Dosen Pengampuh :
Ns.Norman Alfiat Talibo,S.Kep,M.Kep
Kelompok 3
T.A 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas dengan judul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Media Audio Visual Tentang Tanda-Tanda Bahaya Nifas
Terhadap Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Ibu Nifas Di RS.dr.R.Hardjanto
Balikpapan”.
Proposal mini ini disusun sebagai salah satu tugas metodelogi penelitian
untuk menempuh Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan Program
Studi Ners Universitas Muhammadiyah Manado.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ............................................................................ 8
B.Rumusan Masalah .................................................................... 13
C.Tujuan Penelitian...................................................................... 13
D.Tujuan Khusus .......................................................................... 13
E.Manfaat Penelitian ................................................................... 14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Pengetahuan ................................................. 16
B.Konsep Dasar Sikap ................................................................ 20
C.Konsep Dasar Perilaku ........................................................... 22
D.Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan .............................. 26
E.Konsep Dasar Audiovisual ................................................... 33
F.Konsep Dasar Masa Nifas ..................................................... 39
G.Kerangka Teoritis .................................................................... 47
H. Penelitian Terkait .................................................................... 48
BAB III. KERANGKA KONSEP
A.Kerangka Konsep ..................................................................... 51
B.Hipotesis Penelitian ................................................................. 52
C.Variabel Penelitian................................................................... 52
D.Definisi Operasional ............................................................... 53
iii
BAB IV . METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian ................................................................... 55
B.Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 55
C.Populasi dan Teknik Sampel ............................................. 56
D.Intrumen Penelitian............................................................... 57
E.Pengolahan Data ..................................................................... 59
F.Teknik Analisa Data.............................................................. 60
G.Etika Penelitian ...................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Jadwal waktu kunjungan masa ibu nifas ............... 43
Tabel 3.1 : Definisi Operasional…............................................37
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Audio visual film .............................................. 37
Gambar 2.2 : Audio visual televisi...........................................37
Gambar 2.3 : Audio visual video………………………..……38
Gambar 2.4 : Proyektor Lcd…………………………….……39
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu menjadi penyebab kematian nomor dua bagi wanita usia
reproduksi, setelah HIV/AIDS, dan merupakan penyebab utama pada
wanita berusia 15 29 tahun. Risiko meninggal karena sebab ibu terkait
dengan risiko hamil dan risiko kebidanan karena komplikasi dan kematian
saat hamil, saat melahirkan atau dalam 42 hari pasca persalinan. Jenis
komplikasi yang sebagian besar menyebabkan kematian ibu adalah
perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat hamil, komplikasi persalinan
dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2014).
9
persalinannya di tolong oleh tenaga kesehatan atau tidak harus mendapat
Post Natal Care (pelayanan nifas) oleh tenaga kesehatan (Prawirohardjo,
2012). Masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah pada masa nifas
yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan pada ibu nifas yaitu pengetahuan
(pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial
ekonomi, sosial budaya) dan juga pendidikan kesehatan dari tenaga
kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan (Notoadmodjo, 2010).
Asuhan pada masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena
masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayinya.Tenaga
kesehatan paling sedikit melaksanakan 4 kali kunjungan pada masa
nifas.Tujuan kunjungan ini diantaranya yaitu untuk menilai status ibu dan
bayinya, melaksanakan screening yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan
bayi. Sehingga diharapkan dengan adanya kunjungan pada ibu nifas,
komplikasi yang terjadi pada masa nifas dapat dicegah. Apabila ibu nifas
mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, maka ibu dapat segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan. Sebaliknya, jika ibu tidak
mengerti tanda-tanda bahaya masa nifas maka ibu tidak akan segera
memeriksakan diri kepada petugas kesehatan (Prawirohardjo, 2012). Salah
10
satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang tanda
bahaya kehamilan adalah melalui pendidikan kesehatan.
11
dengan pendidikan kesehatan tanpa media atau hanya dengan media
ceramahdan diskusi yang sifatnya masih konvensional. Keefektifan media
audiovisual dapat dibuktikan dengan penelitian oleh Saputra (2011) yang
menyatakan adanya peningkatan yang signifikan pada pengetahuan
responden sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan
dengan media audiovisual. Media audiovisual juga lebih menarik
perhatian, menghemat waktu dan dapat diputar berulang-ulang.
12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu “apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual tentang tanda-tanda bahaya masa nifas
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu nifas di Rumah Sakit
dr.R.Hardjanto Balikpapan?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual tentang tanda-tanda bahaya masa
nifas terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu nifas di Rumah
Sakit dr R. Hardjanto Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang tanda tanda bahaya masa nifas
menggunakan media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto
Balikpapan
2. Untuk mengetahui sikap ibu nifas sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas menggunakan
media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan
3. Untuk mengetahui perilaku ibu nifas sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas menggunakan
media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan
4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang tanda tanda bahaya masa nifas
menggunakan media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto
Balikpapan
5. Untuk mengetahui sikap ibu nifas sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda tanda bahaya masa nifas menggunakan
media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan
13
6. Untuk mengetahui perilaku ibu nifas sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda tanda bahaya masa nifas menggunakan
media audiovisual di Rumah Sakit dr.R. Hardjanto Balikpapan
7. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang tanda-
tanda bahaya masa nifas menggunakan media audiovisual
terhadap perilaku pada ibu nifas di Rumah Sakit dr R.
