Anda di halaman 1dari 84

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA

PASIEN KANKER PAYUDARA DI DAERAH DESA SUKAPURA


BEREMPAT DI PUSKESMAS SRAGI TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
MEI HARIDINI ARMAYATI
NPM: 2019206203131P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU .
TAHUN 2020-2021

i
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA
PASIEN KANKER PAYUDARA DAERAH DESA SUKAPURA
BEREMPAT DI PUSKESMAS SRAGI TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH
MEI HARIDINI ARMAYATI
NPM: 2019206203131P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU .
TAHUN 2020-2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal :

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA


PASIEN KANKER PAYUDARA DAERAH DESA SUKAPURA
BEREMPAT DI PUSKESMAS SRAGI TAHUN 2020

Nama : MEI HARIDINI ARMAYATI


NPM : 2019206203131P

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar proposal.

Pringsewu, ........... November 2020


Pembimbing

( )

iii
MOTTO

Kesalahan akan membuat orang belajar dan menjadi lebih baik....


Jawaban sebuah keberhasilan adalah terus belajar dan tak kenal putus asa....
Ilmu adalah harta yang tak akan pernah habis....
pengetahuan akan berarti dengan mengamalkannya....

(Penulis)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan proposal penelitian yang berjudul
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA
PASIEN KANKER PAYUDARA DAERAH DESA SUKAPURA
BEREMPAT DI PUSKESMAS SRAGI TAHUN 2020, dapat saya selesaikan.
Penyelesaian proposal penelitian ini juga berkat dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa
terimakasih kepada yang terhormat :
1. , selaku Rektor Universitas Muhammaduyah Pringsewu
2. , selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu.
3. , selaku Ketua Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.
4. , selaku dosen pembimbing.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan proposal Skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah di
berikan dan semoga Proposal ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan
untuk itu, penulis sangat mengharapkan masukan serta saran yang membangun
guna perbaikan selanjutnyya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita
semua. Amin.

Pringsewu, November 2020


Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR............................................................................. i


HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
MOTTO ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR....................................................................................... v
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 9
D. Manfaat penelitian............................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Dukungan Sosial.............................................................................. 11
B. Kanker Payudara.............................................................................. 27
C. Dampak Yang Ditimbulkan Pasca Kanker Payudara....................... 39
D. Depresi............................................................................................. 43
E. Kerangka Teori................................................................................. 52
F. Kerangka Konsep............................................................................. 53
G. Hipotesis........................................................................................... 53

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian................................................................................... 54
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 54

vi
C. Rancangan Penelitian......................................................................... 54
D. Subyek Penelitian............................................................................... 55
E. Variabel Penelitian............................................................................. 56
F. Definisi Operasional Variabel............................................................ 56
G. Alat Ukur............................................................................................ 57
H. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data........................................... 59
I. Analisis Data....................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman


Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 52
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 53

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................56

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent


Lampiran 2 : Instrument Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Konsul

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan jenis kanker yang saat ini sering terjadi

pada wanita di seluruh dunia, baik negara maju ataupun negara berkembang.

Kanker payudara terjadi kurang lebih 2,1 juta wanita tiap tahunnya dan juga

menjadi penyebab kematian terbesar pada wanita. Pada tahun 2018

diperkirakan sebanyak 2.088.849 kasus baru terjadi, lalu diperkirakan sebanyak

626.679 wanita meninggal akibat kanker payudara di seluruh dunia, yaitu

sekitar 15% dari semua kematian akibat kanker pada wanita disebabkan oleh

kanker payudara (WHO, 2018). Di Amerika terdapat satu dari delapan wanita

mengalami kanker payudara, lalu ada sebanyak 268.600 kasus baru yang

terjadi akibat kanker payudara pada tahun 2019 (American et al., 2020).

Kanker payudara menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian

wanita setelah kanker serviks. Menurut data dari kemenkes 2018, diperkirakan

angka terjadinya kanker payudara adalah 42,1 per 100.000 penduduk dengan

rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2018).

Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Serviks (Iva) Menurut Provinsi Tahun

2019 di dapatkan Provinsi terbanyak Curiga Kanker payudara adalah Jawa

Barat dengan jumlah 763 dan tumor payudara 6109. Kemudian provinsi

Lampung dengan Terbanyak ke -2 dengan angka curiga kanker serviks yaitu

423, dan tumor bayudara berjumlah 2082, Kemudian Kalimantan Utara dengan

1
terbanyak ke-3 sebanyak 133 curiga kanker serviks dan Tumor payudara 295

(Kemenkes RI, 2020).

Prevalensi (per mil) Kanker berdasarkan Diagnosis Dokter pada

Penduduk Semua Umur menurut Karakteristik di Provinsi Lampung,

Riskesdas 2018 berjumlah 2,03% atau 32.642 ibu dengan kanker payudara.

Dan yang melakukan pengobatan kemoterapi sebanyak 50,03% (Riskesdas

Lampung, 2018)

Persentase Pemeriksaan deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Payudara

Pada Perempuan Usia 30-50 Tahun Menurut Kabupaten/kota Tahun 2019

Berdasarkan hasil pemeriksaan deteksi dini kanker payudara di Provinsi

Lampung, dimana tahun 2019 telah ditemukan 89 curiga kanker dan 551

tumor/benjolan, Cakupan pemeriksaan detekdi dini kanker payudara pada

perempuan usia 30-50 tahun tertinggi berada di Kota Bandar Lampung yaitu

sebesar 24,2 % diikuti Kabupaten Tulang Bawang sebesar 10,5% dan Way

Kanan sebesar 8,2% dan Lampung Selatan sebesar 7,3% (Profil kesehatan

Provinsi Lampung Tahun 2020).

Menurut data Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 597 pasien

terdiagnosis menderita tumor payudara. Tahun 2018 Sebanyak 152 di

antaranya terdeteksi sebagai tumor ganas (kanker), dan 372 lainnya tumor

jinak. Sedangkan 73 sisanya diketahui hanya terinfeksi tumor KGB (kelenjar

getah bening). Limfoid juga banyak ditemukan, totalnya ada 320 kasus.

Rincinya, 96 kasus sebagai kanker (tumor ganas), 207 tumor jinak dan 17

kasus terinfeksi. Sedangak tumor jaringan lunak ada 309 kasus, dengan yang

2
ditemukan ganas sebanyak 98 kasus. Jenis penyakit tumor lain yang sering

didapati yakni seperti ovarium (92 kasus), tumor leher (229 kasus), tumor

antrum (55 kasus), tumor paru (64 kasus), prostat (63 kasus), dan serviks (80

kasus) (Profil Kesehatan Lampung Selatan , 2019).

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dari mekanisme yang seharusnya atau kondisi normalnya,

sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali

yang terjadi pada jaringan payudara. Bahkan dalam kondisi yang buruk sel-sel

yang tumbuh secara abnormal tadi dapat bermetastase ke jaringan atau ke

organ lainnya seperti kelenjar getah bening, paru-paru ataupun ke bagian

tulang (Putra, 2015)

Kanker Payudara merupakan penyakit ganas sehingga ketika seseorang

didiagnosis dengan sebuah penyakit yang ganas dan sulit disembuhkan serta

memiliki prognosis yang buruk, tentu tidak mudah untuk menjalani kehidupan

sama seperti sebelumnya. Banyak sekali perubahan- perubahan yang dirasakan

seperti menjalani pengobatan, tinggal dirumah sakit, merasakan berbagai

masalah akibat kanker dan terapi salah satunya nyeri yang berat. Hal ini

mendorong mereka pada kondisi yang mengganggu masalah psikologis, tidak

jarang pasien yang menderita kanker payudara akan mengalami depresi.

Berdasarkan penelitian Cvetkovi (2016), depresi pada kanker payudara

disebabkan oleh perubahan-perubahan yang secara drastis terjadi dalam hidup

mereka.

Depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap dan dalam

3
waktu kurang lebih 2 minggu. Depresi merupakan gangguan alam perasaan dan

pikiran dari seseorang yang mempengaruhi makan, tidur, rasa ingin menyendiri

dan memikirkan banyak hal (Beck et al., 2009). Hal ini dapat menyebabkan

berbagai masalah, baik masalah fisik atau masalah emosional yang dapat

menurunkan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari

(American Psychiatric Association, 2017). Depresi merupakan penyakit yang

jarang terdiagnosis dan bila tidak diobati yang akan menyebabkan gangguan

fisik, sosial dan mengganggu psikosial. Depresi adalah keadaan emosi yang

ditandai dengan kesedihan yang terus-menerus, pikiran negatif, perasaan tidak

berharga, penarikan, serta penurunan energi dan minat dalam kegiatan. Depresi

ditandai dengan gejala seperti insomnia, kehilangan nafsu makan, murah sedih,

dan penurunan gairah seksual (Maass et al., 2015).

Depresi merupakan masalah psikologis umum yang sering terjadi pada

pasien penderita kanker payudara (Purkayastha et al., 2017). Penelitian telah

menunjukkan bahwa hampir sepertiga sampai setengah dari jumlah pasien

kanker payudara mengalami tekanan psikologis. Diantara wanita dengan

kanker payudara, prevalensi depresi berkisar antara 1,5% sampai 50%

(Purkayastha et al., 2017). Depresi sering terjadi pada wanita dibandingkan

dengan laki-laki, hal ini disebabkan karena kelebihan sekresi corticotropin-

releasing hormone sebagai akibat dari hiperaktifnya (HPA-axist), yang dapat

berdapmak pada episode depresi.

Penelitian lain menyebutkan bahwa pada wanita yang didiagnosis dengan

kanker payudara 69,4 % diantaranya mengalami depresi berat, dan bahkan

4
berada pada fase ingin menyerah pada pengobatan yang sedang mereka jalani

dan ingin bunuh diri (Shakeri et al., 2016). Hasil dari penelitian yang dilakukan

oleh Wondimagegnehu et al (2018) dari 428 wanita yang mengalami kanker

payudara 107 diantaranya mengalami depresi berat yaitu sekitar 25,0 % .

Penelitian yang dilakukan Purkayastha (2017) mengatakan pasien yang

menjalani pengobatan 21,5% diantaranya mengalami depresi. Penelitian yang

dilakukan Golden-Kreutz & Andersen (2004) mengatakan bahwa 59% dari 210

wanita yang melakukan prosedur pengobatan mastektomi mengalami depresi,

hal itu dikarenakan pasien kehilangan salah satu atau kedua payudaranya.

