Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.F POST SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI


KETUBAN PECAH DINI DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT

OLEH

NAMA: ARDILA
KELAS: 2B KEPERAWATAN
NIM: PO 7220120 1668

DOSEN PEMBIMBING: Fadyah Aminin,SST.,M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................

2.1 Konsep Dasar Kehamilan...........................................................................................

2.2 Ketuban Pecah Dini...................................................................................................

2.3 Konsep Dasar Sectio Caesarea.................................................................................

2.4 WOC..........................................................................................................................

2.5 Konsep Dasar Post Sectio Caesaea atas Indikasi Ketuban Pecah Dini dengan Masalah

Nyeri Akut..................................................................................................................

BAB III ASKEP KASUS..................................................................................................

3.1 Pengkajian.................................................................................................................

3.2 Analisa Data...............................................................................................................

3.3 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................

3.2 Intervensi Keperawatan.............................................................................................

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................

4.1 Saran.........................................................................................................................

4.2 Kesimpulanj...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas Askep
“Ketuban Pecah Dini dengan Masalah keperawatan Nyeri Akut” dengan tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Maternitas
Keperawatan. Selain itu, Askep ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
masalah nyeri akut. Dalam penulisan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak, sehingga
pembuatan askep ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga askep ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca yang membaca askep ini ini.

Tanjungpinang, 30 September 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Word Health Organiztion angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
kesehatan dalam masyarakat. Pada tahun 2017 kematian ibu sangat tinggi sekitar 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sebagian besar dari kematian ini (94%)
terjadi dirangkaian sumber daya rendah AKI, dan sebagian besar kematiannya bisa dicegah.
Tingginya jumlah kematian ibu dibeberapa daerah di dunia mencerminkan ketidak setaraan data
akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas dan menyoroti kesenjangan antara masyarakat kaya
dan miskin. Di Negara-negara berpenghasilan rendah pada tahun 2017 ditemukan 462 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Negara-negara berpenghasilan tinggi ditemukan 11 per 100.000
kelahiran hidup. Negara yang berpenghasilan tinggi adalah Amerika Serikat, Luksemburg, Swiss,
Australia, Irlandia sedangkan Negara yang berpenghasilan rendah adalah Afrika tengah, Yaman,
Suriah, Sudan dan Nigeria (WHO, 2019).

Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan nasional dan
merupakan target SDGs 2030 dimana AKI menurun hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup (Bapenas,
2013). Di tahun 2016 AKI di Indonesia masih sangat tinggi yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup, AKI tersebut menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara ( Rafikasari, 2017). Di Indonesia
AKI tertinggi di provinsi Jawa Tengah Kabupaten Brebes pada tahun 2015 terdapat 52 kasus, Kota
semarang 35 kasus, Kabupaten tegal 33 kasus. AKI di kota Semarang mengalami kenaikan setiap
tahunnya, pada tahun 2014 yaitu 122,25 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2015 yaitu 128,05
per 100.000 kelahiran hidup (Sri, 2019).

Salah satu penyebab dari AKI adalah kejadian ketuban pecah dini atau insiden PROM (premature
rupture of the membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. Ketuban Pecah Dini preterm
terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan aterm
Pada 30% kasus Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan premature (WHO, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa konsep dasar kehamilan ?

2. Apa definisi ketuban pecah dini ?

3. Apa konsep dasar sectio caesarea?

4. Bagaimana Konsep dasar askep post sectio caesarea dengan maslah keperawatan nyeri akut?
1.3 Tujuan Penulis

1. Untuk mengetahui konsep dasar kehamilan

2. Untuk mengetahui definisi ketuban pecah dini

3. Untuk mengetahui konsep dasar sectio caesarea

4. Untuk mengetahui konsep dasar askep post sectio caesarea dengan masalah keperawatan nyeri
akut

1.4 Manfaat Penulisan

Askep ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bagi penulis maupun pembaca sehingga
adanya askep ini kita dapat mengetahui serta memhami tentang post sectio caesarea nyeri akut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita didalam rahimnya terdapat embrio
atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya
kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi
43 minggu (Kuswanti, 2014). Menurut Walyani kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun
kehamilan normal juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis (walyani, 2015).

2.1.2 Tanda-tanda bahaya kehamilan Tanda-tanda bahaya kehamilan yang perlu diketahui oleh ibu
hamil

menurut kementrian kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat c. Penglihatan kabur

d. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan

e. Keluar cairan pervaginam

f. Gerakan janin tidak terasa

g. Nyeri abdomen yang hebat

(Kementrian kesehatan, 2019).

2.1.3 Anatomi dan fisiologi selaput ketuban

Selaput ketuban (amniotic sac) yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan khorion yang
sangat erat ikatannya. Selaput amnion merupakan jaringan avaskuler yang lentur tapi kuat. Struktur
avaskuler ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Pada banyak kasus obstetri,
pecahnya selaput ketuban secara dini pada kehamilan yang masih muda merupakan selaput ketuban
penyebab sering kelahiran paterm. Bagian dalam selaput berhubungan dengan cairan amnion yang
merupakan jaringan sel epitel kuboid yang berasal dari ectoderm embrionik. Epitel ini melekat erat
kesebuah membrane basal yang berhubungan dengan lapisan interstisial mengandung kolagen I, III,
dan V. bagian luar dari selaput ialah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm. Lapisan
amnion ini berhubungan dengan korion leave. Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang
berfungsi mentransfer cairan dan metabolik. Lapisan ini menghasilkan zat penghambat
metalloproteinase (Kusuma, 2011).

2.2 Ketuban Pecah Dini

2.2.1 Definisi ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah premature dini (KPPD, PPPROM- preterm premature rupture of the membranase)
adalah teminologi yang digunakan untuk menjelaskan rupture spontan ketuban janin sebelum
awitan persalinan (premature) dan sebelum cukup bulan (preterm). Faktor resiko yang diketahui
untuk ketuban pecah dini termasuk kelahiran preterm sebelumnya, infeksi cairan amnion
tersembunyi, janin multiple, dan solusio plasenta. Saat masuk rumah sakit, 75% wanita dengan KPPD
telah memasuki persalinan, 5% melahirkan akibat komplikasi lainnya, dan 10% lainnya melahirkan
dalam 48 jam setelah awitan persalinan spontan. Hanya pada 7% pelahiran dapat ditunda 48 jam
atau lebih setelah ketuban pecah ("penanganan menunggu"). Waktu dari ketuban pecah dini sampai
pelahiran (latensi) berbanding terbalik dengan usia kehamilan ketika ketuban pecah. Oleh sebab itu,
semakin dini usia gestasi saat KPPD terjadi, semakin panjang interval latensi sampai awitan
persalinan (Kenneth, 2017)

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan, ketuban pecah dini adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra
selular amnion, karion, dan apoptosis membrane janin (sarmono, 2014).

2.2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini

Penyebab ketuban pecah dini antara lain:

1. Servikin kompeten (penipisan serviks) yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.

2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan hidroamnion karena
adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban diatas ostium uteri internum pada servik atau
peningkatan intra uteri secara mendadak.

3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin c rendah, kelainan genetik).

4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.

a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi

b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan mordibitas janin

c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat

5. Kelainan letak janin dalam Rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang, karena tidak ada
bagan terendah yang meutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah. Kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.

6. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini (Manuaba, 2013)

2.2.3 Manifestasi klinis Ketuban Pecah Dini

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina Aroma air ketuban
amis dan tidak bau amoniak Mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah
biasanya mengganjal atau menyumbar kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Icemi sukarni, 2017)

2.2.4 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi bila terjadi
pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air
ketuban

2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1
dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

3. Patofisiologi pada infeksi intrapartum:

a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan


langsung antara ruangdengan intramnion dengan dunia luar.

b. Infeksi intramnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion,atau dengan penjalaran infeksi
melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian keruang intramnion. c. Mungkin juga jika ibu
mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterine menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
Tindakan iatogenik traumatik atau hygiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering,
dan sebagainya,prediposisi infeksi (Prawirohardjo, 2010).

2.2.5 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

1. Penatalaksanaan Medis.

Menurut Manuaba dalam buku ajar patologi obstetrik, kasus Ketuban Pecah Dini yang cukup bulan,
kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu
persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus Ketuban Pecah Dini yang
kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan
kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus
bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek. prognosis janin. Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara
pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan
letak janin. Resiko yang lebih sering pada Ketuban Pecah Dini dengan janin kurang bulan adalah RDS
dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati
untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau
lebih biasanya paru-paru sudah. matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin
merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode
laten (Manuaba, 2013).
2.3 Konsep Dsasr Sectio Caesarea

2.3.1 Definisi Sectio Caesarea

Sectio Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (rustam, 2009 dalam sugeng J, 2012). Sedangkan menurut Harry dan Wiliam
section caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus (Harry & William R, 2010).

2.3.2 Indikasi sectio caesarea

1. Plasenta previa sentralis (posterior)

2. Panggul sempit

Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis ialah CV 8 Cm. panggul
dengan CV (conjutiva vera) <8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin secara normal,
harus diselesaikan dengan section caesarea, congjutiva vera antara 8 dan 10 cm boleh dilakukan
partus percobaan, dilakukan Sectio Caesarea skunder

3. Disproporsi sefalopelvik: yaitu ketidak seimbangan antara ukurankepala dan ukuran panggul.

4. Rupture arteri mengancam

5. Partus lama (prolondged labor)

6. Partus tak maju (obstructed labor)

7. Distosia servik

8. Pre-eklamsia dan hipertensi

9. Malpresentasi janin

Dahulu section caesarea dilakukan atas indikasi yang terbatas pada panggul sempit dan plasenta
previa. Seperti telah diterangkan sebelumnya, meningkatnya angka kejadian section caesarea pada
zaman sekarang ini antara lain disebabkan oleh berkembangnya indikasi dan makin kecilnya resiko
dan mortalitas pada section cesarea. Kedua hal tersebut tercapai berkat kemajuan teknik operasi
dan anastesi, serta ampuhnya antibiotik dan kemoterapi. Sectio caesarea post term adalah section
caesarea pada ibu hamil cukup bulan yang meninggal tiba-tiba, sedangkan janin masih hidup (Amru,
2011).

2.3.3 Jenis-jenis sectio caesarea

1. Abdomen (section caesarea abdominalis)

a. Section caesarea transperitonealis

b. Section caesare klasik atau korplar dengan insisi memanjang pada korpus uteri.

c. Section caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah Rahim.

d. Section caesarea ekstrsperitonealis, yaitu section caesarea tanpa membuka poritinium perietale
dengan demikian, tidak membuka kavum abdominalis.

2. Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut arah sayatan pada Rahim, sectio Caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning

b. Sayatan melintang (transversal) menurut kerr

c. Sayatan huruf T (T-incision) (Sofian, 2011).

2.4 WOC

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut
2.5.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses keperawatan suatu proses kolaborasi
melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan
pemeriksaan fisik dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar dapat data yang
terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah
dan kebutuhan ibu terhadap keperawatan. Hasil pengkajian pada klien post operasi Sectio Caesarea
meliputi:

1. Pengumpulan Data

a. Indetitas.

Indetitas pasien dan yang penanggung jawab yang terdiri nama, umur terlalu muda <20 tahun
beresiko terjadi Ketuban Pecah Dini. Suku, agama, alamat, pekerjaan.

b. Keluhan Utama

Biasanya pasien mengeluh nyeri pada perut bekas jahitan/tindakan Sectio Caesarea.

c. Riwayat Keluarga

Berencana Pasien sebelum hamil menggunakan kontrasepsi apa untuk mencegah kehamilan.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adakah riwayat penyakit sebelum kahamilan dan pada usia.hamil sebelumnya. Dan apakah pasien
pernah melakukan section caesarea pada kehamilan sebelumnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin tersebut diturunkan kepada klien (Dongoes, 2000).

2. Pemeriksaan fisik

a. (Breathing)

1) Inspeksi: bentuk dada simetris atau tidak, ada otot bantu nafas, pola nafas reguler atau ireguler
biasanya terjadi perubahan akibat anastesi, frekuensi nafas normal 16-24x/menit. Biasanya
terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila
mamae.

2) Palpasi: kaji vocal vremitus klien, getarannya sama atau tidak.

3) Perkusi :suara normalnya didapat sonor, jika terdapat ronchi didapat redup/pekak.

4) Auskultasi:normal suara nafas vesikuler, adakan suara nafas tambahan seperti ronchi, whezing,
dan lain-lain.

b. B2 (Blood)

1) Inspeksi:lihat ada atau tidaknya sianosis, anemis (jka terjadi syok akibat perdarahan post partum).

2) Palpasi : kaji CRT normal kembali detik, akral hangat, cek nadi normal 60-100x/menit namun
biasanya terdapat bradikardi pada post operasi dan takikardi (jika terjadi syok).

3) Perkusi: perkusi pada jantung normal didapatkan pekak.


4) Auskultasi: normal bunyi jantung S1 S2 tunggal, irama jantung reguler Irreguker: ada tidak bunyi
jantung abnormal seperti murmur dan gallop, tekanan daah menurun efek anastesi.

c. B3 (Brain)

(1) Inspeksi:

pasien post op terlihat cemas, cek kesadaran dan nilai GCS (normal 4-5-6), wajah tampak
menyeringai tidak karena terasa nyeri pada luka bekas operasi. Biasanya terdapat gangguan pola
istirahat/tidur karena nyeri luka akibat bekas operasi yang dirasakan.

2) Palpasi :CRT <2 detik, nyeri pada luka bekas post operasi.

d. B4 (Bledder)

1) Inspeksi: lihat menggunakan cateter atau BAK spontan, biasanya terpasang cateter karena hal itu
merupakan salah satu prosedur operasi. Periksa pengeluaran lochea, warna, bau, dan jumlahnya,
cek warna urine dan baunya.

2) Palpasi: ada pembesaran bledder atau tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak, biasanya ada nyeri
tekan.

e. B5 (Bowel)

1) Inspeksi:lihat mukosa bibir kering atau lembab, adakan pasca operasi.

2) Palpasi:terdapat nyeri pada abdomen.

3) Perkusi:normal terdapat bunyi tympani dan redup bila terdapat cairan. pada abdomen.

4) Auskultasi: hitung bising usus normal 5-15x/menit. Biasanya terjadi penurunan bising usus
menurun sehingga terjadi konstipasi.

f. B6(Bone)

1) Inspeksi: Adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papilla
mamae, putting susu kanan dan kiri menonjol/keluar (vertid).

2) Palpasi:Ada nyeri tekan pada luka post section caesarea. Skala kekuatan otot: Adanya penurunan
kekuatan otot ekstremitas bawah.

g. Uterus

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lochea sedang (Arifin, 2014). Setelah
plasenta lahir hingga 12 jam pertama tinggi fundus uteri 1-2 jari dibawah pusat (Nurbacti, 2015). h.
Pola Aktivitas Cara mencegah terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah ibu hamil sebaiknya mengurangi
aktifitas terutama pada trimester akhir kedua dan trimester ketiga kehamilannya. (Hidayat, 2009). i.
Pemberian ASI Biasanya dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu baru mendapatan anak
pertama, biasanya kurang mengetahui bagaimana cara menyusui dan merawat payudaranya dan jika
memutuskan tidak menyusui maka dianjurkan pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi dan biasanya dapat mengurangi rasa
nyeri (Rheldayani, 2014).

2.5.2 Analisa Data


Analisa data adalah data yang telah dikumpulkan, dikelompokkan dan di analisa untuk menentukan
masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkan data dibagi menjadi dua data objektif dan data
subjektif dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul (Yeni, 2008).

2.5.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakaat
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. (NANDA
Internasional, 2010).

1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bekas operasi pada abdomen.

2. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen post oprasi Sectio Caesarea

3. Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahaan

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak pengetahuan tentang ketuban pecah dini

6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan aktivitas berlebih

7. Ansietas berhubungan dengan ketidak mampuan

8. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus

9. Gangguan pertusi jaringan berhubungan dengan luka insisi

2.5.4 Intervensi

Intervensi/perencanaan adalah rencana tindakan dan rasional yang sengaja dibuat untuk dilakukan
kepentin gan pasien atas dasar keputusan dokter atau perawat atau intervensi kolaboratif antar
keduannya.(McCloskey, 2009).

2.5.5 Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncakan mencakup tindakan
mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan beradasarkan analisis dan
kesimpulan perawat. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain (Mitayani, 2011).

2.5.6 Evaluasi

Evaluasi atau penilaian adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

1. Nyeri berkurang atau hilang.

2. Tingkat pengetahuan dapat teratasi

3. Masalah defisit perawatan diri teratasi

4. Tidak ada gangguan mobilitas.


5. Rasa cemas pada pasien berkurang

6. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (NANDA internasional, 2010).

BAB III

ASKEP KASUS

Asuhan Keperawatan

3.3 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Identitas pasien dan penanggung jawab

Identitas pasien dan penanggung jawab Pasien 1

a. Identitas pasien

Nama Ny F

Tanggal Lahir 31 Th

Pendidikan SMA

Suku Bangsa Pekerjaan Jawa

Agama IRT

Alamat Rumah Islam Jalan Batu Kucing

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama Suami Tn.I

Umur 33 The

Pendidikan St

Suku Bangsa Jawa

Pekerjaan Guru

Agama Islam
C.Informasi Medik

Tanggal Masuk 02 Juli 2018

Tanggal Pengkajian 03 Juli 2018

No. Medical Record 06-66-85

Ruang Rawat Ruang Rawat Inap Cempaka

Diagnosa Medik Ketuban Pecah Din

Yang Merujuk i Dokter

Alasan Masuk Akan dilakukan SC direncanakan

2. Pengumpulan Data

A. Riwayat Kesehatan

Pengumpulan data riwayat kesehatan pasien

Pengkajian Pasien 1

Keluhan utama saat masuk rumah sakit Pasien mengatakan nyeri kontraksi dan air
ketuban sudah pecah dan merembes

Saat Pengkajian Saat pengkajian tanggal 3 Juli 2018, pukul 14.00


WIB Pasien mengatakan klien mengatakan nyeri
pada daerah abdomen Sectio Caesarea skala
nyeri 6 dengan frekuensi nyeri 15 menit.

Riwayat kesehatan sekarang klien datang ke klinik dokter tanggal 1 Juli 2018,
jam 18.30 WIB dengan keluhan ketuban pecah
dengan pembukaan serviks 8 cm dan di
anjurkan untuk menunggu pembukaan lengkap
sampai besok hari. Klien datang lagi kedokter
tanggal 2 Juli 2018 pada jam 20.00 dari hasil
pemeriksaan klien dirujuk ke IGD RSUD kota
Tanjungpinang karena pembukaan serviks tidak
maju,karena itu dokter menyarankan untuk
melakukan operasi section caesarea pada jam
20.50 WIB,
pada saat dilakukan pengkajian 3 Juli 2018
pukul 14.00 WIB klien mengeluh nyeri poar
section caesarea di abdomen sekala nyeri 6
nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan terasa
panas, nyeri hilang timbul ketika nyeri timbul
nyeri dirasakan selama 15 menit, klien juga
mengatakan masih sulit untuk
bergerak(mobilisasi). klien mengatakan sulit
untuk tidur kerena nyeri operasi post section
caesarua, dengan TTV TD:120/80 mmhg.

N: 80x/t. S: 36,2c, RR: 22x/1, dan terpasang RL,


drip katerolak 1 ampul, terpasang kateter urine
400 cc dengan TFU 2 jari dibawah pusat dan
pendarahan ± 250 cc

Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan persalinan sebelumnya


normal, klien melahirkan dibidan 3 tahun yang
lalu denganberjenis kelamin laki-laki, dengan
berat 3000 gr, panjang bayi 49 cm, dangan
kondisi bayi normal dan baik
Riwayatv Kesehatan Keluarga 1. Di dalam teoritis tidak ada penyakit
keturunan yang menjadi faktor
penyebab/predisposisi terjadinya ketuban
pecah dini.