Hardjanto Balikpapan Tahun 2020
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam peningkatan dan
pengembangan ilmu kebidanan selanjutnya
2. Manfaat praktis
a. Bagi Tenaga Kesehatan
14
dan diharapkan dapat menambah wawasan dalam hal menyusun
laporan dikemudian hari.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (S. Notoadmodjo,
2012).
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi
melalui panca indra yakni; indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Lebih dijelaskan lagi sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoadmojo, 2010).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif, akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan &
Dewi, 2012).
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (oven behavior). Pengetahuan yang
cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, terhadap suatu yang spesifik. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan
sebagainya.
16
b. Memahami (Comperhention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan secara benar.Yaitu dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks
atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.Suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada
(Wawan & Dewi, 2012).
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Cara Tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisioanal ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahua, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non
17
ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan
pada periode ini antara lain meliputi :
b. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba.Kemungkinan yang lama sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
c. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
d. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji telebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
e. Berdasarkan pengalaman pribadi
Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yeng pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi masa lalu.
f. Cara akal sehat.
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran
g. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran atau dogmas agama adalah suatu kebenaran yang di wahyu
kan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan
diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas
dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
18
h. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran
atau berfikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan
intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
i. Melalui jalan fikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir manusia ikut berkembang. Dari sini manusia mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan fikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
j. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus yang bersifat umum. Hal ini berarti
dalam berfikir pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan
pengalaman-pengamalan empiris yang ditangkapoleh indra. Kemudian
disimpulkan dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
k. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum ke khusus. Dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa
sesuatu yang dianggap benar secara umum.
l. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular
disebut metodologi penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold
Van Daven (Soekodjo Notoatmodjo, 2018).
19
B. Konsep Dasar Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap menurut(Azwar, 2013) adalah evaluasi umum yang dibuat
manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu. Sikap adalah
merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 2012 ).
Menurut Heri Purwanto,(1998) Sikap adalah pandangan-pandangan
atau perasaan yang disertai kencenderungan untuk bertindak sesuai sikap
objek tadi (Wawan& Dewi, 2010)
2. Komponen Sikap
Struktur sikap menurut (Azwar, 2013) terdiri atas 3 komponen yang
saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitifberisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem kontroversial.
b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh pengaruh
yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif, merupakan aspek kencenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. (Wawan &
Dewi, 2010).
3. Tingkatan Sikap
Menurut(S. Notoadmodjo, 2012) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yakni :
a. Menerima (receiving)
20
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga,
saudara, dsb) untukmenimbang anaknya ke posyandu.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah mempunya sikap yang paling tinggi (S.
Notoadmodjo, 2012)
4. Sifat Sikap
a. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
b. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (S.
Notoadmodjo, 2012)
5. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Sikap
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting.
c. Pengaruh kebudayaan
21
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual yang disampaikan secara
obyektif cenderung dipengaruhi oleh penulisnya.
e. Lembaga pendidik dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yangberfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego (S. Notoadmodjo, 2012)
6. Skala Pengukuran Sikap
a. Skala Thurstone (Method of Equel Appearing Intervals)
b. Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
c. Unobstrustive Measures
d. Multidimensional Scaling
e. Pengukuran Involuntary Behavior (pengukuran terselubung). (Wawan
& Dewi, 2010)
1. Pengertian perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan (S. Notoadmodjo, 2012). Perilaku juga
diartikan Lahey, (2009) sebagai segala sesuatu aktivitas seseorang yang
tampak dan dapat diobservasi oleh orang lain secara langsung (Wawan &
Dewi, 2012).
22
Kesehatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keadaan sehat tubuh, jiwa dan raga (Pusat Bahasa Kemdikbud, 2016).
Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun
2009 di defenisikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Perilaku kesehatan adalah semua akitivitas atau kegiatan seseorang
baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati
(unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Pemeliharaan Kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit serta masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit (S. Notoadmodjo,
2012).
2. Klasifikasi Perilaku
Perilaku kesehatan dibagi ke dalam 2 kelompok besar yaitu :
a. Perilaku Orang Sehat
Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior) yang
mencakupperilaku yang tampak maupun tidak (overt and covert
behavior) dalamhal pencegahan penyakit (preventif) dan perilaku
dalam upaya meningkatkan kesehatan (promotif).
b. Perilaku Orang yang Sakit
Perilaku orang yang sakit terjadi pada orang yang sudah
mengalamimasalah dengan kesehatannya.Perilaku ini disebut dengan
perilakupencarian masalah kesehatan (health seeking behavior).
Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang
untuk memperoleh kesembuhan atas penyakit yang dideritanya (S.
Notoadmodjo, 2012)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut
Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) terdapat tiga faktor utama,
yaitu:
23
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan pemberian
Informasi (Notoatmodjo, 2012).
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
individu, keluarga atau masyarakat (Notoatmodjo, 2012).
Keyakinan seseorang didapat dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dan
menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan
masalahnya (Suprajitno, 2010).
