1. Pengertian Sunnatullah
Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan
Allah. Kata sunnah antara lain berarti kebiasaan. Sunnatullah
adalah kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan
masyarakat. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah yang
disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul,
undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah yang
termaksud di dalam al-Qur’an, hukum (kejadian) alam yang
berjalan tetap dan otomatis.
2. Ilmu berdasarkan Sunnatullah
Dalam konsep islam, Allah adalah al-Khaliq (Pencipta),
Sedangkan manusia dan alam semesta adalah al-Makhluq
(yang diciptakan). Allah menciptakan manusia dan alam
semesta dengan karakteristik dan sifat tertentu,atau istilah
Al-Qur’an dengan “fitrah” tertentu. Karena Allah yang
menciptakan maka Allah pulalah yang mengetahui
(al-Alim) segala karakteristik dan sifat makhluk
ciptaanNya.
Dengan demikian hanya Allah yang berhak membuat dan
menentukan hukum (aturan) yang berlaku bagi makhluk-Nya
sesuai dengan fitrahnya.
Adapun hukum Allah (sunnatullah) dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
1. Sunnatullah qauliyah → sunnatullah yang berupa wahyu
yang tertulis dalam bentuk lembaran atau dibukukan,
yaitu Al-Qur‟an.
2. Sunnatullah kauniyyah → sunnatullah yang tidak tertulis
dan berupa kejadian atau fenomena alam. Contohnya,
matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu:
❑ Berasal dari Allah swt
❑ Dijamin kemutlakannya
❑ Tidak dapat dirubah atau diganti dengan hukum
lainnya.
Contoh: hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam
Al-Qur’an dikatakan bahwa barang siapa yang beriman
dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala
dari Allah swt.
Perbedaan antara sunnatullah qauliyan dan sunnatullah
kauniyah :
Sunatullah kauniyah → dapat diukur. Sunnatullah
qauliyah → Walaupun pasti terjadi, tetapi tidak diketahui
secara pasti kapan waktunya.
Prinsip pengembangan IPTEK berbasis sunatullah :
1. Sunnatullah kita yakini sebagai ciptaan Allah SWT,
yang berukuran, tidak berubah-ubah dan obyektif.
2. Ada tatanan alam yang teratur di dunia, baik natural
maupun sosial. Kata Einstein, bahwa Tuhan
menciptakan alam ini bukan seperti melempar dadu.
3. Dunia ini tertata menurut ukuran (qadar kauniyah)
tertentu secara matematis, baik geometrik, aljabar
maupun statistic.
4. Tatanan natural maupun sosial bersifat sederhana
mengikuti prinsip tidak rumit dan bersifat global.
5. Keberadaan dunia natural maupun sosial mengikuti
prinsip kausalitas segala sesuatu memiliki ukuran dan
terjadi menurut sebabnya Qur’an, Al-Kahfi,18:84-85).
6. Prinsip adanya perubahan (Qs, Ar Ra’d, 13: 11) yang
diarahkan oleh Allah SWT. Contah air bisa berubah
menjadi padat ketika suhu nol derajat, atau menjadi uap
ketika suhunya 100 derajat. Rumput yang hijau
menjadi hitam pada tingkat kekeringan tertentu.
7. Adanya kesatuan alam dasar, kita yakini karena alam natural
maupun sosial diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa. Rumput
yang hijau menjadi hitam dalam satu keadaan.
8. Adanya fenomena paradox, seperti perilaku natural dan sosial
pada kondisi tertentu memiliki perilaku kontinyuitas namun
pada kondisi lainnya memiliki perilaku diskontinyuitas Atau
kondisi deterministic (matematis) versus probabilitas (statistic).
Dan selanjutnya antara rumput yang hijau kemudian menjadi
warna hitam (Ingat riwayat paradoks, pertemuan Nabi Khidir
dan Nabi Musa, Al Kahfi, 18 : 60 -82).
Dengan dasar delapan prinsip sunnatullah qadar kauniyah
tersebut,sunnatullah yang tersedia dalam ayat qauliyah dan
kauniyah akan dapat dijelaskan fenomenanya di alam, untuk
selanjutnya dapat disusun menjadi dasar mengembangkan IPTEK
berbasis sunnatulllah.
b. Pengertian Qadarullah
Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan
ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan telah
dituliskan oleh al-qalam (pena) dari segala sesuatu yang akan
terjadi hingga akhir zaman.
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya
sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan
oleh hikmah-Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi
melainkan atas kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun yang
keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi dalam
kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan
dan kehendak Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan
usaha hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman
إِﻧﱠﺎ ُﻛ ﱠﻞ َﺷﯿْﺊٍ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﮫُ ﺑِﻘَ َﺪ ٍر
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran.” (Qs. Al-Qamar: 49)
ﻖ ﻛُـ ﱠﻞ َﺷﯿْﺊٍ ﻓَﻘَ ﱠﺪ َرهُ ﺗَ ْﻘ ِﺪ ْﯾﺮًا َ ََو َﺧﻠ
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs.