Pasien kanker payudara dengan mastektomi 53,4% diantaranya memiliki gejala

depresi dan setengah dari angka tersebut cenderung ingin bunuh diri (Khan et

al., 2016). Depresi pada pasien yang menjalani mastektomi dikarenakan pasien

merasa bahwa identitas mereka sebagai seorang wanita telah hilang, serta

pasien merasa bahwa bentuk payudaranya tidak bagus atau tidak indah lagi, hal

itu membuat kepercayaan diri mereka hilang atau berkurang.

Hal serupa juga terjadi pada pasien yang menjalani prosedur pengobatan

lain seperti kemoterapi ataupun radioterapi. Setelah menjalani pengobatan

pasien akan merasakan efek samping pada fisik mereka seperti rambut rontok,

mual dan muntah yang berkepanjangan, diare, kulit kering serta pucat sehingga

pasien kehilangan percaya diri terhadap kondisi fisik dari tubuhnya.

Berdasarkan Putra (2015) ketika pasien kanker payudara mengalami perubahan

pada fisiknya dan membuat citra diri nya rendah maka pasien akan cenderung

mengalami depresi.

5
Proses pengobatan yang panjang, tentu membutuhkan biaya yang cukup

besar baik untuk pengobatan itu sendiri maupun kebutuhan finansial pasien.

Pasien memiliki pengeluaran yang lebih besar daripada sebelum terdiagnosis

penyakit, tentu saja ini akan berdampak pada kesehatan mental pasien, apalagi

jika pasien seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Hal itu

akan mempengaruhi pikiran dan mood pasien sehingga menyebabkan mereka

depresi. Menurut penelitian Hassan et al., (2015) selalu ada kaitan antara

kemampuan ekonomi dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara,

pasien dengan ekonomi rendah cenderung memiliki tingkat depresi yang

tinggi.

Hal lain yang menyebabkan pasien dengan kanker payudara mengalami

depresi adalah nyeri yang bersifat kronis. Nyeri merupakan gejala yang paling

umum dan sering yang dirasakan oleh pasien kanker, nyeri menyebabkan

pasien tidak nyaman dan tidak dapat tidur atau beristirahat dengan tenang.

Penelitian yang dilakukan oleh Sheng et al., (2017) mengatakan bahwa pasien

dengan nyeri kronis mengalami 85% depresi. Nyeri ditemukan terkait secara

signifikan dengan depresi, dan ketika keparahan nyeri meningkat maka risiko

mengalami depresi pada pasien kanker payudara juga meningkat

(Wondimagegnehu et al., 2019).

Depresi merupakan penyakit yang jarang teridentifikasi pada pasien

kanker payudara, dikarenakan semua pengobatan terfokus untuk masalah

kesehatan fisik saja sehingga masalah psikologis pada pasien sering terabaikan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Benner (2016) tekanan psikologis

6
seperti depresi sering dialami pada pasien kanker payudara selama perjalanan

penyakit ini. Pasien dihadapkan dengan masalah seperti rasa takut dengan

kematian, rangkaian pengobatan yang panjang, berpisah dengan keluarga dan

nyeri.

Pasien kanker payudara yang mengalami depresi cenderung merasa

hidupnya tidak berguna, kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak ada

harapan untuk masa depannya. Perasaan seseorang sangat terhubung dengan

orang lain apalagi dengan orang yang mereka anggap dekat, termasuk

dukungan dan semangat yang mereka dapatkan dari orang-orang tersebut.

Depresi disebabkan oleh banyak faktor meliputi faktor lingkungan dan faktor

individu. Dengan adanya faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

depresi, dukungan sosial sangat diperlukan pada individu yang mengalami

depresi terutama pada pasien kanker payudara. Penelitian mengatakan

dukungan sosial merupakan bantuan yang diperoleh dari orang lain seperti

perasaan diterima, diperhatikan yang akan mempengaruhi kesehatan fisik dan

mental seseorang (Wang et al., 2014). Ketersediaan dukungan sosial pada

pasien yang menderita kanker payudara merupakan faktor penting dalam

menentukan kesehatan mental (Trindade et al., 2018).

Penelitian yang dilakukan Kim et al., (2016) dukungan yang diberikan

oleh keluarga, teman dan orang disekitar pasien dapat mempengaruhi tingkat

depresi pada pasien yaitu sekitar 29,49%. Seseorang yang menderita kanker

payudara mereka mengatakan sangat memerlukan sekali dukungan dari

keluarga serta orang-orang yang mereka anggap dekat untuk membantu mereka

7
untuk dapat hidup dalam kondisi ini ( menderita kanker payudara ) dengan

kenyamanan, keamanan dan kebahagiaan (Klungrit et al., 2019). Hasil dari

penelitian Wondimagegnehu et al., (2019) ada hubungan yang signifikan antara

dukungan sosial dengan depresi yang dialami oleh pasien kanker payudara,

semakin kurang dukungan sosial yang mereka dapatkan, maka semakin tinggi

kemungkinan pasien tersebut menderita depresi.

Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Sukapura Kecamatan Sragi

dengan mewawancarai 10 orang pasien yang didiagnosa dengan kanker

payudara. 5 orang pasien sedang menjalani pengobatan kemoterapi dan pasien

itu telah dilakukan mastektomi. Pasien mengatakan dia malu kehilangan

payudara nya dan merasa tidak percaya diri, kehilangan semangat hidup,

merasa tidak berguna dan tidak ada harapan hidup lagi hal ini merupakan

gejala dari depresi. Pasien mengatakan bahwa dia tidak suka menjalani

kemoterapi yang menyebabkan rambutnya rontok. Pasien mengatakan nyeri

yang ia alami menyebabkan dia tidak berminat melakukan apapun.

Berdasarkan 2 orang pasien sedang menjalani kemoterapi dengan

didampingi keluarganya, menyatakan sebenarnya mereka tidak nyaman

menjalani pengobatan di rumah sakit karena berisik ia tidak bisa tidur dengan

baik. Menurut pasien pengobatan yang dijalani tidak berpengaruh apapun

terhadap penyakitnya tersebut, namun mereka tetap menjalani karena ia

mendapat dorongan dan dukungan dari keluarga dan teman-temannya.

Sedangkan 3 pasien baru saja selesai dengan mastektomi, pasien menyatakan

tidak percaya diri, tidak nafsu makan, serta tidak semangat dan pasien tampak

8
murung tetapi, tidak menghabiskan makanannya, pasien mengatakan tidak

bersemangat untuk menjalani kehidupan, namun keberadaan keluarga dan

orang –orang terdekatnya sangat mereka butuhkan

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian “Hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien

kanker payudara daerah Desa Sukapura Berempat Di Puskesmas Sragi tahun

2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

apakah ada hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien

kanker payudara daerah Desa Sukapura Berempat Di Puskesmas Sragi tahun

2020?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi

pada pasien kanker payudara di Desa Sukapura Berempat Di

Puskesmas Sragi tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan sosial pada pasien

kanker payudara di Desa Sukapura Berempat Di Puskesmas Sragi tahun

2020.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat depresi pada pasien

kanker di Desa Sukapura Berempat Di Puskesmas Sragi tahun 2020.

c. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi

9
pada pasien kanker di Desa Sukapura Berempat Di Puskesmas Sragi

tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Sebagai bahan masukan dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan

khususnya dalam Ilmu Manajemen Keperawatan dalam perencanaan

program peningkatan kesehatan.

Dapat memberikan informasi mengenai hubungan dukungan sosial

dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara sehingga dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan

dan pendidikan kesehatan mengenai dukungan sosial dan depresi. bagi

pihak pelaksana dan pengelola pelayanan kesehatan agar dapat

memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, memberikan

informasi yang adekuat dan akurat.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Puskemas SRAGI Lampung Selatan

Penelitian ini diharapkan Dapat menjadi masukan bagi Puskesmas

sebagai bahan evaluasi kinerja tenaga kesehatan dan menambah

wawasan pengetahuan mengenai ilmu keperawatan medikal bedah dan

dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien kanker

payudara.

10
b. Bagi Institusi Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Sebagai referensi dan sebagai bahan bacaan mahasiswa/i di

perpustakaan Universitas Muhammadiyah Pringsewu dan sebagai bahan

perbandingan dengan penelitian lainnya mengenai kemampuan

Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi Pada Pasien

Kanker Payudara, serta diharapkan dapat memberikan masukan atau

tambahan informasi bagi profesi perawat untuk meningkatkan perannya

dalam pemberian informasi khususnya pada mahasiswa untuk

meningkatkan pengetahuan tentang dukungan sosisal bagi masyarakat

penderita kanker Payudara .

11
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Dukungan Sosial

1. Pengertian dukungan sosial

Pierce mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional,

informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang- orang

disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang

terjadi sehari- hari dalam kehidupan. Diamtteo mendefinisikan dukungan

sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti

teman, tetangga, teman kerja dan orang- orang lainnya (Sari, 2011).

Gottlieb menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau

nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang

didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat

emosional atau efek perilaku bagi pihah penerima. Sarafino menyatakan

bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada

orang lain, merawatnya atau menghargainya. Pendapat senada juga

diungkapkan oleh Saroson yang menyatakan bahwa dukungan sosial

adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan

memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umunya

diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan.

Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah laku,

ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat

membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai (Sari, 2011).

12
Rook mendefinisikan dukungan socialsebagai salah satu fungsi

pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari

hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi

stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa

tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya

dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan

menjadi bagian dari kelompok. Senada dengan pendapat diatas, beberapa

ahli Cobb, 1976; Gentry and Kobasa, 1984; Wallston, Alagna and

Devellis, 1983; Wills, 1984 : dalam Sarafino, 1998 dalam Sari, 2011)

menyatakan bahwa individu yang memperoleh dukungan sosial akan

meyakini individu dicintai, dirawat, dihargai, berharga dan merupakan

bagian dari lingkungan sosialnya. Menurut Schwarzer and Leppin,

dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang

sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada individu

(perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada

persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support) (Sari, 2011).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

adalah dukungan atau bantuan yangh berasal dari orang yang memiliki

hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan.Bentuk

dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi

yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa

disayangi, diperhatikan dan bernilai.

13
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan social

Menurut Stanley (dalam Sari, 2011), faktor- faktor yang

mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial.Adapun

kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan.Apabila seseorang

tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang

mendapat dukungan sosial.

b. Kebutuhan social

Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh

masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di

masyarakat.Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik

cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan

masyarakat.Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan

penghargaan.

c. Kebutuhan psikis

Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk

rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi

tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang

menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut

akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang- orang sekitar

sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai.

14
3. Cakupan dukungan social

Menurut Saranson (1983) yang dikutip oleh Friedman (2014),

dukungan sosial itu selalu mencakup 2 hal yaitu ;

1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia

Merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat

diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan

berdasarkan kuantitas).

2. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima

Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan

dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi

(pendekatan berdasarkan kualitas).

4. Sumber- sumber dukungan social

Sumber-sumber dukungan sosial dikelompokan oleh Gottlieb (1983)

dalam Friedman (2014) berdasarkan penelitian para ahli mengenai

dukungan sosial, yaitu dukungan sosial dapat berasal dari:

a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional

b. (significant others), seperti keluarga, teman dekat atau rekan kerja.

c. Profesional, seperti psikolog atau dokter.

d. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support groups).

Menurut Rook dan Dootey (1985) yang dikutip oleh Friedman

(2014), ada 2 sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber

natural.

15
a. Dukungan sosial artificial

Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang

ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat

bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

b. Dukungan sosial natural

Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui

interaksi sosial dalam kehidupanya secara spontan dengan orang- orang

yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, isteri,

suami dan kerabat), teman dekat atau relasi.Dukungan sosial ini bersifat

non- formal.

Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan

sumber dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal.

Perbedaan tersebut terletak dalam hal sebagai berikut ;

a. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa

dibuat- buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan

norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah

berakar lama.

d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam

penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang- barang

nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan penyampaian salam.

16
e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label

psikologis .

Menurut Wangmuba (2009) dalam Friedman (2014), sumber

dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis

terbagi atas:

a. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga

Mereka adalah orang- orang terdekat yang mempunyai potensi

sebagai sumber dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan

bantuan dan dukungannya ketika individu membutuhkan.Keluarga

sebagai suatu sistem sosial, mempunyai fungsi- fungsi yang dapat

menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti

membangkitkanpersaan memiliki antara sesama anggota keluarga,

memastikan persahabatan yang berkelanjutan dan memberikanrasa

aman bagi anggota- anggotanya.Menurut  Argyle (dalam Friedman,

2014), bila individu dihadapkan pada suatu stresor maka hubungan

intim yang muncul karena adanya sistem keluarga dapat menghambat,

mengurangi, bahkan mencegah timbulnya efek negatif stresor karena

ikatan dalam keluarga dapat menimbulkan efek buffering (penangkal)

terhadap dampak stresor. Munculnya efek ini dimungkinkan karena

keluarga selalu siap dan bersedia untuk membantu individu ketika

dibutuhkan serta hubungan antar anggota keluarga memunculkan

perasaan dicintai dan mencintai.Intinya adalah bahwa anggota keluarga

merupakan orang- orang yang penting dalam memberikan dukungan

17
instrumental, emosional dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai

peristiwa menekan dalam kehidupan.

b. Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman.

Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham (dalam

Friedman, 2014) menemukan tiga proses utama dimana sahabat atau

teman dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial. Proses yang

pertama adalah membantu meterial atau instrumental. Stres yang

dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan

pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat

berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan

berupa uang. Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan 

tertekan dapat dikurangi dengan membicarakannya dengan teman yang

simpatik. Harga diri dapat meningkat, depresi dan kecemasan dapat

dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari sahabat karib. Proses

yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam suatu

aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam

suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan

menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.

c. Dukungan sosial dari masyarakat, misalkan yang peduli terhadap

korban kekerasan.

Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang

dikenal dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan

secara profesional sesuai dengan kompetensi yang dapat dipertanggung

18
jawabkan secara ilmiah.Hal ini berkaitan dengan faktor- faktor yang

mempengaruhi efektifitas dukungan sosial yaitu pemberi dukungan

sosial. Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama akan lebih

mempunyai arti dan berkaitan dengan kesinambungan dukungan yang

diberikan, yang akan mempengaruhi keakraban dan tingkat kepercayaan

penerima dukungan.Proses yang terjadi dalam pemberian dan

penerimaan dukungan itu dipengaruhi oleh kemampuan penerima

dukungan untuk mempertahankan dukungan yang diperoleh. Para

peneliti menemukan bahwa dukungan sosial ada kaitannya dengan

pengaruh- pengaruh positif bagi seseorang yang mempunyai sumber-

sumber personal yang kuat. Kesehatan fisik individu yang memiliki

hubungan dekat dengan orang lain akan lebih cepat sembuh

dibandingkan dengan individu yang terisolasi.

5. Komponen- komponen dalam dukungan social

Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam

berbagai komponen yang berbeda- beda. Misalnya menurut Weiss Cutrona

dkk (1994) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002)dalam Friedman, 2014,

mengemukakan adanya 6 komponen dukungan sosial yang disebut sebagai

“The social provision scale” ,dimana masing- masing komponen dapat

berdiri sendiri- sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun

komponen- komponen tersebut adalah ;

a. Kerekatan emosional (Emotional Attachment)

Merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan dan rasa

19
aman. Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang

memperoleh kerekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman

bagi yang menerima.Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling

sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota

keluarga atau teman dekat atau sanak saudara yang akrab dan memiliki

hubungan yang harmonis.

b. Integrasi sosial (social integrasion)

Merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat

seseorang berada dan tempat saling berbagi minat dan aktivitas.Jenis

dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk

memperoleh perasaan memiliki suatu keluarga yang memungkinkanya

untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang

sifatnya rekreatif atau secara bersamaan.Sumber dukungan semacam ini

memungkinkan mendapat rasa aman, nyaman serta memiliki dan

dimilki dalam kelompok.

c. Adanya pengakuan (Reanssurance of Worth)

Meliputi pengakuan akan kompetensi dan kemampuan seseorang

dalam keluarga. Pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan

mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat

penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan semacam

ini dapat berasal dari keluarga atau lembaga atau instansi atau

perusahaan atau organisasi dimana seseorang bekerja.

20
d. Ketergantungan yang dapat diandalkan (Reliable alliance)

Meliputi kepastian atau jaminan bahwa seseorang dapat

mengharapkan keluarga untuk membantu semua keadaan. Dalam

dukungan sosial jenis ini, seseorang akan mendapatkan dukungan sosial

berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya

ketika sseorang membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial

ini pada umunya berasal dari keluarga. 

e. Bimbingan (Guidance)

Dukungan sosial jenis ini adalah adanya hubungan kerja ataupun

hubungan sosial yang dapat memungkinkan seseorang mendapat

informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan dan mangatasi permasalahan yang dihadapi.Jenis dukungan

sosial ini bersumber dari guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat,

dan juga figur yang dituakan dalam keluarga.

f. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)

Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan

yang dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini

memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan bahwa orang

lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Sumber

dukungan sosial ini adalah keturunan (anak- anaknya) dan pasangan

hidup.

g. Aspek hubungan sosial pada pasien

Seseorang yang hubungannya dekat dengan keluarganya akan

21
mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk stres  dibandingkan

seseorang yang hubungannya jauh dengan keluarga (Stanley, dalam

Friedman, 2014).

6. Bentuk dukungan sosial

Menurut Kaplan and Saddock (dalam Friedman, 2014), adapun

bentuk dukungan sosial adalah sebagai berikut ;

a. Tindakan atau perbuatan

Bentuk nyata dukungan sosial berupa tindakan yang diberikan

oleh orang disekitar pasien, baik dari keluarga, teman dan masyarakat

b. Aktivitas religius atau fisik

Semakin bertambahnya usia maka perasaan religiusnya semakin

tinggi. Oleh karena itu aktivitas religius dapat diberikan untuk

mendekatkan diri pada Tuhan .

c. Interaksi atau bertukar pendapat

Dukungan sosial dapat dilakukan dengan interaksi antara pasien

dengan orang- orang terdekat atau di sekitarnya, diharapkan dengan

berinteraksi dapat memberikan masukan sehingga merasa diperhatikan

oleh orang di sekitarnya.

7. Dampak dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima

individu dari orang- orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan

dengan adanya dukungan sosial maka seseorang akan merasa diperhatikan,

dihargai dan dicintai. Dengan pemberian dukungan sosial yang bermakna

22
maka seseorang akan mengatasi rasa cemasnya terhadap pembedahan yang

akan dijalaninya (Friedman, 2014).

Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis

kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial

mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan.Lieberman

(1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat

menurunkan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan

kecemasan.Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain

dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian

tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya

kecemasan.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon

individu pada kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan.Kecemasan

itu sendiri mempengaruhi strategi untuk mengatasi kecemasan dan dengan

begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan

kecemasan dan efeknya.Pada derajat dimana kejadian yang menimbulkan

kecemasan mengganggu kepercayaan diri dan dukungan sosial dapat

memodifikasi efek itu.

Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif

dalam mempengaruhi kejadian dari efek kecemasan. Dalam Sarafino

(1998) disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari

dukungan sosial, antara lain ;

23
a. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang

membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak

cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara

emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.

b. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan

individu.

c. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti

melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

d. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan

sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program

rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan

individu menjadi tergantung pada orang lain.

8. Dimensi dukungan sosial

Menurut Jacobson (dalam Friedman, 2014), dukungan sosial

meliputi 3 hal, diantaranya ;

a. Emotional support, meliputi ; perasaan nyaman, dihargai, dicintai dan

diperhatikan.

b. Cognitive support, meliputi ; informasi, pengetahuan dan nasehat.

c. Material support, misalnya ; bantuan atau pelayanan berupa sesuatu

barang dalam mengatasi masalah.

24
9. Dukungan Sosial pada depresi penderita kanker payudara

Menurut Permatasari (2016), dukungan sosial memiliki peranan penting

untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Dukungan sosial bagi

penderita kanker terutama yang menjalani perawatan di rumah sakit

memiliki peranan penting karena banyaknya tindakan pengobatan yang

dapat menimbulkan stres terus-menerus sehingga dapat memperburuk

kondisi psikologis penderita selain adanya faktor internal yang

mempengaruhi (Kamal, 2012).

Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi kecemasan yang

disebabkan oleh penyakit tertentu dan seringkali dapat menjadi kelompok

pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan dari profesional

kesehatan dapat mempengaruhi perilaku pasien dan memberikan

penghargaan positif bagi pasien yang mampu beradaptasi dengan

pengobatannya (Niven, 2002).