2. Sosial ekonomi
Tingkat sosial Ekonomi adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam masyarakat, tingkat sosial ekonomi adalah
gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang
ditinjau dari segi sosial ekonomi.Tingkat sosial ekonomi meliputi
pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan yang merupakan penyebab
secara tidak langsung dari masalah kesehatan (Adi, 2009).
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko
terjdinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Hal ini
mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, biasanya ia akan lebih
cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan (Suprajitno,
2010).
24
Pekerjaan menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam
(2008), adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari
nafkah, berulang dan banyak tantangan. Pekerjaan seseorang dapat
mencerminkan pendapatan, status sosial, pendidikan serta masalah
kesehatan. Pekerjaan dapat mengukur status sosial ekonomi
sertamasalah kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja (S.
Notoadmodjo, 2012)
3. Pemberian Informasi
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah
bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi
(Kusrini, 2007).
Dengan memberikan informasi, penyuluhan dan sebagainya
akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
Dalam pemberian surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya (Wawan &
Dewi, 2010)
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, ketersediaan
makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti : Puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
Posyandu, Polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,
dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
25
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku para
petugas termasuk petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2014).
4. Bentuk perubahan perilaku
Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama, karena
memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain.
a. Perubahan alamiah (Neonatal chage) :
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar
terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan
ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami
perubahan.
b. Perubahan Rencana (Plane Change) :
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subjek.
c. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) :
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat
cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian lagi
sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan
setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2014).
26
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang dengan
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi
kesehatan pribadinya adan orang lain untuk untuk menigngkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya dan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik saja
tetapi juga menigkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun
non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan
penuh kesadaran (Erwin Setyo, 2012:Hermien Nugraheni, dkk.2018)
Menurut WHO 1954 dalam Zaidin Ali, (2010)pendidikan
kesehatan merupakan upaya kesehatan yang bertujuan :
a. Menjadikan kesehatan sesuatu yang bernilai di masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup
c. Mendorong dan mengembangkan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan masayarakat bertujuan maningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Tujuan
tersebut dapat lebih diperinci menjadi :
a. Menjadikan kesehatan sesuatu yang bernilai di masyarakat
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
c. Mendorong pengembangan diri dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat
d. Agar klien mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan
bagaimana caranya tanpa meminta pertolongan kepada sarana
pelayanan kesehatan formal
27
e. Agar terciptanya suasana yang kondusif dimana individu, keluarga,
kelompok dan masayarakt mengubah sikap dan tingkah lakunya
(Zaidin.Ali, 2010)
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut (Zaidin.Ali, 2010), ruang lingkup pendidikan kesehatan
dapat dilihat dari berbagai dimensi, yaitu :
a. Dimensi sasaran, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi
3, yaitu :
1) Pertama, pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Kedua, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Ketiga, pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyarakat luas.
b. Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
berlangsung di berbagai tempat dengan sendirinya sasarannya berbeda
pula, misalnya :
1) Pendidikan kesehatan di Sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid.
2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dilakukan di rumah sakit
dengan sasaran pasien atau keluarga pasien.
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan yang bersangkutan
c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five level prevention)
menurut Leavel& Clark yaitu :
1) Health promotion
2) General and specific protection
3) Early diagnosis and prompt treatment
4) Disability limitation
5) rehabilitation(Zaidin.Ali, 2010)
d. Metode Pendidikan Kesehatan
28
Metode pendidikan kesehatan merupakan pendekatan yang
digunakan dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada
sasaran pendidikan kesehatan (Uha Suliha ; Herawani ; Sumiati ; Yeti
resnaya, 2001). Metode pendidikan dibagi menjadi :
a. Metode pendidikan individual
b. Metode pendidikan kelompok
c. Metode pendidikan massa
e. Alat Bantu/ Peraga/Media Pendidikan Kesehatan
a. Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini
lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk
membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses
pendidikan/pengajaran(Notoadmodjo. 2012)
b. Faedah alat bantu pendidikan
Faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima kepada orang lain
5) Mempermudah penyampaian pendidikan / informasi oleh para
pendidik/ pelaku pendidikan
6) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan
f. Macam macam alat bantu pendidikan
Pada garis besar nya hanya ada 3 macam alat bantu pendidikan
(alat peraga).
a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses
pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
1) Alat alat yang di proyeksikan, misalnya slide,film,film strip,dan
sebagainya
29
2) Alat alat yang tidak di proyeksikan:
a) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya
b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan sebagainya
b. Alat bantu dengar (visual aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran. Misalnya : radio, pita suara, piringan hitam,CD
musik/kaset.
c. Alat bantu lihat dan dengar (audio visual Aids)
Media audio-visual disebut juga sebagai media video.Video
merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran.Dalam media video terdapat dua unsur yang saling
bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan
audience untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui
pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan
pesan belajar melalui bentuk visualisasi (Azwar, 2013)
1) Pengertian media audiovisual
Bentuk-bentuk media pembelajaran itu sendiri terdapat
berbagai macam bentuk. Klasifikasi menurut pemakaiannya ada
tiga macam bentuk media yang digunakan, yaitu media auditif,
media visual, dan media audiovisual. Media audiovisual
mempunyai unsur memadukan antara media auditif dan
mediavisual (Djaramah & Zein, 2010).
