Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat
berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan
nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti
adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi,
faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua
makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari
selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan
dimulai dari mulut sampai usu halus bagian distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati,
kantong empedu dan pankreas.
Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada
gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena
itu kita harus memperbanyak nutrisi.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimanakah konsep dasar nutrisi?
2. Apa saja macam-macam nutrisi?
3. Bagaimana proses pemberian makan/nutrisi melalui oral?
4. Bagaimana pemberian makan/nutrisi melalui parenteral?

1.3 Tujuan pembelajaran


Memberi nutrisi peroral dan parenteral
1
1. Agar pembaca mengetahui bagaimana konsep dasar nutrisi.
2. Agar pembaca mengetahui apa saja macam-macam nutrisi.
3. Agar pembaca mengetahui bagaimana proses pemberian makan/nutrisi melalui oral.
4. Agar pembaca mengetahui bagaimana pemberian makan/nutrisi melalui parenteral.

1.4 Metode penulisan


Penulis menggunakan metode browsing melalui internet dan merangkum melalui slide
pembelajaran yang telah diberikan.

Memberi nutrisi peroral dan parenteral


2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Nutrisi


Istilah gizi berasal dari bahasa Arab gizawi yang berarti nurtrisi. Oleh para ahli istilah
tersebut diubah menjadi gizi. Gizi adalah substansi organik dan non-organik yang
ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan
baik. Kebutuhan gizi sesorang ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, jenis kegiatan,
dan sebagainya. Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh,
mengatur proses – proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga , serta untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk
jaringan tubuh, membentuk struktuk kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur
berbagai proses kimia di dalam tubuh.
Dalam konsep dasar nutrisi mengenal sebuah istilah yang disebut dengan nutrien.
Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat dalam makanan
dan dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsinya. Setiap nutrien memiliki fungsi
tertentu yang akan menampilkan sekurang – kurangnya satu fungsi khusus pada saat
makanan dan diserap oleh tubuh.
Energi yang dihasilkan nutrien atau makanan disebut sebagai “nilai kalori”. Kalori
= energi yang digunakan untuk pembakaran.
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusi menggunakan makanan untuk membentuk
energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal
setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Status nutrisi normal menggambarkan
keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein
S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan
fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992).
Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi
parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan
keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi,penderita dan
keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan
fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih
berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus
dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah
Memberi nutrisi peroral dan parenteral
3
mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal dan
enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver.
Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi hormon usus
seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin mempunyai efek tropik pada
lambung, duodenum dan colon sehingga dapat mempertahankan integritas usus,mencegah
atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara gut-associated lymphoid tissue
(GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa usus (Shike, 1996;Bruera, 2003; Rombeau,
2004; Trujillo, 2005; Boediwarsono, 2006).
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui
pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan.Para peneliti sebelumnya menggunakan
istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya
diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara
umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan
melalui pembuluh darah.Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan
gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbs.

2.2 Macam-macam Nutrisi


A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang utama dalam diet. Kardohidrat
diklasifikasikan menurut unit gula atau sakarida. Tiap gram karbohidrat menghasilkan
4 kilokalori (kkal). Karbohidrat di bagi menjadi:
1. Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida (molekul tunggal yang
terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul
ganda), contoh sukrosa (glukosa + fruktosa), maltose (glukosa + glukosa), laktosa
(glukosa + galaktosa).
2. Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena disusun banyak
molekul glukosa.
3. Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak dapat
dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori tetapi dapat
meningkatkan volume feces. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh
makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan
makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi

Memberi nutrisi peroral dan parenteral


4
pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).
Kebutuhan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total.
B. Protein
Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Beberapa sumber protein berkualitas tinggi adalah: ayam, ikan, daging, domba,
kalkun, dan hati. Beberapa sumber protein nabati adalah: kelompok kacang polong
(misalnya buncis, kapri, dan kedelai), kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini
berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Protein akan
dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino yang
kemudian akan diserap oleh usus. Fungsi protein :
1. Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang
normal dan proses pengausan yang normal.
2. Protein menghasilkan jaringan baru.
3. Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan fungsi
khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.
4. Protein sebagai sumber energi.

