OLEH
NAMA: ARDILA
KELAS: 2B KEPERAWATAN
NIM: PO 7220120 1668
TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
2.4 WOC..........................................................................................................................
2.5 Konsep Dasar Post Sectio Caesaea atas Indikasi Ketuban Pecah Dini dengan Masalah
Nyeri Akut..................................................................................................................
3.1 Pengkajian.................................................................................................................
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................
4.1 Saran.........................................................................................................................
4.2 Kesimpulanj...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas Askep
“Ketuban Pecah Dini dengan Masalah keperawatan Nyeri Akut” dengan tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Maternitas
Keperawatan. Selain itu, Askep ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
masalah nyeri akut. Dalam penulisan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak, sehingga
pembuatan askep ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga askep ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca yang membaca askep ini ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Word Health Organiztion angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
kesehatan dalam masyarakat. Pada tahun 2017 kematian ibu sangat tinggi sekitar 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sebagian besar dari kematian ini (94%)
terjadi dirangkaian sumber daya rendah AKI, dan sebagian besar kematiannya bisa dicegah.
Tingginya jumlah kematian ibu dibeberapa daerah di dunia mencerminkan ketidak setaraan data
akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas dan menyoroti kesenjangan antara masyarakat kaya
dan miskin. Di Negara-negara berpenghasilan rendah pada tahun 2017 ditemukan 462 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Negara-negara berpenghasilan tinggi ditemukan 11 per 100.000
kelahiran hidup. Negara yang berpenghasilan tinggi adalah Amerika Serikat, Luksemburg, Swiss,
Australia, Irlandia sedangkan Negara yang berpenghasilan rendah adalah Afrika tengah, Yaman,
Suriah, Sudan dan Nigeria (WHO, 2019).
Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan nasional dan
merupakan target SDGs 2030 dimana AKI menurun hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup (Bapenas,
2013). Di tahun 2016 AKI di Indonesia masih sangat tinggi yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup, AKI tersebut menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara ( Rafikasari, 2017). Di Indonesia
AKI tertinggi di provinsi Jawa Tengah Kabupaten Brebes pada tahun 2015 terdapat 52 kasus, Kota
semarang 35 kasus, Kabupaten tegal 33 kasus. AKI di kota Semarang mengalami kenaikan setiap
tahunnya, pada tahun 2014 yaitu 122,25 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2015 yaitu 128,05
per 100.000 kelahiran hidup (Sri, 2019).
Salah satu penyebab dari AKI adalah kejadian ketuban pecah dini atau insiden PROM (premature
rupture of the membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. Ketuban Pecah Dini preterm
terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan aterm
Pada 30% kasus Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan premature (WHO, 2014).
4. Bagaimana Konsep dasar askep post sectio caesarea dengan maslah keperawatan nyeri akut?
1.3 Tujuan Penulis
4. Untuk mengetahui konsep dasar askep post sectio caesarea dengan masalah keperawatan nyeri
akut
Askep ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bagi penulis maupun pembaca sehingga
adanya askep ini kita dapat mengetahui serta memhami tentang post sectio caesarea nyeri akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita didalam rahimnya terdapat embrio
atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya
kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi
43 minggu (Kuswanti, 2014). Menurut Walyani kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun
kehamilan normal juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis (walyani, 2015).
2.1.2 Tanda-tanda bahaya kehamilan Tanda-tanda bahaya kehamilan yang perlu diketahui oleh ibu
hamil
a. Perdarahan pervaginam
Selaput ketuban (amniotic sac) yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan khorion yang
sangat erat ikatannya. Selaput amnion merupakan jaringan avaskuler yang lentur tapi kuat. Struktur
avaskuler ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Pada banyak kasus obstetri,
pecahnya selaput ketuban secara dini pada kehamilan yang masih muda merupakan selaput ketuban
penyebab sering kelahiran paterm. Bagian dalam selaput berhubungan dengan cairan amnion yang
merupakan jaringan sel epitel kuboid yang berasal dari ectoderm embrionik. Epitel ini melekat erat
kesebuah membrane basal yang berhubungan dengan lapisan interstisial mengandung kolagen I, III,
dan V. bagian luar dari selaput ialah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm. Lapisan
amnion ini berhubungan dengan korion leave. Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang
berfungsi mentransfer cairan dan metabolik. Lapisan ini menghasilkan zat penghambat
metalloproteinase (Kusuma, 2011).