Media audio visual adalah jenis media yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan
informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa
pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan
maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah
film, video, program TV dan lain-lain (Asyhar.2011)
2) Kelebihan dan kekurangan Audiovisual
30
Setiap jenis media yang digunakan dalam proses
pembelajaranmemiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula
dengan media audiovisual. Arsyad (2011) mengungkapkan
beberapa kelebihan dankelemahan media audio visual dalam
pembelajaran sebagai berikut.
a) Kelebihan media audio visual:
(1) Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar siswa.
(2) Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara
tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika
perlu.
(3) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film
dan video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya.
(4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok.
(5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya
jika dilihat secara langsung.
(6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar
atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun
homogen maupun perorangan.
(7) Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu
minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
b) Kelemahan media audio visual:
(1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya
mahal dan waktu yang banyak.
(2) Tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang
ingin disampaikan melalui film tersebut.
(3) Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali
dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan
sendiri.
3) Tujuan pembelajaran menggunakan media audiovisual
31
Ronald Anderson (1994) mengemukakan tentang beberapa
tujuan dari pembelajaraan mengunakan media video, antara lain:
a) Untuk tujuan kognitif :
(1) Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut
kemampuan mengenal kembali dan kemampuan
memberikan rangsangan gerak dan serasi.
(2) Dapat menunjaukan serangkaian gambar diam tanpa
suara sebagai media foto dan film bingkai meskipun
kurang ekonomis.
(3) Melalui video dapat pula diajarkan pengetahuaan tentang
hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu.
(4) Video dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan
cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan,
khususnya yang menyangkut interaksi.
b) Untuk tujuan afektif :
(1) Video merupakan media yang baik sekali untuk
menyampaikan informasi dalam matra afektif.
(2) Dapat menggunakan efek dan teknik, video dapat
menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi
sikap dan emosi.
c) Untuk tujuan psikomotorik :
(1) Video merupakan media yang tepat untuk
memperlihatkan contoh ketrampilan yang menyangkut
gerak. Dengan alat ini dijelaskan, baik dengan cara
memperlambat maupun mempercepat gerakan yang
ditampilkan.
(2) Melalui video dapat langsung mendapat umpan balik
secara visual terhadap kemampuan mereka sehingga
mampu mencoba ketrampilan yang menyangkut
gerakan tadi (Azhar Arsyad, 1997).
32
E. Konsep Dasar Audiovisual
1. Pengertian Audiovisual
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak
didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟, ‟perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan (Azhar Arsyad, 2016:3).
AECT (Association Of Education And Communication Technology,
1997) dalam Arsyad (2016:3) memberi batasan tentang media sebagai
segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi.
Batasan lain dikemukakan pula oleh (NEA) National Education
Association dalam Nunuk Suryani,dkk (2012:135) memberikan batasan
media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual,
serta peralatannya.
Menurut Wina Sanjaya (2014:118) media audio visual adalah jenis
media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur
gambar yang dapat dilihat, seperti misalnya rekaman video, berbagai
ukuran film, slide suara dan lain sebagainya.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, dkk (2013:124) media audio
visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis
media ini memiliki kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua
jenis media yang pertama dan kedua.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diasumsikan bahwa media
audio visual adalah media yang memiliki unsur suara dan gambar yang
digunakan sebagai perantara dalam menyampaikan pesan-pesan dari
bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
33
2. Jenis-Jenis Audiovisual
suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-
cassette
jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur
a. Film
Gambar 2.1
34
Film merupakan media yang amat besar kemampuannya
mempengaruhi sikap.
b. Televisi (TV)
Gambar 2.2
masyarakat.
35
c. Video
Gambar 2.3
instruksi.
pembelajar.
36
d. Proyektor LCD (Liquit Crystal Display)
Gambar 2.4
2015:144).
37
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
38
e. Konsep Dasar Masa Nifas
39
persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam 7 hari setelah lahir.
Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa
nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
Tujuan asuhan masa nifas normal di bagi 2 yaitu :
a. Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak
b. Tujuan Khusus :
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif
c) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya
d) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, Menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan
bayi sehat.
e) Memberikan pelayanan keluarga berencana
a. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kunjungan dilakukan paling sedikit 3 kali selama ibu dalam
masa nifas. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi
pemeriksaan untuk deteksi dini, pencegahan, intervensi, dan
penanganan masalah-masalah yang terjadi pada saat nifas seperti
pada tabel berikut ini :
40
Tabel 2.1 Jadwal waktu kunjungan masa nifas menurut Kemeterian Kesehatan RI tahun
2015.