C. Lemak
Lemak adalah senyawa yang mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
Lemak sendiri merupakan ester dari gliserol dan asam lemak. Gliseron merupakan
alkohol trihidrat yang mempunyai tiga gugus hidroksil –OH. Sedangkan asam lemak
adalah molekul yang memiliki rumus umum R.COOH, dengan R menunjukan rantai
hidrokarbon. Setiap gugus –OH gliserol bereaksi dengan –COOH asam lemak
membentuk sebuah mulekul lemak. Berdasarkan strukturnya, lemak yang tersusun atas
satu molekul gliserol dan tiga atau lebih molekul asam lemak disebut sebagai trigliserida.
Trigliserida ini mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda, yang dikenal
sebagai trigliserida majemuk. Lemak alami adalah campuran dari beberapa trigliserida
majemuk. Dengan demikian, lemak alami juga mengandung sejumlah asam lemak yang
berbeda.
D. Vitamin
Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan berfungsi
sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Memberi nutrisi peroral dan parenteral
5
Vitamin dibagi dalam dua kelas besar yaitu vitamin larut dalam air (vitamin C, B1, B2,
B6, B12) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K). Berikut ini rincian
dari beberapa vitamin dan penting:
1. Vitamin A
Vitamin ini membantu perkembangan daya lihat bayi. Juga berperan dalam
proses kerja sel tulang. Anak-anak yang kekurangan vitamin A akan menderita
rabun senja serta gangguan pertumbuhan. Mereka juga rentan terhadap infeksi.
Sumber vitamin A antara lain: telur, keju, dan hati.
2. Vitamin B-kompleks
Semua vitamin B membantu produksi energi, dan membantu terbentuknya
sel-sel otak bayi. Vitamin B1 dan niasin (salah satu anggota B-kompleks)
membantu sel tubuh menghasilkan energi. Vitamin B6 membantu tubuh melawan
penyakit dan infeksi. B12 digunakan dalam pembentukan sel darah merah.
Kecukupan vitamin B-kompleks membantu mencegah kelambatan pertumbuhan,
anemia, gangguan penglihatan, kerusakan syaraf, dan gangguan jantung.
Makanan seperti misalnya roti, padi-padian, dan hati banyak mengandung
vitamin B-kompleks. Setiap anggota vitamin B-kompleks bersumber dari makanan
tertentu misalnya: B1 dari kacang buncis ; B12 dari daging, ikan, telur, dan susu.
3. Vitamin C
Anak-anak dapat memperoleh vitamin C dari jeruk dan berbagai sayuran.
Mereka memerlukan vitamin C untuk membentuk beberapa zat kimia dan
menggerakkan zat kimia lain (salah satu anggota grup vitamin B, misalnya) agar dapat
digunakan tubuh. Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi. Mereka yang
kekurangan vitamin C bisa menderita kelemahan tulang, anemia, dan gangguan
kesehatan lainnya.
4. Vitamin D
Sinar matahari membantu tubuh membuat sendiri vitamin D, bahkan pada
sejumlah anak, kebutuhan vitamin ini sudah terpenuhi dengan bantuan sinar matahari.
Vitamin D sangat penting karena membantu kalsium masuk ke tulang. Inilah
sebabnya mengapa vitamin D kadang ditambahkan ke dalam susu sapi (disebut susu
yang telah “diperkaya”). Sayangnya, banyak produk susu olahan yang digemari anak-
anak justru tidak diperkaya dengan vitamin D. Keju dan yogurt kaya kalsium tetapi
tidak mengandung vitamin D. Makanan yang diperkaya vitamin D lebih baik daripada
Memberi nutrisi peroral dan parenteral
6
suplemen vitamin. Anak-anak yang mengkonsumsi diet rendah vitamin D bisa
menderita ricketsia, suatu penyakit yang melemahkan tulang atau menjadikan tulang
cacat.
E. Mineral
Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagian enzim, dan sangat
penting dalam pengendalian system cairan tubuh. Mineral merupakan konstituen esensial
pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral.
Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan lewat makanan. Tiga fungsi
mineral:
1. Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium, fosfor.
2. Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh ;
contoh Na, Cl (ekstraseluler), K, Mg, P (intraseluler).
3. Bahan dasar enzim dan protein.
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air. Pada orang dewasa asupan air berkisar
antara 1200-1500cc per hari, namun dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum.

