Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biasanya zat murni telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat
membentuk campuran homogen (satu fase) atau campuran heterogen (lebih
dari satu fase) yang bergantung pada jenis komponen yang ada didalamnya
(Haidar, 2017).
Zat murni ada dua yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran
merupakan gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarangan. Zat
murni yang telah tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair,
atau padatan (Haidar, 2017).
Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni, melainkan dalam
bentuk campuran. Contohnya, air laut terdiri dari berbagai zat yang tercampur
didalamnya, misalnya garam. Tanah terdiri dari berbagai senyawa dan unsur,
baik dalam wujud padat, cair, atau gas. Udara yang kita hirup setiap hari
mengandung bermacam-macam unsur dan senyawa, seperti oksigen, nitrogen,
uap air, karbon monoksida, dan sebagainya (Haidar, 2017).
Untuk memperoleh zat murni perlu tindakan untuk memisahkannya dari
bahan-bahan pencemar atau pencampuran lainnya pada suatu campuran
dengan sistem pemisahan dan penyerapan (Haidar, 2017).
Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk memisahkan
suatu senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu
bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Proses
pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode
pemisahan yang dipilih bergantung pada fase komponen penyusun campuran
(Haidar, 2017).
Sedangkan absorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain.
Gaya tarik-menarik dari suatu padatan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu gaya
fisika dan gaya kimia yang masing-masing menghasilkan absorpsi fisika dan
kimia. Salah satu proses penyerapan yaitu absoprsi yang merupakan salah
satu peristiwa perpindahan massa yang besar peranannya dalam beberapa
tempat, misalnya industry. Prinsip dasar absorpsi adalah suatu proses
penyerapan, yaitu zat yang ingin diserap (absorbat) dapat larut dalam zat
penyerap (absorbent) (Putra, 2010).
Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami proses filtrasi dan absorpsi pada sampel air cucian beras agar
mendapatkan zat yang murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses dari
pemisahan dan penyerapan zat yang telah tercemar dan prosedur kerjanya
dalam hal pemisahan dan penyerapan zatnya.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa terampil dalam
melakukan pemisahan dan penyerapan zat yang telah tercemar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filtrasi
Filtrasi adalah proses dimana suatu campuran heterogen antara padatan
dan cairan dari suatu larutan yang dipisahkan oleh suatu filter medium,
dimana cairannya akan terus mengalir melewati medium porous, tetapi
padatannya tertahan. Selain itu, filtrasi juga merupakan sebuah metode
pemisahan fisik, yang digunakan untuk memisahkan antara cairan (larutan)
dan padatan. Cairan yang telah melalui proses filtrasi/penyaringan disebut
filtrat, sedangkan padatan yang tertumpuk di penyaring disebut residu. Dalam
filtrasi dikenal ada dua macam filter yaitu:
1. Filter medium primer
Pada filtrasi filter medium primer bukan merupakan filter yang
sesungguhnya. Filter medium primer dapat berupa kain saring atau kertas
saring. Adapun fungsi dari filter medium primer adalah sebagai penahan
zat padat pada permukaan filtrasi atau dapat juga sebagai pembuat filter
medium sekunder (Strife, 2016).
2. Filter medium sekunder
Filter medium sekunder merupakan filter medium yang sesungguhnya,
yaitu berupa cake yang dibentuk oleh partikel padat yang tertahan filter
medium primer. Makin lama operasi filtrasi, cake yang terbentuk makin
tebal, sehingga penekanan cake terhadap filtrat yang melewatinya akan
semakin besar. Untuk pencucian bahan terlarut yang terperangkap didalam
ampas filter (cake) dapat digunakan pelarut yang dapat tercampur dengan
filtrat itu. Sebagai bahan pencuci yang paling lazim digunakan adalah air
(Strife, 2016).
Medium filter pada setiap filtrasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Harus dapat menahan zat padat yang akan disaring dan menghasilkan
filtrat yang cukup bening.
b. Tidak mudah tersumbat.
c. Harus tahan baik secara kimia maupun fisika dalam kondisi proses.
d. Harus memungkinkan penumpukan ampas/cake secara total dan bersih.
e. Pengadaan alat dan proses tidak terlalu mahal.

