DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering
ditemukan pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang
disebabkan oleh adanya kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak
dengan karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan
edema (Suradi & Yuliani, 2010).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurisya, dkk
(2014) di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Bandung, di dominasi oleh laki-laki dengan
rasio laki-laki berbanding perempuan 1,4:1. Hasil ini sesuai pula dengan
yang dikemukakan oleh Niaudet serta Dolan dan Gill bahwa penderita SN
anak laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan.
Survey awal yang dilakukan pada 11 Januari 2017 diruang Akut IRNA
Kebidanan Anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang ditemukan 24 orang anak
dirawat,1 orang anak diantaranya dengan diagnosa medis Sindroma
Nefrotik. Pada anak dengan Sindrom Nefrotik, Diagnosa keperawatan
yang muncul adalah Kelebihan volume cairan dan hipertermi. Adapun
implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan kepada anak tersebut
ialah kompres hangat serta memantau suhu anak, menimbang berat badan
anak setiap hari, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian terapi
diit, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi (steroid,
antibiotik, antihipertensi ).
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4. Manfaat
1. Penulis
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada Anak dengan penyakit Sindroma
Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.
2. Rumah sakit
3. Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan penyakit Sindroma Nefrotik di
Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Ginjal mendapatkan darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari
aorta abdominalis. Arteri renalis memiliki cabang yang besar yaitu arteri
renalis anterior dan juga memiliki cabang yang kecil yaitu arteri renalis
posterior. Cabang anterior memberikan darah untuk ginjal anterior dan
ventral sedangkan cabang posterior memberikan darah untuk ginjal
posterior dan dorsal.
Diantara kedua cabang ini terdapat suatu garis yaitu Brudels Line yang
terdapat disepanjang margo lateral dari ginjal. Pada garis ini tidak terdapat
pembuluh darah, sehingga kedua cabang ini akan menyebar hingga
kebagian anterior dan posterior dari kolisis sampai ke medula ginjal yang
terletak diantara piramid dan disebut dengan arteri interlobularis yang
berjalan tegak kedalam korteks dan berakhir sebagai vasa aferen
glomerulus untuk 1-2 glomerulus, ploksus kaliper sepanjang sepanjang
tubulus dan melingkar didalam korteks serta sebagai pembuluh darah yang
menembus kapsul Bowman.
Dari glomerulus keluar pembuluh darah aferen dan terdapat suatu
anyaman yang mengelilingi tubuli kontorti. Disamping itu ada cabang
yang lurus menuju pelvis renalis untuk memberikan darah pada ansa henle
dan duktus koligen yang dinamakan dengan arteri rektal. (Syaifuddin,
2012).
3. Etiologi
4. Patofisiologi
Kerusakan Glomerulus
Proteinuria
Sintesis
Hiperlipidemia protein & Hipoalbuminemia
Hipertensi Lipid
Edema
MK: Nyeri Sakit Kepala Kolesterol
Akut
SINDROMA NEFROTIK
Asites
Reabsorbsi
Cardiac
Na & Air Penurunan
Output Volume Cairan Hipoalbumi
Distensi Filtrasi
Menurun Vaskuler Menurun nemia
Abdomen Volume Glomerulus
Perfusi Darah Intravaskuler
Protein Simulasi Renin- Tekanan Osmoik
Menekan Ke Otak Angiotensis
Beban Kerja Teriltrasi Plasma Menurun
Diafragma Menurun
Jantung
Meningkat Sekresi ADH
MK: Risiko Tekanan
Penurunan Keidakefekifa Penurunan Ig Hidrostai
Ekspansi n Perfusi Kontraakivitas G & Ig A k
Ventrikel Reabsorbsi Na &
Paru Jaringan Otak Air Meningkat Meningkat
Menurun Imunitas
Menurun
Volume Sekresi Perpindahan
Dyspnea, Decompensasi
Urine menurun Cairan dari
Takipnea, Cordis MK : Risiko
Intravaskuler
Tarikan Infeksi
Ke Intrasisial
Dinding MK : Gangguan
Aritmia, Bradicardi,
Dada Eliminasi Urine
Perubahan EKG,
Edema,
MK :
Keidakefekifan MK: Penurunan
Pola Napas Curah Jantung
Bowel Bone
Tirah Baring
Menekan
saraf Vagus Edema sal.
dan pencernaan Tekan
Lambung Absorbsi tdk lama pd
adekuat bag.
Persepsi
edema
kenyang
dan idak Feses
nyaman di Encer Sirkulasi
epigastrium perifer
tdk
Anoreksi MK : Diare adekuat
MK :
MK:
Keidakseimbangan nutrisi
Kerusakan
kurang dari kebutuhan
Integritas Kulit
tubuh
Perpindahan cairan dari intravaskuler
ke intersiial
Cairan Intravaskuler
Hipovolemik
Bagan 2.1
WOC Sindroma Nefrotik
Sumber: Price & Wilson,
2006
1. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
2. Sistem Pencernaan
3. Sistem Pernapasan
4. Sistem Perkemihan
3. Penatalaksanaan
Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk
sindrom nefrotik meliputi :
1. Pemberian kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu
terapi. Jika pasien mengalami kekambuhan, maka perlu diberikan
kortikosteroid dengan dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin
melalui makanan atau melalui intravena.
3. Pengurangan edema.
1. Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan
trombus maupun ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Membatasi pemberian natrium.
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
5. Pengobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema maupun tindakan medis yang dilakukan kepada pasien.
6. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain, mengingat
pasien dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi akibat daya tahan
tubuhnya yang rendah.
7. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan terapi
steroid.
1. Diit tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila
edema masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan
sedikit garam ( Buku Kuliah IKA Jilid II).
2. Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan
menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3. Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian
terapi KCl.
4. Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping
penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat
hati-hati.
5. Berikan diuretik untuk mengatasi edema
6. Berikan terapi kortikosteroid. International Kooperative Study Of Kidney
Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai
berikut:
1. Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas permukaan badan.
2. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan dosis 40
mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis 60 mg/hari/lpb.
2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindroma Nefrotik
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:
1. Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir,
panjang badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak,
jenis kelamin, anak ke, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2. Keluhan Utama
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa
bagian tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta
bagian genitalia. Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan
anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh anaknya terbilang
rendah.
4. Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan akibat lambung yang mengalami
tekanan oleh cairan intrastisial dan memberikan persepsi
kenyang pada anak.
3. Pemeriksaan Fisik
1. TTV
1. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah
sistole normal 80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole
normal 60 mmHg. Anak dengan hipovolemik akan
mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan darah
kurang dari nilai normal atau dapat ditemukan anak
dengan hipertensi apabila kolesterol anak meningkat.
2. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun
105x/ menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun
95x/menit, frekuensi nadi anak usia 10-14 tahun 85x/menit
dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun 82x/menit.
3. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21-
30x/menit, anak 6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak
usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
2. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur
dalam tahun) + 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak
sebelum sakit untuk menentukan adanya peningkatan BB pada
anak dengan sindroma nefrotik. Edema pada anak juga dapat
ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%.
3. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya
Jugularis Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus
sternalis pada posisi 450, pada anak dengan hipovolemik akan
ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada anak
dengan hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke
angulus mandibularis pada posisi anak 450.
4. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami
edema pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur atau konjunctiva terlihat kering pada anak
dengan hipovolemik.
5. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,
namun anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan
memiliki pola napas yang tidak teratur sehingga akan
ditemukan pernapasan cuping hidung.
6. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat
penurunan saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula
bibir kering serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .
7. Kardiovaskuler
1. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola
napas yang tidak teratur
2. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut
jantung
3. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
4. Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta
penurunan bunyi napas pada lobus bagian bawah
Bila dilakukan EKG, maka akan ditemukan aritmia,
pendataran gelombang T, penurunan segmen ST, pelebaran
QRS, serta peningkatan interval PR.
8. Paru-Paru
1. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
2. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila
anak mengalami dispnea
3. Perkusi, biasanya ditemukan sonor
4. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun,
frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.
9. Abdomen
1. Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak
asites
2. Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar
perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
3. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
4. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
10. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare
akan tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit
anak tegang akibat edema dan berdampak pada risiko
kerusakan integritas kulit.
11. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila
edema anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja.
Selain itu dapat ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
12. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada
skrotum dan pada anak perempuan akan mengalami edema
pada labia mayora.
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urine
1. Urinalisis
1. Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam
urine lebih dari 2 gr/m2/hari.
2. Ditemukan bentuk hialin dan granular.
3. Terkadang pasien mengalami hematuri.
2. Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan
darah.
3. Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya
proteinuria ( normalnya 50-1.400 mOsm).
4. Osmolaritas urine akan meningkat.
2. Uji Darah
2. Monitor Cairan
1. Tentukan riwayat,
jumlah dan tipe
intake/output
2. Monitor serum dan
elektrolit urine
3. Monitor TD, HR
dan RR
4. Catat intake/output
3. akurat
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan dengan
tepat
2. Monitor irama dan
laju pernapasan
3. Monitor warna kulit,
suhu dan
kelembaban
4. Monitor sianosis
sentral dan perifer
2. Ketidakefektifan pola 1. Status 1. Monitor pernapasan
napas pernapasan 1. Monitor kecepatan,
Batasan Karakteristik : irama, kedalaman
1. Bradipnea Kriteria hasil : dan kesulitan dalam
2. Penurunan 1. Frekuensi bernapas
tekanan ekspirasi pernapasan 2. Catat pergerakan
3. Pernapasan 2. Irama dada, catat
cuping hidung pernapasan ketidaksimetrisan,
4. Fase ekspirasi 3. Kedalaman penggunaan otot-
memanjang inspirasi otot bantu
5. Pernapasan bibir 4. Suara pernapasan dan
Faktor Berhubungan auskultasi retraksi dada
dengan : pernapasan 3. Monitor suara napas
1. Obesitas 5. Penggunaan tambahan seperti
2. Nyeri otot bantu ngorok
3. Posisi tubuh napas 4. Monitor pola napas
6. Retraksi (misalnya:bradipnea
dinding dada ,takipnea,
7. Sianosis hiperventilasi,
8. Pernapasan kusmaul)
cuping 5. Palpasi kesimetrisan
hidung ekspansi paru
6. Monitor
peningkatan
kelelahan,
kecemasan dan
kekurangan udara
pada pasien
Manajemen Jalan
Napas
1. Atur posisi pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Catat adanya suara
napas tambahan
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan tepat
2. Monitor irama dan
laju pernapasan
3. Monitor warna kulit,
suhu dan
kelembaban
4. Monitor sianosis
sentral dan perifer
3 Nyeri Akut 1. Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : Lakukan pengkajian
1. Perubahan 1. Mengenali nyeri komprehensif
tekanan darah kapan terjadi yang meliputi lokasi,
2. Perubahan nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi 2. Menggunaka frekuensi,kualitas,int
pernapasan n tindakan ensitas dan faktor
3. Mengekspresikan pengurangan pencetus
dengan perilaku nyeri non Kendalikan faktor
4. Melaporkan nyeri analgetik lingkungan yang
secara verbal 3. Melaporkan dapat mempengaruhi
Faktor yang nyeri yang terjadinya nyeri
berhubungan : terkontrol seperti suhu
2. Tingkat nyeri Ajarkan prinsip
1. Agen cedera biologis
Kriteria Hasil : managemen nyeri
1. Nyeri yang (teknik relaksasi)
dilaporkan Dukung istirahat yang
2. Ekspresi adekuat untuk
nyeri wajah mengurangi nyeri
Monitor kepuasan klien
terhadap
managemen nyeri
yang diberikan
kepada klien
Pemberian analgetik
1. Cek perintah
pengobatan meliputi
nama, dosis dan
frekuensi
2. Cek adanya riwayat
alergi obat
3. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian terapi
4. Berikan terapi sesuai
dengan waktu
paruhnya terutama
saat nyeri hebat
5. Evaluasi keefektifan
terapi analgetik
Aplikasi panas /
dingin
1. Jelaskan penggunaan
aplikasi panas atau
dingin, alasan dan
pengaruh terhadap
nyeri
2. Pertimbangkan
kondisi kulit dan
kontraindikasi
3. Bungkus perangkat
panas/dingin dengan
media seperti kain
4. Tentukan durasi
pengaplikasian
berdasarkan respon
verbal, perilaku, dan
biologis individu
4 Risiko infeksi 1. Kontrol Kontrol Infeksi
Batasan Karakteristik : risiko1:. proses 1. Batasi jumlah
1. Kerusakan integritas infeksi Kriteria pengunjung
kulit Hasil : 2. Anjurkan pasien
2. Statis cairan tubuh 1. Mengidentifi mengenai teknik
3. Penurunan kasi faktor cuci tangan yang
hemoglobin risiko infeksi benar
4. Vaksinasi tidak 2. Mengidntifik 3. Anjurkan
adekuat asi tanda dan pengunjung untuk
gejala infeksi mencuci tangan saat
3. Menggunaka memasuki dan
n alat meninggalkan
pelindung ruangan pasien
diri
4. Mencuci Monitor nutrisi
tangan 2. 1. Timbang berat badan
2. Status nutrisi pasien
Kriteria hasil : 2. Lakukan pengukuran
1. Asupan gizi antropometri pada
2. Asupan komposisi tubuh
makanan 3. Monitor
3. Ratio berat
badan/tinggi kecenderungan naik
badan dan turunnya berat
4. hidrasi badan anak
4. Identifikasi
perubahan berat
badan terakhir
3. Pengecekan kulit
1. Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema dan
ulserasi pada
ekstremitas
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor warna kulit
untuk memeriksa
adanya ruam atau
lecet
4. Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
atau kelembaban
5. Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema
5 Diare 1. Eliminasi 1. Manajemen
Batasan Karakteristik : Usus Diare
1. Bising usus hiperaktif Kriteria Hasil: 1. Tentukan riwayat
2. Nyeri abdomen 1. Pola diare
sedikitnya tiga eliminasi 2. Intruksikan pasien
kali defekasi 2. Warna feses atau anggota
perhari 3. Suara bising keluarga untuk
3. Kram usus mencatat warna,
Faktor yang volume, frekuensi
berhubungan : dan konsistensi tinja
3. Anjurkan pasien
1. Proses infeksi dan
menghindari
parasit
makanan pedas dan
2. malabsorbsi
yang menimbulkan
gas dalam perut
4. Monitor tanda dan
gejala diare
5. Monitor kulit
perinium terhadap
adaya iritasi dan
ulserasi
6. Ukur diare atau
output pencernaan
7. Timbang pasien
secara berkala
8. Beritahu dokter jika
terjadi peningkatan
frekuensi atau suara
perut
2. Manajemen
cairan
1. Timbang berat
badan setiap
hari dan
monitor status
pasien
2. Jaga intake
dengan akurat
dan hitung
output pasien
3. Monitor status
hidrasi
4. Monitor tanda-
tanda vital
pasien
3. Pengecekan
Kulit
1. Amati warna kulit
2. Monitor suhu kulit
3. Monitor kulit dan
selaput lendir
4. Monitor adanya
kelembaban atau
kekeringan yang
berlebihan
5. Dokumentasi membran
mukosa
2. Monitor
1. nutrisi
Timbang berat badan
2. pasien
Lakukan pengukuran
antropometrik pada
3. komposisi tubuh
Monitor
kecenderungan
4. naik dan turunnya
berat badan anak
Identifikasi perubahan
5. berat badan
terakhir
6. Monitor adanya mual
dan muntah
Identifikasi
7. abnormalitas
eliminasi bowel
8. Monitor diet dan
asupan kalori
Identifikasi perubahan
nafsu makan dan
9. aktivitas akhir-
akhir ini
Tentukan pola makan
(misalnya makanan
yang disukai dan
tidak disukai,
konsumsi makanan
cepat saji, makan
tergesa-gesa)
3. Penahapan
diet
1. Berikan nutrisi
peroral sesuai
kebutuhan
2. Monitor toleransi
peningkatan diet
3. Tawarkan
kemungkinan
makan 6 kali dalam
porsi kecil
4. Ciptakan
lingkungan yang
memungkinkan
makanan disajikan
sebaik mungkin
7 Kerusakan integritas kulit 1. Integritas 1. Manajemen
Batasan Karakteristik : jaringan: tekanan
1. Kerusakan Kulit & 1. Berikan pakaian
lapisan kulit Membran yang tidak ketat
2. Gangguan mukosa pada pasien
permukaan kulit Kriteria Hasil : 2. Monitor area
Faktor yang 1. Suhu kulit kulit yang
Berhubungan : 2. Sensasi mengalami
1. Perubahan turgor 3. Elastisitas kemerahan dan
2. Kondisi gangguan 4. Keringat pecah-pecah
metabolik 5. Tekstur 3. Monitor
6. Ketebalan mobilitas dan
7. Perfusi aktivitas pasien
jaringan 4. Monitor sumber
8. Lesi pada tekanan dan
kulit gesekan
9. Pengelupasan 2. Pengecekan
kulit Kulit
1. Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema dan
ulserasi pada
ekstremitas
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor warna
kulit untuk
memeriksa adanya
ruam atau lecet
4. Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
atau kelembaban
5. Monitor infeksi,
terutama dari
daerah edema
3. Manajemen
cairan
1. Timbang berat badan
setiap hari dan
monitor status
pasien
2. Jaga intake dengan
akurat dan hitung
output pasien
3. Monitor status hidrasi
4. Monitor kelebihan
cairan atau retensi
(misalnya edema,
distensi vena
jugularis dan
edema)
5. Kaji luas dan lokasi
edema
6. Monitor status gizi
7. Berikan cairan dengan
tepat
8. Berikan diuretik yang
diresepkan
Sumber: NIC-NOC 2016
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah kualitatif dengan desain penelitian studi kasus yang
dijabarkan secara deskriptif yaitu mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini dan rancangan penelitian studi
kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan Sindroma Nefrotik di ruang Akut IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April - Juni 2017 diruangan rawat inap anak
IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Djamil Padang. Waktu pengumpulan
data ±7 hari pada 24-30 Mei 2017.
6. Analisis Data
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik. Data yang
ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data
subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan,
kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan pada anak dengan Sindroma Nefrotik. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
responden 1 dan responden 2.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
1. Deskripsi Kasus
2. Asuhan Keperawatan
PARTICIPANT 1 PARTICIPANT 2
1. Hasil Pengkajian
An.R perempuan berusia 14
An.A laki-laki berusia 38 bulan tahun dibawa ke
dibawa ke RSUP.Dr.M.Djamil RSUP.Dr.M.Djamil Padang
Padang pada tanggal 22 Mei 2017 pada tanggal 18 Mei 2017 pukul
pukul 22.05 wib melalui IGD 17.10 wib melalui IGD. Pasien
rujukan dari RSUD. Pariaman. datang untuk melakukan
Pasien datang dengan keluhan kemoterapi ke-5. An.R di rawat
edema pada seluruh bagian tubuh di ruang Akut IRNA Kebidanan
selama ± 2 hari, urine sedikit dan dan anak dengan diagnosa
berwarna gelap serta mengalami medis SLE + Sindroma
hematurie. An.A di rawat di ruang Nefrotik.