Ketuban pecah premature dini (KPPD, PPPROM- preterm premature rupture of the membranase)
adalah teminologi yang digunakan untuk menjelaskan rupture spontan ketuban janin sebelum
awitan persalinan (premature) dan sebelum cukup bulan (preterm). Faktor resiko yang diketahui
untuk ketuban pecah dini termasuk kelahiran preterm sebelumnya, infeksi cairan amnion
tersembunyi, janin multiple, dan solusio plasenta. Saat masuk rumah sakit, 75% wanita dengan KPPD
telah memasuki persalinan, 5% melahirkan akibat komplikasi lainnya, dan 10% lainnya melahirkan
dalam 48 jam setelah awitan persalinan spontan. Hanya pada 7% pelahiran dapat ditunda 48 jam
atau lebih setelah ketuban pecah ("penanganan menunggu"). Waktu dari ketuban pecah dini sampai
pelahiran (latensi) berbanding terbalik dengan usia kehamilan ketika ketuban pecah. Oleh sebab itu,
semakin dini usia gestasi saat KPPD terjadi, semakin panjang interval latensi sampai awitan
persalinan (Kenneth, 2017)
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan, ketuban pecah dini adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra
selular amnion, karion, dan apoptosis membrane janin (sarmono, 2014).
1. Servikin kompeten (penipisan serviks) yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan hidroamnion karena
adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban diatas ostium uteri internum pada servik atau
peningkatan intra uteri secara mendadak.
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan mordibitas janin
5. Kelainan letak janin dalam Rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang, karena tidak ada
bagan terendah yang meutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah. Kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.
6. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini (Manuaba, 2013)
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina Aroma air ketuban
amis dan tidak bau amoniak Mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah
biasanya mengganjal atau menyumbar kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Icemi sukarni, 2017)
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi bila terjadi
pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air
ketuban
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1
dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
b. Infeksi intramnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion,atau dengan penjalaran infeksi
melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian keruang intramnion. c. Mungkin juga jika ibu
mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterine menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
Tindakan iatogenik traumatik atau hygiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering,
dan sebagainya,prediposisi infeksi (Prawirohardjo, 2010).
1. Penatalaksanaan Medis.
Menurut Manuaba dalam buku ajar patologi obstetrik, kasus Ketuban Pecah Dini yang cukup bulan,
kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu
persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus Ketuban Pecah Dini yang
kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan
kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus
bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek. prognosis janin. Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara
pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan
letak janin. Resiko yang lebih sering pada Ketuban Pecah Dini dengan janin kurang bulan adalah RDS
dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati
untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau
lebih biasanya paru-paru sudah. matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin
merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode
laten (Manuaba, 2013).
2.3 Konsep Dsasr Sectio Caesarea
Sectio Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (rustam, 2009 dalam sugeng J, 2012). Sedangkan menurut Harry dan Wiliam
section caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus (Harry & William R, 2010).
2. Panggul sempit
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis ialah CV 8 Cm. panggul
dengan CV (conjutiva vera) <8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin secara normal,
harus diselesaikan dengan section caesarea, congjutiva vera antara 8 dan 10 cm boleh dilakukan
partus percobaan, dilakukan Sectio Caesarea skunder
3. Disproporsi sefalopelvik: yaitu ketidak seimbangan antara ukurankepala dan ukuran panggul.
7. Distosia servik
9. Malpresentasi janin
Dahulu section caesarea dilakukan atas indikasi yang terbatas pada panggul sempit dan plasenta
previa. Seperti telah diterangkan sebelumnya, meningkatnya angka kejadian section caesarea pada
zaman sekarang ini antara lain disebabkan oleh berkembangnya indikasi dan makin kecilnya resiko
dan mortalitas pada section cesarea. Kedua hal tersebut tercapai berkat kemajuan teknik operasi
dan anastesi, serta ampuhnya antibiotik dan kemoterapi. Sectio caesarea post term adalah section
caesarea pada ibu hamil cukup bulan yang meninggal tiba-tiba, sedangkan janin masih hidup (Amru,
2011).
b. Section caesare klasik atau korplar dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
c. Section caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah Rahim.
d. Section caesarea ekstrsperitonealis, yaitu section caesarea tanpa membuka poritinium perietale
dengan demikian, tidak membuka kavum abdominalis.
Menurut arah sayatan pada Rahim, sectio Caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning
2.4 WOC
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut
2.5.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses keperawatan suatu proses kolaborasi
melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan
pemeriksaan fisik dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar dapat data yang
terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah
dan kebutuhan ibu terhadap keperawatan. Hasil pengkajian pada klien post operasi Sectio Caesarea
meliputi:
1. Pengumpulan Data
a. Indetitas.
Indetitas pasien dan yang penanggung jawab yang terdiri nama, umur terlalu muda <20 tahun
beresiko terjadi Ketuban Pecah Dini. Suku, agama, alamat, pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada perut bekas jahitan/tindakan Sectio Caesarea.
c. Riwayat Keluarga
Berencana Pasien sebelum hamil menggunakan kontrasepsi apa untuk mencegah kehamilan.
Adakah riwayat penyakit sebelum kahamilan dan pada usia.hamil sebelumnya. Dan apakah pasien
pernah melakukan section caesarea pada kehamilan sebelumnya.
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin tersebut diturunkan kepada klien (Dongoes, 2000).
2. Pemeriksaan fisik
a. (Breathing)
1) Inspeksi: bentuk dada simetris atau tidak, ada otot bantu nafas, pola nafas reguler atau ireguler
biasanya terjadi perubahan akibat anastesi, frekuensi nafas normal 16-24x/menit. Biasanya
terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila
mamae.
3) Perkusi :suara normalnya didapat sonor, jika terdapat ronchi didapat redup/pekak.
4) Auskultasi:normal suara nafas vesikuler, adakan suara nafas tambahan seperti ronchi, whezing,
dan lain-lain.
b. B2 (Blood)
1) Inspeksi:lihat ada atau tidaknya sianosis, anemis (jka terjadi syok akibat perdarahan post partum).
2) Palpasi : kaji CRT normal kembali detik, akral hangat, cek nadi normal 60-100x/menit namun
biasanya terdapat bradikardi pada post operasi dan takikardi (jika terjadi syok).
c. B3 (Brain)
(1) Inspeksi:
pasien post op terlihat cemas, cek kesadaran dan nilai GCS (normal 4-5-6), wajah tampak
menyeringai tidak karena terasa nyeri pada luka bekas operasi. Biasanya terdapat gangguan pola
istirahat/tidur karena nyeri luka akibat bekas operasi yang dirasakan.
2) Palpasi :CRT <2 detik, nyeri pada luka bekas post operasi.
d. B4 (Bledder)
1) Inspeksi: lihat menggunakan cateter atau BAK spontan, biasanya terpasang cateter karena hal itu
merupakan salah satu prosedur operasi. Periksa pengeluaran lochea, warna, bau, dan jumlahnya,
cek warna urine dan baunya.
2) Palpasi: ada pembesaran bledder atau tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak, biasanya ada nyeri
tekan.
e. B5 (Bowel)
3) Perkusi:normal terdapat bunyi tympani dan redup bila terdapat cairan. pada abdomen.
4) Auskultasi: hitung bising usus normal 5-15x/menit. Biasanya terjadi penurunan bising usus
menurun sehingga terjadi konstipasi.
f. B6(Bone)
1) Inspeksi: Adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papilla
mamae, putting susu kanan dan kiri menonjol/keluar (vertid).
2) Palpasi:Ada nyeri tekan pada luka post section caesarea. Skala kekuatan otot: Adanya penurunan
kekuatan otot ekstremitas bawah.
g. Uterus
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lochea sedang (Arifin, 2014). Setelah
plasenta lahir hingga 12 jam pertama tinggi fundus uteri 1-2 jari dibawah pusat (Nurbacti, 2015). h.
Pola Aktivitas Cara mencegah terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah ibu hamil sebaiknya mengurangi
aktifitas terutama pada trimester akhir kedua dan trimester ketiga kehamilannya. (Hidayat, 2009). i.
Pemberian ASI Biasanya dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu baru mendapatan anak
pertama, biasanya kurang mengetahui bagaimana cara menyusui dan merawat payudaranya dan jika
memutuskan tidak menyusui maka dianjurkan pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi dan biasanya dapat mengurangi rasa
nyeri (Rheldayani, 2014).
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakaat
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. (NANDA
Internasional, 2010).
2. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen post oprasi Sectio Caesarea
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak pengetahuan tentang ketuban pecah dini
2.5.4 Intervensi
Intervensi/perencanaan adalah rencana tindakan dan rasional yang sengaja dibuat untuk dilakukan
kepentin gan pasien atas dasar keputusan dokter atau perawat atau intervensi kolaboratif antar
keduannya.(McCloskey, 2009).
2.5.5 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncakan mencakup tindakan
mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan beradasarkan analisis dan
kesimpulan perawat. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain (Mitayani, 2011).
2.5.6 Evaluasi
Evaluasi atau penilaian adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
BAB III
ASKEP KASUS
Asuhan Keperawatan
3.3 Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Identitas pasien
Nama Ny F
Tanggal Lahir 31 Th
Pendidikan SMA
Agama IRT
Umur 33 The
Pendidikan St
Pekerjaan Guru
Agama Islam
C.Informasi Medik
2. Pengumpulan Data
A. Riwayat Kesehatan
Pengkajian Pasien 1
Keluhan utama saat masuk rumah sakit Pasien mengatakan nyeri kontraksi dan air
ketuban sudah pecah dan merembes
Riwayat kesehatan sekarang klien datang ke klinik dokter tanggal 1 Juli 2018,
jam 18.30 WIB dengan keluhan ketuban pecah
dengan pembukaan serviks 8 cm dan di
anjurkan untuk menunggu pembukaan lengkap
sampai besok hari. Klien datang lagi kedokter
tanggal 2 Juli 2018 pada jam 20.00 dari hasil
pemeriksaan klien dirujuk ke IGD RSUD kota
Tanjungpinang karena pembukaan serviks tidak
maju,karena itu dokter menyarankan untuk
melakukan operasi section caesarea pada jam
20.50 WIB,
pada saat dilakukan pengkajian 3 Juli 2018
pukul 14.00 WIB klien mengeluh nyeri poar
section caesarea di abdomen sekala nyeri 6
nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan terasa
panas, nyeri hilang timbul ketika nyeri timbul
nyeri dirasakan selama 15 menit, klien juga
mengatakan masih sulit untuk
bergerak(mobilisasi). klien mengatakan sulit
untuk tidur kerena nyeri operasi post section
caesarua, dengan TTV TD:120/80 mmhg.
Genogram
Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang P:2 A:0 G:2
Perdarahan :± 250 cc
Riwayat sosial
Riwaya
sekarar
Riwayat pisikologis
Riwayat sosial Orang yang paling dekat dengan klien dan yang
paling dipercayai oleh klien adalah suaminya.