2.1.1 Prinsip, tujuan, dan Manfaat Filtrasi


Prinsip dasar dari filtrasi ini sangat sederhana yaitu menyaring
molekul-molekul padatan yang tercampur dalam larutan, maka tingkat
kemurnian filtrat yang diperoleh dari filtrasi ini bergantung pada
kualitas serta ukuran pori dari filter (penyaring) yang digunakan. Untuk
metode filtrasi, dimana yang diinginkan ialah residu-nya (ampas)
biasanya diperlukan langkah pengeringan agar seluruh cairan yang
masih tersisa dalam padatan menguap (Strife, 2016).
Adapun tujuan dari filtrasi yaitu:
a) Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali
b) Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah
c) Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air
d) Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor
e) Membantu pemerintah untuk menggalakan air bersih.
Sedangkan manfaat dari filtrasi yakni:
a. Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja, misalnya :
sungai, rawa, telaga, sawah dan air kotor lainnya
b. Dapat mengilangkan bau tidak sedap pada air yang keruh
c. Dapat mengubah air yang keruh menjadi lebih bening
d. Menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi
kadarnya agar air dapat diminum.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Filtrasi


Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak
faktor–faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula
kualitas air hasil filtrasi, efisiensinya, dan sebagainya. Faktor–faktor
tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman media, ukuran dan material,
konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan, dan
temperatur.
a. Debit filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya
filter secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi
dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam
melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan
berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media
penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang
terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan
partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.
b. Konsentrasi kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari
filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan
menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan terjadi
clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa
besar konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen)
yang boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi,
harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya
dilakukan proses koagulasi-flokulasi dan sedimentasi.
c. Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan
difiltrasi, menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan
viskositas kinematis dari air akan mengalami perubahan. Selain itu
juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus
penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuan besar
partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi
daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi
terhadap efisiensi daya saring filter.
d. Kedalaman media, ukuran, dan material
Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam
perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan
lamanya pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal
biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi
membutuhkan waktu pengaliran yang lama. Lagi pula ditinjau daris
segi biaya, media yang terlalu tebal tidaklah menguntungkan dari
segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain memiliki
waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya
saring yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya
diameter butiran media filtrasi berpengaruh pada porositas, laju
filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu komposisisnya,
proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media.
Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan
menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori
sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan
menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori
yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan
menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya
lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan
menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging
(penyumbatan lubang pori oleh partikel halus yang tertahan)terlalu
cepat.
e. Tinggi muka air di atas media dan kehilangan tekanan
Keadaan Tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap
besarnya debit atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air
yang cukup tinggi diatas media akan meningkatkan daya tekan air
untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan
meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka
air diatas media akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi
clogging) terjadi pada saat filter kotor.
2.2 Absorpsi
Absorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Gaya
tarik-menarik dari suatu padatan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu gaya fisika
dan gaya kimia yang masing-masing menghasilkan absorpsi fisika dan
kimia.
Salah satu contohnya yakni karbon aktif yang merupakan absorben
(penyerap) berwarna hitam, berbentuk granula/butiran kecil, yang terbuat dari
arang tempurung kelapa,
Kegunaan Karbon aktif adalah untuk media pengolahan air kotor menjadi
bersih (penjernih air) dan membantu menyerap bau pada air sehingga kadar
bau pada air menjadi berkurang. Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang
yang telah melalui aktifasi dengan menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-
bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian daya
absorpsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan bau. Karbon aktif
bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon
tersebut.
Karbon Aktif digunakan untuk menjernihkan air, pemurnian gas, industri
minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lain. Selain
di bidang pengolahan air, karbon aktif dapat digunakan di berbagai industri
seperti pengolahan/tambang emas dengan berbagai ukuran mesh maupun
iondine number. Juga digunakan untuk dinding partisi, penyegar kulkas, vas
bunga, dan ornamen meja. Di balik legamnya, barang gosong itu ternyata
sangat kaya manfaat. Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat,
penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan polutan mikro misalnya zat
organik maupun anorganik, detergen, bau, senyawa phenol dan lain
sebagainya. Pada saringan arang aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses
penyerapan zat-zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif,
termasuk CaCO3 yang menyebabkan kesadahan. Apabila seluruh permukaan
arang aktif sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi menyerap maka
kualitas air yang disaring sudah tidak baik lagi, sehingga arang aktif harus
diganti dengan arang aktif yang baru. Karbon aktif adalah sejenis absorben
(penyerap) berwarna hitam, berbentuk granula/butiran kecil, yang terbuat dari
arang tempurung kelapa. Selain itu kegunaan dari karbon aktif adalah untuk
media pengolahan air kotor menjadi bersih (penjernih air) dan membantu
menyerap bau pada air sehingga kadar bau pada air menjadi berkurang.
Pada absorbsi ini terjadi kontak antara padatan cairan dalam suatu larutan,
komponen tertentu dalam padatan akan terserap atau larut kedalam cairan
penyerap (absorbent) sehingga padatan yang meninggalkan kontak sangat
sedikit atau tidak mengandung komponen tersebut. Komponen yang larut
(solute) dapat dibebaskan kembali dengan cara desorbsi.
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Adapun persyaratan untuk absorben yaitu:
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar
mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis
7. Murah Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air
(untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan
tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi
seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti
basa).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pada praktikum filtrasi dan absorpsi yang menggunakan sampel air cucian
beras, dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Desember 2018, bertempat di STIKES
BINA MANDIRI GORONTALO, khusunya di ruangan D2.
3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu galon air dan
wadah penampung (botol bekas).
3.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air cucian beras,
kain kasa steil, kerikil, ijuk, arang aktif, dan zeolit.
3.4 Prosedur Kerja

