Anda di halaman 1dari 74

USULAN PENELITAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN


MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN
SIKAP DAN PERILAKU IBU NIFAS DI RS
Dr.R.HARDJANTO BALIKPAPAN

Dosen Pengampuh :
Ns.Norman Alfiat Talibo,S.Kep,M.Kep
Kelompok 3

Gymnastiar Sanggilalung 2001013


Fazlun Lamalani 2001056
Andini Napu 2001019
Riska 2001053
Perawati Bakari 2001032
Astuti Tauhid 2001045
PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas dengan judul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Media Audio Visual Tentang Tanda-Tanda Bahaya Nifas
Terhadap Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Ibu Nifas Di RS.dr.R.Hardjanto
Balikpapan”.

Proposal mini ini disusun sebagai salah satu tugas metodelogi penelitian
untuk menempuh Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan Program
Studi Ners Universitas Muhammadiyah Manado.

Kami mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak


kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan
dan pengalaman yang Kami miliki. Walaupun demikian Kami berharap Proposal
ini dapat bermanfaat baik untuk kami maupun pihak lain yang menaruh minat
terhadap masalah ini.

Manado, 29 Juli 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ............................................................................ 8
B.Rumusan Masalah .................................................................... 13
C.Tujuan Penelitian...................................................................... 13
D.Tujuan Khusus .......................................................................... 13
E.Manfaat Penelitian ................................................................... 14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Pengetahuan ................................................. 16
B.Konsep Dasar Sikap ................................................................ 20
C.Konsep Dasar Perilaku ........................................................... 22
D.Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan .............................. 26
E.Konsep Dasar Audiovisual ................................................... 33
F.Konsep Dasar Masa Nifas ..................................................... 39
G.Kerangka Teoritis .................................................................... 47
H. Penelitian Terkait .................................................................... 48
BAB III. KERANGKA KONSEP
A.Kerangka Konsep ..................................................................... 51
B.Hipotesis Penelitian ................................................................. 52
C.Variabel Penelitian................................................................... 52
D.Definisi Operasional ............................................................... 53

iii
BAB IV . METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian ................................................................... 55
B.Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 55
C.Populasi dan Teknik Sampel ............................................. 56
D.Intrumen Penelitian............................................................... 57
E.Pengolahan Data ..................................................................... 59
F.Teknik Analisa Data.............................................................. 60
G.Etika Penelitian ...................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Jadwal waktu kunjungan masa ibu nifas ............... 43
Tabel 3.1 : Definisi Operasional…............................................37

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Audio visual film .............................................. 37
Gambar 2.2 : Audio visual televisi...........................................37
Gambar 2.3 : Audio visual video………………………..……38
Gambar 2.4 : Proyektor Lcd…………………………….……39

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner Pegetahuan Ibu Nifas

Lampiran 4 : Kuesioner Sikap Ibu Nifas

Lampiran 5 : Kuesioner Perilaku Ibu Nifas

Lampiran 6 : Satuan Acara Peyuluhan (SAP) Penkes Ibu Nifas

vii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu menjadi penyebab kematian nomor dua bagi wanita usia
reproduksi, setelah HIV/AIDS, dan merupakan penyebab utama pada
wanita berusia 15 29 tahun. Risiko meninggal karena sebab ibu terkait
dengan risiko hamil dan risiko kebidanan karena komplikasi dan kematian
saat hamil, saat melahirkan atau dalam 42 hari pasca persalinan. Jenis
komplikasi yang sebagian besar menyebabkan kematian ibu adalah
perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat hamil, komplikasi persalinan
dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2014).

Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih dinyatakan tinggi yakni


mencapai angka 289.000 jiwa.AKI masih merupakan masalah kesehatan
yang serius di negara berkembang. Laporan World Health Organization
(WHO), tahun 2014 beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti
Afrika Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia 190 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH),
Vietnam 49 per 100.000 KH, Thailand 26 per 100.000 KH, Brunei 27 per
100.000 KH dan Malaysia 29 per 100.000 KH. Target Sustainable
Development Goals (SDGS) di tahun 2030 mengurangi rasio kematian ibu
bersalin global menjadi kurang dari 70/100.000 KH ( WHO, UNICEF,
2015).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Indonesia AKI stagnan


dalam sepuluh tahun terakhir. Meskipun secara umum terjadi penurunan
kematian ibu selama periode 1991 2015 dari 390 menjadi 305 per
100.000 KH (Kemenkes RI, 2018). Indonesia merupakan Negara
berkembang yang masa nifas nya masih dinyatakan masa yang kritis bagi
ibu setelah melahirkan. Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah
persalinan dan 50% diantara nya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama (Prawirohardjo, 2016). Sementara tiga faktor utama penyebab
kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%), dan
infeksi (11%) (Kemenkes RI, 2019).

Cakupan pelayanan ibu hamil di provinsi Kalimantan Timur tercatat


pelayanan ibu hamil kunjungan pertama (K1) turun pada tahun 2017
menjadi 97,3% dibanding tahun 2016 dengan kisaran angka 98,5%. Hal ini
sejalan pula dengan trend persalinan di tolong tenaga kesehatan menurun
di tahun 2016 dari 90,1% turun mencapai angka 88,2% pada tahun 2017.
Ada kemungkinan AKI meningkat di tahun 2017 menjadi 110 kasus
kematian ibu dikarenakan masih adanya pertolongan persalinan yang tidak
ditolong oleh tenaga kesehatan. Dilihat dari tahun 2016 kasus kematian
ibu meningkat 15 kasus dari 95 dibanding di tahun 2017 (Kementrian
Kesehatan RI, 2018).

Data tahun 2018 di kota Balikpapan jumlah sasaran ibu hamil


ada13.812 ibu hamil, sedangkan data cakupan ibu hamil 13.734, sehingga
presentasi cakupan pelayanan ibu hamil 99,4%. Pemeriksaan kehamilan
yang terintegrasi dan berkelanjutan setelah persalinan dan nifas diharapkan
dapat mendeteksi resiko tinggi untuk mencegah terjadinya komplikasi
maternal pada saat hamil, persalinan maupun nifas. Adapun jumlah
sasaran ibu hamil resiko tinggi kota Balikpapan tahun 2018 adalah 2.762
jiwa (20,1%) dari total cakupan ibu hamil kota Balikpapan. Sedangkan
AKI kota Balikpapan berada di bawah target Nasional yakni di tahun 2018
terjadi 9 kasus kematian atau 72/ 100.000 KH. Dari 9 kasus kematian ibu,
terdiri dari 5 kasus penyebab langsung dan 4 kasus dari penyebab tidak
langsung (Kesehatan & Balikpapan, 2018).

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu.Setelah


melahirkan, ibu masih perlu mendapat perhatian karena ibu nifas masih
beresiko mengalami perdarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian ibu. Untuk menjaga kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir baik

9
persalinannya di tolong oleh tenaga kesehatan atau tidak harus mendapat
Post Natal Care (pelayanan nifas) oleh tenaga kesehatan (Prawirohardjo,
2012). Masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah pada masa nifas
yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan pada ibu nifas yaitu pengetahuan
(pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial
ekonomi, sosial budaya) dan juga pendidikan kesehatan dari tenaga
kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan (Notoadmodjo, 2010).

Tanda bahaya masa nifas merupakan suatu tanda abnormal yang


mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu. Pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda
bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, karena masih banyak ibu atau
wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang
tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman ke
dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen
(kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir
sendiri) (Mochtar, 2012).

Asuhan pada masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena
masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayinya.Tenaga
kesehatan paling sedikit melaksanakan 4 kali kunjungan pada masa
nifas.Tujuan kunjungan ini diantaranya yaitu untuk menilai status ibu dan
bayinya, melaksanakan screening yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan
bayi. Sehingga diharapkan dengan adanya kunjungan pada ibu nifas,
komplikasi yang terjadi pada masa nifas dapat dicegah. Apabila ibu nifas
mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, maka ibu dapat segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan. Sebaliknya, jika ibu tidak
mengerti tanda-tanda bahaya masa nifas maka ibu tidak akan segera
memeriksakan diri kepada petugas kesehatan (Prawirohardjo, 2012). Salah

10
satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang tanda
bahaya kehamilan adalah melalui pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya untuk menciptakan


perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan
kesehatan berupaya agar masayarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari
atau mencegah hal-hal merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang
lain dan kemana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit
(Notoadmodjo, 2014).