41
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2009). Menurut
waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :
1) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama
adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan
jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5
sampai 15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir
atau selaput plasenta (Prawirohardjo, 2009). Menurut Manuaba
(2009), perdarahan post partum merupakan negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :
a) Grandemultipara, penyebab penting kematian maternal
khususnya
b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala
uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh
dukun,persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan
narkosa (Manuba Ida Ayu, 2009)
b. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina
dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir
(cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta)Lochea dibagi
dalam beberapa jenis (Rukiyah, 2011)
1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,
selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
42
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
43
Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin
setiap hari di tambah dengan Ergometrin per oral.Bila ada sisa plasenta
lakukan kuretase.Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi
(Prawirohardjo, 2009).
d. Tromboflebitis (pembengkakan pada vena)
Tromboflebitis merupakan inflamasi pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah.Bekuan darah dapat terjadi di
permukaam atau di dalam vena.Tromflebitis cenderung terjadi pada
periode pacsa partum pada saat kemampuan pengumpulan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen.
Factor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain:
1) Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium
2) Mempunyai varises pada vena
e. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi
nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari
seluruh kematian karena infeksi.
Menurut Walyani Elisabeth 2009, gejala klinis peritonitis dibagi 2
yaitu :
1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis Tanda dan gejalanya
demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik,
pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada
abses.
2) Peritonitis umum tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat
dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin,
anorexsia, kadang-kadang muntah.
f. Depresi setelah persalinan
Depresi setelah melahirkan merupakan kejadian yang sering terjadi
akan tetapi ibu tidak menyadarinya. Penyebab utama dari depresi
setelah melahirkan tidak diketahui, diduga karena ibu belum siap
44
beradaptasi dengan kondisi setelah melahirkan atau kebingungan
merawat bayi, ada juga yang menduga bahwa depresi setelah
melahirkan dipicu karena perubahan fisik dan hormonal setelah
melahirkan.Yang mengalami depresi sebelum kehamilan maka
berisiko lebih tinggi terjadi depresi setelah melahirkan.
g. Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut (Manuba Ida Ayu, 2012), pusing merupakan tanda-tanda
bahaya masa nifas, pusing bisa di sebabkan oleh karena tekanan darah
tinggi (Sistol ≥ 160 mmHg dan diastolnya ≥110 mmHg). Pusing dan
lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar
haemoglobin kurang. Lemas yang berlebihanjuga merupakan tanda-
tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya
istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat,
tekanan darah rendah.
45
i. Demam
Dikatakan deman jika suhu tubuh ibu post partum > 38 ℃.Dalam
beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,2℃ ˗ 37,8 ℃ oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu
adalah normal. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 38℃
beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas
adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia
dalam masa nifas (Ambarwati 2010).
j. Penyulit dalam Menyusui
Kelenjar mamae telah dipersiapkan semenjak kehamilan.
Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke 2 atau 3 pasca
persalinan.Pada hari pertama keluar kolostrum. Cairan yang telah
kental lebih dari air susu, mengandung banyak protein, albumin,
globulin dan kolostrum. Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan
persiapan sejak awal hamil dengan melakukan massase,
menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak
tersumbat. Untuk menghindari putting rata sebaiknya sejak hamil, ibu
dapat menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui agar
puting selalu sering tertarik.
Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan
melakukan tehnik menyusui yang benar, putting harus kering saat
menyusui, putting diberi lanolin monelia di terapi dan menyusui pada
payudara yang tidak lecet. Selain itu putting lecet dapat disebabkan
oleh karena cara menyusui dan perawatan payudara yang tidak benar
dan infeksi monelia, bila lecetnya luas, menyusui 24 ̶ 48 jam dan ASI
dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
Beberapa keadaan Abnormal pada masa menyusui yang mungkin
terjadi:
46
1) Bendungan ASI Adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna/karena kelainan pada putting susu.
2) Abses payudara adalah terdapat masa padat mengeras di bawah
kulit yang kemerahan terjadi karena mastistis yang tidak segera
diobati. Gejala sama dengan Mastistis terdapat bisul yang pecah
dan mengeluarkan pus (nanah) (Saleha.2009
F. Kerangka Teoritis
47
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
: garis penghubung
G. Penelitian Terkait
48
TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI KLINIK HANNA
KASIH MEDAN TAHUN 2022. Masa nifas juga dapat mengalami
infeksi, masa nifas masih berperan sebagai penyebab utama kematian ibu
terutama di Negara berkembang seperti Indonesia ini, masalah ini terjadi
akibat dari pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna. Faktor
penyebab lain terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan tubuh yang
kurang, kurang gizi/mal nutrisi, anemia, hygiene yang kurang baik,
kelelahan serta perawatan nifas yang kurang baik seperti adanya robekan
pada perineum (Kemenkes RI, 2016). Sampel adalah bagian dari populasi
yang dianggap mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan total sampling yaitu sebanyak 32 responden yang ada di
Klinik Hanna Kasih Medan. Adapun alasan pengambilan sampel dengan
total sampling dikarenakan jumlah responden tidak mencapai 100 orang.
Hasil Pre Test Pengetahuan Mayoritas responden memiliki Pengetahuan
mayoritas pengetahuan kurang baik sebanyak 20 responden (62,5%). Ada
pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka Perineum di Klinik
Hanna Kasih Medan Tahun 2022. dengan nilai t = 6,651 artinya 6,651 kali
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual terhadap
pengetahuan ibu. Disarankan kepada rumah bersalin agar dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dalam menerapkan
pengetahuan tentang kesehatan perawatan luka perineum.
3. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI
MEDIAAUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS
TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI RS DR.
RHARDJANTO BALIKPAPAN TAHUN 2020. Masa nifas masih
dinyatakan masa yang kritis bagi ibu setelah melahirkan. Diperkirakan
60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantara nya terjadi
dalam selang waktu 24 jam pertama. Penanganan komplikasi nifas sering
terlambat karena masih banyak ibu tidak mengenal tanda bahaya masa
nifas yang dapat di deteksi secara dini. Salah satu upaya memberikan
49
pengenalan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual.
Tujuan Penelitian : : untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu nifas di Rumah Sakit dr.R.Hardjanto Balikpapan Tahun 2020. Desain
Penelitian : desain penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan
pendekatan one grup pre-post test design. Populasi ibu nifas yang
melahirkan di RS dr.R.Hardjanto. Tehnik pengambilan sampel dengan
consecutive sampling sebanyak 26 orang. Hasil Penelitian : hasil
penelitian ini terdapat pengaruh dari pendidikan kesehatan tentang tanda
bahaya nifas menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan, sikap
dan perilaku ibu nifas dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (P < 0,05).
Kesimpulan Penelitian : Pemberian pendidikan kesehatan menggunakan
media audiovisual berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu nifas dengan harapan ibu nifas mengambil sikap dan perilaku apabila
menemukan tanda bahaya nifas agar dapat ditangani sebelum terjadi
komplikasi yang fatal. Kata Kunci : pendidikan kesehatan, media
audiovisual, pengetahuan, sikap dan perilaku ibu nifas.
50
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2018) Kerangka konsep adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur maupun diamati dalam
suatu penelitian. Sebuah kerangka konsep haruslah dapat memperlihatkan
hubungan antara variable-variabel yang akan diteliti.
Adapun kerangka konsep yang akan diteliti oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
: Gpengaruh variabel
51
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan suatu jawaban sementara atau kesimpulan
sementara dari apa yang menjadi permasalahan. Hipotesa merupakan
pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus
diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar atau salah.
Melainkan diuji apakah sahih (valid) atau tidak (Suyanto & Siswanto, 2018).
Dalam penelitian ini hipotesis yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audiovisual
terhadap pengetahuan sikap dan perilaku ibu nifas di RS Dr.R
Hardjonto Balikpapan
H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audiovisual
terhadap pengetahuan sikap dan perilaku ibu nifas di RS Dr.R
Hardjonto Balikpapan
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di
tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di peroleh informasi tentang
hal tersebut,kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Variabel
pada penelitian ini antara lain:
1. Variabel Independen
Variabel independen sering disebut variabel stimulus, preditor, atecendent.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendidikan kesehatan
menggunakan audiovisual
2. Variabel Dependen
Variabel dependent sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi akibat adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2017).
52
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pengetahuan sikap dan
perilaku ibu nifas
D. Definisi Operasional
Definisi Operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifik kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel.
Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa untuk
menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis. (Sutama, 2016)
Pada penelitian ini hipotesis didapatkan ialah sebagai berikut :
53
3. Dependen Respon atau 1. Menerima Kuesioner Ordinal Baik ≥ 9
Sikap reaksi tertutup 2. Merespon Kurang Baik
terhadap ibu nifas 3. Menghargai <9
tanda bahaya mengenai tanda 4. Bertanggung jawab
masa nifas bahaya masa
nifas
4. Dependen Semua akitivitas 1. Mencegah atau Kuesioner Ordinal Baik ≥ 10
Perilaku atau kegiatan ibu melindungi diri Kurang Baik
terhadap nifas baik yang dari penyakit serta < 10
tanda bahaya dapat diamati masalah kesehatan
masa nifas maupun yang lain
tidak dapat 2. Mencari
diamati yang penyembuhan
berkaitan dengan apabila sakit
pemeliharaan
dan peningkatan
Kesehatan
54
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk pada penelitian quasy eksperimen, dengan
pendekatan rancangan desain one group pretest-posttest design. Rancangan ini
tidak ada kontrol atau pembanding, tapi telah dilakukan observasi pertama
(pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan
yang terjadi. Pengukuran pre test dan post test menggunakan dependent
variabel Setelah adanya eksperimen (perlakuan) (Soekodjo Notoatmodjo,
2018).
Kelompok subjek diobservasi terlebih dahulu sebelum diberikan
intervensi, kemudian dilakukan observasi lagi setelah dilakukan intervensi.
Tujuan dari desain penelitian ini adalah agar mengetahui bagaimana pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap pengetahuan sikap
dan perilaku ibu nifas di rs dr.r.hardjanto balikpapan.
Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :
Pretest Perlakuan PostTes
01 02 03
Keterangan:
01: Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku responden sebelum diberi
perlakuan.
02: Perlakuan dengan memberikan pendidikan kesehatan menggunakan
audiovisual
03: Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku responden sebelum diberi
perlakuan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan Di Rs Dr. R. Hardjanto Balikpapan
2. Waktu
Penelitian iniakan dilaksanakan pada bulan Agustus 2023.