Sampel air cucian beras

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


Masukkan kain kasa kedalam gelon sebagai alasnya dan
masukkan kerikil setelahnya.
Letakkan lagi kain kasa dan kemudian letakkan ijuk
setelahnya.
Kemudian letakkan kain kasa diatasnya, setelah itu
masukkan arang aktif yang sudah dicuci.
Letakkan kembali kain kasa dan masukkan zeolit, lalu
ditempatkan kembali kain kasa setelah peletakkan zeolit.
Masukkan air bersih sebagai proses awal, agar medapatkan
hasil yang memuaskan.
Kemudian masukkan sampel air cucian beras kedalamnya,
serta buka kran gelon tersebut untuk melihat hasil
pemisahan dan penyerapannya.

Amati perubahan warna dari air cucian beras tersebut


DAFTAR PUSTAKA

Haidar, Dwi. Indah. 2017. Tugas Operasi Tekhnik Kimia “Filtrasi”. Online.
(https://www.scribd.com/document/355733321/Tugas-Otk-Makalah-
Filtrasi). Diakses pada tanggal 15 Desember 2018.
Putra, R. Ramadhia. 2010. Laporan Praktikum Absorpsi. Online.
(https://www.scribd.com/doc/95722425/Laporan-praktikum-absorpsi).
Diakses pada tanggal 15 Desember 2018.
Strife, Stefanus. 2016. Laporan Pemisahaan Larutan. Online.
(https://www.academia.edu/12038990/Laporan_Pemisahaan_larutan_prati
kum_kimia_fakultas_teknik_unmul). Diakses pada tanggal 15 Desember
2018.
LAMPIRAN

Sampel Cucian Beras Proses filtrasi dan adsorpsi

Hasil filtrasi dan adsorpsi

Hasil Praktikum Dari Kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai