digantikan dengan aPTT. Sensitivitas PT dan aPTT dengan adanya
defisiensi faktor pembekuan tergantung cara pemeriksaan dan derajat
pemanjangan, serta adanya defisiensi faktor pembekuan dapat berbeda
bermakna antar reagen. Sumber kesalahan pencampuran darah dengan
tromboplastin jaringan meliputi pungsi vena yang tidak berhasil baik,
busa dalam semprit atau 5 tabung, menggoyang-goyangkan tabung yang
tidak sedang diperiksa, semprit atau tabung kotor, serta pemakaian obat
yang mempengaruhi hasil. Semakin lebar tabung, semakin lama waktu
pembekuan (Pramudianti, 2011)

6
Penetapan masa pembekuan dengan menggunakan darah lengkap
sebenarnya satu tes yang kasar, membutuhkan waktu yang lama,
ketelitian yang buruk dan sensitif hanya pada defisiensi faktor
pembekuan yang berat, tapi diantara tes-tes yang mengggunakan darah
lengkap cara ini dianggap yang terbaik (Gandasoebrata, 2001).

2.5 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pembekuan Darah


Menurut (Pramudianti, 2011) faktor – faktor yang mempengaruhi
Pembekuan darah ada 13 faktor yaitu :
Faktor I

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma
dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini
menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau
hypofibrinogenemia.
Faktor II

Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan


diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen
trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor
menyebabkan hypoprothrombinemia.
Faktor III

Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber


yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan
Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang
mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor
jaringan.
Faktor IV

Kalsium : Sebuah faktor koagulasi yang diperlukan dalam fase pembekuan


darah.

7
Faktor V

Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan


panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di
intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,
mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator
globulin.
Faktor VI

Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V,


tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
Faktor VII

Proconvertin : sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan


panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan
oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu
faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal
resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K),
hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin
konversi faktor akselerator dan stabil.
Faktor VIII

Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil


dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam
konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor
X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut
juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
Faktor IX

Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan


yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah

8
aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor
Natal dan faktor antihemophilic B.
Faktor X

Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin
untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi
sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut
juga thrombokinase.
Faktor XI

Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat


dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor
IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
Faktor XII

Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak
dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari
koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.
Faktor XIII

Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin


monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut
dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.
Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.

9
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Bleeding time adalah proses terjadinya perdarahan berkepanjangan


setelah trauma superfisial yang terkontrol Sedangkan Clotting Time
adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau waktu yang
di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembekuan darah
yaitu dari faktor I – XIII.
2. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan Bleeding time ada 2 yaitu :
✓ Metode Duke : Nilai Normal 1 – 3 menit
✓ Metode Ivy : Nilai Normal 1 – 6 menit
3. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan Clotting time ada 3 yaitu :
✓ Metode Duke : Nilai Normal 6 menit
✓ Metode Objek glass : Nilai Normal 2 – 6 menit
✓ Metode Tabung Reaksi : Nilai Normal 6 – 12 menit

10
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made,Prof.,Dr. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

Gandosoebrata,R.2010.Penuntun Laboratorium Klinik edisi keenambelas. Jakarta:


Dian Rakyat
Hoffbrand,A.V.2013Kapita Selekta Hematologi edisi 6. Terjemahan oleh Brahm U,
Pendit, Liana Setiawan, Anggraini Iriani. Jakarta:EGC
Pearce, E.,2004. Anatomi dan Fisiologi Manusia Untuk Paramedis. Gramedia
pustaka utama.jakarta
Pramudianti, M.ID. 2011. Pemeriksaan Hemostasis dan Praanalitik. Makalah
disajikan dalam Workshop Hematologi PIT X PDS PATKLIN.
Pontianak, 22 September
Sacher, R.A., dan McPherson, R.A. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, edisi 11. Terjemahan oleh Brahm U. Pendit,
Dewi Wulandari. 2004. Jakarta : EGC.
Syaifuddin,2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku
kedokteran EGC. Jakarta .

11

Anda mungkin juga menyukai