Akut IRNA Kebidanan dan anak
dengan diagnosa medis Sindroma
Nefrotik.
Data hasil pengkajian riwayat Data hasil pengkajian riwayat
sekarang, pada 24 Mei 2017 pukul sekarang, pada 24 Mei 2017
14.30 wib dengan hari rawatan ke-2 pukul 16.00 wib dengan hari
pasien mengalami edema pada rawatan ke-6 pasien mengalami
bagian tubuh meliputi palpebra, edema pada bagian punggung
pipi, ekstremitas, skrotum dan kaki dan punggung tangan,
asites, pasien sedikit rewel, berat demam sejak ± 1 minggu,
badan sebelum sakit 9,5 kg dan saat pasien tidak menghabiskan
ini berat badan pasien 12 kg. makanannya dan berat badan
saat ini 29 kg.
Data terapi pasien antara lain Data terapi pasien antara lain
Prednison 1-1-2 tab, Captopril Methylprednisolon 1x24 mg,
3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg, Captopril 3x12,5 mg, Vit.C
Lasix 2x10 mg, Simfastatin 1x10 3x100 mg, Bicnat 3x3 mg,
mg, Cefixime 2x25 mg Luminal 2x60 mg, Cefixime
2x150 mg, Allopurinol 3x100
mg, Calc 3x500 mg
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang
Implementasi keperawatan yang dilakukan peneliti selama
dilakukan peneliti selama pengelolaan kasus 5 hari untuk
pengelolaan kasus 5 hari untuk diagnosa keperawatan 1)
diagnosa keperawatan 1) kelebihan hipertermi berhubungan
dengan penyakit yaitu a)
volume cairan berhubungan monitor suhu, hasilnya 38,5oC
dengan penurunan tekanan b) monitor warna kulit, tidak
osmotik koloid, dilakukan tindakan ditemukan kemerahan dan
keperawatan meliputi a) bengkak c) memberikan
menimbang berat badan dengan paracetamol 300 mg, d)
hasil 12 kg b) memonitor tanda- mengajarkan keluarga kompres
hangat.
tanda vital yaitu TD 150/100
mmHg, nadi 112x/i, pernapasan
24x/i dan suhu 36,8oC c) memantau
retensi cairan yaitu piting edema
positif, d) menilai luas dan lokasi
edema hasilnya edema pada
Selanjutnya, implementasi
(palpebra, ekstremitas, skrotum)
keperawatan untuk diagnosa
dan asites, e) memantau keperawatan 2)
intake/output yaitu intake cairan ketidakseimbangan nutrisi
±1200cc dan output ±900cc, f) kurang dari kebutuhan tubuh
memberikan Lasix 2x10mg berhubungan dengan faktor
biologis yaitu a) menimbang
Selanjutnya, implementasi berat badan, berat badan pasien
keperawatan untuk diagnosa 29 kg, b) memantau adanya
keperawatan 2) risiko infeksi mual muntah, c) memberikan
DN 2048 kkal habis ¼ porsi, d)
dengan faktor risiko
memotivasi pasien untuk
ketidakadekuatan pertahanan makan, e) pantau sebab
sekunder yaitu a) memberikan penurunan nafsu makan.
Cefixime 2x25 mg, b) mengajarkan
pasien dan keluarga cara mencuci
tangan dengan benar, c) melakukan Implementasi keperawatan
pengecekan kulit terkait adanya untuk diagnosa keperawatan 3)
tanda gejala infeksi seperti bengkak risiko infeksi dengan faktor
dan kemerahan, d) memberikan diit risiko ketidakadekuatan
MB Nefrotik 1100 kkal, e) pertahanan sekunder yaitu a)
melakukan pengukuran suhu memberikan Cefixime 2x150
mg, b) mengajarkan pasien dan
hasilnya suhu 36,8 C, f) memantau
o
keluarga cara mencuci tangan
adanya peningkatan atau penurunan dengan benar, c) melakukan
berat badan, berat badan 12 kg. pengecekan kulit, tidak
Implementasi keperawatan untuk ditemukan bengkak dan
diagnosa keperawatan 3) defisiensi kemerahan, d) melakukan
pengetahuan berhubungan pengukuran suhu, hasilnya suhu
dengan kurang informasi yaitu a) 38,5oC.
menggali pengetahuan orangtua Pada implementasi keperawatan
tentang penyakit yang diderita anak untuk diagnosa keperawatan 4)
saat ini melalui diskusi terbuka, b) kelebihan volume cairan
memberikan pendidikan kesehatan berhubungan dengan
dengan berdiskusi terbuka bersama penurunan tekanan osmotik
orangtua tentang tanda gejala koloid, yaitu a) menimbang
penyakit, diit dan pengobatan anak. berat badan, hasilnya 29 kg b)
Diperoleh hasil orang tua memonitor tanda-tanda vital,
mengetahui pengertian, tanda dan TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i,
gejala serta diit pada pasien dengan pernapasan 21x/i dan suhu
sindroma nefrotik. 38,5oC c) memantau retensi
cairan, ditemukan adanya piting
edema, d) menilai luas dan
lokasi edema, terdapat edema
(punggung kaki dan punggung
tangan), e) memantau
intake/output, intake cairan
±1000cc dan output cairan ±800
cc.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka didapatkan
keperawatan maka didapatkan hasil hasil perkembangan kondisi
perkembangan kondisi pasien
pasien sebagai berikut: 1)
sebagai berikut: 1) kelebihan
volume cairan berhubungan dengan hipertermi berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik koloid, penyakit, data subjektif: Tn.R
data subjektif: Ny.J mengatakan mengatakan adiknya sudah
sembab pada bagian mata anak tidak demam lagi. Data
sudah berkurang dan anak sudah objektif: kulit tidak teraba
tidak rewel. Data objektif: TD
panas, TD 110/60 mmHg, nadi
130/90 mmHg, nadi 113x/i,
pernapasan 22x/i, suhu 36,9oC, 84x/i, pernapasan 21x/i, suhu
namun berat badan anak masih 12 37,0oC. Masalah teratasi
kg. Masalah teratasi sebagian dengan kriteria hasil suhu
dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal, tidak
dalam batas normal dan edema ditemukan kulit kemerahan.
berkurang. Namun masih Intervensi dihentikan.
ditemukan asites, ketidakstabilan
berat badan dan ketidakseimbangan
intake output Intervensi dilanjutkan.