2.3 Memberi Makan/Nutrisi Peroral


A. Pengertian memberi makan peroral
Pemberian makanan melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang di
lakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri
dengan cara membantu memberikan makanan nutrisi melalui oral
Pemberian makan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada
klien secara langsung melalui mulut.
B. Tujuan memberi makan peroral
1. Membantu klien yang mengalami terbatasnya aktivitas
2. Pemenuhan kenutuhan nutrisi pasien
3. Memenuhi hak pasien untuk mendapatkan asupan nutrisi
C. Indikasi
1. Pada pasien yang bisa makan sendiri
2. Diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan mobilitas namun tetap sadar
3. Pada pasien Bed Rest

Memberi nutrisi peroral dan parenteral


7
D. Kontra Indikasi
Tidak dapat diberikan pada pasien koma, CA nasofaring, CA mandibularis, obstruksi
tenggorokan.
E. Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien.
2. Sebelum dihidangakan makanan di periksa dulu, apakah sudah sesuai dengan daftar
makanan/diet pasien.
3. Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi
4. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit
5. 3.6.5 Peralatan makanan dan minuman harus bersih
6. Untuk pasien anak –anak, usahakan menggunakan peralatan yang menarik
perhatiannya
7. Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di makan habis
atau tidak
8. Perhatikan selera makan dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksinya setelah
makan
9. Perhatikan selera makan dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksinya
setelah makan
F. Alat dan Bahan
1. Makanan dan minuman yang sudah disiapkan
2. Serbet makan / tissue makan
3. Sendok
4. Buah untuk pencuci mulut
5. Lingkungan di sekitar klien di rapihkan
6. Klien di beritahukan dan disiapkan dalam keadaan posisi kepala lebih tinggi
dari badan
G. Langkah kerja
1. Mencuci tangan
2. Memberitahukan klien untuk makan
3. Menghidangkan makanan di atas meja klien
4. Membantu klien dalam posisi yang nyaman.
5. Meletakan serbet / tissue di bawah dagu klien
6. Memberikan kesempatan klien untuk berdo’a terlebih dahulu
Memberi nutrisi peroral dan parenteral
8
7. Menanyakan pada klien apakah lauk dan sayurnya boleh dicampur dengan nasi
(tim) atau tidak
8. Menyuapkan makanan dalam porsi sedang dan tidak tergesa – gesa
9. Memberikan minum yang secukupnya
10. Setelah selesai, mulut klien dibersihkan dengan serbet / tissue
11. Mengembalikan alat makan pada tempatnya

2.4 Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral


A. Pengertian
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007).
Ada 3 macam metode pemberian nutrisi parenteral, yaitu:

1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena.


Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral.
Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino
2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan
nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan
adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000, cairan yang
mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan cairan yang mengandung lemak
seperti Intralipid
3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena
antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis interna dan
eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat dilakukan pada
sebagian vena di daerah tangan dan kaki.

B. Indikasi
1. Gangguan absorbsi makanan seperti fistula enterokunateus, atresia intestinal, colitis
infeksiosa, obstruksi usus halus.
2. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan sperti pada pankrestitis berat, status
preoperative dengan malnutrisi berat, angina intertinal, diare berulang.
3. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.

Memberi nutrisi peroral dan parenteral


9
4. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum
(Wiryana, 2007).
5. Pasien Syok
6. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
7. Intoksikasi berat
8. Sebelum tranfusi darah
C. Kontra Indikasi
1. Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
2. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
3. Pankreatitis akuta ringan.
4. Kolitis akuta.
5. AIDS.
6. Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
7. Luka bakar.
8. Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).
D. Manfaat pemberian nutrisi parenteral
1. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya
saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan
2. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan
katabolisme energi
3. Mempertahankan kebutuhan nutrisi
E. Persiapan pasien
1. Memberitahukan dan menjelaskan tindakan dan tujuan yang akan dilakukan
2. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman
F. Persiapan alat
1. Alat steril
a. Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril
b. Infus set steril
c. Jarum/wingnedle/abocath dengan nomer yang sesuai
d. Korentang dan tempatnya
e. Kom tutup berisi kapas alcohol
2. Alat tidak steril
a. Standart infuse
Memberi nutrisi peroral dan parenteral
10
b. Perlak dan alasnya
c. Pembendung (tourniquet)
d. Plester
e. Gunting verban
f. Bengkok
g. Jam tangan
3. Obat-obatan
a. Alcohol 70%
b. Cairan sesuai advis dokter
G. Komplikasi
Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang
lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi. (Hinlay, 2006).
1. Flebitis
2. Infiltrasi
3. Iritasi vena
4. Hematoma
5. Tromboflebitis
6. Trombosis
7. Occlusion
8. Spasme vena
9. Reaksi vasovagal
10. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament
H. Pencegahan komplikasi
1. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
2. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
3. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
4. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
5. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
6. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan,
periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
7. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan
memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)

Memberi nutrisi peroral dan parenteral


11
8. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi dalam
pemasangan infuse
9. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak,
vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil
10. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat.
11. Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan millimeter perjam
(ml/h) dan penghitungan tetes permenit.
I. Pelaksanaan
1. Mengisi selang infus:
a. Mencuci tangan
b. Memeriksa etiket
c. Desinfeksi karet penutup botol
d. Menusukkan infus set ke dalam botol infuse
e. Pengatur tetesan infus ditutup, jarak 24 cm dibawah tempat tetesan
f. Menggantungkan botol infuse
g. Ruang tetesan diisi setengah (Jangan sampai terendam)
h. Selang infus diisi cairan infus dikeluarkan udaranya
2. Melakukan kateterisasi vena (prosedur kateterisasi vena di lengan bawah)
a. Pasang torniket di sebelah proksimal vena yang akan dipungsi
b. Letakkan perlak kecil dan alasnya dibawah bagian yang akan dipunksi
c. Tentukan vena yang akan dikateter bila perlu dipalpasi
d. Lakukan tindakan antisepsis dengan kapas alkohol 70% pada lokasi vena tempat
masuk kateter dan sekitarnya.
e. Regangkan kulit kearah distal. Tusukkan jarum dengan sudut 200 terhadap
permukaan kulit. Lubang menghadap keatas. Masukkan jarum sesuai dengan arah
garis vena.
f. Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Bila tampak darah keluar berarti kanula
telah masuk ke vena. Tahan jarum dan dorong kanula kateter.
g. Lepaskan torniket, tempelkan kapas ditempat pungsi.
h. Pasang selang infus berisi cairan infus yang telah dipersiapkan sebelumnya.
i. Fiksasi kateter dan selang infus dengan plester.
j. Mengatur tetesan dalam satu menit sesuai intruksi
k. Tutup kulit dengan kassa steril.
Memberi nutrisi peroral dan parenteral
12
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
n. Mencatat: tanggal dan jam pemberian cairan, macam cairan

Memberi nutrisi peroral dan parenteral


13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi
organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan
pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia,
maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.
3.2 Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya untuk
melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan
dengan gizi seimbang dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal
tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia bisa
terserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun.

Memberi nutrisi peroral dan parenteral


14

Anda mungkin juga menyukai