Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An.

S DENGAN
DEMAM THYPOID DI RUANG CRISANT
RSUD DOLOKSANGGUL

Disusun Oleh :
Nourma Vivi Septiany Simanullang,S.Kep
NIM.1814201133B

PROGRAM PROFESISTUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur mahasiswa panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


atas berkat dan rahmatNya, pembelajaran tentang Keperawatan Anak ini
dapat dilaksanakan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak pada An.S
dengan Demam thypoid di Ruang Crisant RSUD Doloksanggul” dapat
diselesaikan dengan baik.
Mahasiswa menyadari bahwa dalam proses pembelajaran tentang
Keperawatan Anak ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan,
bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dapat terselesaikan.
Untuk itu Mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sangat berharga selama pembelajaran tentang
Keperawatan Anak. Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi
kepada penulis dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Anak ini.Untuk itu
mahasiswa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu dr. Fitria Aldy,M.Ked (Oph),Sp. M , selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Flora.
2. Ibu Suherni, S.Kep, Ners, M.Kep Seluruh Staff/Dosen di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Flora yang telah berjasa memberikan
sumbangan ilmu, motivasi, dan masukan-masukan dalam
pembelajaran tentang Keperawatan Anak.
3. selaku Ketua Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Flora
4. Ibu Lilis Pujiati,S.Kep,Ners,M.Kep selaku sebagai Dosen
Pembimbing mahasiswa yang telah memberikan masukan dan
saran kepada pembuatan pembelajaran tentang Keperawatan
Anak ini.
5. Kepada teman-teman mahasiswa-mahasiswi Profesi Ners STIKes
Flora yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
pembelajaran tentang Keperawatan Anak ini.
Mahasiswa menyadari bahwa dalam pembelajaran tentang
Keperawatan Anak ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran-
saran yang membangun sangat diharapkan.
Akhir kata mahasiswa berharap semoga pembelajaran tentang
Keperawatan Anak ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam bidang
keperawatan.

Medan, Nopember 2020

Nourma Vivi Septiany Simanullang, S.Kep


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI.......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 4
C. Manfaat ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi........................................................................................ 7
B. Etiologi........................................................................................ 7
C. Patofisiologi ................................................................................ 8
D. Manifestasi Klinis ....................................................................... 8
E. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 10
F. Komplikasi .................................................................................. 10
G. Penatalaksanaan .......................................................................... 11
H. Konsep Dasar Anak..................................................................... 13
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pencernaan (Demam Thypoid) ................................................... 16
1. Pengkajian ............................................................................ 16
2. Diagnose Keperawatan.......................................................... 17
3. Rencana Keperawatan........................................................... 18
4. Pathway Teori ....................................................................... 22
5. Implementasi Keperawatan ................................................... 23
6. Evaluasi Keperawatan........................................................... 23

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian ................................................................................... 25
B. Klasifikasi Data ........................................................................... 34
C. Analisis Data ............................................................................... 35
D. Pathway Kasus ............................................................................ 37
E. Diagnosa Keperawatan................................................................ 38
F. Intervensi Keperawatan............................................................... 40
G. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................... 43
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................... 51
B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 52
C. Intervensi Keperawatan............................................................... 54
D. Implementasi Keperawatan ......................................................... 55
E. Evaluasi Keperawatan................................................................. 60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 62
B. Saran............................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
23
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus

yang disebabkan oleh salmonella thypii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan,

atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Hidayat, 2008,

hal:120). Demam thypoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama

terletak di daerah tropis dan subtropis dengan angka kejadian masih sangat tinggi yaitu

500 per 100.000 (Widagdo,2011, hal: 218).

Menurut dataWorld Health Organization(WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta

kasus demam thypoid di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus.

Secara keseluruhan, demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan

216.500 kematian pada tahun 2000. Insidens demam tifoid tinggi (>100 kasus

per100.000 populasi per tahun) dicatat di AsiaTengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan

kemungkinan Afrika Selatanyang tergolongsedang (10 – 100 kasus per 100.000

populasi pertahun) di Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali

Australia dan Selandia Baru), serta yang termasuk rendah (<10 kasus per100.000

populasi per tahun) di bagian dunialainnya.

Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang lazim didapatkan di daerah tropis

dan subtropis dan sangat erat kaitannya dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat.

Penularan penyakit ini lebih mudah terjadi di masyarakat yang padat seperti urbanisasi

di negara yang sedang berkembang dimana sarana kebersihan lingkungan dan air

minum bersih belum terpenuhi dan oleh karena itu penyakit demam thypoid mudah

menyebar melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui lalat, dan serangga.

Sumber utamanya hanyalah manusia. Penularan terjadi melalui air atau makanan yang

tercemar kuman salmonella secara langsung maupun tidak langsung (dari orang yang

sakit maupun dari ‘’carrier’’) yang erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan

perorangan. Demikian juga cara mencuci bahan makanan (segala macam makanan)
24
dengan air yang tercemar akan mempermudah penularan demam tifoid apabila tidak

dimasak dengan baik (Ranuh, 2013, hal: 182).

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD DOLOKSANGGUL pada tahun

2020 ditemukan 150 kasus thypoid , sebanyak 75 kasus adalah menyerang anak-anak.

Dari bulan Januari sampai dengan November 2020 didapatkan kasus demam thypoid

sebanyak 75 anak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kasus demam thypoid masih

sangat tinggi. Berdasarkan keterangan data diatas, maka penulis tertarik untuk menggali

permasalahan tentang penyakit demam thypoid dan membuat karya tulis ilmiah tentang

“Asuhan Keperawatan Demam Thypoid pada An.S di Ruang Crisant RSUD

Doloksanggul"

B. Tujuan

1. Umum

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan Demam Thypoid pada Anak” adalah agar penulis dapat memahami

dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan demam

Thypoid menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Khusus

Tujuan khusus dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu:

a. Mampu melakukan pengkajian pada Anak dengan masalah Demam Thypoid di

Ruang Crisant RSUD Doloksanggul.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Anak dengan masalah Demam

Thypoid di Ruang Crisant RSUD Doloksanggul.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada Anak dengan

Demam Thypoid di Ruang Crisant RSUD Doloksanggul.

d. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada Anak dengan masalah

Demam Thypoid di Ruang Crisant RSUD Doloksanggul.

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Anak dengan masalah

Demam Thypoid di Ruang Crisant RSUD Doloksanggul.


25
C. Manfaat

Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam penanganan

demam thypoid pada anak

2. Bagi Penulis

a. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan demam

thypoid pada anak

b. Untuk meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan

demam thypoid pada anak.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Memberikan pengetahun dan ketrampilan mahasiswa lebih banyak lagi

terutama dalam kegiatan pembelajaran mengenai asuhan keperawatan pasien

demam thypoid.

4. Bagi Lahan Praktik

Sebagai referensi untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan agar

lebih baik khususnya pada anak dengan kasus demam thypoid.

5. Bagi Pasien

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau pedoman untuk menangani kasus

demam thypoid pada anak dan keluarganya.


26
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang
terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam
paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S.
Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam tifoid
memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain
(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus
abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan,dan gangguan kesadaran.
Menurut Soedarto (2009, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut
juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman
Salmonella typhiatauSalmonella paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid
merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia maupun di daerah-
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam
tifoid atau tifus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
menyerang manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus
yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan
atau minuman yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan
lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih
diperburuk dengan gangguan penurunan kesadaran.
B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011, hal: 197) Etiologi dari demam Thypoid
adalah Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam
famili Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora,
tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan

beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan
kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1
jam atau 60º C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik)
adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan
antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi,
juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida
27
kapsul.
C. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus
halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus.
Kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini
terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia
untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ
tubuh terutama limpa, usus, dan kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006,
hal: 254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus halus (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
D. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid
pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa
tunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan.
Sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi
mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang.
Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005, hal: 237)
adalah:
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua,
pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu
berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-
28
pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping
gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi
dan epitaksis pada anak dewasa
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis,
akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan.Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam
organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh
zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi
basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal: 256) pemeriksaan penunjang demam
tifoid adalah:
1. Pemeriksaan darah tepi
Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang
3. Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-
betul sembuh
4. Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan
titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk
menegakkan diagnosis karema titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan
29
imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
F. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid dapat
digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.
1. Komplikasi intestinal diantaranya ialah :
a. Perdarahan
Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama
dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan
peningkatan denyut nadi.
b. Perforasi usus
Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului oleh
perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal ileum
ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala
peritonitis.
2. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :
a. Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik
b. Hepatitis dan kholesistitis
Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amilase
serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi
pankreatitis
c. Pneumonia atau bronkhitis
Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %, umumnya
disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella
d. Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen
ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan
nekrosis
e. Trombosis dan flebitis
Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala
residual yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat, trombosis
serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna rungu, mielitis
tranversal, dan psikosis
f. Komplikasi lain
Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom
nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan
artritis.
30
G. Penatalaksanaan

Menurut Ngastiyah (2005, hal: 239) & Ranuh (2013, hal: 184-185)
pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus
dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan
diberikan pengobatan sebagai berikut :
1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh
berdiri kemudian berjalan di ruangan
4. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang
dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien
menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran
dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.
5. Pemberian antibiotik
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran bakteri. Obat
antibiotik yang sering digunakan adalah :
a. Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oral atau dengan
dosis 75 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis.
Chloramphenicol dapat menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse
terjadi lebih cepat pula dan obat tersebut dapat memberikan efek
samping yang serius
b. Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 6
dosis. Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan chloramphenicol
c. Amoxicillin dengan dosis 100 mg/kg/24 jam per os dalam 3 dosis
d. Trimethroprim-sulfamethoxazole masing-masing dengan dosis 50 mg
SMX/kg/24 jam per os dalam 2 dosis, merupakan pengobatan klinik
yang efisien

e. Kotrimoksazol dengan dosis 2x2 tablet (satu tablet mengandung 400


mg sulfamethoxazole dan 800 mg trimethroprim. Efektivitas obat ini
hampir sama dengan chloramphenicol.