2. Klien mengatakan didalam keluarga klien


tidak mempunyai riwayat kehamilan kembar

Genogram
Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang P:2 A:0 G:2

Tanggal persalinan : 02 juli 2018

Jenis persalinan : section coesar4e aatas


indikasi ketuban pecah dini

Perdarahan :± 250 cc

HPHT : 2 Maret 2019

Kelainan selama kehamilan : tidak ada

Kondisi anak : Baik

Riwayat pikologis Status emosi klien mengatakan perasaannya


saat

Riwayat sosial

Riwaya

sekarar
Riwayat pisikologis

1. Status emosi : klien mengatakan perasaannya


saat ini senang karena klian memang
merencanakan kehamilannya yang kedua,
untuk menemani anak

2. Gaya komunikasi: pola komunikasi klien


spontan. Klien tidak menolak saat diajak
berkomunikasi. Komunikasi klien jelas. Klien
tidak menggunakan bahasa isyarat dalam
berkomunikasi. Tipe kepribadian klien terbuka

3. Pola pertahanan mekanisme koping klien


baik dalam mengatasi masalah selama klien
dirawat dirumah sakit

Riwayat sosial Orang yang paling dekat dengan klien dan yang
paling dipercayai oleh klien adalah suaminya.
Klien dalam berinteraksi aktif. Hubungan klien
dengan keluarganya dan para tetangganya
harmonis. Yang mengambil keputusan dalam
keluarga yaitu suami.
Riwayat spiritual Klien sholat selagi sehat. Klien mengatakan
lebih sering sholat berjamaah dengan suaminya
dirumah, dan sering mengikuti pengajian
mingguan di mesjid dekat rumahnya.

B. Pola aktifitas sehari-hari

Pengumpulan data pola aktivitas sehari-hari

Pengkajian Pasien 1
Dirumah Dirumah sakit

1. Makan/minum 1. makan/minum

Makanan biasa Makanan biasa

2. Jumlah /frekunsi 2. jumlah/frekuensi

Porsi/3x sehari porsi/3x sehari

3. Jenis makanan 3. jenis makanan

Lengkap (nasi,sayur, Lengkap (nasi,sayur


Lauk pauk,buah) Lauk pauk,buah)

4. Pantangan :tidak ada 4. pantangan: tidak ada

5. Kesulitan :tidak ada 5. kesulitan : tidak ada

6. Alergi makanan : tidak ada 6. alergi makanan: tidak ada

7. Makanan yang disukai: 7. makanan yang disukai : -

Maknan bersantan

Pola eliminasi BAK: BAK:

1. Jumlah ±8x sehari 1. jumlah ±8x sehari

2. Warna : kuning & jernih 2.warna: kuning & jernih

3. Bau : khas urine 3. Bau : khas urine memmakai masker

BAB: BAB:

1. Warna : kuning 1. Warna : kuning

2. Konsistensi : lembek 2. Konsistensi : lembek

3. Pemakaian obat 3. Pemakain obat pencahar: tidak ada

pencahar: tidak ada

4. Masalah dan cara 4.masalah dan cara mengatasi

Mengatasi : tidak ada ; tidak ada


Pola istirahat dan tidur Jumlah : Jumlah :

1. Klien tidur teratur ±7-8 1.Klien tidur teratur ±4,5 jam/harri

Jam/hari

2. Tidur malam : pukul 2.Tidur malam : Pukul

21.00-05.30 WIB 24.00-04.30 WEIB

3. Tidur siang : pukul 3.Tidur siang : pukul

14.00-1530 WIB 13.00-14.30 WIB

4. Gangguan tidur : 4.Gangguan tidur :

Tidak ada Tidak ada

5. Keluhan lain : tidak ada 5.Keluhan lain : klien

Mengatakan sulit tidur karena

Susah beradaptasi dengan

Lingkungan baru dan nyeri karena


Didaerah perutnya. Klien tampak

Lemah dan lesu klien tampa

Menguap tampak kantung mata

Hitam

MK : Gangguan pola tidur

Pola kebersihan diri 1. Frekuensi mandi : 2x/hari 1. frekunsi mandi : klien

2. Frekuensi mencuci rambut: mengatakan hanya dilap/basuh

1x/hari dengan menggunakan kain basah

3. Frekuensi gosok gigi : karena klien belum mampu untuk

3x/hari berjalan

4. Frekunsi mengganti 2. frekuensi mencuci rambut :

Pakaian : 2x/hari belum pernah cuci rambut selama

Di rumah sakit

3.frekuensi gosolk gigi : klien tidak

Menggosok gigi selama dirumah

sakit

4.frekuensi mengganti pakaian

: 1x/hari`
Aktivitas lain/mobilitas fisik/ Klien biasanya bekerja Aktivitas klien dibantu keluarga