Pendidikan kesehatan merupakan kumpulan pengalaman yang


memberikan pengaruh baik kepada kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang
berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat ataupun negara
(Machfoedz & Suryani, 2009). Tujuan pendidikan kesehatan tentang tanda
bahaya kehamilan akan membuat ibu menjadi tahu, memahami dan bisa
melakukan aplikasi dengan mengambil keputusan yang sesuai jika
menjumpai / terjadi tanda bahaya kehamilan. Peran perawat sebagai
promotor kesehatan sangat diutamakan untuk meningkatkan kesehatan
dengan cara mendidik individu atau kelompok dikomunitas mengenali
cara pencegahan dan pemeliharaan kesehatan (S. Notoadmodjo, 2012).

Menurut Dale.Edgar (1946) dalam penelitian Erviana dkk (2012)


media pendidikan kesehatan tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap
untuk membantu tenaga kesehatan memberikan informasi tetapi media
memiliki fungsi yang kuat yaitu mempunyai kekuatan untuk menarik
perhatian peserta. Media yang menarik akan memberikan keyakinan,
sehingga perubahan kognitif, afeksi dan psikomotor dapat dipercepat.

Media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan beraneka ragam,


diantaranya adalah media cetak dan audiovisual. Pendidikan kesehatan
dengan menggunakan media audiovisul mulai sering digunakan karena
dinilai efektif untuk penyampaian pesan kepada masyarakat dibandingkan

11
dengan pendidikan kesehatan tanpa media atau hanya dengan media
ceramahdan diskusi yang sifatnya masih konvensional. Keefektifan media
audiovisual dapat dibuktikan dengan penelitian oleh Saputra (2011) yang
menyatakan adanya peningkatan yang signifikan pada pengetahuan
responden sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan
dengan media audiovisual. Media audiovisual juga lebih menarik
perhatian, menghemat waktu dan dapat diputar berulang-ulang.

Berdasarkan data di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan jumlah


persalinan tahun 2018 sebanyak 547 persalinan dan yang melakukan
kunjungan nifas ke 2 sebanyak 415 orang (75.83%). Studi pendahuluan
yang peneliti lakukan terhadap 10 orang ibu nifas yang berkunjung ke
rumah sakit untuk periksa, mereka datang dalam keadaan terlambat dan
mengalami infeksi serta masalah pada masa nifas, hal ini karena ibu tidak
mengenali tanda-tanda bahaya selama masa nifas dan datang berobat pada
saat kondisi sudah kurang baik. Komplikasi masa nifas yang sering
ditemukan di RS dr.R.Hardjanto pada 10 orang pasien adalah infeksi luka
operasi 4 kasus, perdarahan post partum sekunder 2 kasus, infeksi luka
perineum 2 kasus, bendungan ASI 1 kasus dan mastitis 1 kasus.

Dari hal tersebut peneliti tertarik melakukan pendidikan kesehatan


pada ibu nifas tentang tanda- tanda bahaya nifas agar ibu nifas lebih
meningkatkan pengetahuan nya dan dapat mengambil sikap apabila
mengalami salah satu tanda bahaya nifas yang dialaminya, dengan
demikian, ibu akan melakukan kunjungan untuk pemeriksaan pada masa
nifas.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tentang pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual
tentang tanda-tanda bahaya masa nifas terhadap pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu nifas di Rumah Sakit dr.R.Hardjanto Balikpapan Tahun 2019.

12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu “apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual tentang tanda-tanda bahaya masa nifas
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu nifas di Rumah Sakit
dr.R.Hardjanto Balikpapan?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual tentang tanda-tanda bahaya masa
nifas terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu nifas di Rumah
Sakit dr R. Hardjanto Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang tanda tanda bahaya masa nifas
menggunakan media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto
Balikpapan
2. Untuk mengetahui sikap ibu nifas sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas menggunakan
media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan
3. Untuk mengetahui perilaku ibu nifas sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas menggunakan
media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan
4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang tanda tanda bahaya masa nifas
menggunakan media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto
Balikpapan
5. Untuk mengetahui sikap ibu nifas sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda tanda bahaya masa nifas menggunakan
media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan

13
6. Untuk mengetahui perilaku ibu nifas sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda tanda bahaya masa nifas menggunakan
media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan
7. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang tanda-
tanda bahaya masa nifas menggunakan media audiovisual
terhadap perilaku pada ibu nifas di Rumah Sakit dr R.
Hardjanto Balikpapan Tahun 2020

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam peningkatan dan
pengembangan ilmu kebidanan selanjutnya
2. Manfaat praktis
a. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat memberikan informasi menggunakan metode


audiovisual untuk peningkatan pengetahuan,sikap dan perilaku ibu
nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas sehingga masalah
kunjungan nifas dapat meningkat.

b. Bagi pelayanan kesehatan


Dapat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan
media audiovisual tentang tanda-tanda bahaya nifas sehingga
dapat memberikan pengaruh yang baik kepada pasien dan
keluarga di sarana pelayanan kesehatan.
c. Bagi Responden
Dapat menambah pengetahuan sehingga mampu mendeteksi
dini tanda-tanda bahaya masa nifas dan dapat segera ke unit
pelayanan kesehatan.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan pengalaman nyata bagi peneliti
dalam menerapkan ilmu yang telah di dapatkan saat pembelajaran

14
dan diharapkan dapat menambah wawasan dalam hal menyusun
laporan dikemudian hari.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (S. Notoadmodjo,
2012).
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi
melalui panca indra yakni; indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Lebih dijelaskan lagi sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoadmojo, 2010).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif, akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan &
Dewi, 2012).
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (oven behavior). Pengetahuan yang
cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, terhadap suatu yang spesifik. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan
sebagainya.

16
b. Memahami (Comperhention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan secara benar.Yaitu dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks
atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.Suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada
(Wawan & Dewi, 2012).
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Cara Tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisioanal ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahua, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non

17
ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan
pada periode ini antara lain meliputi :
b. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba.Kemungkinan yang lama sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
c. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
d. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji telebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
e. Berdasarkan pengalaman pribadi
Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yeng pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi masa lalu.
f. Cara akal sehat.
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran
g. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran atau dogmas agama adalah suatu kebenaran yang di wahyu
kan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan
diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas
dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

18
h. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran
atau berfikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan
intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
i. Melalui jalan fikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir manusia ikut berkembang. Dari sini manusia mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan fikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
j. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus yang bersifat umum. Hal ini berarti
dalam berfikir pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan
pengalaman-pengamalan empiris yang ditangkapoleh indra. Kemudian
disimpulkan dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
k. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum ke khusus. Dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa
sesuatu yang dianggap benar secara umum.
l. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular
disebut metodologi penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold
Van Daven (Soekodjo Notoatmodjo, 2018).

19
B. Konsep Dasar Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap menurut(Azwar, 2013) adalah evaluasi umum yang dibuat
manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu. Sikap adalah
merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 2012 ).
Menurut Heri Purwanto,(1998) Sikap adalah pandangan-pandangan
atau perasaan yang disertai kencenderungan untuk bertindak sesuai sikap
objek tadi (Wawan& Dewi, 2010)
2. Komponen Sikap
Struktur sikap menurut (Azwar, 2013) terdiri atas 3 komponen yang
saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitifberisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem kontroversial.
b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh pengaruh
yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif, merupakan aspek kencenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. (Wawan &
Dewi, 2010).

3. Tingkatan Sikap
Menurut(S. Notoadmodjo, 2012) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yakni :
a. Menerima (receiving)

20
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga,
saudara, dsb) untukmenimbang anaknya ke posyandu.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah mempunya sikap yang paling tinggi (S.
Notoadmodjo, 2012)
4. Sifat Sikap
a. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
b. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (S.
Notoadmodjo, 2012)
5. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Sikap
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting.
c. Pengaruh kebudayaan

21
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual yang disampaikan secara
obyektif cenderung dipengaruhi oleh penulisnya.
e. Lembaga pendidik dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yangberfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego (S. Notoadmodjo, 2012)
6. Skala Pengukuran Sikap
a. Skala Thurstone (Method of Equel Appearing Intervals)
b. Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
c. Unobstrustive Measures
d. Multidimensional Scaling
e. Pengukuran Involuntary Behavior (pengukuran terselubung). (Wawan
& Dewi, 2010)

C. Konsep Dasar Perilaku

1. Pengertian perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan (S. Notoadmodjo, 2012). Perilaku juga
diartikan Lahey, (2009) sebagai segala sesuatu aktivitas seseorang yang
tampak dan dapat diobservasi oleh orang lain secara langsung (Wawan &
Dewi, 2012).

22
Kesehatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keadaan sehat tubuh, jiwa dan raga (Pusat Bahasa Kemdikbud, 2016).
Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun
2009 di defenisikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Perilaku kesehatan adalah semua akitivitas atau kegiatan seseorang
baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati
(unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Pemeliharaan Kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit serta masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit (S. Notoadmodjo,
2012).
2. Klasifikasi Perilaku
Perilaku kesehatan dibagi ke dalam 2 kelompok besar yaitu :
a. Perilaku Orang Sehat
Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior) yang
mencakupperilaku yang tampak maupun tidak (overt and covert
behavior) dalamhal pencegahan penyakit (preventif) dan perilaku
dalam upaya meningkatkan kesehatan (promotif).
b. Perilaku Orang yang Sakit
Perilaku orang yang sakit terjadi pada orang yang sudah
mengalamimasalah dengan kesehatannya.Perilaku ini disebut dengan
perilakupencarian masalah kesehatan (health seeking behavior).
Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang
untuk memperoleh kesembuhan atas penyakit yang dideritanya (S.
Notoadmodjo, 2012)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut
Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) terdapat tiga faktor utama,
yaitu:

23
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan pemberian
Informasi (Notoatmodjo, 2012).
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
individu, keluarga atau masyarakat (Notoatmodjo, 2012).
Keyakinan seseorang didapat dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dan
menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan
masalahnya (Suprajitno, 2010).
2. Sosial ekonomi
Tingkat sosial Ekonomi adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam masyarakat, tingkat sosial ekonomi adalah
gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang
ditinjau dari segi sosial ekonomi.Tingkat sosial ekonomi meliputi
pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan yang merupakan penyebab
secara tidak langsung dari masalah kesehatan (Adi, 2009).
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko
terjdinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Hal ini
mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, biasanya ia akan lebih
cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan (Suprajitno,
2010).

24
Pekerjaan menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam
(2008), adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari
nafkah, berulang dan banyak tantangan. Pekerjaan seseorang dapat
mencerminkan pendapatan, status sosial, pendidikan serta masalah
kesehatan. Pekerjaan dapat mengukur status sosial ekonomi
sertamasalah kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja (S.
Notoadmodjo, 2012)
3. Pemberian Informasi
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah
bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi
(Kusrini, 2007).
Dengan memberikan informasi, penyuluhan dan sebagainya
akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
Dalam pemberian surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya (Wawan &
Dewi, 2010)
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, ketersediaan
makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti : Puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
Posyandu, Polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,
dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

25
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku para
petugas termasuk petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2014).
4. Bentuk perubahan perilaku
Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama, karena
memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain.
a. Perubahan alamiah (Neonatal chage) :
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar
terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan
ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami
perubahan.
b. Perubahan Rencana (Plane Change) :
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subjek.
c. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) :
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat
cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian lagi
sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan
setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2014).

D. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan menurut Stuart (1968) dalam Ali Zaidin,
(2010) adalah kompenen dari program kesehatan dan program kedokteran
yang terencana guna menimbulkan perubahan perilaku, individu kelompok
dan masyarakat dengan melakukan upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (Zaidin.Ali, 2010)

26
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang dengan
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi
kesehatan pribadinya adan orang lain untuk untuk menigngkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya dan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik saja
tetapi juga menigkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun
non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan
penuh kesadaran (Erwin Setyo, 2012:Hermien Nugraheni, dkk.2018)
Menurut WHO 1954 dalam Zaidin Ali, (2010)pendidikan
kesehatan merupakan upaya kesehatan yang bertujuan :
a. Menjadikan kesehatan sesuatu yang bernilai di masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup
c. Mendorong dan mengembangkan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan masayarakat bertujuan maningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Tujuan
tersebut dapat lebih diperinci menjadi :
a. Menjadikan kesehatan sesuatu yang bernilai di masyarakat
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
c. Mendorong pengembangan diri dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat
d. Agar klien mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan
bagaimana caranya tanpa meminta pertolongan kepada sarana
pelayanan kesehatan formal

27
e. Agar terciptanya suasana yang kondusif dimana individu, keluarga,
kelompok dan masayarakt mengubah sikap dan tingkah lakunya
(Zaidin.Ali, 2010)
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut (Zaidin.Ali, 2010), ruang lingkup pendidikan kesehatan
dapat dilihat dari berbagai dimensi, yaitu :
a. Dimensi sasaran, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi
3, yaitu :
1) Pertama, pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Kedua, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Ketiga, pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyarakat luas.
b. Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
berlangsung di berbagai tempat dengan sendirinya sasarannya berbeda
pula, misalnya :
1) Pendidikan kesehatan di Sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid.
2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dilakukan di rumah sakit
dengan sasaran pasien atau keluarga pasien.
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan yang bersangkutan
c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five level prevention)
menurut Leavel& Clark yaitu :
1) Health promotion
2) General and specific protection
3) Early diagnosis and prompt treatment
4) Disability limitation
5) rehabilitation(Zaidin.Ali, 2010)
d. Metode Pendidikan Kesehatan

28
Metode pendidikan kesehatan merupakan pendekatan yang
digunakan dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada
sasaran pendidikan kesehatan (Uha Suliha ; Herawani ; Sumiati ; Yeti
resnaya, 2001). Metode pendidikan dibagi menjadi :
a. Metode pendidikan individual
b. Metode pendidikan kelompok
c. Metode pendidikan massa
e. Alat Bantu/ Peraga/Media Pendidikan Kesehatan
a. Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini
lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk
membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses
pendidikan/pengajaran(Notoadmodjo. 2012)
b. Faedah alat bantu pendidikan
Faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima kepada orang lain
5) Mempermudah penyampaian pendidikan / informasi oleh para
pendidik/ pelaku pendidikan
6) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan
f. Macam macam alat bantu pendidikan
Pada garis besar nya hanya ada 3 macam alat bantu pendidikan
(alat peraga).
a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses
pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
1) Alat alat yang di proyeksikan, misalnya slide,film,film strip,dan
sebagainya

29
2) Alat alat yang tidak di proyeksikan:
a) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya
b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan sebagainya
b. Alat bantu dengar (visual aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran. Misalnya : radio, pita suara, piringan hitam,CD
musik/kaset.
c. Alat bantu lihat dan dengar (audio visual Aids)
Media audio-visual disebut juga sebagai media video.Video
merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran.Dalam media video terdapat dua unsur yang saling
bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan
audience untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui
pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan
pesan belajar melalui bentuk visualisasi (Azwar, 2013)
1) Pengertian media audiovisual
Bentuk-bentuk media pembelajaran itu sendiri terdapat
berbagai macam bentuk. Klasifikasi menurut pemakaiannya ada
tiga macam bentuk media yang digunakan, yaitu media auditif,
media visual, dan media audiovisual. Media audiovisual
mempunyai unsur memadukan antara media auditif dan
mediavisual (Djaramah & Zein, 2010).
Media audio visual adalah jenis media yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan
informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa
pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan
maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah
film, video, program TV dan lain-lain (Asyhar.2011)
2) Kelebihan dan kekurangan Audiovisual

30
Setiap jenis media yang digunakan dalam proses
pembelajaranmemiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula
dengan media audiovisual. Arsyad (2011) mengungkapkan
beberapa kelebihan dankelemahan media audio visual dalam
pembelajaran sebagai berikut.
a) Kelebihan media audio visual:
(1) Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar siswa.
(2) Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara
tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika
perlu.
(3) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film
dan video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya.
(4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok.
(5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya
jika dilihat secara langsung.
(6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar
atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun
homogen maupun perorangan.
(7) Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu
minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
b) Kelemahan media audio visual:
(1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya
mahal dan waktu yang banyak.
(2) Tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang
ingin disampaikan melalui film tersebut.
(3) Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali
dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan
sendiri.
3) Tujuan pembelajaran menggunakan media audiovisual

31
Ronald Anderson (1994) mengemukakan tentang beberapa
tujuan dari pembelajaraan mengunakan media video, antara lain:
a) Untuk tujuan kognitif :
(1) Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut
kemampuan mengenal kembali dan kemampuan
memberikan rangsangan gerak dan serasi.
(2) Dapat menunjaukan serangkaian gambar diam tanpa
suara sebagai media foto dan film bingkai meskipun
kurang ekonomis.
(3) Melalui video dapat pula diajarkan pengetahuaan tentang
hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu.
(4) Video dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan
cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan,
khususnya yang menyangkut interaksi.
b) Untuk tujuan afektif :
(1) Video merupakan media yang baik sekali untuk
menyampaikan informasi dalam matra afektif.
(2) Dapat menggunakan efek dan teknik, video dapat
menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi
sikap dan emosi.
c) Untuk tujuan psikomotorik :
(1) Video merupakan media yang tepat untuk
memperlihatkan contoh ketrampilan yang menyangkut
gerak. Dengan alat ini dijelaskan, baik dengan cara
memperlambat maupun mempercepat gerakan yang
ditampilkan.
(2) Melalui video dapat langsung mendapat umpan balik
secara visual terhadap kemampuan mereka sehingga
mampu mencoba ketrampilan yang menyangkut
gerakan tadi (Azhar Arsyad, 1997).