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan


31
(Demam Thipoid)
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008, hal: 154-155) adalah sebagai berikut:
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang
bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa
inkubasi).
c. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap harinya, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu ketiga.
d. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu
apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah
(kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala
lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu
bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang
ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan
pula bradikardi dan epitaksis pada anak besar.
e. Pemeriksaan fisik
1) Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara
ujung dan tepinya bewarna kemerahan, dan jarang disertai tremor
2) Abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa
terjadi konstipasi atau mungkin diare atau normal
3) Hati dan Limfe
Membesar disertai nyeri pada perabaan
f. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pada pameriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,
limfositosis, relatif pada permukaan sakit
32
2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal
3) Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam
darah pasien pada minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering
ditemukan dalam feces dan urine
g. Pemeriksaan widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat
anti terhadap antigen 0, titer yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Nnda NIC-
NOC (2014) adalah sebagai berikut:
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak
adekuat
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi
nutrien
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan denganproses infeksi salmonella typhi
Tujuan: suhu tubuh kembali normal
Hasil yang diharapkan: Pasien mempertahankan suhu tubuh normal
yaitu 36ºC-37ºC dan bebas dari demam.
Intervensi:
1) Pantau suhu tubuh klien tiap 3 jam sekali
Rasional: suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukkan proses penyakit
infeksi akut
2) Beri kompres hangat
Rasional: kompres dengan air hangat akan menurunkan demam
3) Anjurkan kepada ibu klien agar klien memakai pakaian tipis dan
menyerap keringat
Rasional: memberi rasa nyaman, pakaian tipis membantu
mengurangi penguapan tubuh
4) Beri banyak minum 1.500-2.000 cc/hari
Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan resiko dehidrasi.

5) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik


33
Rasional: antipiretik untuk mengurangi demam, antibiotik untuk
membunuh kuman infeksi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak
adekuat
Tujuan: volume cairan terpenuhi
Hasil yang diharapkan: status cairan tubuh adekuat, ditandai dengan
membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, tanda-tanda vital normal
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan
2) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasonal: mengontrol keseimbangan cairan
3) Kaji status dehidrasi
Rasional: mengetahui derajat status dehidrasi
4) Beri banyak minum
Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan resiko dehidrasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
Tujuan: menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Hasil yang diharapkan: terlihat tenang dan rileks dan tidak ada keluhan
nyeri
Intervensi:
1) Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri
Rasional: suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang
diberikan
2) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam
Rasional: menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan oksigenasi
darah, dan menurunkan inflamasi.

3) Libatkan keluarga dalam tata laksana nyeri dengan memberikan


kompres hangat
Rasional: menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, membuat
otot tubuh lebih rileks, dan memperlancar aliran darah.
4) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien
Rasional: posisi yang nyaman membuat klien melupakan rasa
nyerinya.
5) Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi
34
Rasional: untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan
mempercepat proses penyembuhan.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmalabsorbsi
nutrien
Tujuan: tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Hasil yang diharapkan: nafsu makan meningkat, makan habis satu
porsi, berat badan klien meningkat
Intervensi:
1) Kaji status nutrisi anak
Rasional: mengetahui langkah pemenuhan nutrisi
2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tapi sering
Rasional: meningkatkan jumlah masukan dan mengurangi mual
dan muntah
3) Timbang berat badan klien setiap 3 hari
Rasional: mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan
4) Pertahankan kebersihan mulut anak
Rasional: menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau lidah dan
dapat meningkatkan nafsu makan
5) Beri makanan lunak
Rasional: mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi beban yang
tinggi pada usus
6) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat
Rasional: memberikan motivasi pada keluarga untuk memberikan
makanan sesuai kebutuhan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengankelemahan
Tujuan: dapat beraktivitas secara mandiri
Hasil yang diharapkan: memperlihatkan kemajuan khusus tingkat
aktivitas yang lebih tinggi dari mobilitas yang mugkin
Intervensi:
1) Kaji toleransi terhadap aktivitas
Rasional: menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres
aktivitas
2) Kaji kesiapan meningkatkan aktivitas
Rasional: stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
memajukan tingkay aktivitas individual
3) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjuran menggunakan kursi
mandi, menyikat gigi atau rambut
35
Rasional: teknik penggunaan energi menurunkan penggunaan
energi
4) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memiliki periode
aktivitas
Rasional: seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah kelemahan.

4. Pathway Teori
Skema 2.1
Pathway Teori

Salmonella typhi

Saluran pencernaan

Usus halus

Jaringan limfoid

Lamina frofia

Kelenjar limfa mesontreia

Aliran darah

Organ res (hati & limfa)

Tidak difagosit Imflamasi

Hati & limfa Endotoksin

Hepatomegali penurunan napsu lemah proses


infeksi
Solenomegali makan lesu demam

Merasangsang ujung saraf mual intoleransi hippertermi


Muntah aktivitas
Nyeri perabaan
Nutrisi kurang
Nyeri akut dari kebutuhan
tubuh

5. Implementasi Keperawatan
Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya
adalah mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons
klien. Hal ini dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila
dilakukan saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang
diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009).
36

Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan


adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan.
Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini,
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat
berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).
Pada tahap evaluasi, perawat dapat menemukan reaksi klien
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan
apakah sasaran dari rencana keperawatan dasar mendukung proses
evaluasi. Selain itu juga dapat menetapkan kembali informasi baru yang
ditunjukkan oleh klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa
keperawatan, tujuan atau intervensi keperawatan (Yura dan Walsh, 1988
dalam Deswani, 2009).
BAB III

TINJAUAN KASUS

Ruang : Crisant

Tanggal masuk : 18 November 2020

Jam : 12.30

No.RM : 08 12 27

Identitas Pasien

Nama : An. S

Tgl Lahir : 25 Oktober 2008

Agama : Kristen protestant

Pendidikan : SD

Pekerjaan : -

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Paranginan

Diagnosa Medis : Demam Thypoid

Tanggal pengkajian : 19 November 2020

Jam : 09.00

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. L

Umur : 45 Tahun

Agama : kristen protestan

Pendidikan : SMA

34
35

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : paranginan

Hubungan : Ibu

A. Pengkajian

k. Alasan utama masuk RS

Klien mengatakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk RS, demam sejak 3 hari

sebelum masuk RS. Nafsu makan hilang, lemah. Kien tidak berobat sebelum

dibawa ke RS dan tidak minum obat apapun, kemudian klien dibawa ke RSUD

Doloksanggul masuk IGD jam 07.10, TD : 110/70 mmHg, N: 90x/ menit, RR

15x/menit, S: 38C, diberikan terapi IVFD Ringer Lactat 12 tpm, inj.ranitidine

50mg, inj.ondansentron ,ketorolac 30 mg.

l. Keluhan utama

Pasien demam

m. Riwayat kesehatan lalu

Klien belum pernah di rawat di RS sebelumnya, klien mempunyai riwayat maag

sejak 2 tahun yang lalu,dan melakukan rawat jalan.

n. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien tidak ada yang menpunyai riwayat pennyakit keturunan seperti

hipertensi,diabetes militus,penyakit jantung,Asma,TBC.