rekreasi Membereskan rumah dan dan perawat

Menjaga anaknya dirumah

1. Aktivitas apa yang dilakukan Berkumpul bersama anak Klien biasanya hanya mengobrol
untuk mengisi waktu luang.
Dan suami bersama suami dan nenek
2. Waktu senggang untuk
Reaksi bersama keluarga Klien mengatakantidak ada hanya
keluarga
besar bisa miring kekakan dan kekiri

MK : Hambatan mobilitas fisik


3. Kegiatan dihari libur

4. Hiburan / Reaksi
Olahraga

1. Program olahraga Hanya jalan-jalan disekitar Tidak ada

Rumah
2. Jenis dan frekuensi olahraga 1x/hari Tidak ada

3. Kondisi setelah olahraga Baik lebih enakkan Tidak ada

C. Pemeriksaan fisik

Pengumpulan data pemeriksaan fisik

Penvgkajian Pasien 1
Keadaan umum 1. Kesasdaran : compos mentis

2. Mobilisasi: dibantu keluarga dan perawat

Pemeriksaan tanda tanda vital TD: 130/70 mmhg

Suhu : 36°c

Nadi: 78x/hari

RR : 20x/menit
Pemeriksaan wajah 1. mata

a. Inspeksi : mata kiri dan kanan simetris,


kelopak mata tidak odema, tidak ada
peradangan, tidak ada luka, tidak ada odema
palpebral, bulu mata tidak rontok,
konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikhterik,
warna iris hitam, reaksi pupil terhadap
cahaya miosis, pupil isokor, tampak kantong
mata hitam di area bawah mata klien.

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

2. Hidung

a. Inspeksi : hidung simetris kanan dan kiri,


tidak ada pembesaran polip hidung, tidak
terdapat kotoran, tidak ada pembekakan

3. Mulut dan gigi

a. Inspeksi : bibir simetris, warna bibir merah


muda, tidak ada stomatitis, terdapat caries
gigi, tidak terdapat gigi palsu, lidah bersih,
tidak ada perdarahan gusi.

1. Kepala

Inspeksi : bentuk kepala barakhiocephalus,


bentuk muka simetris, tidak ada luka, tidak
ada darah

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

2. Leher

a.Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada

b. Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar


thyroid, tidak ada pembesaran vena
juguralis,tidak ada nyeri tekan pada saat
menelan.

Pemeriksaan Thorak dan Dada 1. Pemeriksaan paru

A. Inspeksi bentuk thoraks simetris, tidak

menggunakan otot, bantu pernafasan

b. Auskultasi : bunyi nafas vasikuler

C. Palpasi : tidak teraba perbesaran paru, voval

fremitus antara kanan/ kiri teraba sama

d. Perkusi : sonor

2. Pemeriksaan payudara

a. Inspeksi : pembesaran payudara


simetris,areola mamae menghitam, papilla
mamae menonjol sedikit,payudara terlihat
membengkak, ASI sudah keluar tetapi masih
sedikit

b. Palpasi : terdapat nyeri tekan karena


payudara membengkak

3. Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : letus cordis tidak tampak di apex

jantung

b. Auskultasi: tidak terdengar bunyi jantung

tambahan seperti gallop dan murmur

c. Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran

jantung da nada nyeri tekan

D. Perkusi : pekak
Abdomen 1. Inspeksi: bentuk abdomen terdapat luka post
oprasi ±15 cm yang ditutupi verban, terdapat
strie gravidarum dan lineal nigra, karateristik
luka bersih, tidak ada pus, tidak ada tanda-
tanda infeksi, luka tampak kering

2. Auskultasi: peristaltik usus 8 kali/menit

3. Palpasi: terdapat nyeri tekan abdomen,


dengan skala nyeri 6, tinggi fundus uteri 2 jari
dibawah pusat, tidak ada pembesaran hepar