32
E. Konsep Dasar Audiovisual
1. Pengertian Audiovisual
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak
didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟, ‟perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan (Azhar Arsyad, 2016:3).
AECT (Association Of Education And Communication Technology,
1997) dalam Arsyad (2016:3) memberi batasan tentang media sebagai
segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi.
Batasan lain dikemukakan pula oleh (NEA) National Education
Association dalam Nunuk Suryani,dkk (2012:135) memberikan batasan
media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual,
serta peralatannya.
Menurut Wina Sanjaya (2014:118) media audio visual adalah jenis
media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur
gambar yang dapat dilihat, seperti misalnya rekaman video, berbagai
ukuran film, slide suara dan lain sebagainya.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, dkk (2013:124) media audio
visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis
media ini memiliki kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua
jenis media yang pertama dan kedua.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diasumsikan bahwa media
audio visual adalah media yang memiliki unsur suara dan gambar yang
digunakan sebagai perantara dalam menyampaikan pesan-pesan dari
bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

33
2. Jenis-Jenis Audiovisual

Ada begitu banyak media audio visual yang dapat digunakan

dalam media pembelajaran, namun penulis akan memaparkan beberapa

media audio visual. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2013:125) Media

ini terbagi dalam dua kategori, yaitu:

a. Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan

gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film

rangkaian suara dan cetak suara.

b. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur

suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-

cassette

Menurut Wina Sanjaya (2014:118) media audio visual adalah

jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur

gambar yang dapat dilihat, seperti misalnya rekaman video, berbagai

ukuran film, slide suara dan lain sebagainya.

Arief S. Sadiman, dkk (2011:67), memaparkan media audio

visual dapat berupa:

a. Film

Gambar 2.1

34
Film merupakan media yang amat besar kemampuannya

dalam membantu proses, belajar mengajar. Ada tiga macam

ukuran film yaitu: 8 mm, 16 mm, dan 35 mm. Menurut Azhar

Arsyad (2016:50) Film bergerak dengan cepat dan bergantian

sehingga memberikan visual yang kontinu. Kemampuan film

melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik

tersendiri. Media ini dapat menyajikan informasi, memaparkan

proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan

keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan

mempengaruhi sikap.

b. Televisi (TV)

Gambar 2.2

Selain film, Televisi adalah media yang menyampaikan

pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai

unsur gerak. Saat ini televisi sudah begitu menjamur didalam

masyarakat.

35
c. Video

Gambar 2.3

Gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara, dapat

ditayangkan melalui medium video dan video compact disk

(VCD). Sama seperti medium audio, program video yang

disiarkan (broadcasted) sering digunakan oleh lembaga

pendidikan jarak jauh sebagai sarana penyampaian materi

pembelajaran. Video dapat menyampaikan pesan yang bersifat

fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) mau-pun fiktif (seperti

misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun

instruksi.

Video memiliki beberapa feature yang sangat

bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Salah satu feature tersebut adalah slow motion dimana

gerakan objek atau peristiwa tertentu yang berlangsung

sangat cepat dapat diperlambat agar mudah dipelajari oleh

pembelajar.

36
d. Proyektor LCD (Liquit Crystal Display)

Gambar 2.4

Proyektor LCD (Liquit Crystal Display) merupakan

salah satu alat optik dan elektronik. Sistem optiknya efesien

yang menghasilkan cahaya amat terang tanpa mematikan

(menggelapkan) lampu ruangan, sehingga dapat

memproyeksikan tulisan, gambar, atau tulisan dan gambar

yang dapat dipancarkan dengan baik ke layar. (Hujair,

2015:144).

Media LCD adalah sebuah alat elektronik berupa

layar proyektor berfungsi menampilkan gambar visual,

sebagai sarana pendidikan yang dipergunakan untuk

membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

Tujuan penggunaan LCD Proyektor sebagai media

pembelajaran guna memberikan motivasi peserta didik,

merangsang peserta didik mengingat apa yang sudah

dipelajari dan memberikan rangsangan pelajaran baru serta

37
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

3. Kelebihan dan Kekuragan Media Audiovisual

a. Kelebihan Media Audio Visual

Menurut Wina Sanjaya (2014:109) ada beberapa penggunaan

media audio visual dalam proses pembelajaran diantaranya:

1. Media audio visual dapat memberikan pengalaman belajar yang


tidak mungkin dapa dipelajari secara langsung. Misalnya untuk
mempelajari kehidupan didasar laut, siswa dapat belajar melalui
film, sebab tidak mungkin siswa disuruh menyelam. Demikian
juga untuk mempelajari materi-materi abstrak lainnya.
2. Media audio visual memungkinkan belajar lebih bervariatif
sehingga dapat menambah motivasi dan gairah belajar.
3. Dalam batasan tertentu media audio visual dapat berfungsi
sebagai sumber belajar, yang dapat dimanfaatkan siswa untuk
belajar secara mandiri tanpa sepenuhnya tergantung pada
kehadiran guru.
b.Kekurangan Media Audio Visual

1. Pengadaannya memerlukan biaya mahal.


2. Tergantung pada energi listrik sehingga tidak dapat dihidupkan
disegala tempat.
3. Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang
untuk terjadinya umpan balik.

38
e. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas


Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010
dalam walyani dan Purwoastuti 2015)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Saleha 2009 dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Masa Nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003) Masa
nifas atau puerperium dimulai sejak satu jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2009)
2. Tahapan masa nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu ;
a. Puerperium dini (immediate puerperium ) : 0 24 jam post partum.
yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Puerperium intermedial (early puerperium): 1 7 hari post partum.
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.
c. Remote Puerperium ( later puerperium) 1 6 minggu post partum.
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu,
bulan atau tahun.
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayi nya. Diperkirakan 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi 24 jam pertama. Masa Neonatus merupakan masa kritis bagi
kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah

39
persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam 7 hari setelah lahir.
Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa
nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
Tujuan asuhan masa nifas normal di bagi 2 yaitu :
a. Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak
b. Tujuan Khusus :
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif
c) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya
d) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, Menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan
bayi sehat.
e) Memberikan pelayanan keluarga berencana
a. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kunjungan dilakukan paling sedikit 3 kali selama ibu dalam
masa nifas. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi
pemeriksaan untuk deteksi dini, pencegahan, intervensi, dan
penanganan masalah-masalah yang terjadi pada saat nifas seperti
pada tabel berikut ini :

40
Tabel 2.1 Jadwal waktu kunjungan masa nifas menurut Kemeterian Kesehatan RI tahun
2015.

Kunjungan Waktu Tujun

1 6 jam s/d 3 hari a. Memastikan involusiuteri berjalan normal:.


b. Menilai adanya tanda-tanda demam ,infeksi atau
setelah persalinan perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda tanda penyulit.
e. Bagaimana perawatan bayi sehari-hari.