36

o. Genogram:

46 45

17 15 12

• Keterangan Genogram

= Laki-laki

= perempuan

= Tinggal serumah

= Keluarga yang sakit

= Hubungan keluarga

= Anggota keluarga yang meninggal karena sakit tapi tidak

diketahui penyebab sakitnya. Tidak ada penyakit keturunan dan

penyakit menular keluarga


37

p. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri perut bagian atas ,kuadran I sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit, nyeri terus menerus, demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah

sakit, di rumah sudah di minum obat beli di warung karena belum ada perubahan

lalu di bawa ke RSUD Doloksanggul , di IGD dilakukan tindakan infus ringer lactat

dan inj.ketorolac dan inj.ranitidin jam 07.10, lalu pasien dipindahkan di ruang rawat

inap yakni di ruang Crisant RSUD Doloksanggul.

q. Riwayat pengobatan/alergi : Klien tidak mempunyai riwayat pengobatan, klien juga

tidak mempunyai riwayat alergi baik makanan, minuman, maupun obat

r. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Sakit/nyeri :

P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

Q :nyeri seperti ditusuk – tusuk

R :perut bagian kanan atas kuadran 1

S :nyeri skala 5

T :nyeri terus menerus

2. Sikap : Gelisah Kesadaran CM GCS = 15 E3 M6 V5

3. Pendengaran

Klien dapat mendengar dengan normal,fungsi telinga kiri dan kanan baik,tidak

memakai alat bantu pendengaran,tidak ada gangguan pendengaran


38

4. Penglihatan

Klien dapat melihat dengan normal, tidak memakai alat bantu penglihatan,

konjungtiva ananemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor 2/2mm, tidak ada

kebutaan dan tidak ada katarak

5. Pengecapan

Klien mengatakan pengecapannya terasa pahit, lidah kotor, tampak putih.

6. Penghidu

Sistem presepsi sensori penghidu klien baik dan normal,tidak terdapat gangguan

penghidu

7. Peraba

sistem presepsi sensori perabaan klien baik dan normal,tidak terdapat gangguan

sistem presepsi sensori perabaan.

8. Sistem Pernafasan

Klien tidak mempunyai riwayat bronkitis, asma, tuberkolusis, emfisema,

pneumonia, tidak merokok, terpasang alat bantu oksigen nasal kanul 3 ml.

Frekuensi 15 x/m, kedalaman: tidak normal (lambat dan dangkal),

pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri, suara nafas bersih,

menggunakan otot asesoris, tidak ada nafas cuping hidung, fremitus teraba

simetris antara kanan dan kiri, tidak sianosis. Pengembangan paru simetris,

irama tidak teratur

9. Sistem Kardiovaskuler

Tekanan Darah : 110/70 mmHg


39

Nadi : 90 x/m

Suhu : 38,04C

Irama : teratur

Kekuatan : kuat

Akral : hangat

Pengisian kapiler : < 2 detik

Edema : Tidak ada

10. Sistem Saraf Pusat

Kesadaran :Composmetis

GCS :15 E3 M6 V5

Bicara : normal

Pupil : isokor ukuran kanan/kiri :2/2

Orientasi waktu ; Klien dapat menyebutkan waktu dengan baik yaitu saat

pengkajian waktu pagi.

Orientasi orang : Klien dapat menyebutkan nama diri sendiri dan mengenali

orang-orang di sekelilingnya.

Orientasi tempat : Klien mengetahui bahwa dia berada di rumah sakit.

11. Sistem Gastrointestinal

Kehilangan selera makan : klien mengatakan selera makan berkurang.

Mual/Muntah: klien tidak mual muntah

Alergi :tidak ada alergi makanan

Masalah mengunyah atau menelan : tidak ada


40

Berat badan biasa sebelum sakit :41 kg

Berat badan setelah sakit :40 kg

perubahan berat badan : -Berat badan sekarang : 40 kg

Tinggi badan : 140 m

Bentuk badan : normal

Turgor kulit : lembab

Mukosa : sianosis

12. Sistem Moskuloskeletal

Rentang gerak : terbatas

Keseimbangan cara berjalan : tegap

Kemampuan memenuhi ADL :dibantu

Kekuatan otot :

5 5

5 5

13. Sistem Intergumen

Warna kulit : putih

Turgor kulit : Baik/ lembab

Memar : Tidak ada

Lain :-

14. Riwayat Immunisasi

f. BCG: tuntas

g. DPT: tuntas
43

h. Polio: tuntas

i. Campak: tuntas

j. Hepatitis: tidak pernah

15. Riwayat Tumbuh Kembang

c. Pertumbuhan Fisik

- Berat badan : Tidak tahu

- Tinggi badan : Tidak tahu

- Waktu tumbuh gigi : Lupa, bulan, Tanggal gigi: Belum

d. Perkembangan Tiap tahap

- Berguling : Ibu klien mengatakan lupa

- Duduk: Ibu klien mengatakan lupa

- Merangkap: Ibu klien mengatakan lupa

- Berdiri Ibu klien mengatakan lupa

- berjalan 1 Tahun

- Senyum kepada orang lain pertama kali : Ibu klien mengatakan lupa

- bicara pertama kali: Ibu klien mengatakan lupa

- Berpakaian tanpa bantuan: Ibu klien mengatakan lupa

s. Data Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Tgl pemeriksaan: 18 November 2020


44

Tabel 3.1
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi

Paket Darah Otomatis Hasil Satuan Nilai Normal


Hemoglobin L 11.5 g/dL 11.3-15.5
Leukosit 5.1 10^3/uL 3.6- 11.0
Hematokrit 35 % 35-47
Eritrosit 4.6 10^6/uL 3.80-5.20
Trombosit 300 10^3/uL 150-400
MCH L 25 Pg 26-34
MCHC 33 g/dL 32-36
MCV L 76 Fl 4-8
DIFF COUNT
Eosinofil 1.80 % 1-6
Basofil 0.20 % 0-1
Netrofil 54.30 % 50-70
Limfosit 36.00 % 22-40
Monosit 7.70 % 4-8
Golongan Darah O
Imunologi
TYPHI O POS 1/400
TYPHI H Negatif
PARATYPHI Negatif
O-A
PARATYPHI Negatif
O-B
t. Terapi Yang Diberikan

Tabel 3.2
Terapi
Terapi Yang Jam Pemberian
Diberikan
IVFD Ringer
Lactat 12 Tpm
Inj.ceftriaxone 08.00
1 x 1000 mg
Inj.ranitidhin 08.00 20.00
2 x 50 mg
Inj.Hexilon 3 x 08.00 16.00 24.00
20 mg
Sukralfat 3x 1 08.00 16.00 20.00
cth
Parasetamol 3 08.00 16.00 20.00
x 500 mg
Curcuma 3 x 08.00 16.00 20.00
200 mg
44

Tabei 3.3
Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
1. Klien mengatakan nyeri di perut kanan 1. Kesadaran Composmetis
bagian atas. GCS:14 E3 M6 V5
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2. wajah tampak menahan sakit
2 hari sebelum masuk rumah sakit. 3. Klien tampak lemas, pucat, tidak
R : perut bagian kanan atas kuadran 1 nafsu makan.
S : nyeri skala 5 4. klien tampak gelisah
T : nyeri terus-menerus 5. Akral hangat
2. Klien mengatakan lemas 6. Membran mukosa kering
3. Klien mengatakan lidah terasa pahit, 7. BAK 70-80cc, 2-3x/hari
nafsu makan berkurang 8. klien tampak lemah
9. TD :110/70 mmHg
RR : 15 x/menit
N : 88x/menit
S : 38 oC
CRT: < 2 detik
BB sebelum masuk 41 kg
BB Sesudah masuk 40 kg
THYPI POST 1/400
IMT 17,9kg/m2
Hb L11,5 g/dL
Limfosit 36%
10. Diit BK, habis ¼ porsi  250cc,
minum 1 gelas 300cc
45

B. Analisa Data

Nama Klien : An.S Hari / Tgl : Kamis,19/11/2020

No. RM :081227 Ruang Rawat : CRISANT

Tabel 3.4
Analisa Data
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DS : bakteri masuk ke aliran darah Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri di ↓
perut kanan bagian atas inflamasi hati & limfa
P : Klien merasakan nyeri ↓
perut sejak 2 hari sebelum Mengaktifkan mediator kimia
masuk rumah sakit. (Histamin dan bradikinin)
R : perut bagian kanan atas ↓
kuadran 1 Menstimulasi pelepasan
S : nyeri skala 5 prostaglandin di hipotalamus
T : nyeri terus-menerus ↓
DO : Nyeri dipersepsikan(nyeri
- Composmetis (GCS:14 E3 M6 kolik)
V5) ↓
- wajah tampak menahan sakit Nyeri Akut
- TD :110/70 mmHg
RR : 15 x/menit
N : 88x/menit
S : 38 oC
CRT: < 2 detik
- lab THYPI POST 1/400
DS : Bakteri masuk kedalam aliran Hipertermia
- Klien mengatakan lemas darah
DO: ↓
- klien tampak gelisah Bakteri mengeluarkan
- Akral hangat endotoksin
- Membran mukosa kering ↓
- BAK 70-80cc, 2-3x/hari Hipotalamus
- TD :110/70 mmHg ↓
RR : 15x/menit Hipertermi
N :88x/menit
S : 38 oC
DS: Bakteri salmonella thypi Nutrisi kurang
- Klien mengatakan lidah terasa ↓ dari kebutuhan
49

SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


pahit, nafsu makan berkurang Masuk lewat makanan tubuh

DO: Saluran pencernaan
- klien tampak lemah ↓
- Klien tampak lemas, pucat, Lambung
tidak nafsu makan. ↓
- BB sebelum masuk 41 kg Nafsu makan menurun
BB Sesudah masuk 40 kg ↓
- Diit BK, habis ¼ porsi  250cc, Resiko nutrisi kurang dari
minum 1 gelas 300cc kebutuhan tubuh
- IMT 17,9kg/m2
- Hb L11,5 g/dL
- Limfosit 36%

C. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)

Tabel 3.5
Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
Tanggal No Diagnosa Kepeawatan
19/11/2020 1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis (imflamsi hati) ditandai dengan:
DS :
- Klien mengatakan nyeri di perut kanan
bagian atas
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit.
R : perut bagian kanan atas kuadran 1
S : nyeri skala 5
T : nyeri terus-menerus
DO :
- Composmentis (GCS:14 E3 M6 V5)
- wajah tampak menahan sakit
- TD :110/70 mmHg
RR : 15 x/menit
N : 88x/menit
S : 38 oC
CRT: < 2 detik
- lab THYPI POST 1/400
50

19/11/2020 2 Hippertermia berhubungan proses infeksi


DS :
- Klien mengatakan lemes
DO:
- klien tampak gelisah
- Akral hangat
- Membran mukosa kering
- BAK 70-80cc, 2-3x/hari
- TD :110/70 mmHg
RR : 15x/menit
N :88x/menit
S : 38 oC
19/11/2020 3 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan napsu makan
DS:
- Klien mengatakan lidah terasa pahit, nafsu
makan berkurang

Tanggal No Diagnosa Kepeawatan


DO:
- klien tampak lemah
- Klien tampak lemas, pucat, tidak nafsu
makan.
- BB sebelum masuk 41 kg
BB Sesudah masuk 40 kg
- Diit BK, habis ¼ porsi  250cc, minum 1
gelas 300cc
- IMT 17,9kg/m2
- Hb L11,5 g/dL
- Limfosit 36%
D. Intervensi Keperawatan

Nama Klien : An. S Hari / Tgl : Kamis,19 November 2020


No. RM : 081227 Ruang Rawat : Crisant

Tabel 3.6
Intevensi Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Tindakan
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
(NIC)
Kamis Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera NOC: NIC:
19/11/2020 biologis (imflamsi hati) ditandai dengan: Manajemen Nyeri
DS : Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
- Klien mengatakan nyeri di perut kanan secara komperhensif
bagian atas 1. Klien melaporkan nyeri termasuk lokasi,
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 berkurang karakteristik, durasi
hari sebelum masuk rumah sakit. 2. Klien dapat mengenal frekuensi, kualitas dan
R : perut bagian kanan atas kuadran 1 lamanya (onset) nyeri factor presipitasi.
S : nyeri skala 5 3. Klien dapat 2. Observasi adanya petunjuk
T : nyeri terus-menerus menggambarkan faktor nonverbal mengenai
DO : penyebab ketidaknyamanan
- Composmentis (GCS:14 E3 M6 V5) 4. Klien dapat 3. Kendalikan faktor
- wajah tampak menahan sakit menggunakan teknik lingkungan yang dapat
- TD :110/70 mmHg non farmakologis mempengaruhi respon
RR : 15 x/menit 5. Klien menggunakan pasien terhadap
N : 88x/menit analgesic sesuai ketidaknyamanan (misalnya,
S : 38 oC suhu ruangan, pencahayaan,

51
Rencana Tindakan Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Tindaka
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
n
(NIC)

52
CRT: < 2 detik instruksi suara bising)
lab THYPI POST 1/400 4. Ajarkan tentang teknik non
Pain Level farmakologi (teknik
relaksasi nafas dalam)
1. Klien melaporkan nyeri 5. Dukung istirahat/tidur
berkurang yang adekuat untuk
2. Klien tidak tampak membantu penurunan
mengeluh dan nyeri
menangis
3. Ekspresi wajah klien Pemberian analgesik
tidak menunjukkan 6. Cek adanya riwayat alergi
nyeri obat.
4. Klien tidak gelisah 7. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
1. frekuensi

Monitor tanda-tanda vital


Monitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernapasan
dengan tepat
Kamis Hippertermia berhubungan proses infeksi NOC : NIC:
19/11/2020 (penyakit) Thermoregulation Perawatan Demam
DS : Kriteria Hasil : 1. Pantau suhu dan tanda-
- Klien mengatakan lemes 1. Suhu tubuh dalam rentang tanda vital lainnya
DO: normal (tekanan darah,
- klien tampak gelisah 2. Nadi dan RR dalam rentang nadi
dan
pernapasan)

53
Rencana Tindakan Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Tindakan
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
(NIC)
- Akral hangat normal 2. Monitor warna dan suhu
- Membran mukosa kering 3.Tidak ada perubahan warna kulit
- BAK 70-80cc, 2-3x/hari kulit dan tidak ada keluhan 3. Tutup pasien dengan
- TD :110/70 mmHg pusing selimut atau pakaian ringan
RR : 15x/menit tergantung pada fase
N :88x/menit demam
S : 38 oC 4. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
5. Berikan cairan intravena
6. Kolaborasi pemberian
terapi antipiretik, antibiotik
atau agen anti menggigil
Kamis Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh NOC : NIC :
19/11/2020 berhubungan penurunan napsu makan Nutritional Status : food and Nutrition Monitoring
DS: Fluid Intake 1. Monitor adanya penurunan
- Klien mengatakan lidah terasa pahit, Kriteria Hasil berat badan
nafsu makan berkurang 1. Tidak ada tanda-tanda 2. Monitor interaksi anak atau
DO: malnutrisi orangtua selama makan
- klien tampak lemah 2. Menunjukkan peningkatan 3. Monitor turgor kulit
- Klien tampak lemas, pucat, tidak nafsu fungsi pengecapan dan 4. Monitor kekeringan,
makan. menelan rambut kusam, dan mudah
- BB sebelum masuk 41 kg 3. Tidak terjadi penurunan patah
BB Sesudah masuk 40 kg berat badan yang berarti 5. Monitor mual dan muntah
- Diit BK, habis ¼ porsi  250cc, minum 1 4. Mampu mengidentifikasi 6. Monitor kadar albumin,
kebutuhan nutrisi total protein, Hb, dan kadar

52
Rencana Tindakan Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Tindakan
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
(NIC)
gelas 300cc Ht
- IMT 17,9kg/m2
- Hb L11,5 g/dL
- Limfosit 36%

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama Klien : An. S Hari / Tgl : Kamis, 19 November 2020


No. RM : 08 12 27 Ruang Rawat : Crisant

Tabel 3.7
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
kamis, Jumat, 20 november 2020 (jam 09.00)
19/11/2020
09.00 1. Monitor tanda-tanda vital S:
Hasil : • Klien mengatakan perutnya masih
Tekanan darah: 110/80 mmHg sakit
Nadi : 89 x/menit O:
Suhu : 38,0 oC • Tekanan darah: 100/80 mmHg

53
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
Pernapasan : 23 x/menit • Skala nyeri 5
• Klien nampak meringis dan
09.06 2. Lakukan pengkajian nyeri secara merintih
komperhensif termasuk lokasi, A :
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas • Masalah nyeri belum teratasi P
dan faktor presipitasi. : Intervensi dilanjutkan
Hasil : • Lakukan pengkajian nyeri secara
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian komperhensif termasuk lokasi,
uluhati. Dengan skala nyeri 6 dan nyerila karakteristik, durasi frekuensi,
hilang timbul kualitas dan factor presipitasi.
• Observasi reaksi nonverbal dari
09.10 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
ketidaknyamanan. • Observasi tanda-tanda vital.
Hasil : Klien nampak meringis dan • Kontrol lingkungan yang dapat
merintih. mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
09.30 4. Memonitor adanya penurunan berat kebisingan berulang).
badan • Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Hasil : BB saat ini 40 dan BB sebelumnya menentukan intervensi.
41 kg • Ajarkan tentang teknik non
farmakologi (teknik relaksasi nafas
09.35 5. Mengajarkan tentang teknik non
dalam)
farmakologi (Teknik nafas dalam)
• Berikan analgetik untuk
Hasil : Klien Nampak mengikuti apa yang
mengurangi nyeri
diajarkan (teknik relaksasi nafas dalam )

54
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
6. Memonitor mual dan muntah • Tingkatkan istirahat
09.37 Hasil : klien mengatakan masih mual
tetapi tidak muntah
S:
7. Menganjurkan klien untuk meningkatkan • Ibu pasien mengatan badan
09.38 istirahat. anaknya masih hangat
Hasil : klien nampak mengerti dengan O : o
• Suhu : 37,0
apa yang dianjurkan dan akan c
melakukannya. • Kulit teraba hangat
A:
8. Mengompres pasien pada lipat paha dan • Masalah hipertermi belum
09.45 aksila teratasi
Hasil : mengompres lipatan paha dan P : Intervensi tetap dilanjutkan
perut dengan handuk hangat • Pantau suhu dan tanda-tanda vital
9. Mengontrol lingkungan yang dapat lainnya (tekanan darah, nadi dan
09.45 mempengaruhi nyeri seperti suhu pernapasan)
ruangan, pencahayaan dan kebisingan • Monitor warna dan suhu kulit
berulang) • Kompres pasien pada lipat paha
Hasil : Membatasi pengunjung dan dan aksila
mengontrol kebisingan • Berikan cairan intravena
• Kolaborasi pemberian terapi
10. Memonitor interaksi anak atau orangtua antipiretik, antibiotik atau agen
12.10 selama makan anti menggigil
Hasil : anak nampak malas makan
S:
11. Memonitor mual dan muntah