4. Perkusi: tympan

Genetalia 1. Inspeksi: otot antara sisi dan kanan simetris,

tidak ada fraktur, klien sudah mampu miring


kiri dan kanan walau masih nyeri di daerah
abdomen

2. Palpasi: tidak ada edema, tidak ada varises

Masalah keperawatan : Hambatan Mobilitas


Fisik

d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik medik

Hasil pemeriksaan darah

Pasien 1

Pemeriksaan Nilai normal


HB : 13.0 gr% Pr : 12-16 gr%, Lk : 14-18 gr%

Leucosit : 14.700 mm³ 5000-10.000/ mm³

Erytrosit : 5.0 jt/mm³ Pr : 3-5/ mm3 jt Lk 4-6 jt/ mm³

Trombosit : 216.000 mm³ 150.000-400.000 mm³

PCV : 39V %

Kimia darah

Creatinin : 0,3 mg/dl Pr : 0,5 -12 mg/dl Lk : 6-14mg/dl

Asam urat : 4,3 mg/dl Pr : <5,7mg/dlLk:<7,0 mg/dl

Imunologi/serologi
Anti HIV/Antibody : NR

HbsAg : (-) Negatif

Nilai kritis : ≤21 Or ≥65

MCV : 75,18 fL 80-100fL

MCH : 25,53 pg 26-34pg`

MCHC : 33,69 % 32-36%

RDW : 12,51% 11,5-13,1%

PLT : 228 x 10³µL 150-450 x 10³µL

Nilai kritis : ≤50 Or ≥1000 x 10³µL

MPV : 9,754 fL 6,90-10,6 fL

E. Tindakan terapi

Pasien 1
Jenisn Obat Dosis

Cefoperazole 2x1 mg

Metronidazole 3x 1 drip

Ketololac 3x 1 mg

Pronages 2x 1 supp

Infus RL 500 cc 20 tpm

DC kateter
3.2 Analisis Data

Analisa data pasien 1

Data / Etiologi Masalah

Ds: Tindakan pembedahan Nyeri akut

-klien mengatakan nyeri ↓


dibagian lika bekas operasi
Terputusnya
sectio caesarea
Kontunitas jaringan
Do :

-klien tampak meringis
kesakitan Terjadi rangsangan area
nyeri
-klien tampak memangi area
luka operasinya

-sklala nyeri 6

-frekuensinya 15 menit

3.3 Intervensi keperawatan

Nama pasien 1 : Ny.F

Diagnosa keperawatan : ketuban pecah dini

Diagnosa keperawatan NOC NIC

1. Nyeri Akut b/d lika inisisi 1. Setelah dilakukan tindakan A. Kaji TTV klien
bedah ditandai dengan skala keperawatan selama 3x24 jam
B. Atur posisi klien
nyeri 6 diharapkan nyeri berkurang
atau hilang dengan kriteria C. Kaji skala klien
hasil :
D. Ajarkan teknik relaksasi
A. TTV dalam batas normal nafas dalam
B. Klien tampak tenang E. Berikan lingkungan yang
nyaman
C. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang F. Lakukan perawatan luka
D. Melaporkan bahwa nyeri G. Kaji kultur yang
berkurang dengan mempengaruhi nyeri
menggunakan manajemen
nyeri H. Tingkatkan istirahat

I. Kurangi faktor presipitasi


nyeri
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu:Asuhan keperawatan pada pasien post op sectio
caesarea diagnosa keperawatan nyeri akut dalam terapi relaksasi mampu mengurangi skala nyeri
pada pasien.Kesimpulan secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu Pengkajian dilakukan dengan
menggunakan format nyeri akut, sehingga ditemukan data tentang keluhan nyeri pada klien sesuai
dengan pengkajian data klien.

4.2 Saran

 Bagi rumah sakit

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien post op sectio
caesareadalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

 Bagi klien

Agar selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari petunjuk
dokter/perawat. Bila dirumah harus dapat melakukan perawatan diri dan bertambah pengetahuan
tentang post SC

 Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus
tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien pasca persalinansectio
caesarea
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai