Anda di halaman 1dari 6

MODUL 2

KONSEP ALAM
(Relasi antara Hukum Alam dengan Hukum Al-Qur’an)

Tujuan Instruksional Umum (TIU) :


Mahasiswa meyakini bahwa manusia hanya bisa selamat apabila menaati hukum
Allah secara totalitas, baik hukum Alam (hukum Kauniyah) maupun hukum
agama (hukum Qur'aniyah) secara bersamaan.

Tujuan Intsruksional Khusus (TIK):


 Mahasiswa bisa menjelaskan hubungan antara hukum Alam dan hukum
Agama (hukum Al-Qur’an).
 Mahasiswa termotivasi untuk secara konsisten menaati hukum alam dan
hukum agama dalam segala aktivitas hidupnya, termasuk dalam
pengembangkan sains, teknologi dan seni.

Pokok – Pokok Materi :


Prolog : Allah telah menciptakan alam, sekaligus dengan hukum alam yang
absolut (tetap, pasti dan objektif). Dalam hal ini, segenap makluk Allah yang
berada di langit dan di bumi, termasuk manusia, secara fisik telah taat kepada
hukum alam yang absolut ini, baik secara terpaksa maupun sukarela (Thaw’an
aw karhan). Allah pun telah menciptakan aturan tentang tata prilaku manusia,
baik perilaku sosial ekonomi, social politik, maupun social budaya termasuk cara
berpakaian. Hukum tentang tata perilaku ini pun bersifat absolut, yakni din al-
Islam atau hukum Al-Qur’an. Namun sayangnya sebahagian besar manusia
telah mengesampingkan hukum absolut, lantas memilih, menggunakan dan
menaati hukum produk akal manusia yang bersifat relatif, trial and error .
Pantaskah menyandingkan hukum alam yang absolut dengan hukum perilaku
yang relatif ?.

Eksistensi dan Relasi Hukum Alam dan Hukum Al-Qur’an :


Allah telah menciptakan alam (mikro dan makro) dalam jumlah jenis dan
items yang sangat sepktakuler. Dalam tempo enam hari.8 Supaya alam berjalan
9
dengan tertib maka Allah membuat seperangkat aturan (law). Aturan Allah
terbagi dua katagori yakni : Pertama : Hukum Alam (hukum Kauniyah, ghair

8
Dan Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. (QS. 11 : 7). Di
dalam surat al-Hajj, satu hari menurut Allah sama dengan 1000 tahun hitungan manusia.
Sedangkann di dalam QS. Al-Ma’arij, satu hari sama dengan 50.000 tahun. Menurut ahli geofisika
(yang mendasarkan hidungannya kepada pemnbentukkan batu dan sungai), satu periode sama
dengan 600 tahun, sedangkan menurut ahli astronomi (berdasarkan pergerakan bintang, comet),
satu periode bisa mencapai 6 milyar tahun.
9
Salah satu aturan Allah tentang alam adalah terjadinya siang dan malam. Allah
menegaskan :”Sesungguhnuya dalam kejadian langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (bahan pemikiran) bagi orang yang beriman (QS. 3 : 190).

19
mathluwwi = tidak tertulis) tetapi melekat pada alam itu sendiri. Beberapa contoh
hukum alam adalah hukum gravitasi, hukum rotasi, hukum daur, dll. Kedua :
Hukum agama (hukum Qur'aniyah) yang tertulis (mathluwwi ) di dalam kitab-kitab
Allah, seperti larangan berzina, riba, mengumpat dan perintahj berdzikir, shalat,
sabar, tawakkal, dll.
Semua hukum Allah, baik hukum Kauniyah maupun Qur'aniyah
BERSIFAT ABSOLUT memiliki sifat yang sama yakni (1). Pasti (exact). Allah
menjelaskan : "Sesungguhnya Aku menciptakan sesuatu menurut ketentuan
yang pasti (QS. 54 : 49). (2). Objektif , yaitu berlaku kepada apa dan siapa saja
(QS. 15:21). (3). Tetap, yakni tidak berubah sepanjang waktu (QS. 48 : 23).
Karena hukum Allah bersifat pasti, objektif dan tetap, maka bisa dibuat rumus.
Apabila hukum berubah-ubah maka tidak mungkin bisa dibuat rumus-rumus
hukum alam maupun rumus hukum Agama.
Kalau sesekali ada perubahan hukum Alam seperti nabi Ibrahim dibakar
api tidak mati karena apinya menjadi dingin, itu adalah sunnatullah yang khusus
yakni gabungan hukum alam (hukum fisika) dan hukum spiritual, sebagai upaya
Allah SWT untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya. Pada kejadian berikutnya
tetap mengikuti hukum alam murni.
Segenap alam baik yang ada di langit dan di bumi, secara fisik telah taat
kepada hukum alam. Demikian pula di dalam tubuh manusia sendiri hukum alam
berjalan secara otomatis. Manusia telah menaati hukum alam tersebut, baik
disadari maupun tidak, baik diridhai (thau'an) maupun dibenci (karhan), seperti
hukum alam dalam tubuh tetap berlaku. (QS. 3 : 83).
Perbedaan hukum Alam dengan hukum Agama adalah dalam hal time
respons (reaksi waktu). Reaksi atau akibat hukum Alam jauh lebih cepat
daripada hukum Agama.
Akibat pelanggaran hukum alam dapat cepat dibuktikan melalui
pengamatan panca indera aatau bersifat empirik. Karena bersifat empirik, maka
orang mudah meyakini (mengimani) kebenaran hukum alam. Sikap percaya ini
kemudian melahirkan sikap hati-hati menghadapi hukum alam. Sikap hati-hati itu
disebut taqwa. Lain dengan hukum Al-Qur’an, reaksi akibat pelanggaran hukum
Al-Qur’an tidak secepat hukum alam, bahkan ada yang baru bisa dibuktikan di
akhirat nanti. Karena akibatnya lambat maka manusia kurang percaya (kurang
iman) terhadap hukum Al-Qur’an. Akibatnya lebih jauh adalah manusia kurang

20
berhati-hati (tidak taqwa) kalau berhadapan dengan hukum Al-Qur’an. Dalam
keseharian terbukti bahwa orang lebih takut meminum racun daripada memakan
uang riba. Padahal memakan uang riba juga berbahaya, tetapi karena akibat
makan riba sangat lambat maka orang kurang hati-hati terhadap uang riba.
Kesalahan terbesar manusia adalah mengesampingkan hukum Absolut
lantas mengambil hukum relatif produk akal manusia. Seharusnya, manusia
sebagai bagian dari alam yang secara fisikal diatur oleh hukum alam yang
absolut, maka perilakunya pun harus diatur oleh hukum perilaku yang absolut
pula, yakni Al-Qur’an. Segenap kegiatan manusia, baik prilaku ritual maupun
prilaku mu’amalah (ekonomi, politik, dan sosial budayal) harus menggunakan
hukum absolut (din al-Islam) bukan hukum relatif produk pemikiran filosofis
manusia. Dalam skala kecil, berpakaian harus menggunakan hukum absolut,
penegakkan HAM harus menggunakan hukum absolut

Azas Kesatuan (Tauhidullah) antara aturan Agama dan Aturan Alam :

Hukum alam adalah ciptaan Allah, hukum Al-Qur’an (Quraniyah) pun


ciptaan Allah. kalau begitu, secara logika tidak mungkin kedua hukum itu
bertentangan. Apa-apa yang dilarang oleh Al-Qur’an pasti bagus menurut hukum
Alam, sebaliknya apa-apa yang dilarang oleh Al-Qur’an pasti buruk menurut
hukum Alam. Apa yang dianggap berbahaya menurut hukum Alam pasti oleh Al-
Qur'an diharamkan. Sebaliknya apa-apa yang baik menurut hukum Alam, pasti
dianjurkan oleh Al-Qur'an. Inilah azas kesatuan atau disebut azas tauhidullah.
Dengan demikian dalam segala aktivitas manusia harus menyelaraskan dengan
kedua hukum tersebut secara bersamaan.
Sungguh banyak manusia di dunia ini yang membuat aturan menurut
ratio yang dipandu oleh nafsu syaithaniyah, akibatnya banyak produk hukum/
aturan yang berbahaya bagi kehidupan manusia, misalnya kebolehan aborsi,
membiarkan praktik riba, mentolelir minuman keras, melarang poligami, dll.
Dalam hal ini, seorang mukmin wajib memiliki keyakinan tanpa sedikit pun ragu,
bahwa hukum Al-Qur'an adalah yang paling baik, selaras dengan hukum Alam,
dan paling cocok dengan sifat tabi'at manusia yang fitrah dan hanief (lurus).
Karena hukum Allah terbagi dua maka Ilmu-ilmu Allah pun terbagi dua
yakni Ilmu Kauniyah seperti Matematika, Fisika, Biologi, Geologi, Kedokteran

21
serta Ilmu-illmu Qur'aniyah seperti Ulumul Qur'an, Ulumul Hadits,dan Syari'ah,
Kedua gugusan ilmu itu mustahil bertentangan. Kalau ada pertentangan antara
keduanya pasti konklusi salah atau kedua ilmu itu ada yang salah. Dengan
demikian sebenarnya tidak ada dikhotimi ilmu.
Apabila manusia berpaling dari hukum Allah yang absolut, lantas
mengambil hukum produk berfikir filosofis manusia yang oleh Allah
dikatagorikan sebagai hukum Jahiliyah, yang bersifat relatif (mudah berubah),
maka pasti manusia akan mengalami kehidupan yang sempit dan menyesakkan
(ma'isyatan dhanka).
Eksistensi Hukum Al-Qur’an bagi Manusia :
Sejak manusia lahir, Allah telah membekali manusia dengan petunjuk
yang bersifat naluri (instinc, gharizah, ilham), sehingga bayi bisa menete tanpa
belajar lebih dahulu. Ini disebut hidayah ilham atau hidayah wizdan. Tidak
cukup dengan naluri, Allah pun memberikan pancaindera. Dengan petunjuk
pancaindera manusia bisa melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa.
Ini disebut hidayah Hawas.
Kedua hidayah di atas tidak bisa membuat manusia lebih eksis, maka
manusia memerlukan akal agar mampu memahami hukum-hukum alam dengan
baik. Dengan akalnya, manusia bisa melahirkan saintek dan seni. Ini disebut
hidayah aqli. Akan tetapi pada kenyataannya karena daya nalar manusia sangat
terbatas, maka akal manusia tidak sanggup menembus persoalan yang berada
di luar jangkauan akal, misalnya tentang hakikat hidup, soal jin, syurga, neraka,
dll. Oleh karena itu, manusia memerlukan hidayah agama (din/ adyan).
Selanjutnya kita melihat realita di lapangan, bahwa orang yang sudah
mengetahui ilmu agama pun banyak yang tidak mau mengamalkan ilmu yang
dimilikinya, sering terjadi pertentangan antara ilmu dengan amalnya. Oleh
karena itu manusia memerlukan hidayah Taufiq, yakni petunjuk dari Allah SWT
yang langsung masuk ke dalam hatinya agar seseorang mau melaksanakan
ilmu agamanya. Kemauan untuk mengamalkan ilmu itu disebut hidayah Taufiq
(cocok antara ilmu dan amalnya).
Dengan demikian, hidayah yang diperlukan manusia ada lima macam
yakni (1). Hidayah Ilhami (wizdan) (2). Hidayah Hawas (Pancaindera). (3).
Hidayah Aqli (4). Hidayah Din (adfyan) (5). Hidayah Taufiq.

22
Hidayah Din (Adyan) yang terdapat di dalam Al-Qur’an bersifat absolut ,
lurus (shirat al-mustaqim) dan mustahil salah. Fungsi hukum Al-Qur’an adalah
untuk mengarur prilaku manusia, baik dalam soal makan dan minum, rumah
tangga, berdagang, soal kenegaraan dan hubungan antar negara. Lebih rinci lagi
hukum Al-Qur’an (adyan) berfungsi untuk : (1). Menjaga keselamatan jasad
(hifzdu al-jasad). Untuk itu Allah melarang berkelahi, membunuh, dan
memerintah penegakkan hukum secara tegas dan adil, termasuk hukum qishash
dan hudud. (2). Menjaga keselamatan psikhis (hifzdu an-Nafs). Salah satunya
adanya aturan berdzikir, tawakkal, sabar, qanaah, dan syukur nikmat. (3).
Menjaga keselamatan harta (hifdzu al-mal). Salah satunya adalah aturan jual
beli, larangan riba, dan larangan mencuri. (4). Menjaga keturunan (Hifdzu an-
Nasal), Salah satunya adalah aturan pernikahan dan larangan berzina. (5).
Menjaga aqal (hifdzu 'aqli). Salah satunya adalah keharusan untuk terus
menerus mencari ilmu dan larangan meminum khamr.

Pertanyaan Renungan :
 Apakah anda percaya bahwa hukum alam secara factual bersifat absolut ?
Jawabannya : ya
 Apakah anda menyadari bahwa manusia sebagai bagian dari alam, secara fisik
diatur oleh hukum alam. Jawabannya : Ya, sangat menyadari.
 Bisakah manusia menghindari hukum Alam ? Jawabannya : Tidak bisa
 Ridakah fisik anda diatur oleh hukum Alam ? Jawabannya : Ridha tidak ridha
tetap harus mau.
 Kalau fisik anda diatur oleh hukum Alam yang absolut, pantaskah perilaku
anda diatur oleh hukum yang relatif buatan manusia ? Jawabannya : Sangat
tidak pantas.
 Menurut anda, hukum apa yang paling tepat untuk mengatur perilaku manusia,
hukum relatif ciptaan manusia atau hukum Al-Qur’an yang absolut ciptaan
Allah ? Jawabannya : Hukum absolut Al-Qur’an.
 Mungkinkah terjadi pertentangan antara hukum Alam dengan hukum Al-Qur’an
? Jawabannya : Tidak mungkin.
 Mengapa tidak mungkin ? Jawabannya : Karena kedua-duanya ciptaan Allah.

23
 Mana yang lebih menjamin keselamatan anda, diatur oleh hukum Al-Qur’an
yang absolut atau oleh hukum manusia yang relatif. Jawabannya : ?????

24

Anda mungkin juga menyukai