Bentuk Dukungan Sosial Sarafino (2013) membedakan empat jenis

dukungan sosial yaitu :

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional dapat berupa ungkapan empati, perhatian,

maupun kepedulian terhadap penderita kanker yang sedang menjalani

pengobatan kemoterapi. Dukungan emosi memberikan rasa nyaman,

jaminan, kepemilikan dan dicintai ketika seseorang dalam situasi stress

25
saat menjalani pengobatannya. Keberadaan dukungan emosional dari

partisipasi keluarga maka pasien tidak akan merasa sendiri dan akan

merasa berkurang bebannya karena dapat mencurahkan segala yang

dirasakannya (Saragih, 2010).

b. Dukungan penghargaan

Dukungan berupa ungkapan hormat (penghargaan) untuk orang lain

atau individu yang bersangkutan, dorongan atau persetujuan dengan

gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu

tersebut dengan orang lain. Memberikan support kepada penderita

kanker yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi agar dapat

menuntaskan pengobatannya. Adanya motivasi kesembuhan pada

pasien akan meningkatkan harapan dan keinginan pasien untuk sembuh

(Suharsono, 2006).

c. Dukungan instrumental

Pada dasarnya biaya untuk pengobatan kemoterapi tidak murah, kadang

penderita dengan financial yang terbatas dan sudah mendapatkan

bantuan dari pemerintah pun sering tidak menuntaskan pengobatannya

karena jarak dari rumah sampai rumah sakit jauh atau biaya selama

berada di rumah sakit yang tidak sedikit. Dukungan ini mencakup

bantuan langsung misal berupa bantuan uang bisa juga berupa bantuan

dalam pekerjaan sehari – hari untuk bisa meringankan. Biaya

pengobatan yang sangat tinggi juga mempengaruhi kepatuhan pasien

26
untuk dapat terus menjalani kemoterapi (Alle, Hardjanta & Suharsono,

2006).

d. Dukungan informasi

Dukungan berupa nasihat, saran, pengetahuan, informasi serta petunjuk

mengenai penyakit dan pengobatan. Menjelaskan kepada penderita

tentang kankernya, kemungkinan kedepannya dan memberikan

kesempatan penderita dan keluarga bertanya tentang kanker dan

pengobatan kemoterapinya. Dukungan informasi untuk mencegah

terjadinya kecemasan pasien yang ditimbulakan akibat tindakan

kemoterapi (Fajriati, 2013)

B. Kanker Payudara

1. Pengertian kanker

Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh

sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak

terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis

(Manuaba, 2010). Kanker terjadi karena timbul dan berkembangbiaknya

jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya (dekstrutif), dapat

menyebar kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan.

Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar

dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang dipakai untuk

semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh. Sel-sel kanker

yang tumbuh cepat dan menyebar melalui pembuluh darah dan

27
pembuluh getah bening. Penjalarannya kejaringan lain disebut sebagai

metastasis. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada

yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti

kanker payudara (Kemenkes, 2015).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang meyerang jaringan

payudara, jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat

air susu) saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang

payudara (Varney, 2006). Kanker payudara merupakan penyakit yang

dapat menyebabkan kematian pada wanita,kanker payudara terjadi

karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan dan

diferensiasi sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat

dikendalikan. Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran

darah ke seluruh tubuh (Harry, 2010).

Untuk menentukan lokasi tumor, payudara dibagi menjadi 4

kwadran, yaitukwadran lateral (pinggir) atas, lateral bawah, medial

(tengah) atas, dan medial bawah.Bagian terbesar kanker payudara

terletak pada kwadran lateral atas dengan perjalanannyake arah ketiak.

Gambar Kwadran letak kanker payudara dan anatomi payudara

28
Keterangan :

I Lateral atas (daerah paling banyak terserang kanker)

II Lateral bawah

III Medial atas

IV Medial bawah

2. Epidemiologi Kanker Payudara

Umur merupakan faktor penting yang ikut menentukan insiden atau

frekuensikanker payudara. American Cancer Society (ACS)melaporkan

selama tahun 2000-2004, insiden kanker payudara paling tinggi pada

wanita yang berumur 75-79 tahun yaitu 464,8per 100.000 perempuan. Di

Indonesia sebanyak 30,35% kanker payudara ditemukan pada umur 40-49

tahun, demikian juga di Jepang sebanyak 40,6% kanker payudara

ditemukan pada umur 40-49 tahun.Semua perempuan memiliki risiko

terkena kanker payudara, penyakit ini juga bisa terjadi pada laki-laki

dengan perbandingan 1 : 100 antara laki-laki dan perempuan.American

Cancer Society melaporkan pada tahun 2005 di Amerika perempuan yang

29
didiagnosis menderita kanker payudara sebanyak 269.730 perempuan

(American Cancer Society, 2015).

3. Gejala Kanker Payudara

Kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan

keluhan.Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak terganggu

aktivitasnya. Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah

benjolan kecil di payudara. Keluhan baru muncul bila penyakitnya sudah

lanjut (Harry, 2010).Beberapa keluhannya yaitu :

a. Timbul rasa sakit atau nyeri pada payudara.

b. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.

c. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul

pembengkakan.

d. Luka pada payudara dan puting susu.

e. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari putting atau keluar air susu

pada wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui.

f. Puting susu tertarik kedalam.

g. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (Peau d'orange).

4. Diagnosis

Diagnosis kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 pemeriksaan yaitu:

5. Anamnese

Anamnese terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada

benjolan, rasa sakit atau terjadi kelainan kulit.

Anamnese terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan

30
metastasis (nyeri tulang, sakit kepala, sesak, batuk, dan lain-lain).

Anamnese terhadap faktor-faktor risiko (usia, faktor keluarga, faktor

hormonal, riwayat keluarga, dan konsumsi lemak).

6. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap status lokalis payudara kiri dan

kanan berhubungan dengan perubahan kulit, status kelenjar getah bening

danpemeriksaan metastasis jauh.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan

radiodiagnostik/imaging dilakukan untuk diagnostik dengan menggunakan

USG (ultrasonografi) payudara dan mammografi dan untuk menentukan

stadium dengan menggunakan foto thoraks, USG abdomen dan scan

tulang.

Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan histopatologik yang

diambil melalui biopsy untuk tumor ≤ 2 cm maupun untuk tumor > 2 cm

dan Biopsi Jarum Halus (BJAH). (Mulyani dkk, 2013)

8. Stadium

Menurut Portman dalam Prawirohardjo (2007) , stadium kanker

payudara terdiri dari :

a. Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan

sekitarnya,tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang

dibawahnya(otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional

belumteraba.

31
b. Stadium II : Sama dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan

sudah adasatu atau beberapa kelenjar getah bening (KGB) aksila yang

masihbebas dengan diameter kurang dari 2 cm.

c. Stadium IIIA : Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi

masih bebasdi jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih

bebas satu sama lain

d. Stadium IIIB: Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm),

melekat pada kulitatau dinding dada, kulit merah dan edema (lebih dari

1/3permukaan kulit payudara), ulserasi dan nodul satelit, kelenjargetah

bening aksila melekat satu sama lain atau terhadap jaringansekitarnya.

Diameter lebih dari 2,5 cm, belum ada metastatis jauh.

e. Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain ( stadium I,II dan III),

tetapi sudahdisertai dengan kelenjar getah bening aksila, supraklavika

dan metastatis lebih jauh lainnya.

8. Upaya Pencegahan Kanker Payudara

Menurut Olfah dkk (2013), stategi pencegahan kanker payudara

dapat dilakukan antara lain berupa :

a. Pencegahan Primordial

Upaya ini dimaksudkan dengan memberi kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan

dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Upaya

pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari

pihak kesehatan saja, misalnya menciptakan prakondisi sehingga

32
masyarakat merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik,

dan mempromosikan program berolahraga secara teratur serta

melakukan salah satu bentuk promosi kesehatan yang ditujukan pada

orang yang sehat melalui upaya pola hidup sehat

b. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang

yang memilikiresiko untuk terkena kanker payudara melalui upaya

menghindarkan diri dariketerpaparan pada berbagai faktor resiko.

Beberapa cara yang dilakukan adalah :

1) Perbanyak makan buah dan sayuran berwarna kuning atau hijau

karena banyak mengandung vitamin, seperti beta karoten, vitamin c,

mineral, klorofil, dan fitonutrien lainnya yang dapat melindungi

tubuh dari kanker.

2) Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi. Telah banyak

bukti yang menunjukan adanya hubungan makanan tinggi lemak

dengan beberapa jenis kanker, dan yang terbanyak terjadi pada

kanker payudara.

3) Konsumsilah makanan yang banyak mengandung serat. Serat akan

menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang

kemudian membawanya keluar dengan feses.

4) Makanlah produk kedelai seperti tahu dan tempe. Kedelai selain

mengandung flonoidyang berguna untuk mencegah kanker, juga

mengandung genestein yang berfungsisebagai estrogen nabati

33
(fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel padareseptor

estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan

menghalangiestrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang

akan merangsang tumbuhnya sel kanker.

5) Kurangi makan makanan yang diasinkan, dibakar, diasap atau

diawetkan dengan nitrit. Makanan tersebut dapat menghasilkan

senyawa kimia yang dapat berubah menjadi karsinogen aktif.

6) Hindari alkohol dan rokok.

7) Pengontrolan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga akan

mengurangi resikoterkena kanker payudara.Upayakan pola hidup

yang seimbang seperti menghindari gaya hidup yang sering

mengkonsumsi makanan tinggi lemak, makanan cepat saji dan

usahakan olahraga teratur.

8) Hindari stress.

9. Pencegahan Sekunder

Berupa usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut

akibat kanker payudara dengan mengidentifikasi kelompok populasi

berisiko tinggi terhadap kanker payudara, dan deteksi dini pada individu

yang tanpa gejala. Deteksi dini dapat dilakukan dengan :

a. Pemeriksaan Klinis Payudara

b. Mencari benjolan atau kelainan lainnya. Karena organ payudara

dipengaruhi olehfaktor hormonal antara lain estrogen dan

progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di

34
saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin atau setelah

menstruasi ± 1 minggu dari hari terakhir menstruasi.

c. Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka.

d. Posisi tegak (duduk).

e. Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas ke samping dan

pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang lebih kurang sama

tinggi.

f. Membandingkan ukuran (simetris) atau antara payudara kanan dan

kiri.

g. Ada atau tidak kelainan pada puting payudara (papilla mammae),

letak danbentuk, adakah penarikan (retraksi) puting susu, kelainan

kulit, tanda-tandaperadangan, kelainan warna (peau de’orange),

dimpling (lesung/lekukan), tukak(ulserasi), dan lain-lain.

h. Palpasi : Penderita dibaringkan dan diusahakan agar payudara jatuh

tersebar rata diataslapangan dada, jika perlu bahu/punggung diganjal

dengan bantal kecil pada penderita yang payudaranya besar

i. Pemeriksaan Mammografi : Mammografi merupakan pemeriksaan

dengan metode radiologis sinar x padapayudara dan tingkat adisinya

dibuat sekecil mungkin sehingga tidak menimbulkan efeksamping

pada pasien, karena radiasi sinar x yang berebihan malah akan

memicu Pertumbuhan sel kanker. Kehebatan mammografi ialah

kemampuannya mendeteksi tumor yang belum teraba sekalipun

(radius 0,5 cm) masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk

35
melakukan pemeriksaan mammografi pada wanitaproduktif adalah

hari 1-14 dari siklus haid (menstruasi) atau dua minggu sebelum

haidyang akan datang. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan

untuk dilakukan kapan saja.

j. Ultrasonografi (USG) : Ultrasonografi merupakan alat bantu

pemeriksaan yang menggunakan gelombangsuara dan tidak

menggunakan sinar rontgen. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan

rasasakit pada pasien. Ultrasonografi payudara ditujukan sebagai

berikut Untuk memeriksa perempuan berusia dibawah 35 tahun,

perempuan hamil, dan perempuan yang menyusui. Untuk

membedakan kista dengan tumor yang berisi jaringan padat.