Untuk diagnosa keperawatan 2) Untuk diagnosa keperawatan 2)
risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakseimbangan nutrisi
ketidakadekuatan pertahanan
kurang dari kebutuhan tubuh
sekunder, data subjektif: orangtua
mengatakan selama dirawat berhubungan dengan faktor
anaknya tidak pernah demam. Tidak biologis, data subjektif: Tn.R
ditemukan data objektif yang mengatakan adinya
menunjukkan adanya tanda dan menghabiskan ½ dari 1 porsi
gejala infeksi pada anak. Masalah makanannya. Data objektif:
tidak terjadi dengan kriteria tidak
berat badan anak 30 kg, LILA
ditemukan tanda dan gejala infeksi,
sehingga intervensi masih 19 cm. Masalah teratasi dengan
dilanjutkan untuk mencegah kriteria hasil makanan dan
terjadinya infeksi. cairan adekuat. Intervensi
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas antara teori dan
laporan kasus asuhan keperawatan pada An.A dan An.R dengan Sindroma
Nefrotik yang telah dilakukan sejak tanggal 24 – 30 Mei 2017 di ruang
akut IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Damil Padang. Kegiatan
yang dilakukan meliputi observasi hasil pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat ruangan.
1. Pengkajian keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 13.30
WIB didapatkan Participant I, ibu mengatakan anak mengalami
sembab pada hampir seluruh bagian tubuh (mata, pipi, perut, kaki,
tangan, kelamin), begitu pula pada Participant II, keluarga mengatakan
anak mengalami sembab pada tangan dan kaki. Hasil pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan tekanan darah, didapatkan pada Participant I
150/100 mmHg dan pada Participant II 100/60 mmHg.
Menurut Betz & Sowden, (2009) Walaupun gejala pada anak akan
bervariasi seiring dengan perbedaan proses penyakit, gejala yang
paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik yaitu Retensi cairan
dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia dan
ekstremitas). Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema
pada skrotum dan pada anak perempuan akan mengalami edema pada
labia mayora. Selain itu dapat ditemukan adanya peningkatan tekanan
darah akibat retensi cairan dan natrium.
Menurut Pramana, dkk, (2013) Sindrom Nefrotik adalah kumpulan
gejala yang terdiri dari proteinuria massif (≥ 40 mg/m 2 LPB/jam atau
rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 atau dipstick ≥ 2+),
hipoalbuminemia (≤ 2,5 gr/dL), edema, serta dapat disertai
hiperkolesterolemia (250 mg/uL) serta peningkatan tekanan darah.
Sedangkan hasil urinalisis akan ditemukan proteinuria lebih dari 2
gr/m2/hari, uji dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan
darah, berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya
proteinuria ( normalnya 50-1.400 mosm), osmolaritas urine akan
meningkat ( Suriadi & Yuliani, 2010 ).
Peneliti berasumsi, perbedaan usia pada anak dapat terjadi karena pola
asuh yang kurang tepat. Menurut penelitian sebelumnya, sindroma
nefrotik banyak terjadi pada anak usia >6 tahun. Sedangkan saat ini
usia partisipan I adalah 38 bulan. Salah satu penyebabnya dapat terjadi
karena anak yang terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji atau
berbahan pengawet yang dapat memperberat kerja ginjal. Ini berbeda
dengan yang dialami oleh partisipan II, anak didiagnosa sindroma
nefrotik diawali oleh lupus atau penyakit autoimun.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kasus, diagnosa
yang muncul pada Participant I adalah kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, risiko infeksi
dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Sedangkan pada Participant II diagnosa yang muncul adalah hipertermi
berhubungan dengan penyakit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, risiko infeksi
dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
Menurut Diagnosis Keperawatan NANDA 2012-2014, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan sindroma
nefrotik adalah Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi, Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan keletihan otot pernapasan, Risiko infeksi
berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekuder
imunosupresan, Diare berhubungan dengan edema mukosa usus,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan imunologik.
Kelebihan volume cairan pada anak dengan sindroma nefrotik terjadi
akibat menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun
sehingga cairan intravaskuler berpindah kedalam interstisial.
Menurunnya volume cairan intravaskuler menyebabkan alirah darah ke
renal berkurang, sehingga ginjal merangsang produksi renin
angiotensin, meningkatkan sekresi ADH dan aldosteron maka
terjadilah retensi natrium dan air yang menyebabkan edema (Suriadi&
Yuliani, 2010). Kelebihan volume cairan menyebabkan cairan
intravaskuler berpindah keruang interstisial, sehingga akan terlihat
gejala edema (palpebra, ekstermitas), abdomen mengkilat, ukuran
abnormalitas pada lingkar perut edema skrotum pada anak laki-laki dan
edema labia mayora untuk anak perempuan, selain itu dapat pula
ditemukan peningkatan berat badan >20%.
4. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan semua imlementasi berdasarkan tindakan yang
telah direncanakan pada intervensi, pada kedua partisipan tidak dapat
dilakukan tindakan pemantauan nilai elektrolit serum karena
pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan pada awal saat pasien
masuk. Pada masalah kelebihan volume cairan yang dialami kedua
participant telah dilakukan tindakan keperawatan meliputi a)
menimbang berat badan anak setiap hari, b) memonitor tanda-tanda
vital meliputi TD, nadi, pernapasan dan suhu, c) memantau retensi
cairan dengan menilai adannya piting edema, d) menilai luas dan lokasi
edema, e) memantau intake/output perhari, f) memberikan terapi
diuretik sesuai medikasi.
Defisit pengetahuan banyak terjadi pada orang tua anak yang sedang
sakit. Biasanya, kekhawatiran orangtua terhadap keadaan anaknya
merupakan salah satu bentuk ketidaktahuan orang tua terhadap proses
penyakit. Menurut analisa peneliti, kurangnya informasi kepada
orangtua anak sangat berpengaruh teradap pola koping keluarga dalam
menghadapi anak yang sedang sakit, sehingga pendidikan kesehatan
kepada keluarga pasien sangat perlu diberikan. Informasi yang telah
diberikan kepada keluarga pasien meliputi tanda-gejala anak dengan
sindroma nefrotik sehingga anak perlu segera dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat, serta memberikan pengetahuan tentang diit rendah
garam dan tinggi protein kepada anak.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari tanggal 24–30 Mei 2017 dengan metode
penilaian Subjektiv, Objektiv, Assasment, Planning (SOAP) untuk
mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah dilakukan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan I selama 5 hari untuk
masalah keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi ditemukan data subjektif ibu
mengatakan sembab pada bagian mata anak sudah berkurang dan anak
sudah tidak rewel, Sedangkan data objektif diperoleh TD 130/90
mmHg, nadi 113x/i, pernapasan 22x/i, suhu 36,9oC, namun berat badan
anak masih 12 kg. Masih terdapat edema pada ekstremitas dan skrotum
serta asites. balance cairan +150 cc. Kriteria yang harus dicapai adalah
Tekanan Darah dalam batas normal, Keseimbangan intake dan output
dalam 24 jam, Berat badan stabil, edem berkurang, tidak ditemukan
asites, nilai elektrolit dalam batas normal.
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Partisipan I dan Partisipan
II dengan sindroma nefrotik diruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak RSUP DR.
M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa orangtua Partisipan I mengeluh
anak sembab, rewel dan berat badan meningkat. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan piting edema positif pada palpebra, ekstremitas, skrotum dan
asites, tekanan darah 150/100 mmHg, berat badan anak 12 kg, lingkar
perut 61 cm. Hasil pemeriksaan penunjang pada Participant I, total
albumin 1,1 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Sedangkan pada Partisipan II, Tn.R
mengeluh adiknya sembab, pucat dan penurunan nafsu makan. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan piting edema positif pada punggung tangan
dan punggung kaki, berat badan 29 kg, LILA 19 cm. Hasil pemeriksaan
penunjang pada Participant II albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL).
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada sindroma nefrotik sebanyak
tujuh diagnosa. Berdasarkan kasus, diagnosa yang muncul pada Partisipan
I adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi, risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan
pertahanan sekunder, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi. Sedangkan pada partisipan II diagnosa yang muncul
yaitu hipertermi berhubungan dengan penyakit, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, risiko
infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
3. Intervensi keperawatan yang direncakan tergantung pada masalah
keperawatan yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan
berdasarkan diagnosa kelebihan volume cairan pada Partisipan I a)
manajemen cairan, aktivitas keperawatan seperti menimbang berat badan
anak setiap hari, jaga dan catat intake/output, b) monitor cairan, aktivitas
keperawatan seperti monitor serum dan elektrolit urine, c) monitor tanda-
tanda vital, aktivitas keperawatan seperti monitor tekanan darah, nadi,
suhu, pernapasan, irama napas. Sedangkan beberapa intervensi pada
diagnosa kelebihan volume cairan pada kasus Partisipan II sama dengan
intervensi pada kasus Partisipan I.
4. Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai rencana tindakan yang
telah disusun. Implementasi keperawatan pada Partisipan I dilakukan
selama lima hari sedangkan implementasi keperawatan pada Partisipan II
dilakukan selama tujuh hari.
5. Hasil evaluasi :
1. Evaluasi tindakan keperawatan selama lima hari pada Partisipan I dengan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan didapatkan data subjektif:
orangtua mengatakan sembab pada anak sudah berkurang, dan data
objektif: TD 130/90 mmHg, nadi 113x/i, pernapasan 22x/i dan suhu
36,9oC, berat badan anak 12 kg, balance cairan +150 cc, piting edema
positif pada punggung tangan, punggung kaki, skrotum dan asites pada
abdomen, masalah belum teratasi, namun karena pasien pulang paksa pada
hari rawatan ke-8 telah diberikan pendidikan kepada keluarga untuk
mengatur makanan pasien rendah garam dan mengatur kebutuhan protein
pasien 20 gr/hari, jika hal ini tidak diperhatikan maka anak akan
mengalami edema, oliguri, dan peningkatan tekanan darah.
2. Evaluasi yang dilakukan selama tujuh hari pada Partisipan II dengan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan didapatkan data subjektif:
Tn.R mengatakan masih sembab pada kaki adiknya, dan data objektif:
anak tidak berkeringat, tidak ada kemerahan pada kulit anak, suhu 37,1 oC,
tidak teraba panas pada kulit, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
masalah teratasi sebagian, sehingga pada hari rawatan ke-13 intervensi
pemberian terapi kortikosteroid tetap dilanjutkan hingga hari rawatan
pasien ke-28 hari. Selain itu perlu dipantau keseimbangan cairan pasien
dan monitor adanya perubahan tekanan darah. Sehingga, keseimbangan
cairan dapat terjaga, tidak ditemukan keparahan kondisi edema dan
tekanan darah tetap stabil.
2. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal
dan meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
1. Pengkajian
Hari Tanggal Jam
Waktu Pengkajian Rabu 24 Mei 2017 15.00 wib
KELUHAN UTAMA Ny.J mengatakan An.A masuk ruang HCU anak RSUP.Dr.M.Djamil
Padang pada 22 Mei 2017 pukul 22.05 wib rujukan
RSUD.Pariaman karena sembab pada seluruh bagian tubuh anak,
urine anak keluar sedikit dan disertai darah
Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei 2017 pukul 16.00 wib Ny.J mengatakan
anaknya mengalami sembab pada hampir seluruh bagian tubuh (mata, pipi, perut,
kaki, tangan, kelamin). Ny.J mengatakan berat badan anak saat ini 12 kg sementara
sebelum sakit hanya 9,5 kg.
Ny.J mengatakan anaknya sudah pernah dirawat 3x karena penyakit yang sama dan
anak mudah demam. Sembab pada An.A akan selalu imbul saat anak mengkonsumsi
makanan siap saji.
1. Prenatal
Riwayat gestasi G1P1A0H1
HPHT 30 Mei 2013
Pemeriksaan kehamilan Bidan
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Ada, mual muntah
Sikap ibu terhadap kehamilan Posiif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Ada, vit.C dan tablet zinc
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
2. Intranatal
Tanggal persalinan 24 maret 2014
BBL / PBL 2900 gr / 49 cm
Tempat persalinan Rumah Sakit
Penolong persalinan Dokter
Jenis persalinan Secio Caesaria (SC)
Penyulit persalinan ada, panggul sempit
Post natal (24 jam)
APGAR skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10
3.