55
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
Hasil : klien mengatakan masih mual • Klien mengatakan malas makan
tetapi tidak muntah O:
• Klien nampak malas makan
• Porsi makan tidak dihabiskan
• BB : 40 kg
A:
• Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
• Monitor adanya penurunan berat
badan
• Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
• Monitor mual dan muntah
• Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht

Jum’at, Sabtu, 21 November 2020 (jam 07.20)


20/11/2020
07.30 1. Monitor tanda-tanda vital S:
Hasil : • Klien mengatakan perutnya masih sakit
Tekanan darah: 100/80 mmHg O:
Nadi : 92 x/menit • Tekanan darah: 110/80 mmHg
Suhu : 37,0 oC • Skala nyeri 4
Pernapasan : 23 x/menit

56
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
• Klian nampak merintih
2. Lakukan pengkajian nyeri secara A :
07.36 komperhensif termasuk lokasi, • Masalah nyeri belum teratasi
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas P : Intervensi dilanjutkan
dan faktor presipitasi. • Lakukan pengkajian nyeri secara
Hasil : komperhensif termasuk lokasi,
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian karakteristik, durasi frekuensi,
uluhati. Dengan skala nyeri 4 dan nyerila kualitas dan factor presipitasi.
hilang timbul • Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan
3. Observasi reaksi nonverbal dari • Observasi tanda-tanda vital.
07.36 ketidaknyamanan. • Kontrol lingkungan yang dapat
Hasil : Klien nampak merintih mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
4. Menganjurkan untuk melakukan teknik kebisingan berulang).
07.45 non farmakologi (Teknik nafas dalam dan • Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
distraksi) menentukan intervensi.
Hasil : Klien mengatakan ia melakukan • Ajarkan tentang teknik non
yang telah diajarkan perawat. farmakologi (teknik relaksasi
5. Menganjurkan klien untuk meningkatkan nafas dalam)
istirahat. • Berikan analgetik untuk
Hasil : klien mengatakan ia susah untuk mengurangi nyeri
tidur
• Tingkatkan istirahat
6. Mengompres pasien pada lipat paha dan
08.48 aksila

57
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
Hasil : mengompres lipatan paha dan S:
perut dengan handuk hangat • Ibu pasien mengatan badan anaknya
masih hangat
7. Mengontrol lingkungan yang dapat O : o
10.45 mempengaruhi nyeri seperti suhu • Suhu : 37,0
c
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
• Kulit teraba hangat
berulang)
A:
Hasil : Membatasi pengunjung dan
• Masalah hipertermi belum teratasi
mengontrol kebisingan.
P : Intervensi tetap dilanjutkan
• Pantau suhu dan tanda-tanda vital
8. Menyambung cairan
lainnya (tekanan darah, nadi dan
11.10 Hasil : terpasang cairan RL (20 tpm)
pernapasan)
• Monitor warna dan suhu kulit
9. Memonitor interaksi anak atau orangtua
11.20 selama makan • Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
Hasil : anak nampak malas makan
• Berikan cairan intravena
10. Memonitor mual dan muntah • Kolaborasi pemberian terapi
Hasil : klien mengatakan masih mual antipiretik, antibiotik atau agen anti
tetapi tidak muntah menggigil

S:
• Klien mengatakan malas makan
O:
• Klien nampak malas makan

58
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
• Porsi makan tidak dihabiskan
• BB : 40 kg
A:
• Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
• Monitor adanya penurunan
berat badan
• Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
• Monitor mual dan muntah
• Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht

Sabtu, Minggu, 22 November (jam 08.00)


21/11/2020

59
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
07.20 1. Monitor tanda-tanda vital S:
Hasil : • Klien mengatakan perutnya masih
07.25 Tekanan darah: 110/80 mmHg sakit tapi makin berkurang
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37,0 oC O:
Pernapasan : 24 x/menit • Tekanan darah: 110/70 mmHg
• Skala nyeri 2
07.25 2. Lakukan pengkajian nyeri secara A :
komperhensif termasuk lokasi, • Masalah nyeri belum teratasi P
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas : Intervensi dilanjutkan
dan faktor presipitasi. • Lakukan pengkajian nyeri secara
Hasil : komperhensif termasuk lokasi,
Klien mengatakan perutnya masih sakit, karakteristik, durasi frekuensi,
skala nyeri 3 dan nyeri hilang timbul kualitas dan factor presipitasi.
• Observasi tanda-tanda vital.
07.40 3. Menganjurkan untuk melakukan teknik • Kontrol lingkungan yang dapat
non farmakologi (Teknik nafas dalam dan mempengaruhi nyeri seperti suhu
distraksi) ruangan, pencahayaan dan
Hasil : Klien mengatakan ia melakukan kebisingan berulang).
yang telah diajarkan perawat. • Ajarkan tentang teknik non
farmakologi (teknik relaksasi nafas
07.41 4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan dalam)
istirahat. • Berikan analgetik untuk
Hasil : klien mengatakan ia susah untuk mengurangi nyeri
tidur
10.15 5. Mengontrol lingkungan yang dapat

60
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
mempengaruhi nyeri seperti suhu • Tingkatkan istirahat
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
berulang) S:
Hasil : Membatasi pengunjung dan • Ibu pasien mengatan badan
mengontrol kebisingan. anaknya tidak sehangat seperti
kemarin-kemarin
11.20 6. Menyambung cairan O: o
• Suhu : 36,9
Hasil : terpasang cairan RL (20 tpm) c
• Kulit teraba hangat
12.25 7. Memonitor interaksi anak atau orangtua A:
selama makan • Masalah hipertermi teratasi
14.10 Hasil : anak nampak malas makan P : Intervensi dihentikan

8. Memonitor mual dan muntah


Hasil : klien mengatakan masih mual S :
tetapi tidak muntah • Klien mengatakan masih malas
makan
O:
• Klien nampak malas makan
• Porsi makan tidak dihabiskan
• BB : 40 kg
A:
• Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
belum teratasi

61
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
P : Intervensi dilanjutkan
• Monitor adanya penurunan
berat badan
• Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
• Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht

Minggu, Senin, 23 November 2020 (jam 07.45)


22/11/2020
08.05 1. Monitor tanda-tanda vital S:
Hasil : • Klien mengatakan perutnya
Tekanan darah: 110/70 mmHg masih sakit namun tidak
Nadi : 84 x/menit mengganggu
Suhu : 36,7 oC
Pernapasan : 25 x/menit O:
• Tekanan darah: 100/70 mmHg
08.10 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
• Skala nyeri 2
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas A :
dan faktor presipitasi. • Masalah nyeri teratasi
Hasil :
Klien mengatakan sakit perutnya sangat P :
berkurang , skala nyeri 2 dan nyeri hilang

62
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
timbul • Intervensi dihentikan

08.10 3. Menganjurkan untuk melakukan teknik


non farmakologi (Teknik nafas dalam dan S :
distraksi) • Klien mengatakan masih malas
Hasil : Klien mengatakan ia melakukan makan
yang telah diajarkan perawat. O:
• Klien nampak malas makan
08.15 4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan • Porsi makan tidak dihabiskan
istirahat. • BB : 40 kg
Hasil : klien mengatakan ia susah untuk A :
tidur • Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
11.00 5. Mengontrol lingkungan yang dapat belum teratasi
mempengaruhi nyeri seperti suhu P : Intervensi dilanjutkan
ruangan, pencahayaan dan kebisingan • Monitor adanya penurunan
berulang) berat badan
Hasil : Membatasi pengunjung dan • Monitor interaksi anak atau
mengontrol kebisingan. orangtua selama makan
• Monitor mual dan muntah
11.20 6. Monitor interaksi anak atau orangtua • Monitor kadar albumin, total
selama makan protein, Hb, dan kadar Ht
Hasil : anak nampak malas makan

7. Memonitor mual dan muntah


Hasil : klien mengatakan masih mual

63
Hari/Tgl/
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
tetapi tidak muntah

12.30 8. Menyambung cairan


Hasil : terpasang cairan RL (20 tpm)

Senin, Selasa, 24 November 2020 (jam 10.00)


23/11/2020
07.45 1. Monitor tanda-tanda vital S:
Hasil : • Klien mengatakan mulai enak
Tekanan darah: 100/80 mmHg makan karena sudah tidak mual
Nadi : 84 x/menit O:
Suhu : 36,6 oC • Porsi makan mulai sisa sedikit
Pernapasan : 25 x/menit • BB : 40 kg
A:
07.50 2. Menganjurkan klien untuk banyak • Masalah nutrisi kurang dari
istirahat kebutuhan tubuh teratasi
Hasil : klien mengatakan ia akan mengatur P : Intervensi dihentikan
waktu saat di rumah

08.15 3. Monitor interaksi anak atau orangtua


selama makan
Hasil : anak nampak malas makan

08.20 4. Memonitor mual dan muntah


Hasil : klien mengatakan masih mual
tetapi tidak muntah

64
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi dan komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini

mencakup dua langkah yaitu data dari sumber primer (klien), dan sumber sekunder

(keluarga dan tenaga kesehatan) dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa

keperawatan. Pengkajian merupakan komponen dasar dalam proses keperawatan,

sehingga dengan pengkajian yang tepat akan menentukan langkah berikutnya

(Potter & Perry, 2005).