Untukmembantu hasil mammografi agar memperoleh nilai akurasi

yang lebih tinggi.

k. Xerografic : Suatu ”fotoelectric imaging system” berdasarkan

pengetahuan xerografic. Ketepatan diagnostik cukup tinggi 95,3%

dimana dapat terjadi ” false positive”± 5%.

l. Scintimammografi :Teknik pemeriksaan radionuklir dengan

menggunakan radioisotop Tc 99 m sestamibi. Pemeriksaan ini

mempunyai sensifitas tinggi untuk menilai aktifitas sel kankerpada

payudara selain itu dapat pula mendeteksi lesi multipel dan

keterlibatan KGBregional.

10. Pencegahan Tertier

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah

36
positif menderita kanker payudara . Penanganan yang tepat penderita

kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi

kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan

tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderitaserta

mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Setelah

selesai pengobatan perlu dilakukan rehabilitasi seperti gerakan-gerakan

untuk membantu mengembalikan fungsi gerak dan untuk mengurangi

pembengkakan.

11. Penatalaksanaan Medis

Pola pengobatan kanker payudara tergantung pada stadium tumor.

Keberhasilan pengobatan kanker payudara bergantung pada stadiumnya.

Semakin dini ditemukansemakin mudah disembuhkan (Varney, 2006).

Terdapat 3 cara pengobatan yang sudah dibakukan yaitu:

a. Operasi

Tindakan pengobatan dapat diakukan dengan Operasi yang

dilakukan denganmengambil sebagian atau seluruh payudara. Cara

pengobatan ini bertujuan untukmembuang sel-sel kanker yang ada di

dalam payudara. Jenis-jenis operasi yang dilakukanuntuk mengobati

kanker payudara adalah sebagai berikut:

d. Lumpektomi

Lumpektomi merupakan operasi pengangkatan sebagian dari

payudara dimanapengangkatan hanya pada jaringan yang

mengandung sel kanker, bukan seluruhpayudara. Operasi ini selalu

37
diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanyalumpektomi

direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2cm

dan letaknya dipinggir payudara.

e. Mastektomi

Mastektomi merupakan operasi yang dilakukan untuk

mengangkat seluruh payudara beserta kankernya, kadang-kadang

beserta otot dinding dada

Operasi pengangkatan kelenjar getah bening : Operasi ini

biasanya dilakukan jika sudah ada penyebaran kanker dari

payudarake kelenjar getah bening di ketiak.

f. Radioterapi

Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan

penyinaran kedaerah yangterserang kanker, dengan tujuan untuk

merusak sel-sel kanker. Pemilihan jenis radioterapiyang digunakan

didasarkan pada lokasi kanker, hasil diagnosis, dan stadium

kanker.Radioterapi dapat dilakukan sesudah operasi ataupun

sebelum operasi.

g. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker

dalam bentuk pilcair, kapsul atau infus yang bertujuan membunuh

sel kanker tidak hanya pada payudaratapi juga seluruh tubuh. Efek

dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta

rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat

38
kemoterapi.Efek samping ini dapat dikontrol dengan pemberian obat.

Kemoterapi biasanya diberikan1-2 minggu sesudah operasi. Namun

untuk tumor yang terlalu besar, sebaiknya dilakukankemoterapi

praoperasi

h. Terapi Hormonal

Terapi hormonal adalah bila penyakit telah sistemik berupa

metastasis jauh.Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif

sebelum kemotherapinya karena efeklebih lama dan efek

sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker peka terhadap terapi

hormonal. Terapi hormonal merupakan terapi utama pada stadium

IV.

C. Dampak Yang ditimbulkan Pasca Kanker Payudara

Dampak psikiatrik penderita kanker

Suatu penyelidikan psikologis yang telah dilakukan terhadap para

penderita kanker dan yang telah menjalani tindakan operasi. Berbagai reaksi

kejiwaan, yaitu masing-masing penderita menunjukkan satu gejala atau lenih

gejala tersebut. Keenam gejala klinis gangguan jiwa sebagai komplikasi

psikiatrik (kejiwaan) tersebut ialah:

1. Kecemasan (anxiety)

Reaksi kecemasan ini sering muncul tidak saja semaktu penderita

diberitahu mengenai penyakitnya, tetapi juga setelah menjalani operasi,

39
kecemasan tersebut lazimnya mengenai hal finansial, kekhawatiran tidak

diterima di lingkungan keluarga atau masyarakat.

2. Ketergantungan (dependency)

Perasaan ketergantungan ini sering muncul pada permulaan sesudah

operasi dilakukan. Seringkali disertai dengan kemunduran dalam perilaku

(regressive behavior). Hidupnya tidak saja tergantung secara fisik, tetapi

juga emosional dari orang lain.

3. Depresi

Perasaan depresi, murung, lesu tiada gairah dan semangat, mudah sedih,

rasa putus asa, seringkali menyertai pendertaan sesudah menjalani operasi

dan selama dalam perawatan di Rumah Sakit. Keadaan ini di rasakan

terutama bagi mereka yang semasa sehatnya adalah orang yang aktif dan

kreatif. Maka dengan penyakit dan operasi yang diajalaninya itu, seolah

merupakan suatu “hukuman”. Tidak jarang penderita demikian itu sebagai

kesalahan dirinya, atausebaliknya menyalahkan orang lain.

4. Hypochondriasis

Keluhan hypochondriasis 9bagian perut antara iga dan pusar) serngkali

terdapat pada menderita sesudah keluar dari rumah sakit, merupakan suatu

reaksi kelanjutan (late reaction). Biasanya penderita yang mengalami

keluhan hypochondriasis tersebut adalah orang yang sebenarnya

mengharapkan bahwa penyakitnya itu amat serius dan tidak mungkin lagi

ditanggulangi dengan cara operasi sekalipun, jadi meskipun ia sudah keluar

dari rumah sakit dan dapat kembali bekerja namun ia memakai keluhan

40
hypochondri itu sebagai alasan untuk tidak bekerja, dan menginginkan

perhatian atau atensi dari sekelilingnya.

5. Paranoid

Gejala ini terjadinya sesudah penderita dipulangkan dari rumah sakit.

Penderita yang menunjukkan reaksi paranoid ini biasanya mempunyai rasa

bersalah/berdosa (guilty feelings) dan menyalahkan dirinya karena telah

melakukan sesuatau pantangan. Penyakit yang dideritanya dianggap sebagai

suatu “hukuman” bagi dirinya, dan dihantui oleh bagian tubuh tersebut.

6. Obsesi-Kompulsi

Penderita yang memperlihatkan reaksi obsesi-kompulsi ini, lazimnya

adalah mereka yang telah menjalani operasi di mana berakibat hilangnya

control sphincter. Tindakannya seolah ia kehilangan control diri yang

merupakan simbolisasi daripada “loss of sphincter control”. Kata sphincter

adalah otot yang mengatur membuka dan menutup lubang dubur. Dengan

demikian pengertian sphincter diatas merupakan simbolisasi dari

ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya.

Suther dan Orbach menegemukakan bahwa setiap rgan mempunyai arti

psikologik tersendiri bagi masing-masing individu. Banyak diantara penderita

kanker mangalami depresi mental sehingga cenderung untuk melakukan bunuh

diri. Beberapa hal berikut ini memperbesar resiko penderita kanker melakukan

tindak bunuh diri antara lain:

1. Depresi dan rasa putus asa

2. Tidak mampu menaham rasa sakit

41
3. Menurunnya kesadaran (delirium)

4. Perasaan lepas kendali

5. Kelelahan

6. Kecemasan

7. Adanya gangguan psikopatologi sebelumnya seperti penyalahgunaan

NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif), kelainan karakter dan

gangguan jiwa berat (psikosis)

8. Problem keluarga akut

9. Adanya riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya

10. Riwayat keluarga, ada yang bunuh diri

Sehubungan dengan adanya hal tersebut di atas, di Amerika Serikat

banyak penderita kanker dan juga penderita HIV/AIDS yang ingin mengakhiri

hidupnya secara legal atau yang disebut dengan euthanasia. Tindakan

euthanasia ini dilakukan oleh tim dokter yang terdiri dari psikiater, dokter

anestesi dan ahli bedah, atau yang disebut dengan istilah PAS (Patient Assisted

Suicide),syaratnya adalah:

1. Psikiater sudah tidak mampu lagi mengatasi depresi dan rasa putus asa

penderita

2. Surat permintaan dan pernyataan dari penderita untuk menjalani PAS

3. Surat persetujuan tertulis dari pihak keluarga penderita terhadap PAS

4. Persetujuan dari dokter bedah dan dokter anestesi

Tindakan PAS ini sementara pihak menilai merupakan pelanggaran

moral etik kedokteran, meskipun tujuannya baik untuk mengakhiri

42
penderitaan penderita yang sudah dalam stadium terminal (suatu keadaan yang

sudah tidak dapat disembuhkan dan hanya tinggal menunggu ajal.

Pada penderita kanker stadium terminal, maka guna menghindari

keinginan bunuh diri diperlukan rohaniawan yang akan memberikan terapi

psikoreligi. Dengan terapi ini dimaksudkan agar penderita pasrah dan dengan

tenang menunggu saat-saat terakhir dalam kehidupannya. Rohaniawan

memberikan bimbingan doa dan zikir (mengingat Tuhan) dan meyakinkan

kepada penderita bahwa yang mati itu adalah jasadnya, sedangkan ruhnya

kembali kepada sang pencipta.