Pemberian Vit K ada
Koord. relek hisap dan relek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tidak
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital idak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah Ada, penyakit ISPA dan diare
sakit
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
Genogram
Ket :
: Laki-laki O : Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara c
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG Simpulan :
DPT 1 2 3
Polio 1 2 3 4 lengkap sesuai usia
Hepaiis B 0 1 2 3 idak lengkap
Campak
IV.Lingkungan
Ny.J mengatakan dilingkungan rumah terdapat kandang ayam, didalam rumah
klien memelihara seekor kucing dan terdapat wc selain itu, ayah dan suami Ny.J
merokok memiliki kebiasaan merokok. Diluar rumah klien terdapat sepictank dan
tempat pembakaran sampah. Sumber air minum yang dikonsumsi klien adalah air
galon.
V. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
Pemeriksaan Fisik
1. a. Kesadaran CM
GCS : E4M6V5 Jumlah : 15
b. Tanda Vital Suhu : 36,8 oC RR : 24 x/m HR :112 x/m TD : 150/100 mmHg
c. Posture BB : 12 kg PB/TB : 85 cm
e. Mata simetris
Sklera : idak ikterik Konjungiva : idak anemis
Relek cahaya : posiif Palbebra : edema
Pupil : isokor
Perkusi : sonor
Perkusi : impani
Lingkar : 61 cm
perut
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Lembab
Warna: Merah muda
3) Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi dan makanan dari rumah sakit berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB
cairan Nefroik 1100 kkal, protein 20 gr/day, garam 1 gr/day) dan habis 1
porsi. Sedangkan cairan yang dikonsumsi anak selama 1 hari ±1200
cc. Anak mengatakan porsi makan yang diberikan kurang.
2. Isirahat dan Siang Malam
idur Pola idur : teratur Pola idur : teratur
Jumlah jam idur :3 jam/hari Jumlah jam idur :8 jam/hari
Masalah :idak ada Masalah :idak ada
3. Eliminasi BAK : Frek 5x/hari, Jumlah ±900 cc, Warna kuning kecokelatan
Masalah :pernah mengalami hematurie
BAB : Frek 1x/hari
Konsistensi lembek
Masalah :idak ada
4. Personal Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : 7 x/mg Sikat gigi :2x/hr
higiene Masalah :idak ada
5. Akivitas Dengan teman sebaya
bermain
6. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : idak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada 22 Mei 2017 diperoleh total
protein 3,2 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1 gr/dL(3,8-5,0 gr/dL), nilai
natrium 128 Mmol/L (136-145 Mmol/L) dan kalsium 7,6 mg/dL (8,1-10,4
mg/dL). Sedangkan hasil urinalisa pada 22 Mei 2017 diperoleh protein +2
dalam urine.
Terapi medis Pada 24 Mei 2017, An.A mendapatkan terapi medis antara lain Prednison
1-1-2 tab, Captopril 3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg, Lasix 2x10 mg,
Simfastain 1x10 mg, Ceixime 2x25 mg
Perawat Yang Melakukan
Pengkajian
( )
BETRI WAHYUNI
Analisa Data
No Data Eiologi Masalah
1 DS: Kelebihan asupan Kelebihan volume
1. Ny.J mengatakan anaknya cairan cairan
mengalami sembab pada
hampir seluruh bagian
tubuh,
2. Ny.J mengatakan anak juga
sedikit rewel
DO:
1. anak minum ±1200 cc dan
BAK ±900 cc.
2. Piing edema posiif pada
palpebra, pipi, punggung
tangan hingga batas lengan,
punggung kaki hingga paha,
skrotum, abdomen,
3. anak terlihat gelisah,
4. BB anak 12 kg, sebelum sakit
9,5 kg.
5. nilai natrium 128 Mmol/L
dan kalsium 7,6 mg/dL.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Intervensi Keperawatan
5. Monitor Cairan
5. Tentukan riwayat,
jumlah dan
ipe intake/output
6. Monitor serum
dan elektrolit
urine
7. Monitor TD, HR
dan RR
8. Catat
intake/output
akurat
6.
Monitor tanda-tanda
vital
5. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan
dengan tepat
6. Monitor irama dan
laju pernapasan
7. Monitor warna
kulit, suhu dan
kelembaban
8. Monitor sianosis
sentral dan perifer
2 Risiko infeksi 3. Kontrol risiko: prose4s. Kontrol Infeksi
dengan faktor risiko infeksi 4. Batasi jumlah
keidakadekuatan Kriteria Hasil : pengunjung
pertahanan 5. Mengideniikasi 5. Anjurkan pasien
sekunder faktor risiko mengenai teknik
infeksi cuci tangan yang
6. Mengidniikasi benar
tanda dan gejala 6. Anjurkan
infeksi pengunjung untuk
7. Menggunakan alat mencuci tangan
pelindung diri saat memasuki dan
8. Mencuci tangan meninggalkan
4. Status nutrisi ruangan pasien
Kriteria hasil :
5. Asupan gizi
6. Asupan makanan 5. Monitor nutrisi
7. Raio berat 5. Timbang berat
badan/inggi badan badan pasien
8. hidrasi 6. Lakukan
pengukuran
antropometri pada
komposisi tubuh
7. Monitor
kecenderungan
naik dan turunnya
berat badan anak
8. Ideniikasi
perubahan berat
badan terakhir
6. Pengecekan kulit
6. Amai warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema
dan ulserasi
pada ekstremitas
7. Monitor warna dan
suhu kulit
8. Monitor warna
kulit untuk
memeriksa adanya
ruam atau lecet
9. Monitor kulit
untuk adanya
kekeringan atau
kelembaban
10. Monitor
infeksi, terutama
dari daerah edema
3 Deisiensi 5. Pengetahuan: Diet yang 1. Pengajaran:
pengetahuan disarankan peresepan diit
berhubungan Kriteria Hasil : 1. Kaji pola
dengan kurangnya 1. Mengetahui makan pasien
informasi makanan yang saat ini dan
diperbolehkan dan sebelumnya,
dilarang selama termasuk
diet makanan yang
2. Mengetahui disukai dan
manfaat diet yang pola makan
dianjurkan saat ini
3. Mengetahui porsi 2. Kaji adanya
makanan yang keterbatasa
disarankan inansial
yang dapat
mempengaru
hi
3. Ajarkan
pasien dan
keluarga
nama
makanan yang
sesuai dengan
diit yang
disarankan
4. Jelaskan pada
pasien
mengenai
tujuan
kepatuhan
terhadap diit
2. Manajemen
hipervolemi
1. Monitor
intake/output
2. Monitor
edema perifer
3. Batasi asupan
natrium
sesuai indikasi
3. Manajemen berat
badan
1. Hitung berat
badan ideal
pasien
2. Diskusikan
dengan
keluarga
kondisi medis
yang
mempengaru
hi berat badan
4. Implementasi Keperawatan
2. Pengkajian
Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam
Rabu 24 Mei 2017 16.00 wib
2. RIWAYAT KESEHATAN
Tn.R mengatakan adiknya sudah mengalami SLE dan Sindroma Nefroik sejak ± 1,5
tahun yang lalu dan sering mengalami demam. An.R sudah sering dirawat untuk
menjalani kemoterapi.