Menurut Nursalam (2008) keluhan utama pada pasien dengan demam

thypoid adalah perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang

bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi). Pada

kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan

suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur

naik tiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore

dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam.

Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir

minggu ketiga.

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis

sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya

berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut

mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat

reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang

65
66

ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula

bradikardi dan epitaksis pada anak besar.

Hasil pengkajian yang penulis lakukan pada An. S mengatakan nyeri di perut

kanan bagian atas, lemas, lidah terasa pahit, nafsu makan berkurang. Kesadaran

Composmetis (GCS:14 E3 M6 V5), wajah tampak menahan sakit, tampak lemas,

pucat, tidak nafsu makan, klien tampak gelisah, akral hangat, membran mukosa

kering, tampak lemah, TD :110/70 mmHg, RR : 15 x/menit, N : 88x/menit, S

: 38 oC, CRT: < 2 detik, BB sebelum masuk 41 kg , BB Sesudah masuk 40 kg,

pemeriksaat LAB :THYPI POST 1/400, IMT 17,9kg/m2, Hb 11,5 g/dL, Limfosit

36%.

Berdasarkan pengkajian pada An. S ditemukan beberapa kesenjangan antara

teori dan kasus dimana pada teori nyeri yang dirasakan adanya nyeri kepala

sedangkan pada kasus nyeri yang dirasakan adalah nyeri di perut. Kemudian

perbedaan juga terdapat pada tinggat kesadaran dimana menurut teori mumnya

kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis sampai samnolen.

Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan

terlambat mendapatkan pengobatan) sedangkan pada kasus tingkat kesadaran klien

adalah composmentis.

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang mempunyai lisensi dan

kompeten untuk mengatasinya. Diagnose keperawatan memberikan dasar pemilihan

intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Potter &

Perry, 2005).
67

Menurut Nanda NIC-NOC (2014) diagnosa keperawatan yang muncul

untuk pasien demam thypoid adalah :

f. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi

g. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat

h. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

i. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrien

j. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada kasus pasien

An. S ditemukan ada 3 diagnosa keperawatan yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (imflamsi hati) ditandai

dengan klien mengatakan nyeri di perut kanan bagian atas (P : Klien merasakan

nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit., R : perut bagian kanan

atas kuadran 1, S : nyeri skala 5, T : nyeri terus-menerus).

b. Hippertermia berhubungan proses infeksi (penyakit) ditandai dengan klien

mengatakan lemes, klien tampak gelisah, akral hangat, membran mukosa

kering, Suhu : 38 oC

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan napsu

makan ditandai dengan klien mengatakan lidah terasa pahit, nafsu makan

berkurang, klien tampak lemah, pucat, tidak nafsu makan, BB sebelum masuk

41 kg, BB Sesudah masuk 40 kg, diit BK, habis ¼ porsi  250cc, minum 1 gelas

300cc

Berdasarkan penjelasan di atas ditemukan ada kesenjangan pada diagnosa

keperawatan antara teoritis dan kasus. Dari 5 diagnosa keperawatan yang ada pada

tinjauan teoritis sebanyak 2 diagnosa keperawatan tidak ditemukan dalam kasus,


68

yaitu : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat

dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan

kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan pasien

dapat terpenuhi (Wilkinson, 2011). Perencanaan adalah kategori dari perilaku

keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang dipekirakan

dan di intervensi kepeawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &

Perry, 2005).

Dari tiga diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat rencana keperawatan

sebagai tindakan pemecahan masalah keperawatan dimana penulis membuat

rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian menetapkan

tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya menetapkan tindakan yang tepat.

Pada intervensi keperawatan diagnosa nyeri akut tidak ada kesenjangan

yang signifikan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana intervensi

keperawatan yang ada pada teori juga ada dalam intervensi keperawatan yang ada

pada kasus.

Untuk intervensi keperawatan diagnosa hippertermi tidak ada kesenjangan

antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana pada tinjauan teori intervensi

keperawatan untuk hippertermi juga ada pada perencanaan keperawatan kasus.

Sedangkan intervensi keperarawan untuk diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh juga tidak ada perbedaan antara intervensi keperawatan teori dan kasus.
69

D. Implementasi Keperawatan

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah

mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini

dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih

segar dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang dilakukan

(Deswani, 2009). Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan

adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan

dan diselesaikan. (Potter & Perry, 2005).

Implementasi keperawatan dilaksanakan selama lima hari dimulai dari

tanggal 19 - 24 November 2020 dimana semua tindakan yang dilaksanakan selalu

berorientasi pada rencana yang telah dibuat terdahulu dengan mengantisipasi

seluruh tanda-tanda yang timbul sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai

pada asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan komunikasi

therapeutik dengan prinsip etis. Pada kasus ini tidak jauh beda dengan teori-teori

yang ada di dalam rencana keperawatan.

Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana

keperawatan, pada hari pertama perawatan tindakan yaitu monitor tanda-tanda

vital (Hasil : Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 89 x/menit, Suhu : 38,0 oC,

Pernapasan : 23 x/menit). Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

(Hasil : Klien mengeluh nyeri pada perut bagian uluhati. Dengan skala nyeri 6
70

dan nyerila hilang timbul). Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

(Hasil : Klien nampak meringis dan merintih). Mengajarkan tentang teknik non

farmakologi (Teknik nafas dalam) (Hasil : Klien Nampak mengikuti apa yang

diajarkan (teknik relaksasi nafas dalam). Menganjurkan klien untuk

meningkatkan istirahat (Hasil : klien nampak mengerti dengan apa yang

dianjurkan dan akan melakukannya). Mengontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

berulang) (Hasil : Membatasi pengunjung dan mengontrol kebisingan).

Pada hari kedua perawatan tindakan yaitu monitor tanda-tanda vital

(Hasil : Tekanan darah: 100/80 mmHg, Nadi : 92 x/menit, Suhu : 37,0 oC,

Pernapasan : 23 x/menit. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

(Hasil :Klien mengeluh nyeri pada perut bagian uluhati. Dengan skala nyeri 4

dan nyerila hilang timbul). Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

(Hasil : Klien nampak merintih). Menganjurkan untuk melakukan teknik non

farmakologi (Teknik nafas dalam dan distraksi) (Hasil : Klien mengatakan ia

melakukan yang telah diajarkan perawat). Menganjurkan klien untuk

meningkatkan istirahat (Hasil : klien mengatakan ia susah untuk tidur).

Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan berulang) (Hasil : Membatasi pengunjung dan

mengontrol kebisingan).

Pada hari ketiga perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda vital

(Hasil :Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37,0 oC,

Pernapasan : 24 x/menit). Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif


71

termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

(Hasil :Klien mengatakan perutnya masih sakit, skala nyeri 3 dan nyeri hilang

timbul). Menganjurkan untuk melakukan teknik non farmakologi (Teknik nafas

dalam dan distraksi)(Hasil : Klien mengatakan ia melakukan yang telah

diajarkan perawat). Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat (Hasil :

klien mengatakan ia susah untuk tidur). Mengontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

berulang) (Hasil :Membatasi pengunjung dan mengontrol kebisingan).

Pada hari ke empat perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda vital

(Hasil : Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Suhu : 36,7 oC,

Pernapasan : 25 x/menit). Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

(Hasil :Klien mengatakan sakit perutnya sangat berkurang , skala nyeri 2 dan

nyeri hilang timbul). Menganjurkan untuk melakukan teknik non farmakologi

(Teknik nafas dalam dan distraksi) (Hasil : Klien mengatakan ia melakukan

yang telah diajarkan perawat). Menganjurkan klien untuk meningkatkan

istirahat (Hasil : klien mengatakan ia susah untuk tidur). Mengontrol

lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan

dan kebisingan berulang) (Hasil : Membatasi pengunjung dan mengontrol

kebisingan)

2. Hipertermia

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana

keperawatan pada hari pertama perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda

vital (Hasil :Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 89 x/menit, Suhu : 38,0 oC,
72

Pernapasan : 23 x/menit). Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat

(Hasil : klien nampak mengerti dengan apa yang dianjurkan dan akan

melakukannya). Mengompres pasien pada lipat paha dan aksila (Hasil :

mengompres lipatan paha dan perut dengan handuk hangat). Mengontrol

lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan

dan kebisingan berulang) (Hasil : Membatasi pengunjung dan mengontrol

kebisingan)

Pada hari kedua perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda vital

(Hasil : Tekanan darah: 100/80 mmHg, Nadi : 92 x/menit, Suhu : 37,0 oC,

Pernapasan : 23 x/menit). Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat

(Hasil : klien mengatakan ia susah untuk tidur). Mengompres pasien pada lipat

paha dan aksila (Hasil : mengompres lipatan paha dan perut dengan handuk

hangat). Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan berulang) (Hasil : Membatasi

pengunjung dan mengontrol kebisingan). Menyambung cairan (Hasil :

terpasang cairan RL (20 tpm))

Pada hari ketiga yaitu Monitor tanda-tanda vital (Hasil :Tekanan darah:

110/80 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37,0 oC, Pernapasan : 24 x/menit).

Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat (Hasil : klien mengatakan ia

susah untuk tidur). Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan berulang) (Hasil :

Membatasi pengunjung dan mengontrol kebisingan). Menyambung cairan

(Hasil : terpasang cairan RL (20 tpm)


73

3. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana

keperawatan pada hari pertama perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda

vital (Hasil :Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 89 x/menit, Suhu : 38,0 oC,

Pernapasan : 23 x/menit. Memonitor adanya penurunan berat badan (Hasil : BB

saat ini 40 dan BB sebelumnya 41 kg). Memonitor mual dan muntah (Hasil :

klien mengatakan masih mual tetapi tidak muntah). Menganjurkan klien untuk

meningkatkan istirahat (Hasil : klien nampak mengerti dengan apa yang

dianjurkan dan akan melakukannya). Memonitor interaksi anak atau orangtua

selama makan (Hasil : anak nampak malas makan)

Pada hari kedua perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda vital

(Hasil :Tekanan darah: 100/80 mmHg, Nadi : 92 x/menit, Suhu : 37,0 oC,

Pernapasan : 23 x/menit). Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat

(Hasil : klien mengatakan ia susah untuk tidur). Memonitor interaksi anak atau

orangtua selama makan (Hasil : anak nampak malas makan). Memonitor mual

dan muntah (Hasil : klien mengatakan masih mual tetapi tidak muntah)

Pada hari ketiga perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda vital

(Hasil :Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37,0 oC,

Pernapasan : 24 x/menit. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat

(Hasil : klien mengatakan ia susah untuk tidur). Memonitor interaksi anak atau

orangtua selama makan (Hasil : anak nampak malas makan). Memonitor mual

dan muntah (Hasil : klien mengatakan masih mual tetapi tidak muntah)

Pada hari ke empat perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda vital

(Hasil :Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Suhu : 36,7 oC,
74

Pernapasan : 25 x/menit). Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat

(Hasil : klien mengatakan ia susah untuk tidur). Monitor interaksi anak atau

orangtua selama makan (Hasil : anak nampak malas makan). Memonitor mual

dan muntah (Hasil : klien mengatakan masih mual tetapi tidak muntah).

Pada hari ke lima semua masalah keperawatan telah teratasi dan intervensi

keperawatan dihentikan.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat

dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada

penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab

mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994

dalam Deswani, 2009).

Dalam kasus ini evaluasi keperawatan dilakukan sampai pasien di izinkan

pulang, yaitu sebagai berikut :

1. Nyeri Akut

Pada hari Jumat, 20 November 2020 (jam 08.00) klien mengatakan

perutnya masih sakit, tekanan darah: 100/80 mmHg, skala nyeri 5, klien nampak

meringis dan merintih. Hari Sabtu, 21 November 2020 (jam 07.200) klien

mengatakan perutnya masih sakit, tekanan darah: 110/80 mmHg, skala nyeri 4,

klien nampak merintih. Minggu, 22 November 2020 (jam 08.00) klien

mengatakan perutnya masih sakit tapi makin berkurang, tekanan darah: 110/70

mmHg, skala nyeri 2. Kemudian pada hari Senin, 23 November 2020 (jam

07.45) klien mengatakan perutnya masih sakit namun tidak mengganggu,

tekanan darah: 100/70 mmHg, Skala nyeri 2, masalah nyeri teratasi Intervensi

dihentikan
75

2. Hippertermia

Pada hari Jumat,20 November 2020 (jam 07.30) Ibu pasien mengatakan

badan anaknya masih hangat, suhu : 37,0 oc, kulit teraba hangat. Hari Sabtu, 21

November 2020 (jam 07.20) Ibu pasien mengatan badan anaknya masih hangat,

suhu : 37,0 oc, kulit teraba hangat. Minggu,22 November 2020 (jam 08.00) Ibu

pasien mengatan badan anaknya tidak sehangat seperti kemarin-kemarin, suhu :

36,9 oc, sulit teraba hangat, masalah hippertermi teratasi, intervensi dihentikan.

3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Pada hari Jumat, 20 November 2020 (jam 07.30) klien mengatakan malas

makan, klien nampak malas makan, porsi makan tidak dihabiskan, BB : 40 kg.

Hari Sabtu, 21 November 2020 (jam 07.200) klien mengatakan malas makan,

klien nampak malas makan, porsi makan tidak dihabiskan, BB : 40 kg. Minggu,

22 November 2020 (jam 08.00) klien mengatakan masih malas makan, klien

nampak malas makan, porsi makan tidak dihabiskan, BB : 40 kg. Senin, 23

November 2020 (jam 07.45) klien mengatakan masih malas makan, klien nampak

malas makan, porsi makan tidak dihabiskan, BB : 40 kg. Pada hari Selasa, 24

November 2020 (jam 10.00) klien mengatakan mulai enak makan karena sudah

tidak mual, porsi makan mulai sisa sedikit, BB : 40 kg, masalah nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi, intervensi dihentikan.


79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun hasil asuhan keperawatan kepada klien yang didapatkan dari

pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana

keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi, yaitu :

1. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian pada An. S tanggal 19 November 2020 pukul

07.45 WITA dengan demam thypoid diperoleh data yang tidak jauh berbeda

dengan manifestasi klinis dari penyakit demam thypoid yaitu nyeri pada

daerah perut kanan bagian atas, lemas, lidah terasa pahit, nafsu makan

berkurang, tidak nafsu makan, akral hangat, membran mukosa kering.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah dilakukan, dirumuskan

diagnosa keperawatan pada An.S dengan demam thypoid yang sesuai dengan

teori yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (imflamsi

hati), Hippertermia berhubungan proses infeksi (penyakit), Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan napsu makan.

3. Rencana Keperawatan

Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan diagnosa yang

ditegakkan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Tidak ada

kesenjangan rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnosa

yang sama.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori.


80

Tidak semua tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis dalam

melakukan tindakan lebih mengutamakan tindakan prioritas dalam proses

pengobatan dan penyembuhan pasien dan juga disesuaikan dengan kondisi,

situasi, dan perubahan yang dialami pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Klien di pulangkan karena kondisinya telah membaik dan disarankan

untuk kembali melakukan kontrol. Maka penulis memberikan health

education mengenai menganjurkan kepada klien untuk selalu melakuan teknik

relaksasi napas dalam ketika nyeri kembali dirasakan dan menganjurkan klien

untuk selalu meningkatkan istirahat, juga menganjurkan pada klien untuk

selalu mengkonsumsi air yang cukup dan menganjurkan keluarga untuk selalu

menemani klien serta mengkonsumsi obat yang diberikan sesuai dengan

instruksi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa


saran, antara lain :
1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Bagi RSUD Doloksanggul, untuk meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan yang ditunjang dengan pengadaan fasilitas-fasilitas yang

memadai berkaitan dengan pasien demam thypoid.

2. Bagi perawat

Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin hubungan

kerja sama yang baik antara klien dan perawat, agar data yang diperoleh

sesuai dengan kondisi klien. Diharapkan dalam perumusan masalah sesuai

dengan data yang diperoleh dari klien. Dapat mengaplikasikan semua rencana

dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Kemudian dapat memperoleh


81

evaluasi sesuai yang diharapkan sebelumnya.

Diharapkan kepada perawat untuk dapat memberikan Health Education pada

pasien terkait hal-hal yang berhubungan dengan penyakitnya, sehingga

mampu mengurangi tingkat stres hospitalisasi.

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan agar lebih membekali mahasiswa didiknya tentang

pembuatan asuhan keperawatan baik itu yang terkait penyakit demam thypoid

maupun penyakit-penyakit lainnya.

4. Bagi klien dan keluarga klien

Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara klien dan keluarga klien

dengan perawat dalam proses keperawatan. Sehingga didapatkan proses

keperawatan yang berkesinambungan, cepat dan tepat kepada klien.

5. Bagi Mahasiswa

Untuk mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar

lebih memeperhatikan dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang sesuai

dengan data yang diperoleh pada saat pengkajian.


82

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC. Deswani.

2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta. Salemba Medika

Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis Keperawatan Difinisi dan Klasifikasi(2012-


2014). Jakarta : EGC

Maharani, Sabrina, 2012, Hingga Pertengahan Februari 485 Warga Jepara Terkena
Demam Tifoid, Diakses pada Tanggal 23 Februari 2015,
http://rlisafmjepara.com/2015/02.html.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3.
Yogyakarta. Media Action.