D. Depresi

1. Pengertian

Depresi adalah suatu penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang

disertai gejala-gejala psikologik lainnya, gangguan somatic maupun

gangguan psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan digolongkan

kedalam gangguan afektif. Depresi dalam penggunaan istilah sehari-hari

biasanya dikaitkan dengan perasaan sedih, murung, putus asa, merana dan

tidak bahagia. Depresi dapat juga berupa sekumpulan gejala atau sindroma

(disertai perubahan kognitif, psikomotor dan vegetatif) atau merupakan

kesatuan penyakit (dengan gambaran klinis yang khas, dasar riwayatnya

dan hubungan dengan keadaan biologisnya) (Ardhana dalam Soetjiningsih,

2012).

43
2. Penyebab Depresi

Menurut Uila (2019) depresi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain faktor psikososial, faktor biologi, faktor kognitif serta stressor

lingkungan. Setiap individu dapat mengalami depresi sesuai kondisi dan

lingkungan ataupun masalah yang dihadapi seperti saat kondisi sakit

dengan diagnosa medis dan dirawat inap di rumah sakit. Menurut

Konginan, (2012), Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya depresi

pada pasien kanker diantaranya stadium lanjut, pengendalian nyeri dan

keluhan yang tidak baik, riwayat depresi sebelumnya, alkoholik, gangguan

endokrin, gangguan neurologik, dan obat-obatan salah 4 satunya

kemoterapi.

Penyebab depresi cukup beragam. Munthe (2007) menyebutkan

beberapa penyebab depresi adala:

a. kekecewaan yang bersumber dari adanya tekanan, kelelahan fisik, atau

alasan lainnya.

b. kurangnya harga diri. yang cenderung dilebih-lebihkan menjadi

ekstrim.

c. perbandingan yang tidak adil.

d. dua perasaan yang bertentangan; Ostow (dalam Munthe, 2007),

e. Penolakan atau terbatasnya hubungan dengan teman sebaya.

f. tujuan-tujuan yang tidak tercapai.

Kurniawan, Ratep dan Westa, (2013) menyebutkan depresi terkait

dengan penyakit yang berkepanjangan.

44
Depresi juga berhubungan dengan aktivitas mental yang berlebihan

(Riyawati, 2008), remaja putri yang mengalami kehamilan di luar nikah

(Husaeni, 2014).

Ada beberapa faktor penyebab depresi yang sudah diteliti oleh

beberapa ahli (Santrock, 2003) yaitu:

a. ikatan antara ibu dan anak yang tidak memberikan rasa aman,

b. tidak adanya cinta dan kasih sayang dalam pengasuhan anak,

c. dalam hal ini ibu tidak melakukan komunikasi yang baik untuk dapat

memberikan,

d. menyampaikan bentuk kasih sayangnya pada anak, atau kehilangan

salah satu orang tua pada masa kanak-kanaknya, sehingga menciptakan

set kognitif negatif.

Penelitian Venberg (dalam Santrock, 2003) terbatasnya hubungan

dengan teman sebaya, ketiadaan hubungan yang dekat dengan seorang

sahabat akan memunculkan depresi pada remaja karena pada masa remaja

adalah masa dimana pertemanan adalah segala-galanya dengan adanya

teman, remaja dapat berbagi apa saja yang menjadi permasalahannya. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan yaitu:

a. Faktor internal

1) Potensi stressor Merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan stressor psikososial perubahan dalam kehidupan

seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi

(Smeltzer & Bare, 2002).

45
2) Maturitas Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih

sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu 14

yang matur memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap

kecemasan.

3) Pendidikan dan status ekonomi Pendidikan dan status ekonomi yang

rendah pada seseorang menyebabkan orang tersebut mudah

mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang akan

berpengaruh terhadap kemampuan berfikir rasional dan menangkap

informasi baru termasuk menguraikan masalah baru (Stuart &

Sundeen, 2006).

4) Keadaan fisik Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit

kronis, penyakit keganasan akan mudah mengalami kelelahan fisik,

sehingga akan mudah mengalami kecemasan.

5) Tipe kepribadian Tidak semua orang mengalami stressor psikososial

akan menderita gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada

struktur atau tipe kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian

A akan lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan

daripada orang dengan kepribadian B. Ciriciri orang berkepribadian

A adalah : tidak sabar ambisius menginginkan kesempurnaan,

merasa teburu-buru waktu, mudah gelisah. Sedang orang tipe B

adalah orang yang penyabar, tenang, teliti dan rutinitas (Stuart &

Sundeen, 2006).

46
6) Lingkungan dan situasi Seseorang yang berada pada lingkungan

yang asing akan mudah mengalami kecemasan dibandingkan bila ia

berada di lingkungan yang biasa dia tempati.

7) Usia Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih

mudah mengalami gangguan kecemasan daripada orang yang lebih

tua, tetapi ada yang berpendapat sebaliknya.

8) Jenis kelamin Gangguan kecemasan lebih sering dialami perempuan

dibandingkan dengan laki-laki.

b. Faktor eksternal Dukungan sosial dapat mempengaruhi kemampuan

koping seseorang dalam mengatasi masalah, termasuk dalam hal

kecemasan, selain itu dukungan sosial juga membuat pasien merasa

diperhatikan dan dicintai oleh orang lain, merasa dirinya dianggap dan

dihargai, dan membuat seseorang merasa bahwa dirinya bagian dari

jaringan komunikasi oleh anggotanya. termasuk diantara dukungan

sosial meliputi dukungan keluarga dan dukungan orang lain (termasuk

perawat) yang bermakna dalam membantu pasien mengatasi masalah

(Smeltzer & Bare, 2002).

1) Dukungan keluarga Dukungan keluarga ialah sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.

2) Dukungan perawat Selain dukungan keluarga, salah satu dukungan

sosial yang penting bagi pasien adalah dukungan perawat. Peran

perawat sangat penting untuk memberikan suport atau dukungan

47
dan penyuluhan terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

pasien.

3. Gejala

orang tua pada masa kanak-kanaknya, e) sehingga menciptakan set

kognitif negatif. Penelitian Venberg (dalam Santrock, 2003) terbatasnya

hubungan dengan teman sebaya, ketiadaan hubungan yang dekat dengan

seorang sahabat akan memunculkan depresi pada remaja karena pada masa

remaja adalah masa dimana pertemanan adalah segala-galanya dengan

adanya teman, remaja dapat berbagi apa saja yang menjadi

permasalahannya

4. Tingkatan Depresi

Menurut (Maslin, 1997 dalam Lilik Ma’rifatul, 2011) , tingkatan

depresi ada tiga berdasarkan gejala-gejalanya yaitu:

a. Depresi Ringan Gejalanya:

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

menurunnya aktivitas.

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu

6) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

biasa dilakukannya.

48
b. Depresi sedang Gejalanya:

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

menurunnya aktivitas

3) Kosentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

7) Lamanya kejala tersebut berlangsung minimum sekitar 2 minggu

8) Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial

pekerjaan dan urusan rumah tangga

c. Depresi berat Gejalanya:

1) Mood depresif

2) Kehilangan minat dan kegembiraan

3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

menurunnya aktivitas

4) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

7) Perbuatan yang membahayakan dirinya atau bunuh diri

8) Tidur terganggu

49
9) Disertai waham, dan halusinasi

10) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu.

5. Pengukuran Depresi

Tingkat depresi adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres

yang dialami seseorang. Tingkatan depresi ini bisa diukur dengan banyak

skala. Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih

diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh

Tran Thach Duc (2013). Psychometric Properties of The Depression

Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety

Stres Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah seperangkat skala

subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari

depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk

mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk

proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran

yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya

digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok

atau individu dengan tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995)

dalam buku Hawari (2013).

Tingkatan depresi pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang,

berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety

Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup :

a. Skala depresi terdapat pada pernyataan nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21,

24, 26, 31, 34, 37, 38, 42.

50
b. Skala kecemasan terdapat pada pernyataan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19,

20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41.

c. Skala stress terdapat pada pernyataan nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22,

27, 29, 32, 33, 35, 39.

Setelah responden menjawab pernyataan maka skor dijumlahkan dan

pengkategoriannya adalah :

Depresi Kecemasan Stres


Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat berat > 28 > 20 > 34
Sumber : Hawari (2013).

51
E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem

riset berasal atau dikaitkan (Notoatmodjo, 2010). Dari uraian diatas, maka

kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Dampak Psikiatrik Kanker Faktor yang mempengaruhi


Payudara Depresi :
1. Kecemasan 1. Faktor internal
2. Ketergantungan a. Potensi stressor
3. Depresi b. Maturitas
4. Hypochondriasis c. Pendidikan dan status
5. Paranoid ekonomi
6. Obsesi – kompulsi Depresi d. Keadaan fisik
e. Tipe kepribadian
f. Lingkungan dan situasi
g. Usia
h. Jenis kelamin
2. Faktor eksternal
a. Dukungan sosial

Dukungan sosial pada depresi


kanker payudara :
a. Dukungan emosional
b. Dukungan penghargaan
c. Dukungan instrumenta
d. Dukungan informasi

Sumber: (Smeltzer & Bare (2009) & Hawari, 2012), Sarafino (2013

52
F. Kerangka Konsep

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Dukungan Sosial Tingkat Depresi


(X) (Y)

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ha :Ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien

kanker di Desa Sukapura Berempat Di Puskesmas Sragi tahun 2020.

H0 :Tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada

pasien kanker di Desa Sukapura Berempat Di Puskesmas Sragi tahun 2020.

53
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode

yang berlandaskan pada filsafat positifisme digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan bulan Januari – Februari 2020 di wilayah

kerja Puskesmas Sragi.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, hal ini dikarenakan setiap

variabel dalam penelitian, baik variabel independen (konsep diri) maupun

variabel dependen (dukungan keluarga) akan digambarkan secara univariat,

juga akan diketahui hubungan antara kedua variabel (bivariat). Rancangan

penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

yang dilakukan sesaat, artinya objek penelitian diamati hanya satu kali dan

tidak ada perlakuan terhadap responden. Untuk mengetahui hubungan antara

54
variabel independen dengan variabel dependen maka pengukurannya

dilakukan secara bersama-sama (Notoatmodjo, 2012).

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan  karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono. 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah

penderita kanker payudara sebanyak 22 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek peneliti

yang dianggap mewakili seluruh populasi (Wibowo, 2014). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini

adalah penderita kanker payudara sebanyak 22 orang di wilayah kerja

Puskesmas Sragi.

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah dengan

cara teknik total sampling. Total sampling yaitu teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono,

2016). Sehingga dalam teknik sampling di sini peneliti mengambil

55
responden pada saat itu juga.