2 Hari Ke 4 s/d 28 hari a. Bagaimana Persepsi ibu tentang persalinan dan


setelah Persalinan kelahiran bayi
b. Kondisi Payudara
c. Ketidak nyamanan yang dirasakan ibu
d. Istirahat ibu

3 Hari ke 29 s/d 42hari a. Permulaan hubungan sexual


setelah persalinan b. Metode KB yang digunakan
c. Latihan pengencangan otot perut
d. Fungsi pencernaan, konstipasi, dan
bagaimana penanganannya
e. Hubungan bidan,d okter, dan RS dengan
masalah yang ada
f. Menanyakan pada ibu apa sudah haid

4. Tanda-tanda bahaya masa nifas


Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal
yang mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi
selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu (Prawirohardjo ,2009). Tanda-tanda bahaya
masa nifas, sebagai berikut :
a. Perdarahan Post Partum

41
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2009). Menurut
waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :
1) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama
adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan
jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5
sampai 15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir
atau selaput plasenta (Prawirohardjo, 2009). Menurut Manuaba
(2009), perdarahan post partum merupakan negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :
a) Grandemultipara, penyebab penting kematian maternal
khususnya
b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala
uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh
dukun,persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan
narkosa (Manuba Ida Ayu, 2009)
b. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina
dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir
(cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta)Lochea dibagi
dalam beberapa jenis (Rukiyah, 2011)
1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,
selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

42
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan


di atas kemungkinan adanya :

1) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus


yang kurang baik.
2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih
banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.
3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga
lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau
amis.Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut
bagian bawah kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis
adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu.Bila pengobatan terlambat atau
kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik
(Mochtar, 2009).
c. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-
60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu di sebut sub-involusi (Bahiyatun , 2009).
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2009). Pada
pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek
dari seharusnya, fundus masih tinggi, locheabanyak dan berbau, dan
tidak jarang terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo, 2009).

43
Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin
setiap hari di tambah dengan Ergometrin per oral.Bila ada sisa plasenta
lakukan kuretase.Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi
(Prawirohardjo, 2009).
d. Tromboflebitis (pembengkakan pada vena)
Tromboflebitis merupakan inflamasi pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah.Bekuan darah dapat terjadi di
permukaam atau di dalam vena.Tromflebitis cenderung terjadi pada
periode pacsa partum pada saat kemampuan pengumpulan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen.
Factor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain:
1) Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium
2) Mempunyai varises pada vena
e. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi
nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari
seluruh kematian karena infeksi.
Menurut Walyani Elisabeth 2009, gejala klinis peritonitis dibagi 2
yaitu :
1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis Tanda dan gejalanya
demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik,
pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada
abses.
2) Peritonitis umum tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat
dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin,
anorexsia, kadang-kadang muntah.
f. Depresi setelah persalinan
Depresi setelah melahirkan merupakan kejadian yang sering terjadi
akan tetapi ibu tidak menyadarinya. Penyebab utama dari depresi
setelah melahirkan tidak diketahui, diduga karena ibu belum siap

44
beradaptasi dengan kondisi setelah melahirkan atau kebingungan
merawat bayi, ada juga yang menduga bahwa depresi setelah
melahirkan dipicu karena perubahan fisik dan hormonal setelah
melahirkan.Yang mengalami depresi sebelum kehamilan maka
berisiko lebih tinggi terjadi depresi setelah melahirkan.
g. Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut (Manuba Ida Ayu, 2012), pusing merupakan tanda-tanda
bahaya masa nifas, pusing bisa di sebabkan oleh karena tekanan darah
tinggi (Sistol ≥ 160 mmHg dan diastolnya ≥110 mmHg). Pusing dan
lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar
haemoglobin kurang. Lemas yang berlebihanjuga merupakan tanda-
tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya
istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat,
tekanan darah rendah.

h. Sakit kepala, penglihat kabur dan pembengkakan di wajah


Sakit kepala adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam
kepala kadang sakit dibelakang leher atau punggung bagian
atas,disebut juga sebagai sakit kepala.jenis penyakit ini termasuk
dalam keluhan-keluhan penyakit yang sering diutarakan. Penglihatan
kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat,
sehingga terjadi oedema pada otak dan menyebabkan resistensi otak
yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan
kelainan serebral (nyeri kepala, kejanng) dan gangguan penglihatan.
Pembengkakan pada wajah dan ekstremitas merupakan salah satu
gejala dari adanya preeklamsi walaupun gejala utamanya adalah
protein urine. Hal ini biasa terjadi pada akhir-akhir kehamilan dan
terkadang masih berlanjut sampai ibu post partum. Oedema dapat
terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh
hormonal dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena cava inferior
ketika berbaring

45
i. Demam
Dikatakan deman jika suhu tubuh ibu post partum > 38 ℃.Dalam
beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,2℃ ˗ 37,8 ℃ oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu
adalah normal. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 38℃
beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas
adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia
dalam masa nifas (Ambarwati 2010).
j. Penyulit dalam Menyusui
Kelenjar mamae telah dipersiapkan semenjak kehamilan.
Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke 2 atau 3 pasca
persalinan.Pada hari pertama keluar kolostrum. Cairan yang telah
kental lebih dari air susu, mengandung banyak protein, albumin,
globulin dan kolostrum. Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan
persiapan sejak awal hamil dengan melakukan massase,
menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak
tersumbat. Untuk menghindari putting rata sebaiknya sejak hamil, ibu
dapat menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui agar
puting selalu sering tertarik.
Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan
melakukan tehnik menyusui yang benar, putting harus kering saat
menyusui, putting diberi lanolin monelia di terapi dan menyusui pada
payudara yang tidak lecet. Selain itu putting lecet dapat disebabkan
oleh karena cara menyusui dan perawatan payudara yang tidak benar
dan infeksi monelia, bila lecetnya luas, menyusui 24 ̶ 48 jam dan ASI
dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
Beberapa keadaan Abnormal pada masa menyusui yang mungkin
terjadi:

46
1) Bendungan ASI Adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna/karena kelainan pada putting susu.
2) Abses payudara adalah terdapat masa padat mengeras di bawah
kulit yang kemerahan terjadi karena mastistis yang tidak segera
diobati. Gejala sama dengan Mastistis terdapat bisul yang pecah
dan mengeluarkan pus (nanah) (Saleha.2009

F. Kerangka Teoritis

Faktor-faktor yang Variabel independen


mempengaruhi pengetahuan:
1. Faktor internal
a. Pendidikan Pendidikan variabel
b. Pekerjaan kesehatan dependen
c. umur media
2. Faktor eksternal audiovisual
a. Lingkungan
b. Sosial budaya Pengetahuan
tentang tanda
bahaya
Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap :
1. Pengalaman pribadi
2. Pengaruh orang lain
Ibu nifas Sikap
3. Kebudayaan
terhadap tanda
4. Media massa
bahaya
5. Lembaga pendidik dan
agama
6. emosional

Faktor-faktor yang Perilaku ibu


mempengaruhi perilaku: nifas
1. Predisposising faktor
a. Pendidikan
b. Sosial ekonomi
c. Pemberian informasi
2. Enabling faktor
3. Reinforcing faktor

47
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti

: garis penghubung

G. Penelitian Terkait

1. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI


MEDIAAUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS
TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI RUMAH SAKIT
NURUL HASANAH ACEH TENGGARA 2023. Masa nifas (puerperium)
adalah maasa pamulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu
6-8 minggu (Amru, 2012). Sampel adalah bagian dari populasi yang
dianggap mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan total sampling yaitu sebanyak 62 responden yang ada di
Rumah Sakit Nurul Hasanah 2023. pengambilan sampel dengan total
sampling pelaksanaan dibulan Desember sampai dengan April 2023. Hasil
Pre Test Pengetahuan Mayoritas responden memiliki Pengetahuan
mayoritas pengetahuan kurang baik sebanyak 34 responden (54,8%). Ada
pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka Perineum di Rumah Sakit
Nurul Hasanah 2023. dengan nilai t = 6,681 artinya 6,681 kali Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual terhadap pengetahuan
ibu. Disarankan kepada rumah bersalin agar dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk menambah pengetahuan dalam menerapkan pengetahuan
tentang kesehatan perawatan luka perineum.
2. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI
MEDIAAUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS

48
TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI KLINIK HANNA
KASIH MEDAN TAHUN 2022. Masa nifas juga dapat mengalami
infeksi, masa nifas masih berperan sebagai penyebab utama kematian ibu
terutama di Negara berkembang seperti Indonesia ini, masalah ini terjadi
akibat dari pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna. Faktor
penyebab lain terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan tubuh yang
kurang, kurang gizi/mal nutrisi, anemia, hygiene yang kurang baik,
kelelahan serta perawatan nifas yang kurang baik seperti adanya robekan
pada perineum (Kemenkes RI, 2016). Sampel adalah bagian dari populasi
yang dianggap mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan total sampling yaitu sebanyak 32 responden yang ada di
Klinik Hanna Kasih Medan. Adapun alasan pengambilan sampel dengan
total sampling dikarenakan jumlah responden tidak mencapai 100 orang.
Hasil Pre Test Pengetahuan Mayoritas responden memiliki Pengetahuan
mayoritas pengetahuan kurang baik sebanyak 20 responden (62,5%). Ada
pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka Perineum di Klinik
Hanna Kasih Medan Tahun 2022. dengan nilai t = 6,651 artinya 6,651 kali
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual terhadap
pengetahuan ibu. Disarankan kepada rumah bersalin agar dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dalam menerapkan
pengetahuan tentang kesehatan perawatan luka perineum.
3. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI
MEDIAAUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS
TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI RS DR.
RHARDJANTO BALIKPAPAN TAHUN 2020. Masa nifas masih
dinyatakan masa yang kritis bagi ibu setelah melahirkan. Diperkirakan
60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantara nya terjadi
dalam selang waktu 24 jam pertama. Penanganan komplikasi nifas sering
terlambat karena masih banyak ibu tidak mengenal tanda bahaya masa
nifas yang dapat di deteksi secara dini. Salah satu upaya memberikan

49
pengenalan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual.
Tujuan Penelitian : : untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu nifas di Rumah Sakit dr.R.Hardjanto Balikpapan Tahun 2020. Desain
Penelitian : desain penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan
pendekatan one grup pre-post test design. Populasi ibu nifas yang
melahirkan di RS dr.R.Hardjanto. Tehnik pengambilan sampel dengan
consecutive sampling sebanyak 26 orang. Hasil Penelitian : hasil
penelitian ini terdapat pengaruh dari pendidikan kesehatan tentang tanda
bahaya nifas menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan, sikap
dan perilaku ibu nifas dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (P < 0,05).
Kesimpulan Penelitian : Pemberian pendidikan kesehatan menggunakan
media audiovisual berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu nifas dengan harapan ibu nifas mengambil sikap dan perilaku apabila
menemukan tanda bahaya nifas agar dapat ditangani sebelum terjadi
komplikasi yang fatal. Kata Kunci : pendidikan kesehatan, media
audiovisual, pengetahuan, sikap dan perilaku ibu nifas.

50
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2018) Kerangka konsep adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur maupun diamati dalam
suatu penelitian. Sebuah kerangka konsep haruslah dapat memperlihatkan
hubungan antara variable-variabel yang akan diteliti.
Adapun kerangka konsep yang akan diteliti oleh peneliti adalah
sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan ibu nifas

Pendidikan kesehatan Sikap ibu nifas


menggunakan audiovisial

Perilaku ibu nifas

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Gpengaruh variabel

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan


audiovisual terhadap pengetahuan sikap dan perilaku ibu nifas di RS
Dr.R Hardjonto Balikpapan

51
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan suatu jawaban sementara atau kesimpulan
sementara dari apa yang menjadi permasalahan. Hipotesa merupakan
pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus
diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar atau salah.
Melainkan diuji apakah sahih (valid) atau tidak (Suyanto & Siswanto, 2018).
Dalam penelitian ini hipotesis yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audiovisual
terhadap pengetahuan sikap dan perilaku ibu nifas di RS Dr.R
Hardjonto Balikpapan
H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audiovisual
terhadap pengetahuan sikap dan perilaku ibu nifas di RS Dr.R
Hardjonto Balikpapan

C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di
tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di peroleh informasi tentang
hal tersebut,kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Variabel
pada penelitian ini antara lain:

1. Variabel Independen
Variabel independen sering disebut variabel stimulus, preditor, atecendent.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendidikan kesehatan
menggunakan audiovisual
2. Variabel Dependen
Variabel dependent sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi akibat adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2017).

52
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pengetahuan sikap dan
perilaku ibu nifas

D. Definisi Operasional
Definisi Operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifik kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel.
Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa untuk
menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis. (Sutama, 2016)
Pada penelitian ini hipotesis didapatkan ialah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan


audiovisual terhadap pengetahuan sikap dan perilaku ibu nifas di RS
Dr.R Hardjonto Balikpapan

No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


Penelitian Oprasional Ukur
1. Independen: Proses 1. Tahu (Know) SAP - -
Pendidikan berkomunikasi 2. Memahami
kesehatan menyampaikan (Comperhention)
menggunakan informasi dan 3. Aplikasi
audiovisual memberikan (Application)
pemahaman 4. Analisis (Analysis)
kepada ibu nifas 5. Sintesis (Syntesis)
tentang bahaya 6. Evaluasi
masa nifas (Evaluation)
menggunakan
media audio
visual.
2. Dependen: Segala hal yang 1. Pengertian tanda Kuesioner Ordinal Baik ≥ 10
Pengetahuan di ketahui ibu bahaya Kurang Baik
tanda bahaya tentang adanya 2. Macam-macam < 10
masa nifas indikasi bahaya tanda bahaya masa
selama masa nifas
nifas 3. Tanda dan gejala
bahaya masa nifas
4. Dampak jika
terjadi bahaya
masa nifas

53
3. Dependen Respon atau 1. Menerima Kuesioner Ordinal Baik ≥ 9
Sikap reaksi tertutup 2. Merespon Kurang Baik
terhadap ibu nifas 3. Menghargai <9
tanda bahaya mengenai tanda 4. Bertanggung jawab
masa nifas bahaya masa
nifas
4. Dependen Semua akitivitas 1. Mencegah atau Kuesioner Ordinal Baik ≥ 10
Perilaku atau kegiatan ibu melindungi diri Kurang Baik
terhadap nifas baik yang dari penyakit serta < 10
tanda bahaya dapat diamati masalah kesehatan
masa nifas maupun yang lain
tidak dapat 2. Mencari
diamati yang penyembuhan
berkaitan dengan apabila sakit
pemeliharaan
dan peningkatan
Kesehatan

54
BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk pada penelitian quasy eksperimen, dengan
pendekatan rancangan desain one group pretest-posttest design. Rancangan ini
tidak ada kontrol atau pembanding, tapi telah dilakukan observasi pertama
(pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan
yang terjadi. Pengukuran pre test dan post test menggunakan dependent
variabel Setelah adanya eksperimen (perlakuan) (Soekodjo Notoatmodjo,
2018).
Kelompok subjek diobservasi terlebih dahulu sebelum diberikan
intervensi, kemudian dilakukan observasi lagi setelah dilakukan intervensi.
Tujuan dari desain penelitian ini adalah agar mengetahui bagaimana pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap pengetahuan sikap
dan perilaku ibu nifas di rs dr.r.hardjanto balikpapan.
Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :
Pretest Perlakuan PostTes

01 02 03

Keterangan:
01: Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku responden sebelum diberi
perlakuan.
02: Perlakuan dengan memberikan pendidikan kesehatan menggunakan
audiovisual
03: Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku responden sebelum diberi
perlakuan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan Di Rs Dr. R. Hardjanto Balikpapan
2. Waktu
Penelitian iniakan dilaksanakan pada bulan Agustus 2023.