55
C. Populasi dan Teknik Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan setiap subjek yang memenuhi karakteristik
populasi yang ditentukan (Nursalam, 2017). Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh ibu nifas yang melahirkan di Rumah Sakit dr. R. Hardjanto
Balikpapan periode April ̶ Juni 2023.
Populasi pada penelitian ini berjumlah 30 pasien ibu nifas.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara tertentu untuk
mewakili populasi yang ada (Siswanto & Suyanto, 2018. Sampel adalah
bagian dari populasi yang di pilih dengan cara tertentu sehingga di anggap
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 pasien ibu nifas
yang memenuhi kriteria.
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri uang perlu dipenuhi oleh
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,
2018)
1) Bersedia menjadi responden
2) Responden yang mampu membaca dan menulis
3) Responden yang mampu berkomunikasi dengan baik
4) Responden yang melahirkan di RS. dr. R. Hardjanto Balikpapan
b. Kriteria Eksklusi
56
Kriteria Eksklusi ada ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat di
ambil sampel ( Notoadmodjo, 2018 )
1) Ibu nifas yang mengalami komplikasi berat (Eklamsia, perdarahan)
2) Ibu nifas yang di rawat diluar ruang perawatan nifas (ICU,Ruang
VIP)
3) Ibu nifas yang kontrol melewati masa KF 2 (28 hari)
D. Intrumen Penelitian
Instrumen Penelitin adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut sistematis dan dapat
mempermudah peneliti (Nursalam, 2017).
1. Variabel Independen
Alat instrumen yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut
varibel independent yaitu pendidikan kesehatan sesuai SAP tentang tanda
dan bahaya masa nifas dan audiovisual sebagai media penyampaian materi
Pendidikan kesehatan pada ibu nifas.
2. Variabel Dependen
Sedangkan alat instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk
varibel dependent yaitu kuesioner yang telah digunakan pada penelitian
sebelumnya oleh pera setiawati (2020) dengan menggunakan skala
guttman.
a. Variabel dependen pengetahuan
Terdiri dari 7 pertanyaan pengetahuan dengan dua jawaban pilihan
yaitu jika responden menjawab iya di berikan nilai skor 2 dan tidak nilai
bawah ini :
Median :
57
2
n=7 x 2 + 7 x 1
2
n=14 + 7
2
n=10, 5 dibulatkan menjadi 10
jika nilai median ≥ 10 maka menunjukan pengetahuan ibu nifas
baik, jika median <10 maka menunjukan pengetahuan ibu nifas tentang
pengetahuan ibu nifas baik.
b. Variabel dependen sikap
jika responden menjawab iya di berikan nilai skor 2 dan tidak nilai skor 1,
dan untuk menghitum nilai median di gunakan rumus median di bawah ini
Median :
2
n=6 x 2 + 6 x 1
2
n=12 + 6
2
n=9
jika nilai median ≥ 9 maka menunjukan sikap ibu nifas baik, jika
median <9 maka menunjukan sikap ibu nifas tentang ibu nifas baik.
58
Terdiri dari 7 pertanyaan perilaku dengan dua jawaban pilihan
yaitu jika responden menjawab iya di berikan nilai skor 2 dan tidak nilai
bawah ini :
Median :
2
n=7 x 2 + 7 x 1
2
n=14 + 7
2
n=10, 5 dibulatkan jadi 10
E. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2018) menggunakan komputer dengan program
atau sistem pengolah data adalah cara mengolah data. Berikut adalah tahapan
pengolahan data:
1. Pengecekan data (Editing)
pengecekan data merupakan upaya untuk memverifikasi kebenaran
data yang telah diperoleh atau dikumpulkan. Pengeditan dilakukan segera
setelah tahap pengumpulan data. Ilmuwan akan memeriksa kembali
keakuratan dan puncak dari informasi sebagai jajak pendapat yang
dikumpulkan oleh responden.
59
2. Pemberian kode (Coding)
Peneliti akan mengubah data menjadi data atau angka dengan
mengkodekannya menggunakan kalimat atau huruf. Memberikan kode ini
sangat penting untuk mempermudah ilmuwan dalam mengawasi informasi
dan sangat penting saat mengawasi dan menyelidiki informasi
menggunakan komputer.
3. Pengumpulan data (Tabulating data)
Peneliti kemudian menyusun dan mengelompokkan data ke dalam
tabel-tabel setelah diubah menjadi kode. Data akan dimasukkan ke dalam
tabel distribusi frekuensi selama proses tabulasi. Pengumpulan informasi
secara sederhana sesuai dengan standar dan skor yang telah ditentukan
berdasarkan kuesioner.
4. Memasukan data (Entry data)
Setelah memasukkan data yang telah peneliti kumpulkan ke dalam
tabel atau database komputer, peneliti membuat distribusi frekuensi secara
lugas. Suatu program atau perangkat lunak menerima tanggapan atau data
dari setiap responden dalam bentuk kode numerik.
5. Proses (Processing)
Tanggapan dari responden yang telah diubah menjadi angka
kemudian akan diolah agar mudah untuk dianalisis pada tahap ini.
6. Pengecekan data kembali (Cleaning)
Pengecekan ulang apakah ada kesalahan kode, apakah data yang
dimasukkan sudah lengkap, dan sebagainya. Setelah itu, penyesuaian atau
pembenaran yang diperlukan dibuat.