Klien dalam berinteraksi aktif. Hubungan klien
dengan keluarganya dan para tetangganya
harmonis. Yang mengambil keputusan dalam
keluarga yaitu suami.
Riwayat spiritual Klien sholat selagi sehat. Klien mengatakan
lebih sering sholat berjamaah dengan suaminya
dirumah, dan sering mengikuti pengajian
mingguan di mesjid dekat rumahnya.
Pengkajian Pasien 1
Dirumah Dirumah sakit
1. Makan/minum 1. makan/minum
Maknan bersantan
BAB: BAB:
Jam/hari
Hitam
3x/hari berjalan
Di rumah sakit
sakit
: 1x/hari`
Aktivitas lain/mobilitas fisik/ Klien biasanya bekerja Aktivitas klien dibantu keluarga
1. Aktivitas apa yang dilakukan Berkumpul bersama anak Klien biasanya hanya mengobrol
untuk mengisi waktu luang.
Dan suami bersama suami dan nenek
2. Waktu senggang untuk
Reaksi bersama keluarga Klien mengatakantidak ada hanya
keluarga
besar bisa miring kekakan dan kekiri
4. Hiburan / Reaksi
Olahraga
Rumah
2. Jenis dan frekuensi olahraga 1x/hari Tidak ada
C. Pemeriksaan fisik
Penvgkajian Pasien 1
Keadaan umum 1. Kesasdaran : compos mentis
Suhu : 36°c
Nadi: 78x/hari
RR : 20x/menit
Pemeriksaan wajah 1. mata
2. Hidung
1. Kepala
2. Leher
d. Perkusi : sonor
2. Pemeriksaan payudara
3. Pemeriksaan jantung
jantung
D. Perkusi : pekak
Abdomen 1. Inspeksi: bentuk abdomen terdapat luka post
oprasi ±15 cm yang ditutupi verban, terdapat
strie gravidarum dan lineal nigra, karateristik
luka bersih, tidak ada pus, tidak ada tanda-
tanda infeksi, luka tampak kering
4. Perkusi: tympan
Pasien 1
PCV : 39V %
Kimia darah
Imunologi/serologi
Anti HIV/Antibody : NR
E. Tindakan terapi
Pasien 1
Jenisn Obat Dosis
Cefoperazole 2x1 mg
Metronidazole 3x 1 drip
Ketololac 3x 1 mg
Pronages 2x 1 supp
DC kateter
3.2 Analisis Data
-sklala nyeri 6
-frekuensinya 15 menit
1. Nyeri Akut b/d lika inisisi 1. Setelah dilakukan tindakan A. Kaji TTV klien
bedah ditandai dengan skala keperawatan selama 3x24 jam
B. Atur posisi klien
nyeri 6 diharapkan nyeri berkurang
atau hilang dengan kriteria C. Kaji skala klien
hasil :
D. Ajarkan teknik relaksasi
A. TTV dalam batas normal nafas dalam
B. Klien tampak tenang E. Berikan lingkungan yang
nyaman
C. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang F. Lakukan perawatan luka
D. Melaporkan bahwa nyeri G. Kaji kultur yang
berkurang dengan mempengaruhi nyeri
menggunakan manajemen
nyeri H. Tingkatkan istirahat
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu:Asuhan keperawatan pada pasien post op sectio
caesarea diagnosa keperawatan nyeri akut dalam terapi relaksasi mampu mengurangi skala nyeri
pada pasien.Kesimpulan secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu Pengkajian dilakukan dengan
menggunakan format nyeri akut, sehingga ditemukan data tentang keluhan nyeri pada klien sesuai
dengan pengkajian data klien.
4.2 Saran
Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien post op sectio
caesareadalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
Bagi klien
Agar selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari petunjuk
dokter/perawat. Bila dirumah harus dapat melakukan perawatan diri dan bertambah pengetahuan
tentang post SC
Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus
tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien pasca persalinansectio
caesarea
DAFTAR PUSTAKA