Nursalam, R. S. & Utami, S. 2008,Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak ( Untuk Perawatan
dan Anak), Jakarta:Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta.

Ranuh, IG.N. Gde, 2013, Beberapa Catatan Kesehatan Anak, Jakarta: CV Sagung Seto

Rekam Medik RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Data Prevalensi


Demam Tifoid Pada Anak yang Dirawat di Ruang Falmboyan RSI PKU
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. 2014. Tidak Dipublikasikan.

RSU Bahteramas. 2018. Profil RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018.
Kendari (Tidak dibublikasikan).

Soedarto, 2009, Penyakit Menular di Indonesia, Jakarta: CV Sagung Seto

Suriadi & Yuliani, R., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak,Jakarta: PT. Percetakan
Penebar Swadaya,

Tarwoto&Wartonah, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika
83

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Febris Typhoid


Sub pokok bahasan : Gambaran Febris Typhoid
Hari / tanggal : Rabu, 24 November 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Crisant RSUD Doloksanggul
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Penyuluh : Nourma Vivi Septiany Simanullang,S.kep

A. Tujuan Instruksional Umum :


Setelah dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada pasien dan keluargaselama 30
menit, diharapkandapat memahami tentang “Gambaran Febris Typhoid”

B. Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada keluarga selama 30 menit,
diharapkan keluarga Ny. I dapatmenjelaskan:
1. Pengertian Demam Thypiod
2. Tanda dan gejala Demam Thypiod
3. Penyebab Demam Thypiod
4. Cara pencegahan Demam Thypiod
5. Cara pengobatan Demam Thypiod

C. Materi
Terlampir

D. Metode : Ceramah, Diskusi

E. Media : 1. Lembar balik


2. Leaflet
84

G. Strategi Penyuluhan :
Kegiatan
No. Tahap Waktu
Penyuluh Pasien

1. Pembukaan 1. Penyuluh membuka 1. Mendengarkan 5 menit


pembicaraan,
2. Menyampaikan salam, 2. Menjawab salam
3. Menyapa pasien 3. Kooperatif
danberkenalan
4. Menyampaikan tujuan. 4. Mendengarkan

2. Inti 1. Menanyakan pengetahuan 1. Menjelaskan secara 15 menit


pasien tentang demam typhoid singkat pengetahuan
audiens tentang
caries dentis.
2. Menjelaskan pengertian dari 2. Mendengarkan
demam typhoid
3. Menjelaskan tanda dan gejala 3. Mendengarkan
dari demam typhoid
4. Menjelaskan penyebab pada 4. Mendengarkan
demam typhoid
5. Menjelaskan cara penanganan 5. Mendengarkan
pada demam typhoid
6. Menjelaskan cara pengobatan 6. Mendengarkan dan
mengamati

3. Penutup 1. Menyimpulkan materi yang 1. Mendengarkan 10 menit


telah disampaikan
85

Kegiatan
No. Tahap Waktu
Penyuluh Pasien
2. Memberikan kesempatan 2. Mengajukan
pasien untuk bertanya pertanyaan
3. Penyaji mengajukan 3. Menjawab
pertanyaan pertanyaan
4. Menutup pertemuan dan 4. Menjawab salam
mengucapkan salam

G. Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
2. Evaluasi Proses
Klien dan keluarga berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising dan pelaksanaan
sesuai dengan rencana.
3. Evaluasi Akhir
Klien dan keluarga mampu menyebutkan :
a. Apa Pengertian Demam Thypiod?
Jawaban : Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi.

b. Apa Tanda dan gejala Demam Thypiod


Jawaban : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis.
c. Penyebab Demam Thypiod
Jawaban : Bakteri salmonella typhi
86

d. Cara pencegahan Demam Thypiod


Jawaban : Cuci tangan, Hindari minum air yang tidak dimasak, Tidak perlu menghindari
buah dan sayuran mentah, Pilih makanan yang masih panas.
e. Cara pengobatan Demam Thypiod
Jawaban : Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena ada
pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.
87

LAMPIRAN MATERI DEMAM THYPOID

1. Pengertian Demam Thypoid


Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia
tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel fagosit mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch. Terjadinya
penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan / minuman yang tercemar oleh kuman
yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan tinja
(melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal).
2. Tanda dan Gejala
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 – 14 hari. Gejala-gejala yang timbul sangat
bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama
dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak
terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Hal ini
menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalaman pun dapat mengalami
kesulitan untuk membuat diagnosis klinis demam tifoid.
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit akut pada
umumnya.Yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis.Pada pemeriksaan fisik hanya dijumpai
suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa samnolen, stupor, koma, delirium atau
psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.
3. Komplikasi Demam Typhoid
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ini yaitu:

a. Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 – 3%, sedangkan perdarahan usus pada 1 –
10% kasus dema Thypoid anak. Penyulit ini biasanya terjadi pada minggu ke-3 sakit, walau
pernah dilaporkan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi di dahului dengan penurunan suhu,
88

tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus ditandai oleh nyeri
abdomen lokal pada kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga nyeri yang menyelubung.
Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan abdomen, defance muskulare, hilangnya
keredupan hepar dan tanda-tanda peritonitis yang lain. Beberapa kasus perforasi usus halus
mempunyai manifestasi klinis yang tidak jelas.
b. Komplikasi pada neuropsikiatri. Sebagian besar bermanifestasi gangguan kesadaran,
disorientasi, delirium, obtundasi, stupor bahkan koma. Beberapa penulis mengaitkan manifestasi
klinis neuropsikiatri dengan prognosis buruk. Penyakit neurologi lain adalah rombosis sereberal,
afasia, ataksia sereberal akut, tuli, mielitis tranversal, neuritis perifer maupun kranial, meningitis,
ensefalomielitis, sindrom Guillain-Barre. Dari berbagai penyakit neurologik yang terjadi, jarang
dilaporkan gejala sisa yang permanen (sekuele).
c. Miokarditis. Dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan ST-T pada EKG,
syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung.
d. Hepatitis tifosa asimtomatik juga dapat dijumpai pada kasus demam Thypoid ditandai
peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok.
e. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase, maupun kolesistitis akut juga
dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi pada penderita setelah mengalami demam
Thypoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan fenomena pembawa kuman (karier).
f. Sistitis bahkan pielonefritis dapat juga merupakan penyulit demam Thypoid.
g. Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat bermanifestasi
sebagai gagal ginjal maupun sindrom nefrotik mempunyai prognosis buruk.
h. Pneumonia sebagai komplikasi sering dijumpai pada demam Thypoid. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun sering kali sebagai akibat infeksi sekunder
oleh kuman lain.
i. Penyakit lain yang dapat dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi intrvaskular diseminata,
Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), fokal infeksi di beberapa lokasi sebagai akibat bakteremia
misalnya infeksi pada tulang,otak, hati, limpa, otot, kelenjar ludah dan persendian.

4. PenatalaksanaanPengobatan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu : Perawatan, Diet dan Obat-obatan.

a. Perawatan
89

Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan.Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari.Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-
waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.

Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi
dan retensi air kemih.

b. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar
dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien.Karena ada pendapat bahwa usus
perlu diistirahatkan.

Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini dapat diberikan
dengan aman pada pasien demam tifoid.

c. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :

1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Kotrimoksazol
4) Ampisillin dan Amoksisilin
5) Sefalosporin generasi ketiga
6) Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik :

1) Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin).


2) Kortikosteroid (tapering off Selama 5 hari).
3) Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan
serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.
5. Pencegahan Demam Thypoid
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak
90

tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program pencegahan yakni:
a. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam Thypoid.
b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan.
c. Perlindungan dini agar tidak tertular.
Demam Thypoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan.
“Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal harusnya sebelum makan.
Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi kalau sebelum makan dia lupa. Padahal tangan
itu paling kotor, kena segala macam. Lewat tangan kita bisa memindahkan kuman.
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam Thypoid:
a. Cuci tangan.
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam Thypoid
atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air (diutamakan air mengalir) dan
sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan
toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.
b. Hindari minum air yang tidak dimasak.
Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik Thypoid. Untuk itu,
minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian luar botol atau kaleng sebelum
anda membukanya. Minum tanpa menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum
kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.
c. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada yang telah
dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk
menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan
air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak.
Buah dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak
mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.
d. Pilih makanan yang masih panas.
Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang. Yang terbaik
adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan makanan yang disajikan
di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin
terkontaminasi. Jika anda adalah pasien demam Thypoid atau baru saja sembuh dari
91

demam Thypoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:

1) Sering cuci tangan anda.

Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran infeksi ke
orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian gosoklah
tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan
toilet.

2) Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.

Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari.

3) Hindari memegang makanan.

Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda tidak
menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas kesehatan, anda
tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda tidak lagi
menyebarkan bakteri Salmonella.

4) Gunakan barang pribadi yang terpisah.

Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan
menggunakan air dan sabun.
92

Disusun Oleh :

Nourma Vivi Septiany


Simanullang,S.kep

Anda mungkin juga menyukai