55
C. Populasi dan Teknik Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan setiap subjek yang memenuhi karakteristik
populasi yang ditentukan (Nursalam, 2017). Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh ibu nifas yang melahirkan di Rumah Sakit dr. R. Hardjanto
Balikpapan periode April ̶ Juni 2023.
Populasi pada penelitian ini berjumlah 30 pasien ibu nifas.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara tertentu untuk

mewakili populasi yang ada (Siswanto & Suyanto, 2018. Sampel adalah

bagian dari populasi yang di pilih dengan cara tertentu sehingga di anggap

dapat mewakili populasina (suyanto & siswanto,2018)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 pasien ibu nifas
yang memenuhi kriteria.
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri uang perlu dipenuhi oleh
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,
2018)
1) Bersedia menjadi responden
2) Responden yang mampu membaca dan menulis
3) Responden yang mampu berkomunikasi dengan baik
4) Responden yang melahirkan di RS. dr. R. Hardjanto Balikpapan

b. Kriteria Eksklusi

56
Kriteria Eksklusi ada ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat di
ambil sampel ( Notoadmodjo, 2018 )
1) Ibu nifas yang mengalami komplikasi berat (Eklamsia, perdarahan)
2) Ibu nifas yang di rawat diluar ruang perawatan nifas (ICU,Ruang
VIP)
3) Ibu nifas yang kontrol melewati masa KF 2 (28 hari)

D. Intrumen Penelitian
Instrumen Penelitin adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut sistematis dan dapat
mempermudah peneliti (Nursalam, 2017).
1. Variabel Independen
Alat instrumen yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut
varibel independent yaitu pendidikan kesehatan sesuai SAP tentang tanda
dan bahaya masa nifas dan audiovisual sebagai media penyampaian materi
Pendidikan kesehatan pada ibu nifas.
2. Variabel Dependen
Sedangkan alat instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk
varibel dependent yaitu kuesioner yang telah digunakan pada penelitian
sebelumnya oleh pera setiawati (2020) dengan menggunakan skala
guttman.
a. Variabel dependen pengetahuan
Terdiri dari 7 pertanyaan pengetahuan dengan dua jawaban pilihan

yaitu jika responden menjawab iya di berikan nilai skor 2 dan tidak nilai

skor 1, dan untuk menghitum nilai median di gunakan rumus median di

bawah ini :

Median :

(jumalah pertanyaan x skor tertinggi) + (jumlah pertanyaan x skor


terendah)

57
2
n=7 x 2 + 7 x 1
2
n=14 + 7
2
n=10, 5 dibulatkan menjadi 10
jika nilai median ≥ 10 maka menunjukan pengetahuan ibu nifas
baik, jika median <10 maka menunjukan pengetahuan ibu nifas tentang
pengetahuan ibu nifas baik.
b. Variabel dependen sikap

Terdiri dari 6 pertanyaan sikap dengan dua jawaban pilihan yaitu

jika responden menjawab iya di berikan nilai skor 2 dan tidak nilai skor 1,

dan untuk menghitum nilai median di gunakan rumus median di bawah ini

Median :

(jumalah pertanyaan x skor tertinggi) + (jumlah pertanyaan x skor


terendah)

2
n=6 x 2 + 6 x 1
2
n=12 + 6
2
n=9

jika nilai median ≥ 9 maka menunjukan sikap ibu nifas baik, jika
median <9 maka menunjukan sikap ibu nifas tentang ibu nifas baik.

c. Variabel dependen perilaku

58
Terdiri dari 7 pertanyaan perilaku dengan dua jawaban pilihan

yaitu jika responden menjawab iya di berikan nilai skor 2 dan tidak nilai

skor 1, dan untuk menghitum nilai median di gunakan rumus median di

bawah ini :

Median :

(jumalah pertanyaan x skor tertinggi) + (jumlah pertanyaan x skor


terendah)

2
n=7 x 2 + 7 x 1
2
n=14 + 7
2
n=10, 5 dibulatkan jadi 10

jika nilai median ≥ 10 maka menunjukan perilaku ibu nifas baik,


jika median <10 maka menunjukan sikap ibu perilaku tentang ibu nifas
kurang baik.

E. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2018) menggunakan komputer dengan program
atau sistem pengolah data adalah cara mengolah data. Berikut adalah tahapan
pengolahan data:
1. Pengecekan data (Editing)
pengecekan data merupakan upaya untuk memverifikasi kebenaran
data yang telah diperoleh atau dikumpulkan. Pengeditan dilakukan segera
setelah tahap pengumpulan data. Ilmuwan akan memeriksa kembali
keakuratan dan puncak dari informasi sebagai jajak pendapat yang
dikumpulkan oleh responden.

59
2. Pemberian kode (Coding)
Peneliti akan mengubah data menjadi data atau angka dengan
mengkodekannya menggunakan kalimat atau huruf. Memberikan kode ini
sangat penting untuk mempermudah ilmuwan dalam mengawasi informasi
dan sangat penting saat mengawasi dan menyelidiki informasi
menggunakan komputer.
3. Pengumpulan data (Tabulating data)
Peneliti kemudian menyusun dan mengelompokkan data ke dalam
tabel-tabel setelah diubah menjadi kode. Data akan dimasukkan ke dalam
tabel distribusi frekuensi selama proses tabulasi. Pengumpulan informasi
secara sederhana sesuai dengan standar dan skor yang telah ditentukan
berdasarkan kuesioner.
4. Memasukan data (Entry data)
Setelah memasukkan data yang telah peneliti kumpulkan ke dalam
tabel atau database komputer, peneliti membuat distribusi frekuensi secara
lugas. Suatu program atau perangkat lunak menerima tanggapan atau data
dari setiap responden dalam bentuk kode numerik.
5. Proses (Processing)
Tanggapan dari responden yang telah diubah menjadi angka
kemudian akan diolah agar mudah untuk dianalisis pada tahap ini.
6. Pengecekan data kembali (Cleaning)
Pengecekan ulang apakah ada kesalahan kode, apakah data yang
dimasukkan sudah lengkap, dan sebagainya. Setelah itu, penyesuaian atau
pembenaran yang diperlukan dibuat.

F. Teknik Analisa Data


1. Analisa Univariat
Analisa univariat menurut sugiyono (2017) dilakukan untuk
mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel independen
dan dependen. Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan gambaran
pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum dan sesudah perlakuan yaitu
pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual. Penyajian data

60
dalam bentuk katagorik dan akan ditransformasikan kedalam data numerik
dalam bentuk nilai mean, standar deviasi, standar error serta minimal dan
maksimal untuk pengujian statistik.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan menggunakan media audiovisual. Uji analisis data
yangdigunakan adalah uji paired t-test untuk melihat perbedaan
pengetahuan dan sikap dan sebelum dan sesudah perlakuan, apabila data
tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Wilcoxon. Analisis data
dilakukan menggunakan data numerik jika hasil uji normalitas diperoleh
hasil data berdistribusi normal dan jika data tidak berdistribusi normal
maka data yang digunakan adalah data katagorik.
G. Etika Penelitian
Mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia. MenurutHidayat (2017)bahwa masalah etik penelitian keperawatan
merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian. Di antara masalah
etika penelitian yang harus diperhatikan adalah:
1. Hak untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi, hak untuk mendapatkan
jaminan dari perlakuan yang diberikan, dan hak atas informasi merupakan
prinsip penghormatan hak asasi manusia.
2. Tanpa nama (Anonymity) karena peneliti sangat menghargai hak
responden oleh karena itu nama responden tidak akan dicantumkan ketika
bersediamenjadi responden dalam penelitian.
3. Hak privasi, seperti anonimitas dan kerahasiaan, merupakan inti dari
prinsip keadilan.
4. Kerahasiaan (confidentiality), hanya data kelompok yang disajikan atau
dilaporkan sebagai hasil penelitian, dan peneliti menjamin kerahasiaan
responden

61
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.

Yogyakarta: Nuha Medika

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. In

Rineka Cipta.

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Sikap Manusia:

Teori Dan Pengukurannya.

Eliana dan Sudarmiati. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Puskesmas


Karangdoro.

Jurnal Departemen Keperawatan, 1–8. Retrieved from


http://eprints.undip.ac.id/52725/2/artikel_revisi_21_maret_17.pdf

Depkes, 2013. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya, Persalinan Dan Nifas,
Jakarta: Depkes RI. Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

(2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Indonesia Health. Profile 2018.


Kesehatan, D., & Balikpapan, K. (2018). Profil 2018 kesehatan.

Nursalam. (2017). Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis.

In Metodologi penelitian Iimu keperawatan: pendekatan praktis. 2008, Konsep


Dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika

Notoatmodjo S., 2007, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka

Cipta.

62
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden (Informed Concent)

Kepada Yth :

Calon responden :

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa program studi Ners Universitas
Muhammadiyah Manado :

Nama Lengkap :

NIRM :

Adapun tujuan dari peneliti ini adalah untuk mengetahui “ Pengaruh


Pendidikan Kesehatan Menggunakan Audiovisual Terhadap Pengetahuan Sikap
dan Perilaku Ibu Nifas di Rs Dr. R. Hardjonto Balikpapan”. Sebagai bukti
ketersediaan menjadi responden dalam penelitian, saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan yang telah saya siapkan. Mohon partisipasi
anda dalam kesediaannya untuk mengisi lembar kuesioner ini dengan jujur.
Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan
penelitian dan sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

Manado, 2023

Hormat Kami

Kelompok 3

63
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk


berpatisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Ners Universitas Muhammadiyah Manado yang berjudul “
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu Nifas di Rs Dr. R. Hardjonto Balikpapan” :

Nama Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin :

Dengan sukarela menyetujui diikut sertakan dalam penelitian dengan


catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak
membatalkan persetujuan ini. Atas partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.

