Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini rumah sakit merupakan sarana yang tidak dapat dipisahkan lagi

dengan kebutuhan sosial manusia atau dengan kata lain rumah sakit akan selalu

melekat dengan masyarakat. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi,

seluruh rumah sakit berlomba-lomba untuk meningkatkan fasilitas dan sarana

prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat.

Pelayanan gizi rumah sakit diberikan berdasarkan status klinis, gizi, dan

metabolisme tubuh serta disesuaikan dengan kondisi pasien. Salah satu

pelayanan gizi rumah sakit adalah penyelengaraan makanan untuk pasien dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan mempercepat proses penyembuhan.

(Ayu Andani, 2017)

Administrasi rumah sakit merupakan sebuah bentuk pelayanan kesehatan

yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan,

memelihara dan mampu mengembangkan mutu dan pelayanan rumah sakit,

klinik puskesmas dan berbagai layanan kesehatan. Peran admnistrasi rumah sakit

dalam bidang gizi yaitu membantu proses perencanaan, pengorganisasian, dan

pengendalian di bidang gizi. administrasi rumah sakit disini harus mampu

berinteraksi dengan tenaga kesehatan lainnya ( bidang gizi ) dalam proses

menilai dan menetapkan tujuan dan sasaran dalam pengembangan mutu layanana

1
dirumah sakit atau bisa menjadi quality kontrol di gizi dimana data-data sisa

makanan pasien yang di dapat di ruangan pasien oleh ahli gizi bisa di laporkan

kepada administrasi untuk dijadikan evaluasi nantinya. Data-data pasien yang

mendapatkan diet masing-masing penyakit. Oleh sebab itu instalasi gizi perlu

melibatkan administrasi rumah sakit agar proses layananan di instalasi gizi bisa

berjalan dengan baik sehingga bisa dijadikan data-data untuk nantinya apabila

ada yang memerlukan data tersebut bisa jelas. (Dhian,2019)

Pengelolaan manajemen makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit yaitu di

mulai dari perencanaan anggaran, perencanaan menu, perhitungan kebutuhan

bahan makanan, pemesanan dan pembelian bahan makanan, penerimaan,

penyimpanan dan penyaluran bahan makanan, persiapan bahan makanan,

pengelolahan serta pendistribusian makanan. ( Jusniati, 2018)

Penilaian makanan merupakan salah satu penilaian pelayanan gizi, dan

sisa makanan pasien dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan

pelayanan gizi rumah sakit. Ketika pasien menghabiskan makanan yang

disediakan, penyembuhan penyakitnya meningkat dan durasi penyakitnya.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan adalah faktor

internal dan eksternal serta faktor lainnya. Faktor internal meliputi nafsu makan,

kebiasaan makan, kebosanan, dan adanya makanan tambahan dari luar. Faktor

eksternal adalah rasa makanan, dan mengingat jenis makanan yang ditawarkan,

seperti yang tampak membosankan biasanya terjadi ketika pasien makan

makanan yang tidak banyak berubah. Faktor lainnya meliputi jenis penyajian,

2
kebersihan peralatan yang digunakan, dan sikap petugas dalam memberikan

makanan (Sitti, 2018).

Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti

melakukan observasi dan pengambilan data awal pada pasien pada bulan

Februari 2022, masih terdapat sisa makanan dengan rata rata sisa makanan

berupa makanan pokok (Nasi/bubur) rata rata 50%, lauk hewani (25%), lauk

nabati (25%), sayuran (75%), buah-buahan (0)= habis.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas makan penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Makanan sisa di instalasi Gizi Rumah Sakit Prof Dr. H.Aloei Saboe Kota

Gorontalo”.

B. Fokus dan subfokus penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini yaitu “ apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi

terhadap makanan sisa di instalasi gizi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota

Gorontalo.

C. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor faktor apa saja yang mempengaruhi makanan sisa di instalasi gizi RSUD

Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

3
D. Manfaat penelitian

1. Manfat teoritis

Manfaat teoritis dalam peneltian ini dapat menambah ilmu tentang Analisis

faktor- faktor yang mempengaruhi makanan sisa di instalasi gizi Rumah Sakit

Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi rumah sakit

Memberikan masukan atau informasi tentang hasil penelitian yang

diperoleh mengenai Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi makanan

sisa di instalasi gizi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

khususnya di instalasi gizi sehingga dapat digunakan untuk

mengupayakan sisa makanan terhadap pasien.

b. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan

memberikan masukan dan menambah pengetahuan tentang Analisis

faktor- faktor yang mempengaruhi makanan sisa di instalasi gizi RSUD

Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

c. Bagi peneliti

Diperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam Analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi makanan sisa di instalasi gizi RSUD Prof.

Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Gizi

a. Pengertian gizi

Gizi adalah proses metabolisme dalam tubuh mahluk hidup

untuk menerima bahan- bahan dari lingkungan hidupnya dan

menggunakan bahan-bahan tersebut agar dapat menghasilkan berbagai

aktivitas penting dalam tubuh. Bahan-bahan dari lingkungan hidup

tersebut dikenal dengan istilah unsur gizi. unsur gizi dapat dipilah

menjadi karbohidrat, lemak, protein,vitamin, mineral, dan air.

Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolism, dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi

normaldan organ-organ serta menghasilkan energy. Status gizi adalah

keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi

dan pengguna zat gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau bentuk dari

nutriture variabel tertentu( Dewi, 2017)

Status gizi adalah suatu keadaan dimana ekspresi dari keadaan

tersebut menimbulkan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu

5
atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan faktor indikator

baik buruknya asupan makanan sehari- hari status gizi adalah keadaan

tubuh sebagai akibat mengkonsumsi makanan dan menggunakan zat-

zat yang bergizi.

b. Macam – macam unsur gizi

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan jenis sumber energy utama bagi

manusia sehingga dikenal sebagai sumber tenaga. Jenis karbohidrat

yang terkandung di dalam makanan adalah pati,sukrosa, laktosa, dan

fruktosa. Hasil akhir dari penguraian karbohidrat adalah

monosakarida, yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa

merupakan monosakarida terpenting diantara ketiganya karena

metabolisme glukosa dikendalikan secara hormonal. Karbohidrat

dapat menghasilkan panas dan energi melalui proses oksidasi dalam

tubuh dengan produk akhir berupa karbondioksida dan air. Kedua

bahan tersebut dieksresikan melalui paru-paru serta ginja. Satu gram

karbohidrat menghasilkan 16 kj(4kal) pada proses oksidasi di dalam

tubuh.

2. Lemak

Lemak merupakan cadangan energy bagi manusia dan hewan

seperti halnya karbohidrat. Lemak teridiri dari beberapa senyawa

organik diantaranya karbon, hydrogen, oksigen, fosfor, dan nitrogen.

6
Tumbuh-tumbuhan juga menyimpan lemak dalam lembaga, biji dan

buahnya yang juga dikonsumsi oleh manusia.

Lemak berasal dari lemak hewani dan lemak nabati yang mana

kedua jenis lemak ini berbeda dalam susunan asam lemaknya. Lemak

hewani megandung asam lemak jenuh yang dalam suhu kamar

berbentuk padat. Lemak nabati lebih banyak mengandung asam

lemak tak jenuh yang dalam suhu kamar dapat berbentuk cair yang

disebut minyak. Lemak berfungsi sebagai zat tenaga yang digunakan

untuk pelarut beberapa vitamin yang larut dalam lemak seperti

vitamin A, D, E, dan K. fungsi lain dari lemak adalah sebagai

bantalan pelindung organ-organ tubuh seperti pada mata, ginjal, alat

reproduksi dan sistem pencernaan. Lemak juga berfungsi sebagai

pelindung tubuh dari kedinginan.

3. Protein

Protein merupakan konsituen penting pada semua sel yang

berupa struktur kompleks yang terbuat dari asam amino. Protein

terkandung di dalam makanan yang berasal dari hewan maupun

tumbuhan. Protein dihidrolis oleh enzim-enzim prteolitik untuk

melepaskan asam-asam amino yang kemudian di serap lewat usus.

Protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan tubuh.

Fungsi protein adalah sebagai pengganti protein yang hilang selama

proses metabolisme dan proses pengausan yang normal. Protein juga

7
dapat menghasilkan jaringan baru yang terbentuk selama masa

pertumbuhan, pemulihan dari cidera, kehamilan dan laktasi. Protein

dapat dipakai sebagai sumber energi sama halnya dengan

karbohidrat.

4. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang sangat dibutuhkan oleh

manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan walaupun

hanya dalam jumlah yang sedikit. Umumnya tubuh manusia tidak

mampu membentuk vitamin sendiri( kecuali vitamin D dan K), untuk

itu manusia harus memenuhi kebutuhan vitamin yang dari makanan

mereka yang konsumsi. Vitamin D terbentuk dari 7a-

dehidrokolesterol yang dapat diubah menjadi provitamin ke vitamin

kholekalsiferol dengan bantuan cahaya matahari, sedangkan vitamin

K dibentuk dalam usus besar dengan pertolongan bakteri eschericihia

coli. Fungsi vitamin diantaranya adalah sebagai bagian dari enzim

atau ko- enzim yang dapat mengatur berbagai proses metbolisme.

Vitamin juga berperan dalam pembetukan sel-sel baru dan

pertumbuhan. Vitamin dapat membantu memperthankan fungsi

jaringan tubuh.

5. Mineral

Mineral adalah zat anorganik yang terdapat dalam bahan

makanan baik tumbuhan maupun hewan yang dibutuhkan oleh tubuh

8
dalam jumlah sedikit. Mineral dibagi menjadi dua kelompok yaitu

mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diantaranya adalah

kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg),

klor (Ci) dan zat belerang atau sulfur (S). mineral mikro terdiri dari

zat besi (Fe), lembaga atau kuprum ( Cu), iodium (I), mangan (Mn),

kolbalt (Co), selenium (Se), flour (F) dan seng (Zn). Fungsi mineral

adalah sebagai zat pembentuk tulang dan gigi, juga untuk mengatur

metabolisme tubuh dan sebagai pengatur keseimbangan cairan dan

keseimbangan elektrolit.

6. Air

Air merupakan media tempat berlangsungnya setiap proses

tubuh dan menjadi bagian kurang lebih 65-70% dari berat total tubuh.

Air merupakan dasar bagi cairan intraseluler serta ekstraseluler dan

menjadi konstituen semua sekresi serta eksresi tubuh. Hasil-hasil

perencanaan akan diserap ke dalam tubuh lewat media cairan dan

disebarluaskan dalam darah serta cairan limfe. Reaksi kimia yang

terlibat dalam proses metabolism juga memerlukan media cair. Air

berfungsi untuk mengangkut produk limbah dalan aliran darah

menuju ginjal serta paru-paru untuk dikeluarkan. Air juga berfungsi

untuk memudahkan lewatnya freses sepanjang kolon sehingga tidak

terjadi konstipasi.

9
Pola makan merupakan hal yang berpengaruh terhadap

keadaan gizi. hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas

makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat

kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh selalu sehat dan

terhindar dari berbagai penyakit, pola makan perlu ditingkatkan kea

rah gizi seimbang.

7. Gizi seimbang

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman

pangan, aktivitas, fisik, perilaku hidup bersih dan memperhatikan

berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. berbagai definisi

gizi seimbang telah dinyatakan oleh berbagai institusi atau kelompok

ahli dengan komponen-komponen yang kurang lebih sama, yaitu

cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas, mengandung berbagai

zat gizi ( karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral, dan air ) yang

diperlukan untuk pertumbuhan, untuk menjaga kesehatan dan untuk

melakukan aktifitas serta fungsi kehidupan sehari- hari.

Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan fisik serta kecerdasan balita, anak-anak, dan semua

usia. Gizi yang baik membuat berat badan, tinggi badan dan

pertumbuhan fisik yang lain menjadi normal. Gizi yang baik juga

10
membuat tubuh tidak mudah terkena penyakit, produktivitas kerja

meningkat serta terlindung dari penyakit kronis.

2. Manajemen Pengelolaan Makanan

Manajemen Pengelolaan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit

menurut( Jusniati, 2018) yaitu meliputi :

a. Perencanaan dan penyusunan anggaran

Perencanaan dan Penyusunan anggaran belanja makanan

adalah suatu kegiatan perencanaan dan penyusunan anggaran biaya

yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi

konsumen/pasien yang dilayani. Untuk dapat menyelenggarakan

makanan bagi orang sakit diperlukan perencanaan kebutuhan biaya

untuk pengadaan bahan makanan, dan sarana prasarana untuk

pengolahannya.

Perencanaan anggaran rumah sakit pada bagian instalasi gizi

untuk penyelenggaraan makanan bagi konsumen hanya realisasi

bergulir atau pembiayaan langsung dari hasil evaluasi pasien

berdasarkan kunjungan pada bulan sebelumnya yang dilaporkan oleh

kepala instalasi langsung kepada direktur berupa rincian kebutuhan,

instalasi gizi dalam membuat usulan anggaran biaya kurang

memperhatikan berbagai aspek misalnya tersedianya data standar

makanan untuk pasien dan data standar harga bahan makanan,

11
sedangkan perhitungan dalam perencanaan kebutuhan anggaran tidak

dilakukan secara tim.

b. Perencanaan Menu

Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu

yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen atau pasien dan

kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.

Dalam penyusunan perencanaan menu makanan di rumah sakit

dilakukan secara tim, perencanaan menu digunakan sebagai acuan

termasuk menentukan diet untuk penyakit tertentu. Proses perencanaan

menu makanan dilakukan secara tim oleh staf gizi rumah sakit,

penggunaan perencanaan menu dengan siklus 10 hari atau 7 hari.

c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan

Perhitungan Kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan

penyusunan kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk

pengadaan bahan makanan agar tercapainya usulan anggaran dan

kebutuhan bahan makanan untuk pasien dalam satu tahun anggaran.

Kebutuhan bahan bahan makanan rumah sakit baik dalam

proses pembelian, pemesanan, maupun frekuensi pembelian

sepenuhnya dilakukan oleh kepala instalasi gizi rumah sakit demikian

pula pada laporan pertanggung jawaban.

12
d. Pemesanan dan pembelian bahan makanan

Pemesanan dan pembelian bahan makanan merupakan penyusunan

permintaan bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan

rata-rata jumlah pasien. Dalam pemesanan dan pembelian bahan makanan

tidak ada sistem yang dibuat, pemesanan bahan manakan hanya dilakukan

oleh kepala instalasi gizi, kebutuhan bahan makanan disesuikan dengan

jumlah pasien sesuai standar porsi per orang per jenis makanan.

e. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan

Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi

pemeriksaan atau penelitian, pencatatan, dan pelaporan tentang macam,

kualitas, dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan

pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan. Proses penerimaan bahan

makanan secara sistematis tidak dilakukan karena mulai dari proses

pemesanan, pemeriksaan, dan pembelian dilakukan oleh kepala instalasi

gizi termasuk memeriksa jika ada kekurangan pembelian bahan makanan

Proses penyimpanan bahan makanan tetap dipisahkan antara bahan

makanan basah dan bahan makanan kering.

Proses penyaluran bahan makanan dengan mendistribusikan bahan

makanan berdasarkan permintaan harian. Tujuan dari pada penyaluran

bahan makanan adalah tersedianya bahan makanan yang siap pake dengan

kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai degan pesanan.

13
f. Persiapan bahan makanan

Persiapan bahan makanan yaitu menyiapkan semua bahan makanan

yang diperlukan sebelum dilakukan pengolahan, proses persiapan bahan

makanan ataupun suatu kegiatan yang spesifik dalam rangka

mempersiapkan bahan makanan dan bumbu-bumbu sebelum dilakukan

kegiatan pemasakan yang dilakukan oleh petugas gizi rumah sakit.

Persiapan bahan makanan pertama-tama dilakukan pemisahan bahan

makanan yang akan diolah dan yang akan disimpan, pemilihan bahan

makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan yang telah

dibeli sedangkan untuk mengetahui jumlah bahan makan yang akan

dimasak terlebih dahulu dilakukan pengecekan pada ruang perawatan

pasien.

g. Pengelolahan bahan makanan

Pengolahan bahan makanan merupakan suatu rangkaian/kegiatan

mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap

dimakan. Proses pengolahan bahan makanan dilakukan oleh juru masak

mulai dari membersihkan bahan makanan seperti mencuci, memotong,

sampai pada proses memasak yang diawasi oleh petugas gizi, pengawasan

dilakukan agar komposisi bumbu pada setiap jenis makanan dapat

diketahui, hal tersebut sangat penting karena terkadang juru masak tidak

mengetahui kadar yang seharusnya dipenuhi terhadap makanan pasien.

14
h. Pendistribusian makanan.

Proses pendistribusian dan penyajian makanan dilakukan setelah

semua proses dalam pengolahan selesai, makanan disajikan dalam piring

set untuk pasien vip dan piring makan stainless untuk pasien ruangan

proses pendistribusian dilakuka secara langsung kepada pasien.

proses pendistribusian makanan dilakukan oleh pramusaji kemudian

pengawasan dilakukan oleh staf gizi yang bertugas untuk mengawasi

ketepatan pemberian makanan kepada pasien sesuai dengan jenis penyakit

dan diet.

3. Sisa makanan

a. Pengertian sisa makanan

Sisa makanan ( food waste) adalah makanan yang dibeli,

diperisapkan, diantar (deliverd ) dan dimaksudkan untuk dimakan oleh

pasien, tetapi tidak disajikan karena hilang pada proses penyajian

unserved meal atau sisa di piring saat dimakan ( plate waste) di akhir

pelayanan makanan ( food service). Makanan yang hilang saat proses

penyajian adalah makanan yang hilang karena tidak dapat

diperoleh/diolah atau makanan hilang karena tercecer sehingga tidak

dapat disajikan ke pasien. Sisa makanan di piring adalah makanan

yang disajikan kepada pasien/ klien, tetapi meninggalkan sisa di piring

karena tidak habis dikonsumsi dan dinyatakan dalam presentase

makanan yang disajikan ( Dewi, 2017)..

15
Sisa makanan pada pasien harus diamati selama durasi siklus

menu ( siklus menu 10 hari, dan lain-lain ) atau diamatiselama 14 hari

jika siklus menu tidak digunakan. Hasil pengamatan harus ditunjukan

dalam persentase total makanan yang disajikan.volume sisa makanan

dapat bervariasi pada masing- masing waktu makan (makan pagi,

makan siang, makan malam dan snack). Hal ini harus diperhitungkan

ketika memonitor sisa makanan. Banyak penelitian yang menyebutkan

bahwa waktu sarapan pagi merupakan sisa makanan yang paling

sedikit dibandingkan dengan waktu makan lainnya. (Dewi, 2017)

Menurut Dewi 2017) data sisa makanan umunya digunakan

untuk mengevaluasi efektivias program penyeluhan gizi,

penyelenggaraan dan pelayanan makanan, serta kecukupan konsumsi

pada kelompok atau perorangan. Sisa makanan adalah volume atau

persentase makanan yang tidak habis termakan dan dibuang sebagai

sampah dan dapat digunakan untuk mengukur efektivitas menu .

Sisa makanan merupakan salah satu dari berbagai hal yang ada

di rumah sakit yang harus diperhatikan. Jika sisa makanan masih

dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi

status gizi pasien. Hal ini kemudian dapat berdampak pada lamanaya

masa perawatan ( length - of- stay) di rumah sakit serta meningkatnya

morbiditas dan mortalitas pasirn yang berarti pula meningkatnya biaya

yang harus dikeluarkan ( Dewi, 2017).

16
b. Evaluasi sisa makanan

Evaluasi sisa makanan secara umum diefinisikan sebagai suatu proses

menilai jumlah kuantitas dari porsi makanan yang sudah disediakan

oleh penyelenggara makanan yang tidak dihabiskan. Ketika sisa

makanan tidak dapt dihindari, maka kelebihan sisa makanan

merupakan tanda tidak efesiennya pelaksanaan kegiatan dan tidak

responnya sistem distribusi( Dewi, 2017).

c. Metode penimbangan sisa makanan ( food weighing )

Weigh method/ weighed plate waste digunakan dengan tujuan untuk

mengetahui dengan akurat bagaimana intake zat gizi dari seseorang.

Metode ini yang digunakan untuk mengukur/ menimbang sisa

makanan setiap jenis hidangan atau untuk mengukur total sisa

makanan pada individual atau kelompok ( Dewi, 2017).

Prinsip dari metode penimbangan makanan adalah mengukur

secara langsung berat dari tiap jenis makanan yang dikonsumsi

selanjutnya di hitung persentase (% ) sisa makanan , data sisa makanan

dapat diperoleh dengan cara menimbang makanan yang tidak

dihabiskan oleh pasien, kemudian di rata-rata menurut jenis makanan.

4. Faktor- faktor yang mempengaruhi sisa makanan

Menurut Dewi, 2017 ) sisa makanan terjadi karena makanan yang

disajikan tidak habis dimakan atau dikonsumsi. Faktor utamanya adalah

nafsu makan, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya sisa

17
makanan anatara lain faktor yang berasal dari luar pasien sendiri atau

faktor eksternal dan faktor yang berasal dari dalam pasien atau faktor

internal.

a. Faktor internal

Pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan karena

memasuki limgkungan yang asing/ berbeda dengan kebiasaan sehari-

hari. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu perubahan makananan.

Makanan yang disajikan di rumah sakit berbeda cara, tempat dan

waktu makan dibandingkan dengan makanan yang disajikan di rumah.

Semua perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi mental sehingga

menghambat penyembuhan penyakit. Oleh karena itu, keadaan psikis,

fisik dan kebiasaan makan pasien harus diperhatikan dalam

penyelenggaraan makanan pasien di rumah sakit, faktor internal juga

berkaitan dengan kebutuhan tubuh akan gizi yang mempengaruhi

asupan makan. beberapa faktor yang secara langsung maupun tidak

langsung menyebabkan asupan makan yang kurang selama rawat inap

antara lain pasien terlalu lama dipuasakan, tidak diperhitungkan

penambahan zat gizi, obat – obatan yang diberikan, gejala

gastrointestinal, serta penyakit yang menyertai.

1. Keadaan psikis

Perubahan lingkungn pada pasien yang di rawat di rumah

sakit seperti perubahan makanan dan hadirnya orang – orang baru,

18
misalnya dokter, perawat dan paramedic lainnya membuat orang

sakit dapat mengalami tekanan psiklogis. Tekanan psikologis

dapat ditunjukan dengan rasa tidak senang, rasa takut karena sakit,

ketidakbebasan bergerak yang mengakibatkan rasa putus asa. Rasa

putus asa tersebut bisa menimbulkan hilangnya nafsu makan , rasa

mual dan sebgainya. Oleh karena itu, warna makanan, cara

menyajikan dan alat makan harus dipilih dengan baik agar

menimbulkan kesan menarik pada orang sakit sehingga makanan

yang disajikan bisa dihabiskan. Jenis makanan yang diberikan

juga mampu merubah persepsi pasien. Perubahan dari makanan

cair ke lunak bisa dianggap oleh pasien sebagai tanda penyakit

yang diderita akan segera sembuh. Petugas yang merawat harus

bisa memberikan penejelasan untuk mengurangi tekanan psikis

yang timbul baik dari pasien mapun keluarganya

2. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik berpengaruh terhadap kebutuhan gizi bagi

pasien. Aktivitas fisik pada orang normal berbeda antara tiap

individu ada yang pekerjaan ringan, sedang ataupun berat, di

samping itu berbeda pula dalam jangka waktunya, Tidak hanya

pada orang normal, pada orang sakit aktivitas fisik juga memiliki

peranan dalam menetapkan kebutuhan energi. Dalam perhitungan

19
kebutuhan zat gizi, nilai faktor aktivitas pada orang sakit

dibedakan menjadi dua yaitu istirahat di tempat tidur .

Selain dalam kaitannya dengan kebutuhan gizi, aktivitas

fisik ini juga mempengaruhi faktor psikis pasien. Pada pasien

terjadi penurunan aktivitas fisik selama dirawat, rasa tidak senang,

rasa takut karena sakit, ketidakbebasan bergerak adanya penyakit

yang menimbulkan rasa putus asa ini berupa hilangnya nafsu

makan dan rasa mual. Faktor ini membuat pasien terkadang tidak

menghabiskan porsi makananan yang telah Kebiasaan makan

kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk

menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan

dengan makanan dan makan, seperti tata karma makan, frekuensi

makan seseorang, pola makan yang di makan, kepercayaan

tentang makanan ( pantangan ), distribusi makanan di antara

anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan ( timbulnya suka

atau tidak suka ) dan cara pemilihan bahan makanan yang hendak

dimakan. Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam

memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan.

Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan

akan berbeda satu dengan yang lain . Pola makan sehari- hari

merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan

20
kebiasaan makan setiap harinya. Suatu kebiasaan di suatu wilayah

dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang.

Menurut Dewi dalam pola makan adalah cara yang di

tempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih,

menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari

yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi

makan sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologi,

budaya dan sosial.

3. Umur

Semakin tua umur manusia maka kebutuhan energi dan

zat-zat gizi semakin sedikit. Bagi orang yang dalam periode

pertumbuhan yang cepat ( yaitu, pada masa bayi dan masa

remaja ) memiliki peningkatan kebutuhan nutrisi . Pada anak

terdapat faktor kesulitan makan yang dapat mempengaruhi anak

untuk tidak menghabiskan makanan yang disediakan oleh rumah

sakit. Faktor kesulitan makan pada anak sering dialami oleh

sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-

70% pada anak yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik

( Aula, 2011 ).

Pada usia tua ( manula ) kebutuhan energi dan zat- zat gizi

hanya digunakan untuk pemeliharaan. Setelah usia 20 tahun,

proses metabolisme berangsur- angsur turun secara teratur. Pada

21
usia 65 tahun, kebutuhan energi berkurang 20% dari kebutuhan

pada usia 25 tahun.

Asupan makan juga tergantung dari citarasa yang

ditimbulkan oleh makanan yang meliputi bau, rasa dan rangsangan

mulut. Kepekaan indera seseorang terhadap bau dan rasa akan

berkurang seiring dengan bertambahnya umur. Dalam Winarno

( dalam Aula 2011 ), kepekaan indera penghidung diperkiraan

setiap bertambahnya umur satu tahundan apabila mulai mengalami

atropi bila usia mencapai 45 tahun.

4. Jenis kelamin

Jenis kelamin kemungkinan dapat menjadi faktor penyebab

terjadinya sisa makanan. Hal ini disebabkan perbedaan kebutuhan

energi antara perempuan dan laki- laki, dimana kalori basal

perempuan lebih rendah 5- 10% darikebutuhan kalori basal laki-

laki banyak menggunakan kerja otot dari pada perempuan,

sehingga dalam mengkonsumsi makanan maupun pemilihan jenis

makanan, perempuan dan laki-laki mempunyai selera makanan

maupun pemilihan jenis makanan, perempuan dan laki- laki

mempunyai selera yang berbeda

Menurut penelitian Dewi, 2017. pasien perempuan

mengkonsumsi nasi lebih sedikit daripada pasien laki-laki. Sisa

makanan lainnya yaitu lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah,

22
minuman, dan snack pada pasien laki- laki sisanya sedikit. Sisa

nasi lebih sedikit pada laki- laki diduga karena angka kecukupan

gizi yang dianjurkan ( AKG ) pada laki-laki lebih besar dari pada

perempuan, sehingga laki-laki memang mampu menghabiskan

makanannya disbanding perempuan.

5. Keadaaan khusus

Keadaan khusus yang dimaksud disini adalah keadaan

dimana pasien sedang hamil atau sedang dalam masa menyusui.

Bagi pasien yang mengalami kehamilan atau sedang dalam masa

menyusui, membutuhkan asupan makan yang lebih banyak

dibandingkan dengan pasien biasa lainnya. Hal ini karena pada ibu

hamil, asupan zat gizi tidak hanya dibutuhkan oleh si ibu saja,

tetapi juga untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada ibu

menyusui, asupan zat gizi dibutuhkan untuk dirinya sendiri dan

untuk produksi ASI

Pada pasien dengan kondisi khusus dalam hal ini sedang

dalam masa kehamilan, biasanya mengalami hiperemesis

gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah

berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan

umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan

yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester 1, kurang

lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.

23
Dalam kaitannya dengan terjadinya sisa makanan, kondisi

khusus pasien lebih difokuskan pada suatu kehamilan. Meskipun

memiliki kebutuhan gizi yang lebih banyak dan memiliki selera

makan yang meningkat, wanita yang memiliki status kehamilan

memiliki peluang untuk meninggalkan sisa makanan lebih banyak.

Wanita yang hamil pada trimester tertentu mengalami gangguan

selera makan karena mual dan muntah sebagai reaksi dari

kehamilan. Hal ini dapat mempengaruhi asupan makan pasien

yang rendah juga yang dapat menyebabkan terjadinya sisa

makanan ( Dewi, 2017

6. Ganguan pencernaan

Gangguan pencernaan yaitu kumpulan gangguan yang

terdiri dri rasa tidak enak pada perut seperti nyeri ulu hati, mual,

muntah, kembung, sendawa, cepat kenyang, kontipasi, diare, nafsu

makan berkurang dan dispesia. Ketika ada gangguan dalam

saluran pencernaan, maka asupan makan pun menjadi terganggu

dan memungkinkan pasien untuk tidak mampu mengkonsumsi

lagi makananya hingga menyebabkan terjadinya sisa makanan

7. Faktor pengobatan

Tidak semua pasien mengalami gangguan pencernaan.

Kurangnya asupan makan pada pasien bisa juga disebabkan

karena faktor lain yang berkaitan dengan jenis penyakit pasien

24
seperti penggunaan obat-obatan. Interaksi antara obat dan

makanan dapat dibagi menjadi :

a. Obat-obatan yang dapat menurunkan nafsu makan,

mengganggu pengecapandan mengganggu traktus

gastrointestinal atau saluran pencernaan.

b. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi absorbs, metabolism

dan eksresi zat gizi

b. Faktor eksternal

1. Penampilan makanan

Menurut penelitian Dewi, 2017). Beberapa faktor berikut ini

menentukan penampilan makanan :

a. Warna makanan

Betapapun lezatnya makanan, apabila penampilannya tidak

menarik waktu disajikan, akan mengakibatkan selera orang

yang akan memakannya menjadi hilang. Warna makanan

memegang peranan utama dalam penampilan makanan. Warna

daging yang sudah berubah menjadi coklat kehitaman, warna

sayuran yang sudah berubah menjadi pucat sewaktu disajikan

akan menjadi sangat tidak menarik dan menghilangkan selera

untuk memakannya. Warna makanan tidak hanya membantu

dalam menentukan kualitas, tetapi dapat pula memberitahukan

25
banyak hal. Warna biasanya merupakan tanda kemasakan atau

kerusakan .

b. Konsistensi/ tekstur makanan

Selain warna makanan, konsistensi makanan adalah

salah satu bagian yang menentukan cita rasa makanan karena

mempengaruhi sensitivitas rasa makanan. Contohnya pada

makanan padat atau kental akan memberikan rangsangan yang

berbeda terhadap alat indera manusia .

Selain mempengaruhi sensitivitas rasa makanan,

konsistensi makanan juga memberikan dampak pada

penampilan makanan. Misalnya pada telur setengah matang

dan matang harus berbeda konsistensi atau teksturnya. Begitu

pula pada puding yang berbeda konsistennya dengan vla yang

digunakan sebagai isi kue sus dan berbagai contoh lainnya.

Perbedaaan konsistensi makanan tersebut ditentukan oleh cara

memasak dan lama waktu pemasakan .

Tekstur atau konsistensi suatu bahan akan

mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut.

Dari penelitian- penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa

perubahan tekstur atau viskositas bahan dapat mengubah rasa

dan bau yang timbul karena dapat mempengaruhi kecepatan

timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan

26
kelenjar air liur, semakin kental suatu bahan, penerimaan

terhadap intensitas rasa, baud an citarasa semakin berkurang

c. Porsi makanan

Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang

disajikan sesuai kebutuhan setiap individu berbeda sesuai

dengan kebiasaan makan. Porsi yang terlalu besar atau kecil

akan mempengaruhi penampilan makanan. Pentingnya porsi

makanan tidak hanya berkaitan dengan penerimaan dan

perhitungan bahan makanan tetapi juga berkaitan erat dengan

penampilan makanan waktu disajikan dan kebutuhan gizi.

Standar porsi harus ditetapkan untuk setiap jenis

makanan. Pengguna sendok skup, sendok porsi dan piring

tertentu dapat berfungsi untuk memorsi makanan seperti

cookies, muffins, bakso dan beberapa jenis sayuran seperti

salad kentang dan makanan sejenisnya .

d. Penyajian makanan

Tahap akhir dari sistem penyelenggaraan makanan

institusi adalah penyajian atau distribusi makanan untuk

dikonsumsi. Penyajian atau pendistribusian makanan adalah

serangkaian kegiatan penyaluran makanan yang sesuai dengan

jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani

27
. Penyajian makanan merupakan faktor penentu dalam

penampilan hidangan yang disajikan. Ada tiga hal pokok yang

diperhatikan dalam penyajian makanan yaitu pemilihan alat

yang digunakan, cara menyusun makanan dan penghias

hidangan ( garnish ). Hal tersebut harus diperhatikan kerena

penampilan makanan yang menarik waktu disajikan akan

merangsang indera terutama indera penglihatan yang

berhubungan dengan citarasa makanan itu.

2. Rasa makanan

Penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf melalui

indera penglihatan sehingga mampu meningkatkan selera makan

untuk mencicipi makanan itu, maka tahap berikutnya cita rasa

makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera

penciumdan indera pengecap. Komponen yang berperan dalam

penentuan rasa makanan adalah aroma, bumbu, tekstur, tingkat

kematangan dan suhu makanan.

a. Aroma makanan

Aroma yang dikeluarkan oleh makanan menerikan daya

tarik yang sangat kuat dan dapat merangsang indera

penciuman sehingga membangkitkan selera. Aroma yang

dikeluarkan setiap makanan berbeda-beda dapat disebabkan

perbedaan cara memasak. Penggunaan panas yang tinggi

28
dalam proses pemasakan makanan akan menghasilkan aroma

yang kuat, seperti makanan yang di goreng, dibakar atau

dipanggang. Berbeda dengan makanan yang direbus yang

hampir tidak mengeluarkan aroma yang merangsang. Hal ini

disebabkan oleh senyawa yang memancarkan aroma yang

sedap itu lelah terlarut dalam . Selain dengan cara memasak,

aroma makanan juga dapat ditimbulkan dengan aroma sintetik.

Berbagai macam aroma buah-buahan dapat disintetiskan di

pabrik dan dipasarkan dengan harga murah. Senyawa-senyawa

ini disebut senyawa flavormatik ( Moehyi, 1992 dalam

Lumbantoruan 2012 ).

b. Bumbu masakan

Rasa merupakan salah komponen flavor yang

terpenting, karena mempunyai pengaruh yang dominan pada

cita rasa. Berebeda dengan aroma makanan yang ditimbulkan

oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap, rasa

makanan yang ditimbulkan oleh larutnya senyawa pemberi

rasa ke dalam air liur yang kemudian merangsang saraf

pengecap. Jadi rasa makanan pada dasarnya adalah perasaan

yang timbul setelah menelan makanan .

29
c. Tingkat kematangan

Tingkat kematangan mempengaruhi cita rasa makanan.

Tingkat kemtangan makanan dalam masakan di Indonesia

umumnya di masak sampai matang benar. Makanan yang

masuk kedalam mulut dan setelah di kunyah akan

menyebabkan air liur keluar yang kemudian menimbulkan

rangsangan pada syaraf pengecap yang ada di lidah. Makanan

yang empuk dapat di kunyah dengan sempurna dan

menghasilkan senyawa yang lebih banyak yang berarti

intensitas rangsangan menjadi lebih tinggi. Kematangan

makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan juga

ditentukan oleh cara memasak

d. Temperature makanan

temperature atau suhu makanan waktu disajikan

memegang peranan penting dalam penentuan cita rasa

makanan. Suhu adalah tingkat panas dari hidangan yang

disajikan. Bila makanan yang disajikan tidak sesuai dengan

suhu penyajian yang tepat maka akan menyebabkan tidak

enak. Sehingga suhu makanan yang terlalu panas atau terlalu

dingin akan mengurangi sensitifitas syaraf terhadap rasa

makanan.

30
Faktor internal yang diteliti dalam penelitian ini adalah usia, jenis

kelamin dan kebiasaan makan. Faktor umum diteliti karena setiap

bertambahnya umur dapat mengalami penurunan dalam kemampuan

merasakan citarasa yang akan mengganggu selera makan sehingga dapat

mempengaruhi rendahnya asupan makan seseorang dan menimbulkan

makanan yang tersisa. Faktor jenis kelamin diteliti karena memiliki

kemuungkinan dapat menjadi faktor penyebebab terjadinya sisa makanan. Hal

ini disebabkan perbedaan kebutuhan energi antara perempuan dan laki-laki,

dimana kalori basal perempuan lebih rendah sekitar 5-10% dari kebuuhan

kalori basal laki-laki. Sedangkan faktor kebiasaan makan diteliti karena

menurut penelitian sebelumnya menunjsukan bahwa faktor yang

mempengaruhi terjadinya sisa makanan pada pasien adalah pola makan pasien

terutama untuk susunan menu hidangan dan frekuensi makan.

Faktor eksternal yang diteliti dalam penelitian ini antara lain mutu

makanan meliputi penampilan makanan( warna, konsistensi, porsi, dan

penyajian makanan ) dan rasa makanan ( aroma, bumbu, keempukan dan

temperature ), makanan dari luar Rumah Sakit, ketepatan waktu penyajian dan

sikap petugas penyaji menjadi variabel independen yang akan diteliti dalam

penelitian ini karena dianggap yang mempengaruhi sisa makanan pasien rawat

inap di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo (Siti, 2018).

31
c. Faktor Lainnya

Faktor lain yang dapat menyebabkan sisa makanan antara lain penampilan

alat makan, sikap petugas pengantar makanan. Cara penyajian merupakan

faktor yang perlu mendapat perhatian dalam mempertahankan penampilan

dari makanan yang disajikan. Penyajian makanan berkaitan dengan

peralatan yang digunakan,serta sikap petugas yang menyajikan makanan

termasuk kebersihan peralatan makan maupun kebersihan petugas yang

menyajikan makanan. Adanya makanan dari luar rumah sakit yang

dimakan oleh pasien disebabkan oleh budaya membawa oleh- oleh ketika

membesuk ke pasien, di rumah sakit serta tidak adanya manajemen yang

jelas untuk mengendalikan diet terapy di rumah sakit seperti larangan

membawa makanan atau minuman tertentu pada pasien yang belum tentu

sama dengan nilai gizi yang dikandung oleh makanan yang disajikan dari

rumah sakit itu sendiri.

Data sisa makanan menurut (Hadi, 2009) bisa diperoleh dengan cara

menggunakan skala pengukuran yang menggunakan skala 6 point, dengan

kriteria sebagai berikut:

1. Skala 0 : Dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (habis dimakan)


2. Skala 1 : Tersisa ¼ porsi
3. Skala 2 : Tersisa ½ porsi
4. Skala 3 : Tersisa ¾ porsi
5. Skala 4 : Hanya dikonsumsi sedikit (1/9 porsi)
6. Skala 5 : Utuh atau tidak dikonsumsi

32
B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Terdahulu

NO Nama dan Tujuan penelitian Kata kunci Metode penelitian Hasil penelitian
judul penelitian
penelitian
1 Analisisis Penelitian ini Gizi, Penelitian ini merupakan Berdasarkan hasil
manajemen bertujuan untuk manajemen, penelitian kualitatif wawancara yang
pelayananan menganalis rumah sakit dengan desain penelitian dilakukan
instalasi gizi di manajemen rapid assessment dilakukan peneliti
rumah sakit pelayanan instalasi procedures (RAP), yaitu mengidentifikasi
umum Daerah gizi rawat inap teknik pengumpulan data beberapa tema
Arifin Achmad kelas III di Rumah kualitatif untuk tujuan yang berkaitan
provinsi riau Sakit Umum praktis memperoleh dengan tujuan
tahun 2019, Daerah Arifin informasi kualitatif penelitian. Tema-
(Zela familta, Achmad Provinsi secara cepat dan tema tersebut
Elfindri, Riau. mendalam tentang terdiri dari kualitas
Jasrida yunita). analisis manajemen di sumber daya
Instalasi Gizi RSUD manusia,
Arifin Achmad Provinsi ketersediaan sarana
Riau. dan prasarana dan
pelaksanaan SOP
yang optimal.
2 Faktor- faktor Tujuan penelitian Sisa makanan Penelitian ini Penelitian
yang ini untuk menggunakan metode dilakukan pada
berhubungan mengetahui faktor- yang bersifat analitik pasien yang
dengan sisa faktor yang dengan pendekatan cross mendapat makanan
makanan berhubungan sectional untuk saring di ruang

33
saring pasien dengan sisa mengidentifikasi faktor- rawat inap kelas I,
rawat inap, makanan saring di faktor yang berhubungan II dan III
(Usdeka ruang rawat inap dengan sisa makanan RSUDAM Provinsi
muliani 2017) RSUD Dr. H. saring pasien di ruang lampung dan
Abdul Moeloek rawat inap RSUD Dr. Hi. berdasarkan
provinsi lampung. Abdoel Moeloek. analisis univariat
didapatkan hasil
bahwa responden
terbanyak berada di
ruang kenanga dan
ruang murai
( 39%), mayoritas
berumur > 40 tahun
yaitu 34 orang
( 82,9%), mayoritas
berjenis kelamin
wanita yaitu 53,7%
mayoritas
berpendidikan
dasar yaitu
sebanyak 27
responden ( 65, 9
%).
3 Faktor- faktor Tujuan penelitian Sisa makanan, Jenis penelitian ini Faktor internal
yang ini yaitu mengetahu umur, jenis menggunakan metode karakteristik
berhubungan faktor-faktor yang kelamin, analisis deskriptif responden
dengan sisa berhubungan tingkat melalui desain studi merupakan cirri
makanan di dengan sisa pendidikan, cross sectional yang dimiliki
Rumah Sakit makanan pada keadaan psikis, observational untuk responden sebagai

34
Umum Daerah pasien rawat inap faktor mengetahui faktor-faktor bagian dari
Kota Jakarta RSUD Koja Jakarta pengobatan,mu yang mempengaruhi sisa identitas.
Utara Tahun Utara. tu makanan, makananan yang Karakteristik
2017 ( Putri dari luar rumah dilakukan pada pada satu responden yang
ronitawati, sakit, jadwal/ waktu dan sekaligus. dikaji dalam
Mika puspita, waktu penelitian ini antara
Khairizka citra penyajian, lain umur, jenis
) sikap petugas kelamin, dan
penyaji, dan tingkat pendidikan.
lingkungan Faktor eksternal
tempat berdasarkan hasil
perawatan. penelitian ini
responden ( 52,
8%) dengan nilai p
value 0,054.
4 Analisis sisa Tujuan penelitian Sisa makanan, Penelitian ini adalah Rata-rata jumlah
makanan ini untuk biaya terbuang, survey sampel cross- sisa makanan
pasien rawat mengetahui jumlah RSUP sanglah sectional dengan subyek pasien terbesar
inap di RSUP dan biaya yang bali. 68 pasien rawat inap di 14,79%. Pasien
sanglah terbuang akibat sisa kelas 1, 2, dan 3 yang yang menyisakan
denpasar makanan pasien mendapatkan makanan makanan lebih
provinsi biasa dengan siklus menu banyak adalah
bali2017.( N.L. 10 hari selama perawatan pasien perempuan,
Pratiwi maksimal 10 hari. Data umur 50-60 tahun,
Wirassamadi, dikumpulkan dengan di rawat kelas 2
K.TresnaAdhi, cara yaitu observasi sisa dan 3 dengan lama
I.W. Weta ) makanan, rekam medis rawat ,< 5 hari.
dan wawancara.

35
5 Sisa makanan Penelitian Sisa makanan, Penelitian ini Penelitian
pasien rawat inibertujuan untuk kualitatif, menggunakan melibatkan 6
inap : analisis menggali rumah sakit. pendekatan kualitatif informan dengan
kualitatif 2018 danmenganalisis dengan metode rentang usia 18- 28
(Laksmi secara kualitatif wawancara mendalam tahun yang
Karunia mengenai faktor yang semi terstruktur mendapat diet
Tanuwijaya, yang memengaruhi kepada pasien rawat tinggi kalori tinggi
Lydia Gresari pasien rawat inap inap, dan observasi protein
Sembiring,Cle menyisakan langsung terhadap sisa ( TKP) dengan
onara Yanuar makanan di rumah makanan pasien pada standar 1900 kkal
Dini, Eva Putri sakit Universitas waktu makan. dengan bentuk
Arfiani ,Yudi Muhammadiyah makanan biasa,
Arimba Wani) Malang. makanan lunak,
dan bubur.

36
C. Kerangka Konseptual

Faktor internal :

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Kebiasaan makan
Manajemen pengelolaan
makanan:

1. Perencanaan dan Faktor eksternal :


penyusunan
1. Mutu makanan
anggaran
rumah sakit
2. Perencananaan
a. Penampilan
menu
makanan
3. Perhitungan Sisa makanan
 Warna
kebutuhan
 Konsistensi
makanan
 Porsi
4. Pemesanan dan
pembelian bahan  Penyajian
makanan b. Rasa makanan
5. Penerimaan,  Aroma
penyimpanan dan  Bumbu
penyaluran bahan  Tingkat
makanan kematangan
6. Persiapan bahan  Temperature
makanan 2. Makanan dari luar
7. Pengelolaan bahan RS
makanan
8. Pendistribusian
sisa makanan
Faktor Lainnya :

1. Sikap petugas
Gambar 2.1. bagian kerangka teori 2. Keberihan alat
makan
3. Kebersihan petugas

37
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian

1. Pendekatan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan penelitian yang diteliti, maka

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

adalah penelitian yang menampilkan prosedur penilaian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam hal ini, peneliti

menafsirkan dan menjelaskan data-data yang didapat peneliti dari

wawancara, observasi, dokumentasi, sehingga mendapatkan jawaban

permasalahan dengan rinci dan jelas (Azis, 2007)

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang di Tanya bersifat deskriptif. Data yang

disampaikan dalam bentuk verbal, dimana lebih menitik beratkan pada

masalah kontekstual dan tidak bergantung pada perhitungan angka-angka

atau ukuran yang bersifat empiris. Sebagian besar data yang digunakan

yakni dalam bentuk narasi dan gambar-gambar. Data dapat diperoleh

melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan lain sebagainya( Azis,

2007).

38
B. Waktu dan lokasi penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan yakni pada bulan

Mei – juli 2022.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota

Gorontalo, dengan alasan karena :

a. Ketersediaan data untuk peneliti meneliti terkait permasalahan

penelitian

b. Kesiapan tempat penelitian untuk menerima peneliti

c. Tidak memakan anggaran yang banyak

d. Jarak dan waktu untuk ke lokasi tidak terlalu jauh dan lama.

C. Jenis dan sumber data

1. Jenis Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif di

sajikan dalam bentuk penjelasan tentang objek yang di teiliti.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data

sekunder :

a. Data primer

Data primer adalah data yang merujuk pada informasi yang

diperoleh secara langsung oleh para peneliti yang terkait dengan variabel-

39
variabel yang menarik untuk tujuan khusus penelitian. Sumber data

primer yaitu respon dari individu, kelompok focus dan internet pula bisa

dijadikan sumber data primer apabila koesioner disebarkan melalui

internet(Sugiono, 2013)

Data primer yakni data yang berasal dari sumber asli maupun

pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam

bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam

sebutan teknisnya responden, yakni orang yang kita jadikan objerk

penelitian atau orang yang kita jadikan selaku sarana memperoleh data

maupun informasi. (Sugiono, 2013)

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memeberikan

data kepada peneliti misalnya peneliti harus melalui orang lain atau

mencari dokumen. Data sekunder disebut juga sebagai data tangan

kedua atau data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.

Pengumpulan data secara sekunder didapatkan dari data rekam

medic RSUD. Prof. Dr. H Aloei Saboe

40
D. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan teknik mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap

fenomena dan permasalahan yang hendak diteliti pada RSUD Prof. Dr. H.

Aloei Saboe Kota Gorontalo .

Observasi yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota

Gorontalo adalah dengan melihat data laporan makanan sisa dan jurnal

yang untuk dijadikan informasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian ( responden ) atau

berbicara saling berhadapan muka dengan orang tersebut. Jadi data

tersesebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan

atau percakapan

Pada penelitian ini informan penelitian adalah 3 orang pegawai di

Instalasi gizi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang orang ataupun

41
sekelompok orang, kejadian, atau peristiwa dalam situasi sosial yang

sangat bermanfaat dalam penelitian kualitatif .Teknik dokumentasi

digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang harus dipelajari dan

diidentifikasi literatur-literatur oleh peneliti yang berupa buku-buku,

peraturan - peraturan maupun dokumen - dokumen yang berkaitan dengan

masalah penelitian.

E. Metode pengolahan dan analisis data

1. Metode Pengolahan data

Proses Pengolahan data menggunakan program computer ini terdiri dari

beberapa langkah (Azis, 2007)

a. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner Editing dilakukan terhadap data yang

dipeoroleh dari hasil wawancara yang tertera pada lembar kuesioner,

hal ini dilakukan untuk meneliti data yang telah dikumpulkan. Apabila

terdapat data yang kurang lengkap, maka peneliti akan memberikan

kuesioner susulan pada responden dengan harapan data yang ada

benar-benar lengkap.

b. Coding data

Coding data adalah suatu proses pemberian angka pada setiap

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, yakni sebagai pengganti

substansi pertanyaan. Pembuatan kode dimaksudkan untuk

42
menyederhanakan judul kolom dalam proses entry data ( memasukan

atau tabulasi data ). Oleh karena itu, agar penelitian tidak kehilangan

informasi lengkap substansi pertanyaan diperlukan buku kode ( code

book ). Secara esensial, buku kode mempunyai dua fungsi yaitu secara

primer, sebagai pemandu proses pembuatan kode dan memandu

peneliti untuk mencari lokasi variabel dan interpretasi kode dalam file

data selama proses analisis.

c. Entry data

Entry data adalah suatu proses pengisian data pada table data dasar

( based data ); baik dari hasil pencatatan pada waktu wawancara

maupun data sekunder. Istilah entry data juga dikenal dengan tabulasi

data yakni pemindahan data dari kuesioner ke tabel.

d. Tabulating

Tabulating adalah memasukan data pada tabel tertentu dan mengukur

serta menghitungnya, Kegiatan ini dilakukan dengan cara memasukan

data yang diperoleh ke dalam tabel-tabel yang sesuai dengan variabel

yang diteliti. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka akan

dilakukan pengolahan data menggunakan software program pengelola

data. Hasil pengolahan data tersebut kemudian diuraikan dalam bentuk

teks.

43
2. Analisis data penelitian

Metode analisis data dilakukan dengan cara, yaitu:

a. Data reduction ( reduksi data )

Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

( Sugiyono, 2013 ), reduksi data merujuk pada proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data “ kasar” yang tercantum dalam catatan-catatan

lapangan tertulis. Reduksi data berlangsung terus menerus sepanjang

proyek kualitatif berlangsung hingga laporan tersusun.

b. Data display ( penyajian data )

Alur yang paling penting selanjutnya dari analisis data merupakan

penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan terdapatnya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan .

c. Verification ( penarikan kesimpulan dan verifikasi )

Ada pula yang di maksud dengan verifikasi data yakni usaha untuk

mencari, menguji, mengecek kembali atau memahami arti ataupun

makna, keteraturan, pola- pola, uraian, alur, sebab - akibat, atau

preposisi. Sedangkan kesimpulan bisa berupa deskripsi atau gambaran

sesuatu obyek yang tadinya masih remang-remang atau gelap sehingga

44
sesudah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori ( Sugiyono, 2013 ).

F. keabsahan data

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi :

a. Uji credibility ( Validasi internal )

Uji credibilitas disebut juga dengan validitas internal. Dalam penelitian

kualitatif, jika isi data dari laporan peneliti sama dengan keadaan objek

penelitian yang sebenarnya, maka data tersebut dapat dikatakan kredibel.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan data penelitian kualitatif meliputi

perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis

kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan pemeriksaan anggota

b. Uji transferability ( Validasi eksternal )

Uji transferabilitas disebut juga dengan validitas eksternal yang terkait

dengan konsep generalisasi data. Transferabilitas mengacu pada derajat

ketepatan atau sejauh mana akurasi atau hasil penelitian ke populasi

dimana informan tersebut dipilih. Dalam penelitian kualitatif, nilai

transferabilitas bergantung pada pembacanya sampai sejauh mana hasil

penelitian tersebut dapat diterapkan pada lingkungan dan situasi sosial

yang lain.

c. Uji dependability ( Realibitas )

Uji dependabilitas disebut juga dengan realibilitas. Dikatakan memenuhi

dependabilitas ketika peneliti berikutnya dapat mereplikasi serangkaian

45
proses penelitian tersebut. Uji dependabilitas dapat dilakukan dengan

melakukan kegiatan audit terhadap seluruh proses penelitian. Hasil

penelitian tidak dapat membuktikan bahwa telah dilakukannya rangkaian

proses penelitian secara nyata. Mekanisme uji dipendabilitas dapat

dilaksanakan oleh auditor independen atau pembimbing melalui audit

terhadap serangkaian proses penelitian.

d. Uji confirmability ( Obyektivitas )

Uji konfirmabilitas disebut juga dengan objektivitas, yakni apabila hasil

penelitian sudah disepakati banyak orang. Konfirmabilitas dalam

penelitian kualitatif lebih dimaksud sebagai konsep intersubjektivitas

( konsep transparan ), yang merupakan bentuk ketersediaan peneliti dalam

menyampaikan kepada public mengenai bagaimana proses dan elemen-

elemen dalam penelitiannya, yang selanjutnya memberikan peluang

kepada pihak lain untuk melaksanakan assessment/ penilaian hasil

temuannya sekaligus mendapatkan persetujuan diantara pihak tersebut.

Konfirmabilitas merupakan suatu proses kriteria pengecekan, yakni

langkah apa yang dipilih oleh peneliti dalam melaksanakan konfirmasi

hasil temuannya.

46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum RSUD Prof. Dr. H. Aleoi Saboe

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang sangat

penting dalam menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sebagai

salah satu institusi sosial, rumah sakit di tuntut untuk mengutamkan

pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat tidak memandang perbedaan

golongan, suku ras dan agama.

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

yang berada di Ibukota Provinsi Gorontalo dan secara geografis terletak di

pusat wilayah Teluk Tomini, memudahkan masyarakat untuk mengakses

pelayanan rujukan. Untuk itu terus dilakukan pembenahan baik dari segi

sarana/prasarana, Sumber Daya Manusia serta jenis pelayanan yang

diberikan. Selain itu pula berbagai tantangan dan hambatan yang akan

dihadapi, yaitu : pertama, ditetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.

H. Aloei Saboe menjadi BLUD bertahap dalam pengelolaan keuangan.

Kedua, tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang prima

semakin tinggi. Ketiga, upaya melakukan perubahan budaya kerja aparat,

baik aparat fungsional maupun aparat non fungsional dalam menerapkan pola

47
pengelolaan BLU yang menuntut adanya efisiensi pengelolaan sumber daya

yang tersedia untuk mencapai tujuan yang di harapkan.

2. Sejarah RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

pertama kali dibangun pada tahun 1926 dan dimanfaatkan sejak tahun 1929

dengan nama Rumah Sakit Umum Kotamadya Gorontalo. Awalnya berupa

satu gedung yang terdiri dari 4 (empat) ruangan, yaitu : Apotik, Poliklinik,

dan Rawat Inap

Tahun demi tahun bangunan ditambah dan sejak akhir PELITA I

(1978) dilaksanakan pembangunan Rumah Sakit, baik fisik maupun non fisik.

Pada Tahun 1979, Rumah Sakit Umum Kotamadya Gorontalo ditetapkan

dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

51/Men.Kes/SK/II/79 sebagai Rumah Sakit Kelas C yang memenuhi

persyaratan 4 (empat) Spesialis Dasar. Pada tanggal 17 September tahun

1987 Rumah Sakit Umum Kotamadya Gorontalo berubah nama menjadi

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo berdasarkan

Surat Keputusan Wali Kota madya Gorontalo Nomor 97 Tahun 1987. Nama

tersebut diambil dari nama salah seorang perintis kemerdekaan Putera

Gorontalo yang banyak berjasa dalam bidang Kesehatan. Pada Tahun 1991-

1992 Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe ketambahan jenis

pelayanan yaitu Spesialis Mata dan Tahun 1995 ketambahan Spesialis

Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT).

48
3. Struktur Organisasi RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe

Gambar 4.1 struktur organisasi

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2022 sampai bulan agustus

2022. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui lebih dalam tentang apa saja

faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap makanan sisa di instalasi gizi di

RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang disesuaikan dengan fokus

dan subfokus penelitian, tujuan penelitian dan juga kerangka konsep penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan

juga dokumentasi. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur terhadap informan yang bersedia untuk diwawancarai oleh

peneliti. Metode wawancara ini menggunakan pedoman wawancara yang berisi

pokok-pokok pembahasan yang akan dibahas pada wawancara nanti yang akan

menjadi pegangan peneliti untuk menggali semua informasi yang berkaitan

49
dengan penelitian ini. Wawancara ini menggunakan telepon genggam sebagai

media atau alat untuk merekam hasil wawancara peneliti dan juga informan.

Wawancara ini akan dihentikan apabila peneliti telah mendapatkan jawaban yang

diharapkan dari informan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan

konfirmasi jawaban antara informan satu dengan informan lainnya. Semua hasil

wawancara bersifat rahasia dan hanya peneliti yang mengetahui hasil dari

wawancara tersebut untuk disimpan, diolah, dan dianalisis oleh peneliti.

Pada bab ini, yang menjadi poin pertama untuk pembahasan peneliti

adalah karakteristik informan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6

orang pasien yang terdiri dari neuro (3 orang), bedah (3 orang) ,di RSUD.

Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Karakteristik masing-masing informan di sajikan

dalam tabel berikut

No Insial Jenis Umur Ket


Kelamin
1 A.N.N P 32 Pasien
Neuro
2 S.N L 28 Pasien
Neuro
3 M.Y P 54 Pasien
Neuro
4 C.R.M L 21 Pasien
Bedah
5 F.I L 19 Pasien
Bedah
6 F.B P 8 Pasien
Bedah
Sumber : Data Primer Diolah Dari Hasil Penelitian wawancara, (2022)

50
Adapun uraian dari tabel diatas adalah keseluruhan jumlah informan

dalam penelitian ini yakni pasien rawat inap yang berada di Rumah Sakit Prof

DR. H. Aloei Saboe yang berjumlah 6 orang yang terdiri dari 3 pasien neuro

dan 3 pasien bedah.

Setelah saya melakukan wawancara terhadap pasien mengenai analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi makanan sisa pasien terhadap 6 informan

(pasien) terdapat 2 pasien yang menghabiskan makanan, dan 4 pasien tidak

mengahabiskan makanan. Hal ini disebabkan karena keterlambatan petugas

penjamah makanan (pramusaji) mengantarkan makanan tidak tepat waktu

sehingga pasien makan makanan lain sehingga makanan rumah sakit tidak

dihabiskan. Di samping itu banyak budaya budaya yang tidak bisa dihilangkan

seperti budaya atau kebiasaan membawa makanan dari rumah sehingga

makanan dari rumah sakit tidak dihabiskan. Selain itu karena pasien tidak

menyukai makanan dari rumah sakit karena makanan rumah sakit yang

diberikan adalah makanan diet khusus yang cara pengelolaannya kebanyakan

di rebus atau ditumis dan tidak mempunyai rasa sehingga daya terimah

makanan sulit diterimah.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah saya melakukan wawancara terhadap pasien mengenai analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi makanan sisa pasien terhadap 6 informan

(pasien) terdapat 2 pasien yang menghabiskan makanan, dan 4 pasien tidak

mengahabiskan makanan.

51
Faktor faktor yang mempengaruhi makanan sisa di RSUD Prof. Dr. H.

Aloei Saboe Kota Gorontalo.

1. Faktor eksternal meliputi :

Rasa makanan adalah daya terimah terhadap suatu makanan

ditentukan oleh ransangan yang ditimbul oleh makanan. Penampilan

makanan yang disajikan merangsang saraf melalui indera penglihatan

sehingga mampu meningkatkan selera makan untuk mencicipi

makanan itu, maka tahap berikutnya cita rasa makanan itu akan

ditentukan oleh rangsangan terhadap indera penciumdan indera

pengecap.

Di rumah sakit Prof. DR. H. Aloei saboe makanan yang

diberikan oleh pasien adalah makanan diet khusus yang cara

pengelolaannya kebanyakan di rebus atau ditumis dan tidak

mempunyai rasa sehingga daya terimah makanan sulit diterimah,

sehingga banyak terjadi sisa makanan oleh pasien.

2. Faktor lainnya meliputi :

Faktor lain yang dapat menyebabkan sisa makanan antara lain

penampilan alat makan, sikap petugas pengantar makanan,dan waktu

pengantaran makanan. Cara penyajian merupakan faktor yang perlu

mendapat perhatian dalam mempertahankan penampilan dari makanan

yang disajikan. Penyajian makanan berkaitan dengan peralatan yang

digunakan,serta sikap petugas yang menyajikan makanan termasuk

52
kebersihan peralatan makan maupun kebersihan petugas yang menyajikan

makanan. Adanya makanan dari luar rumah sakit yang dimakan oleh

pasien disebabkan oleh budaya membawa oleh- oleh ketika membesuk

ke pasien, di rumah sakit serta tidak adanya manajemen yang jelas untuk

mengendalikan diet terapy di rumah sakit seperti larangan membawa

makanan atau minuman tertentu pada pasien yang belum tentu sama

dengan nilai gizi yang dikandung oleh makanan yang disajikan dari

rumah sakit itu sendiri.

Di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloeisaboe keterlambatan petugas

penjamah makanan (pramusaji) mengantarkan makanan tidak tepat waktu

sehingga pasien makan makanan lain sehingga makanan rumah sakit tidak

dihabiskan. Di samping itu banyak budaya budaya yang tidak bisa

dihilangkan seperti budaya atau kebiasaan membawa makanan dari rumah

sehingga makanan dari rumah sakit tidak dihabiskan sehingga terjadi sisa

makanan oleh pasien.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Usdeka (20137 yang

menyatakan bahwa faktor terjadinya sisa makanan biasa terjadi karena

makanan tambahan biasanya dibawa oleh keluarga pasien diluar dari diet

yang diberikan rumah sakit karena alasan makanan tersebut adalah

makanan kesukaan pasien. Hal inilah yang menyebabkan kemungkinan

besar makanan yang disajikan kepada pasien tidak dihabiskan.

53
D. Keterbatasan Penelitian

1. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu, harus menyesuaikan dengan

pasien , karena kebanyakan pasien sulit untuk di wawancara sehingga

menyebabkan ada beberapa informasi yang sulit untuk digali lebih lanjut.

2. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian deskriptif yang diartikan yakni

hanya melihat kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai apa yang telah

dialami oleh subjek penelitian.

3. Data maupun informasi yang didapatkan oleh peneliti hanya berasal dari

observasi, wawancara dan dokumentasi yang disesuaika atau mengikuti

jawaban dari informan yang hasilnya akan ditarik sebagai kesimpulan dari

data yang diperlukan.

54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian berdasarkan uraian hasil dan pembahasan

sebagai berikut :

1. Faktor faktor yang mempengaruhi makanan sisa di instalasi gizi Rumah

sakit aloesaboe yaitu :

a. Faktor Eksternal meliputi sisa makanan

b. Faktor lainnya meliputi keterlambatan petugas mengantar makanan,

dan kebiasaan makan makanan dari luar rumah sakit.

B. SARAN

1. Petugas gizi ruangan yang menangani pasien perlu meningkatkan motivasi

kepada pasien maupun konseling gizi mengenai makanan dari rumah sakit

yang diberikan agar pasien memahami pentingnya makanan yang di

berikan dari rumah sakit sudah sesuai diet penyakit dan perlunya

menghabiskan makanan.

2. Perlu adanya dukungan dari keluarga untuk selalu mengingatkan pasien

dalam menghabiskan makananan yang disajikan oleh rumah sakit agar

membantu proses penyembuhan pasien dan guna mengurangi terjadinya

sisa makanan.

55
3. Rumah sakit perlu memberitahukan agar keluarga pasien tidak

membawakan makanan dari luar rumah sakit karena akan Sebaiknya

menyadari bahwa diit yang diberikan oleh rumah sakit merupakan

salah satu faktor pendukung proses penyembuhan, dengan mengikuti

program diit yang diberikan .

56

Anda mungkin juga menyukai