Kriteria inklusi:

1. Penderita kanker payudara

2. Bersedia menjadi responden

3. Mampu berkomunikasi dengan baik (tidak bisu atau tuli)

4. Kooperatif

5. di wilayah kerja Puskesmas Sragi

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat (Dependent) : Depresi

2. Variabel Bebas (Independent) : dukungan sosial

F. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional yang terkait dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
dependen
1.
Depresi Gambaran
0.normal jika
seseorang Kuesioner Ordinal
hasil <9
mengenal dirinya
1.depresi
sendiri, perasaan Mengisi ringan jika
sedih, murung, kuesioner hasil 10-13
putus asa, merana
2.depresi
dan tidak bahagia
sedang jika
hasil 14-20
3.depresi berat
jika hasil 21-
27
4.depresi
sangat berat
jika hasil >28

56
Independen
2. dukungan Kuesioner Mengisi 0: kurang (jika Ordinal
Tindakan atau
sosial kuesioner nilai ≤ mean /
perbuatan yang
median)
dilakukan oleh
1: baik (jika
orang lain dalam
nilai > mean
hal ini adalah
median)
keluarga pada
penderita yaitu:
a. Dukungan
emosional
b. Dukungan
penghargaan
c. Dukungan
instrumenta
d. Dukungan
informasi

G. Alat ukur

Alat ukur/Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Karena berupa alat, maka pada penelitian ini instrumen yang digunakan

berupa kuesioner (angket tertutup) yaitu : Kuesioner untuk mengetahui

hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien kanker,

kuesioner ini tidak dilakukan Uji Validitas dan reliabilitas karena:

1. Kuesioner dukungan keluarga

Diambil dari penelitian yang sebelumnya yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Simbolon (2011) dengan nilai r 0,822 secara

keseluruhan item pertanyaan dinyatakan valid dengan nilai > 0,361.

Kuesioner dalam penelitian ini berisi 16 pernyataan, dikarenakan

merupakan pernyataan dukungan keluarga maka jawaban yang lihat

adalah sangat sering, sering, jarang atau tidak pernah memberikan

dukungan baik dukungan informasi, spiritual, financial maupun

emosional.

57
Kuesioner berasal dari penelitian Simbolon, dangan 16 pernyataan

positif berisi tentang dukungan keluarga. Sehubungan dengan semua

pernyataan yang ada merupakan pernyataan positif maka, jika

responden menjawab sangat sering diberi nilai (4), sering diberi nilai

(3), jika menjawab jarang diberi nilai (2) dan jika menjawab tidak

pernah diberi nilai (1).

Penilaian dilihat dari tanda (√) pada lembar jawaban responden,

dimana Peneliti membuat kategori pada dukungan keluarga, menjadi 2

kategori dimana jika nilai yang didapat pada kuesioner dukungan

keluarga > 32 maka responden memiliki dukungan keluarga positif dan

jika nilai ≤ 32 maka responden memiliki dukungan keluarga negatif.

2. Kuesioner Depresi

Diambil dari skala Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42)

secara keseluruhan item pertanyaan dinyatakan valid dengan nilai >

0,361. Kuesioner dalam penelitian ini berisi 14 pertanyaan mengenai

depresi penilaian dilihat dari tanda (√) pada lembar jawaban responden,

Setelah responden menjawab pernyataan maka skor dijumlahkan dan

pengkategoriannya adalah :

Depresi
Normal 0-9
Ringan 10-13
Sedang 14-20
Berat 21-27
Sangat berat > 28
Sumber : Hawari (2013).

58
H. Pengumpulan dan Pengolahan data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui

hubungan dukungan keluarga dengan konsep diri pada wanita penderita

kanker payudara. Dalam pengumpulan data ini, peneliti melakukan

penelitian secara langsung terhadap subjek yang ditelitinya yaitu pasien

penderita kanker payudara. Serta untuk memperoleh data yang akurat

maka cara yang dilakukan adalah membagikan kuisioner secara langsung

kepada responden sampel yang telah dipilih berdasarkan Accidental

sampling.

Lembar kuesioner tersebut telah disediakan jawabannya, sehingga

responden tinggal memilih, kemudian memberi waktu kepada responden

untuk menjawab lembar kuesioner, menjelaskan penelitian yang akan

dilakukan. Meminta persetujuan responden untuk menjadi responden,

menjelaskan cara pengisian kuesioner, mendampingi responden dalam

mengisi dan membaca kuesioner, setelah itu mengumpulkan kembali

lembar kuesioner. Pengisian kuesioner oleh responden dilakukan tanpa

menuliskan namanya (anonim) dengan tujuan agar diperoleh jawaban yang

sebenarnya.

2. Pengolahan Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu

langkah yang penting hal ini disebabkan karena data yang diperoleh

langsung dari penelitian masih merupakan data mentah belum memberikan

59
informasi apapun dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh

penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik,

diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo, 2012).

Beberapa teknik pengolahan data (Hastono, 2016) yaitu :

a) Editing

Tahapan ini dilakukan untuk meneliti kelengkapan hasil wawancara

yang telah dilakukan. Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Dilakukan pada tahap

pengumpulan data. (Hastono, 2016).

Setelah kuesioner dikumpulkan dari semua responden, kemudian

kuesioner diperiksa apakah semua pertanyaan telah dijawab

responden, apakah tulisan dapat dibaca, apakah jawaban relevan,

apakah lembar-lembar jawaban lengkap, dan apakah jawaban antara

pertanyaan konsisten

b) Coding

Bentuk kegiatan dari coding adalah merubah data berbentuk huruf

manjadi data berbentuk angka.

c) Processing

Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan

bahwa data telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu pengkodean

maupun dalam waktu membaca kode, sehingga siap untuk dianalisa.

Data – data yang telah berbentuk angka kemudian di tabulasi dengan

bantuan program komputer.

60
d) Cleaning Data

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry

apakah ada kesalahan atau tidak.

I. Analisa Data

Dalam melakukan analisis analitik akan menggunakan statistik

inferensial (menarik kesimpulan) adalah statistika yang digunakan untuk

menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau

lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial (Hastono, 2016).

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

variabel dependen dan variabel independent. Data yang terkumpul dalam

penelitian ini diolah dengan menggunakan komputer. Pada data kategorik

peringkasan data hanya menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran

persentase (Hastono, 2016).

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubunngan antara

variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan

dengan chi square (X2) untuk mengetahui pengaruh variabel terikat

dengan variabel bebas untuk menginterpresikan besar pengaruh

dinyatakan dengan Crude Odds Ratio (OR) dengan menggunakan

Confidence Interval (CI) sebesar 95%. Berdasarkan hasil perhitungan

statistik dengan program komputer menggunakan SPSS 20 dapat dilihat

61
kemaknaan hubungan antara 2 variabel (Hastono, 2016), yaitu :

a. Jika probabilitas (p value ) ≤ 0,05 maka bermakna/signifikan, berarti

ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan

variabel dependen atau hipotesis (Ho) ditolak

b. Jika probabilitas (p value) > 0,05 maka tidak bermakna/signifikan,

berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen, atau hipotesis (Ho) diterima.

c. Untuk mengetahui nilai peluang atau keeratan atas variabel dapat

diketahui dari nilai Odd Ratio (OD), nilai Odd ratio hanya berlaku

untuk tabel 2x2 (Hastono, 2016).

62
DAFTAR PUSTAKA

Agung, G., Guntari, S., Luh, N., & Suariyani, P. (2016). Vol.3 No.1: Arc. Com.
Health • Juni, 3(1), 24–35. American, A.-, Asian, F., & Jewish, A. (2020).
U.S. Breast Cancer Statistics. 1–2.

American Psychiatric Association. (2011). American Psychiatric Association.


Encyclopedia of Child Behavior and Development, 84–84.
https://doi.org/10.1007/978-0-387-79061-9_112

Bener, A., Alsulaiman, R., Doodson, L., & Agathangelou, T. (2017).


Depression, hopelessness and social support among breast cancer patients:
In highly endogamous population. Asian Pacific Journal of Cancer
Prevention, 18(7), 1889–1896.
https://doi.org/10.22034/APJCP.2017.18.7.1889

Cvetkovi, J., & Nenadovi, M. (2016). Depression in breast cancer patients.


PsychiatryResearch,240,343–347.
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2016.04.048

Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. PAPER PLANE.

Erdem, K., & Apay, S. E. (2014). A Sectional Study: The Relationship between
Perceived Social Support and Depression in Turkish Infertile Women.

Golden-Kreutz, D. M., & Andersen, B. L. (2004). Depressive Symptoms After


Breast Cancer Surgery: Relationships With Global, Cancer-Related, and
Life Event Stess. Psychooncology, 13(3), 211–220.

Hamawari, D. (2013). Stress Cemas dan Depresi. Fakultas Kedokter UI.

Hassan, M. R., Shah, S. A., Ghazi, H. F., Mujar, N. M. M., Samsuri, M. F., &
Baharom, N. (2015). Anxiety and depression among breast cancer patients
in an urban setting in Malaysia. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention,
16(9), 4031–4035. https://doi.org/10.7314/APJCP.2015.16.9.4031

Hidayat, A. (2017). Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisis Data


(Nurchasanah (ed.)). Salemba Medika.

Jackson-Koku, G. (2016). Beck depression inventory. In Occupational Medicine


(Vol. 66, Issue 2, pp. 174–175). Oxford University Press.
https://doi.org/10.1093/occmed/kqv087

Jafari, A., Goudarzian, A. H., & Nesami, M. B. (2018). Depression in women


with breast cancer: A systematic review of cross-sectional studies in Iran. In

63
Asian Pacific Journal of Cancer Prevention (Vol. 19, Issue 1, pp. 1–7).
Asian Pacific Organization for Cancer Prevention.
https://doi.org/10.22034/APJCP.2018.19.1.1

Jiwo, T. (2013). Depresi: Panduan bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat.

Kemenkes RI. (2018). Hari Kanker Sedunia. Diakses pada tanggal 29 september
2019 dari http:www.depkes.go.idarticleview19020100003hari-
kankersedunia-2019.html

Khan, S., Khan, N. A., Rehman, A. U., Khan, I., Samo, K. A., & Memon, A. S.
(2016). Levels of depression and anxiety post-mastectomy in breast cancer
patients at a public sector hospital in Karachi. Asian Pacific Journal of
Cancer Prevention, 17(3), 1337–1340.
https://doi.org/10.7314/APJCP.2016.17.3.1337

Kim, M. Y., Lee, M. J., & Kang, S. G. (2016). The effects of social support on
stress and depression in breast cancer patients. International Journal of
BioScience and Bio-Technology, 8(3), 159–170.
https://doi.org/10.14257/ijbsbt.2016.8.3.17

Klungrit, S., Thanasilp, S., & Jitpanya, C. (2019). Supportive care needs: An
aspect of Thai women with breast cancer undergoing chemotherapy.
European Journal of Oncology Nursing, 41, 82–87.
https://doi.org/10.1016/j.ejon.2019.05.008

Kusumawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika.