Al-Furqan: 2)
َوإِنﱠ ﻣِﻦْ َﺷﯿْﺊٍ إِﻻﱠ ِﻋ ْﻨ َﺪهُ ﺑِ ِﻤ ْﻘﺪَا ٍر
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan
dengan ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr: 21)
Ilmu berdasarkan Qadarullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْﻻَ ﯾُﺆْ ﻣِﻦُ َﻋ ْﺒ ٌﺪ َﺣﺘﱠﻰ ﯾُﺆْ ﻣِﻦَ ﺑِﺎ ْﻟﻘَ َﺪ ِر َﺧ ْﯿ ِﺮ ِه وِﺷِ ﱢﺮ ِه َﺣﺘﱠﻰ ﯾَ ْﻌﻠَ َﻢ أَنﱠ ﻣَﺎ أَﺻَﺎﺑَﮫُ ﻟَ ْﻢ ﯾَﻜُﻦ
ُﻟِﯿُﺨْ ﻄِ ﺌَﮫُ َوأَنﱠ ﻣَﺎ أَﺧْ ﻄَﺄَهُ ﻟَ ْﻢ ﯾَﻜُﻦْ ﻟِﯿُﺼِ ْﯿﺒَﮫ
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia
beriman kepada qadar baik dan buruknya dari Allah,
dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak
akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak
akan menimpanya.” (HR. Turmudzi)
Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai iman, maka
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
َاﻹ ْﯾﻤَﺎنُ أَنْ ﺗُﺆْ ﻣِﻦَ ﺑِﺎ ﻟﻠ ِﮫ َو َﻣﻼَ ﺋِ َﻜﺘِ ِﮫ َو ُﻛﺘُﺒِ ِﮫ َو ُر ُﺳﻠِ ِﮫ وَا ْﻟﯿَﻮْ مِ ْاﻵ ﺧِ ِﺮ ِوﺗُﺆْ ﻣِﻦ ِْ
ﺑِﺎْﻟﻘَ َﺪ ِر َﺧ ْﯿ ِﺮ ِه َو َﺷ ﱢﺮ ِه
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya,
Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir serta
qadha’ dan qadar, yang baik maupun yang buruk.” (HR.
Muslim)
C. AYAT DAN HADITS YANG RELEVAN
Al-Qur’an memandang orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan berada pada posisi yang tinggi dan mulia, dan
ditegaskan dalam hadits Nabi yang memuat anjuran untuk
menuntut ilmu.
Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar
mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah
anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan untuk
menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu
kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu diwajibkan
bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para
penuntut ilmu.” (Hadis Nabi saw).
Dalam beberapa hadits juga ditemui penjelasan Rasulullah
s.a.w. tentang kesehatan fisik, antara lain adalah sebagai
berikut:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dia berkata bahwa
Rasulullah saw telah bertanya (kepadaku): “Benarkah kamu
selalu berpuasa di siang hari dan selalu berjaga di malam
hari?” Aku pun menjawab: “ya (benar) ya
Rasulullah.”Rasulullah saw pun lalu bersabda: “Jangan
kau lakukan semua itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu,
berjagalah dan tidurlah kamu, sesungguhnya badanmu
mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas
dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas dirimu.” (HR.
Bukhari).
Rasulullah s.a.w. juga pernah memberi nasihat:
”Apabila kalian mendengar adanya wabah penyakit di
suatu daerah, janganlah mengunjungi daerah itu, akan
tetapi apabila kalian berada di daerah tersebut,
janganlah meninggalkannya.” (HR al-Bukhari dari
Usamah bin Yazid)
Berkaitan dengan kesehatan mental-psikologis Allah
SWT menjelaskan: ”Pada hari harta dan anak-anak
tidak berguna, (tetapi yang berguna tiada lain) kecuali
yang datang kepada Allah dengan hati yang sehat.”
(QS asy-Syu’arâ’, 26: 88-89)
Dalam sebuah hadits Rasulullah s.a.w. mengisyaratkan
dengan jelas masalah pentingnya memperhatikan kesehatan
mental, termasuk tindakan orang tua yang dapat
memengarui kepribadian dan perkembangan mental
anaknya. Dalam sebuah hadits diungkapkan ada seorang
anak yang sedang digendong, kemudian pipis sehingga
membasahi pakaian Nabi. Ibunya merenggut bayi tersebut
dengan kasar sembari memaksa si bayi untuk menghentikan
pipisnya. Dalam kondisi ini, Nabi menegur si ibu dengan
mengatakan: ”Jangan hentikan pipisnya, jangan renggut ia
dengan kasar. Sesungguhnya pakaian ini dapat dibersihkan
dengan air, tapi apa yang dapat menjernihkan (mengobati)
luka hati sang anak (yang engkau renggut dengan kasar).”