60
dalam bentuk katagorik dan akan ditransformasikan kedalam data numerik
dalam bentuk nilai mean, standar deviasi, standar error serta minimal dan
maksimal untuk pengujian statistik.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan menggunakan media audiovisual. Uji analisis data
yangdigunakan adalah uji paired t-test untuk melihat perbedaan
pengetahuan dan sikap dan sebelum dan sesudah perlakuan, apabila data
tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Wilcoxon. Analisis data
dilakukan menggunakan data numerik jika hasil uji normalitas diperoleh
hasil data berdistribusi normal dan jika data tidak berdistribusi normal
maka data yang digunakan adalah data katagorik.
G. Etika Penelitian
Mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia. MenurutHidayat (2017)bahwa masalah etik penelitian keperawatan
merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian. Di antara masalah
etika penelitian yang harus diperhatikan adalah:
1. Hak untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi, hak untuk mendapatkan
jaminan dari perlakuan yang diberikan, dan hak atas informasi merupakan
prinsip penghormatan hak asasi manusia.
2. Tanpa nama (Anonymity) karena peneliti sangat menghargai hak
responden oleh karena itu nama responden tidak akan dicantumkan ketika
bersediamenjadi responden dalam penelitian.
3. Hak privasi, seperti anonimitas dan kerahasiaan, merupakan inti dari
prinsip keadilan.
4. Kerahasiaan (confidentiality), hanya data kelompok yang disajikan atau
dilaporkan sebagai hasil penelitian, dan peneliti menjamin kerahasiaan
responden
61
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Rineka Cipta.
Depkes, 2013. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya, Persalinan Dan Nifas,
Jakarta: Depkes RI. Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Cipta.
62
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden (Informed Concent)
Kepada Yth :
Calon responden :
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa program studi Ners Universitas
Muhammadiyah Manado :
Nama Lengkap :
NIRM :
Manado, 2023
Hormat Kami
Kelompok 3
63
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Nama Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Manado, 2023
Responden
64
Lampiran 3 : Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas
KUESIONER
Petunjuk pengisian : Berikan Tanda (centang) pada pertanyaan yang anda anggap
sesuai
No Pertanyaan Ya Tidak
(1) (2)
1. Apakah Ibu pernah mendengar tentang persalinan aman
65
Lampiran 4 : Kuesioner Sikap Ibu Nifas
KUESIONER
Petunjuk pengisian : Berikan Tanda (centang) pada pertanyaan yang anda anggap
sesuai
No Pertanyaan Ya Tidak
(1) (2)
1. Apakah Ibu setuju bahwa sebaiknya persalinan
dilakukan oleh tenagakesehatan (dokter / bidan) atau
paraji terlatih
66
Lampiran 5 : Kuesioner Perilaku Ibu Nifas
KEUSIONER
Petunjuk pengisian : Berikan Tanda (centang) pada pertanyaan yang anda anggap
sesuai
No Pertanyaan Ya Tdak
(1) (2)
1. Apakah ibu dalam persalinan terakhir dibantu oleh bidan
67
Lampiran 6 : SAP Pendidikan kesehatan pada Ibu Nifas
SAP
Topik : Pospartum
Sasaran : Pada ibu nifas
Metode : Penyuluhan dan diskusi
Waktu : 30 menit
Tempat : Rs dr.r. hardjanto balikpapan
A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan keseahatan selama 30 menit, perserta
mampu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya dalam masa nifas.
B. Tujuan Khusus
4. Hal yang perlu dilakukan bila terdapat tanfan bahaya pada masa nifas
C. Materi
Audio Visual
68
E. Kegiatan Penyuluhan
3. Menjelaskan pokok
bahasan dan tujuan
penyuluhan
4. Menjelaskan jalannya
penyuluhan
3. Menjelaskan macam-
macam tandan bahaya
pada masa nifas
4. Menjelaskan
penganganan yang harus
dilakukan jika mengalami
tanfa bahaya masa nifas
69
Materi Pendidikan Kesehatan Ibu Nifas
70
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
2. Pendarahan Post Partum Primer (Ajriy Tbst Tjrtuc Macbrrjfia) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.Pendarahan
3. Post Partum Sekunder (Ijta Tbst Tjrtuc Macbrrjfia) yang terjadi setelah 24
jam, biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama
adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2016
4. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina) Lochea adalah cairan
yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea
alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran lender waktu menstruasi
dan berbau anyir (Cairan ini berasal dari bekas melekatnya plasenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2015):
a. Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama dua hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.
b. Penanganan
71
Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal — hal yang
tidak diinginkan segeralah periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.
- Pendarahan
b. Penanganan
1) Demam
3) Suhu meningkat
5) Nyeri tekan
72
7) Anoreksia terkadang muntah
b. Penanganan
Menurut Manuaba (2015), pusing dan lemas pada masa nifas dapat
disebabkan karena tekanan darah rendah, anemia, kurang istirahat dan
kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.
3) Lemas
b. Penanganan
73
Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu > 38
d. Penanganan
1) Istirahat baring
3) Perbanyak minum
F. Evaluasi
74