Maass, S. W. M. C., Roorda, C., Berendsen, A. J., Verhaak, P. F. M., & De


Bock, G. H. (2015). The prevalence of long-term symptoms of depression
and anxiety after breast cancer treatment: A systematic review. In Maturitas
(Vol. 82, Issue 1, pp. 100–108). Elsevier Ireland Ltd.
https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2015.04.010

Mancino, M., Callari, A., Mauri, M., Miniati, M., Bracci, G., Dell’osso, L., &
Greco, C. (n.d.). Treatment of depression in patients with breast cancer: a
critical review.

Melani, R., Darmawan, E., & Raharjo, B. (2019). Gambaran Hubungan


Regimen Dosis Danefek Samping Kemoterapi pada Pasien Kanker di RSUD
Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Periode Bulan Januari-Februari
Tahun 2019. Majalah Farmaseutik, 15(2), 113.
https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v15i2.47664

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Okugawa, Y., Toiyama, Y., Yamamoto, A., Omura, Y., Kusunoki, K.,

64
Kusunoki, Y., Iwata, T., Fujikawa, H., Yasuda, H., Okita, Y., Yokoe, T.,
Hiro, J., Araki, T., & Kusunoki, M. (2019). P1-001MicroRNA-9
methylation reflect epigenetic drift and identify patients with risk for C-
associated colorectal neoplasia. Annals of Oncology, 30(Supplement_6).
https://doi.org/10.1093/annonc/mdz343

Purkayastha, D., Venkateswaran, C., Nayar, K., & Unnikrishnan, U. G. (2017).


Prevalence of depression in breast cancer patients and its association with
their quality of life: A cross-sectional observational study. Indian Journal of
Palliative Care, 23(3), 268–273. https://doi.org/10.4103/IJPC.IJPC_6_17

Putra, R. (2015). Buku Lengkap Kanker Payudara (Itanov (ed.); Pertama).

Putra, S. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah (Rusdianto


(ed.); pertama). D-Medika.

Rasjidi, I. (2013). Buku Ajar Onkologi Klinik (W. Nugroho (ed.)). Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Restiani, A. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan


Masa Depan Anak Pada Orang Tua yang Memiliki Anak Retardasi Mental
di SLB C Yakut Purwokerto.

Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan Dilengkapi


Conoh Kuesioner dan Laporan Penlitian. Nuha Medika.

Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Nuha


Medika.

Shakeri, J., Golshani, S., Jalilian, E., Farnia, V., Nooripour, R., Alikhani, M., &
Yaghoobi, K. (2016). Studying the Amount of Depression and Its Role in
Predicting the Quality of Life of Women With Breast Cancer. Asian Pacific
Journal of Cancer Prevention, 17(2), 643–646.
https://doi.org/10.7314/APJCP.2016.17.2.643

Sheng, J., Liu, S., Wang, Y., Cui, R., & Zhang, X. (2017). The Link between
Depression and Chronic Pain: Neural Mechanisms in the Brain. In Neural
Plasticity (Vol. 2017). Hindawi Limited.
https://doi.org/10.1155/2017/9724371

Subagja, P. (2014). Waspada Kanker-Kanker Ganas Pembunuh Wanita (Hira


(ed.); pertama).

Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelirian. ALFABETA.

Trindade, I. A., Ferreira, C., Borrego, M., Ponte, A., Carvalho, C., &
PintoGouveia, J. (2018). Going beyond social support: Fear of receiving

65
compassion from others predicts depression symptoms in breast cancer
patients. Journal of Psychosocial Oncology, 36(4), 520–528.
https://doi.org/10.1080/07347332.2018.1440275

Uchino, B. N., Bowen, K., & Kent, R. (2015). Social Support and Mental
Health. In Encyclopedia of Mental Health: Second Edition (pp. 189–195).
Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-397045-9.00117-8

Wang, X., Cai, L., Qian, J., & Peng, J. (2014). Social support moderates stress
effects on depression. International Journal of Mental Health Systems, 8(1).
https://doi.org/10.1186/1752-4458-8-41

WHO(2017). Depression: Lets Talk. In Mental Health

Wondimagegnehu, A., Abebe, W., Abraha, A., & Teferra, S. (2019). Depression
and social support among breast cancer patients in Addis Ababa, Ethiopia.
BMC Cancer, 19(1). https://doi.org/10.1186/s12885-019-6007-4

World Health Organiation. (2018). Early Detection Breast Cancer. Diakses pada
tanggal 2 September 2019 dari
https:www.who.intcancerpreventiondiagnosis-screeningbreast-
canceren

Wu, S. F. V., Young, L. S., Yeh, F. C., Jian, Y. M., Cheng, K. C., & Lee, M. C.
(2013). Correlations among social support, depression, and anxiety in
patients with type-2 diabetes. Journal of Nursing Research, 21(2), 129–138.
https://doi.org/10.1097/jnr.0b013e3182921fe1

Zimet, G. (2016). Multidimensional Scale of Perceived Social Support


(MSPSS)Scale Items and Scoring Information Expanding HIV and STD
preventive services View project Pediatrician Discourse on HPV
Vaccination with Patients and Caregivers View project.
http://gzimet.wix.com/mspss

66
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Saya yang bertanda tangan dibawah :


Nama : Mei Haridini Armayati
Institusi : Program Studi Keperawatan
Alamat : Sragi

Adalah Mahasiswi Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah


Prigsewu, pada kesempatan ini saya akan melakukan penelitian tentang
“hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara
di Daerah Desa Sukapura Berempat Di Puskesmas Sragi tahun 2020”. Besar
harapan saya agar Anda berkenan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan
mengisi lembar observasi.
A. Kesukarelaan untuk mengikuti penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa mengganggu proses hubungan dengan
penelitian atau sangsi apapun. Bila anda tidak bersedia untuk berpartisipasi
maka anda hubungan antara peneliti khususnya dan Universitas Aisyah tetap
berjalan sebagaimana biasanya.
B. Prosedur Penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta
menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk anda simpan
dan satu untuk peneliti.
C. Kewajiban Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian, berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk
penelitian seperti yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas,
dipersilahkan bertanya kepada peneliti.
D. Resiko dan Efek Samping dan Penanganannya
Tidak ada efek samping maupun resiko dalam penelitian ini.

67
E. Manfaat
Berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda akan mengetahui manfaat dari
tindakan yang diberikan.
F. Kerahasiaan
Tidak ada informasi pribadi akan disertakan pada kuisioner. Data kuisioner
dikembalikan secara anonim dan tanggapan elektronik tidak dapat dilacak ke
pengirim.

68
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Semua penjelasan penjelasan mengenai keikut sertaan dalam penelitian ini
telah disampaiikan kepada saya dan telah dipahami dengan sejelas-
jelasnya. Bila memerlukan penjelasan lebih lanjut, saya dapat menanyakan
kepada Mei Haridini Armayati.
2. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
3. Apabila pernyataan-pernyataan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman
atau berakibat negatif bagi diri saya, maka saya berhak untuk
menghentikan atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya
sanksi.
4. Saya mengerti bahwa catatan atau data mengenai penelitian ini akan
dirahasiakan. Kerahasiaan ini dijamin ilegal.
5. Semua berkas yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya
dipergunakan untuk pengolahan data dan bila penelitian sudah selesai akan
dimusnahkan.
6. Dengan secara sukarela dan tidak ada umur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Sragi, 2020

(.......................................................)
Tandatangan dan nama jelas responden

69
KUESIONER
TES DASS 42
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman
Saudara/i dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban
yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan
sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X)
pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara selama
satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu
isilah sesuai dengan keadaan diri Saudara/i yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan
jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Saudara/i

No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-
4 engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas
fisik sebelumnya).
5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya
9 merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua
ini berakhir.
10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa
12
cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami
14
penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

70
No PERNYATAAN 0 1 2 3
16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat),
19 padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik
sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya
24
lakukan.
Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis
25 melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung
meningkat atau melemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih.
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
28 Saya merasa saya hampir panik.
29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.
Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas sepele
30
yang tidak biasa saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal
32
yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah.
34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya
35
untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan.
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi
40
panik dan mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan
42
sesuatu.

Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.

71
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seseorang
individu untuk berespon atau melakukan tindakan.
1. Symtompmatologi Fisik 
2. Stress Mental
Dimana penilaian sebagai berikut:
Tidak stres :14-28
Ringan : 29-32
Sedang : 33-46
Berat : 60-74
Berat sekali :75+

72
LEMBAR KONSUL

NAMA : MEI HARIDINI ARMAYATI


NPM : 2019206203131P
JUDUL :

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA


PASIEN KANKER PAYUDARA DI DAERAH DESA SUKAPURA
BEREMPAT DI PUSKESMAS SRAGI TAHUN 2020

Hari / tanggal Keterangan revisi Paraf


Rabu / 04 BAB I
November - Dijadikan mikrosof excel 2010
2020 - Pada rekapitulasi dicari per provinsi. Kabupaten,
tempat kejadian tertinggi dimana

BAB II
- Dicari dukungan yang berkaitan dengan depresi
dan sesuaikan dengan judul
- Tambahkan variable dependen dan independen
pada kerangka teori
- Depresi dijadikan nomor 1 pada skema kerangka
teori, ditambahkan lebih detail
- Sumber kerangka teori harus dijabarkan secara
detail berkaitan dengan BAB I dan II
- Kerangka konsep tambahkan sesuai judul secara
detail

BAB III
- Tambahkan DO tingkat depresi
- Dicari dukungan terhadap depresi, sesuaikan
dengan judul dan samakan dengan BAB I dan II
- Pada teknik sampling diganti dengan total
- Prinsip etik harus dimasukkan dan ditambahkan.
Harus sinkron dengan data pada BAB I dan II
- Tabel 3.1 diganti dan sesuaikan dengan BAB I
dan II

Tambahkan daftar pustaka


Tambahkan lembar penjelasan responden
Tambahkan lembar persetujuan responden
Tambahkan kuesioner
Tambahkan halaman

73
74

Anda mungkin juga menyukai