Manado, 2023

Responden

64
Lampiran 3 : Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas

KUESIONER
Petunjuk pengisian : Berikan Tanda (centang) pada pertanyaan yang anda anggap
sesuai
No Pertanyaan Ya Tidak
(1) (2)
1. Apakah Ibu pernah mendengar tentang persalinan aman

2. Apakah ibu tahu tentang paraji terlatih

3. Apakah Ibu mengetahui persalinan oleh paraji memiliki


resiko tinggikematian bayi karena penyakit tetanus

4. Apakah kunjungan masa nifas penting buat anda

5. Apakah anda pernah mendapat informasi tentang pentingnya


kunjungan masa nifas

6. Apakah menurut anda penting untuk dilakukan penyuluhan


tenatng pentingnya kunjungan masa nifas

7. Kapan saja dilakukan kunjungan masa nifas

Sumber : Universitas Kristen Marantha 2018

65
Lampiran 4 : Kuesioner Sikap Ibu Nifas

KUESIONER
Petunjuk pengisian : Berikan Tanda (centang) pada pertanyaan yang anda anggap
sesuai
No Pertanyaan Ya Tidak
(1) (2)
1. Apakah Ibu setuju bahwa sebaiknya persalinan
dilakukan oleh tenagakesehatan (dokter / bidan) atau
paraji terlatih

2. Apakah ibu setuju dengan pemberian imunisasi TT pada


saat ibu mengandung

3. Apakah ibu setuju dengan pemeriksaan kehamilan oleh


bidan

4. Apakah ibu setuju dengan pemeriksaan kehamilan secara


rutin

5. Apakah ibu setuju dengan pemeriksaan tablet Fe pada saat


hamil

6. Apakah ibu setuju dengan program KB

Sumber : Universitas Kristen Marantha 2018

66
Lampiran 5 : Kuesioner Perilaku Ibu Nifas

KEUSIONER
Petunjuk pengisian : Berikan Tanda (centang) pada pertanyaan yang anda anggap
sesuai
No Pertanyaan Ya Tdak
(1) (2)
1. Apakah ibu dalam persalinan terakhir dibantu oleh bidan

2. Apakah semua proses persalinan ibu di bantu oleh bidan

3. Apakah persalinan ini merupakan keinginan ibu sendiri

4. Apakah di lingkungan ibu terdapat sarana kesehatan untuk


pertolongan persalinan

5. Apaka ibu pernah menggunakan saran tersebut

6. Apakah sebelum persalinan ibu sudah diinubisasi TT

7. Apakah menurut ibu biaya persalinan yang dikeluarkan


mahal

Sumber : Universitas Kristen Marantha 2018

67
Lampiran 6 : SAP Pendidikan kesehatan pada Ibu Nifas

SAP
Topik : Pospartum
Sasaran : Pada ibu nifas
Metode : Penyuluhan dan diskusi
Waktu : 30 menit
Tempat : Rs dr.r. hardjanto balikpapan

A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan keseahatan selama 30 menit, perserta
mampu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya dalam masa nifas.

B. Tujuan Khusus

1. Pengertian masa nifas

2. Tanda bahaya pada masa nifas

3. Macam-macam tanda bahaya masa nifas

4. Hal yang perlu dilakukan bila terdapat tanfan bahaya pada masa nifas
C. Materi

1. Pengertian masa nifas

2. Tanda dan bahaya masa nifas

3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas

4. Penganganan yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya masa


nifas
D. Media

Audio Visual

68
E. Kegiatan Penyuluhan

1. Pembukaan 4 menit 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam

2. Memperkalkan diri 2. Mendegnarkan

3. Menjelaskan pokok
bahasan dan tujuan
penyuluhan

4. Menjelaskan jalannya
penyuluhan

2. Isi 20 1. Menjelaskan 1. Melihat


Menit pengertian masa nifas
2. Mendengarkan
2. Menjelaskan tanda
3. Memperhatikan
bahaya pada masa nifas

3. Menjelaskan macam-
macam tandan bahaya
pada masa nifas

4. Menjelaskan
penganganan yang harus
dilakukan jika mengalami
tanfa bahaya masa nifas

3. Penutup 6 Menit 1. Tanya Jawab 1. Mengajukan


Pertanyaan
2. Mengakhiri
Penyuluhan 2. Menjawab

3. Salam Penutup 3. Menjawab salam

69
Materi Pendidikan Kesehatan Ibu Nifas

A. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta


dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu
(Prawirohardjo, 2016)
Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang
normal, dijumpai dua kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi
uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2015).
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir dan
mencakup 6 minggu berikutnya. (Affandi, 2017).
Jadi masa nifas adalah periode yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih seperti keadaan
sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 42 hari.

B. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas

Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya


bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Prawirohardjo, 2016).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
1. Pendarahan Post Partum
a. Tanda dan gejala
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2016).

70
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
2. Pendarahan Post Partum Primer (Ajriy Tbst Tjrtuc Macbrrjfia) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.Pendarahan
3. Post Partum Sekunder (Ijta Tbst Tjrtuc Macbrrjfia) yang terjadi setelah 24
jam, biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama
adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2016
4. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina) Lochea adalah cairan
yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea
alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran lender waktu menstruasi
dan berbau anyir (Cairan ini berasal dari bekas melekatnya plasenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2015):
a. Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama dua hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.

e. Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, cairan seperti nanah berbau busuk


f. Lochiostasis: Lochea tidak lancar keluarnya.
a. Tanda dan gejala

1) Keluarnya cairan dari vagina

2) Adanya bau yang menyengat dari vagina

3) Disertai dengan demam > 38oC

b. Penanganan

71
Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal — hal yang
tidak diinginkan segeralah periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.

2. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)

Involusi adalah keadaan uterus yang mengecil oleh kontraksi rahim


dimana berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg
6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu
disebut sub-involusi (Rustam Muchtar, 2015).
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2016).
a. Tanda dan gejala

- Uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya

- Fundus masih tinggi

- Lochea banyak dan berbau

- Pendarahan

b. Penanganan

Segera periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.


3. Nyeri pada Perut dan Panggul
a. Tanda dan gejala

Peritonitis: Peradangan pada peritoneum

1) Demam

2) Nyeri perut bagian bawah

3) Suhu meningkat

4) Nadi cepat dan kecil

5) Nyeri tekan

6) Pucat muka cekung, kulit dingin

72
7) Anoreksia terkadang muntah

b. Penanganan

Lakukan istirahat baring, bila nyeri tidak hilang segera


periksakan ke fasilitas kesehatan.

4. Pusing dan Lemas yang Berlebihan

Menurut Manuaba (2015), pusing dan lemas pada masa nifas dapat
disebabkan karena tekanan darah rendah, anemia, kurang istirahat dan
kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.

a. Tanda dan gejala


1) Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian
kepala
2) Kepala terasa berdenyut dan disertai ras mual dan muntah

3) Lemas

b. Penanganan

1) Lakukan istirahat baring

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,


mineral dan vitamin yang cukup

3) Minum sedikitnya 3 liter setiap har

4) Meminum tablet fe selama 40 hari

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)

Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari kemungkinan terjadi


infeksi nifas.

c. Tanda dan gejala

73
Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu > 38

d. Penanganan
1) Istirahat baring

2) Kompres dengan air hangat

3) Perbanyak minum

4) Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan.

F. Evaluasi

Lama Waktu Evaluasi : 10 Menit


Metode Evaluasi : Mengobservasi Feedback dari Responden atas
penyuluhan
Instrument Evaluasi :
1. Meminta responden meguraikan kembali apa yang dijelaskan tentang
pengertian masa nifas
2. Meminta responden menyebutkan kembali tanda dan bahaya masa
nifas
3. Meminta responden menyebutkan kembali macam-macam tanda da
bahaya masa nifas
4. Meminta responden menyebukan Kembali penanganan yang harus
dilakukan jika mengalami tanda bahaya masa nifas

74

Anda mungkin juga menyukai