4. Prenatal
Riwayat gestasi G3P3A0H3
HPHT 6 Desember 2001
Pemeriksaan kehamilan Bidan
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan Posiif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Ada, vit.C dan tablet zinc
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
5. Intranatal
Tanggal persalinan 18 september 2002
BBL / PBL 3100 gr / 51 cm
Tempat persalinan Klinik Bidan
Penolong persalinan Bidan
Jenis persalinan Spontan
Penyulit persalinan Tidak ada
Post natal (24 jam)
6. APGAR skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10
Pemberian Vit K ada
Koord. relek hisap dan relek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Ada
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital idak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah Ada, penyakit ISPA dan diare
sakit
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
Genogram
Ket :
: Laki-laki O : Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal c
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG Simpulan :
DPT 1 2 3 4
Polio 1 2 3 4 lengkap sesuai
Hepaiis B 0 1 2 3 usia idak lengkap
Campak
IV.Lingkungan
Tn.R mengatakan dilingkungan rumah terdapat tempat pembakaran sampah dan
sepictank, sedangkan didalam rumah terdapat anggota keluarga yang merokok
yaitu ayah Tn.R. Sumber air minum yang dikonsumsi klien adalah air galon.
V. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
Pemeriksaan Fisik
2.
a. Kesadaran CM
GCS : E4M6V5 Jumlah : 15
b. Tanda Vital Suhu : 38,5 oC RR : 21 x/m HR :82 x/m TD : 100/60 mmHg
c. Posture BB : 29 kg PB/TB : 152 cm
e. Mata simetris
Sklera : idak ikterik Konjungiva :
subanemis Relek cahaya : posiif
Palbebra : normal Pupil
: isokor
f. Hidung Letak : simetris
Pernapasan cuping hidung : idak ada
Kebersihan : bersih
Perkusi : impani
Lingkar : 65 cm
perut
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Lembab
Warna: Merah muda
3) Kebiasaan sehari-hari
7. Nutrisi dan makanan dari rumah sakit berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB DN
cairan 2048 kkal, protein 30 gr/day, lemak 36,3 gr/day) dan habis ¼ porsi.
Sedangkan cairan yang dikonsumsi anak selama 1 hari ±1000 cc.
Anak mengatakan idak nafsu makan karena makanan hambar.
8. Isirahat dan Siang Malam
idur Pola idur : teratur Pola idur : teratur
Jumlah jam idur :2 jam/hari Jumlah jam idur :7 jam/hari
Masalah :idak ada Masalah :idak ada
9. Eliminasi BAK : Frek 5x/hari, Jumlah ±800 cc, Warna kuning kecokelatan.
BAB : Frek 1x/hari
Konsistensi lembek
Masalah :idak ada
10. Personal Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi :2x/hr
higiene Masalah :idak ada
11. Akivitas Dengan teman sebaya
bermain
12. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : idak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada 18 Mei 2017 diperoleh nilai asam
urat 7,5 mg/dL ( 2,4-5,7 mg/dL), total kolesterol 237 mg/dl (<200 mg/dl),
nilai natrium 130 Mmol/L (136-145 Mmol/L), total protein 6,3 gr/dL (6,6-
8,7 gr/dL), albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Sedangkan hasil urinalisa
pada 18 Mei 2017 diperoleh protein +2 dalam urine.
Terapi medis Pada 24 Mei 2017, An.R mendapatkan terapi medis antara lain
Methylprednisolon 1x24 mg, Captopril 3x12,5 mg, Vit.C 3x100 mg, Bicnat
3x3 mg, Luminal 2x60 mg, Ceixime 2x150 mg, Allopurinol 3x100 mg,
Calc
3x500 mg
Perawat Yang Melakukan
Pengkajian
( )
BETRI WAHYUNI
Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologi
6. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder
7. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Hipertermi 2. Termoregulasi 1. Pengaturan suhu
berhubungan Kriteia Hasil : 1. Monitor suhu dan
dengan penyakit 7. Tidak ada warna kulit
dehidrasi 2. Monitor tekanan
8. Suhu dalam batas darah,nadi,respira
normal si
9. Tidak ada 3. Monitor dan
peningkatan suhu laporkan adanya
kulit hipotermia
10. Tidak ada 4. Tingkatkan nutrisi
perubahan warna yang adekuat
kulit 5. Berikan medikasi
2. Perawatan
demam
1.
Pantau suhu dan
2. tanda vital lain
Monitor asupan dan
3. haluaran
Lembabkan hidung
dan mukosa bibir
3. yang kering
Kontrol Infeksi
7. Batasi jumlah
pengunjung
8. Anjurkan pasien
mengenai teknik
cuci tangan yang
benar
9. Anjurkan
pengunjung untuk
mencuci tangan
saat memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
2 Keidakseimbangan 3. Status nutrisi 4. Terapi nutrisi
nutrisi kurang dari Kriteia Hasil : 4. Lengkapi
kebutuhan tubuh 1. Asupan pengkajian
berhubungan gizi nutrisi sesuai
dengan faktor 2. Asupan kebutuhan
biologi 5. Monitor
makanan
3. Asupan intruksi diet
cairan yang sesuai
4. Energi untuk
5. Rasio memenuhi
berat badan/ kebutuhan
inggi badan nutrisi pasien
6. Hidrasi perhari sesuai
kebutuhan
6. Berikan nutrisi
yang
dibutuhkan
sesuai dengan
batasan
anjuran diet
5. Monitor
nutrisi
10. Timbang berat badan
pasien
11. Lakukan pengukuran
antropometrik
pada komposisi
tubuh
12. Monitor
kecenderungan
naik dan
turunnya berat
13 badan anak
. Ideniikasi
perubahan berat
14 badan terakhir
. Monitor adanya mual
15 dan muntah
. Ideniikasi
abnormalitas
16 eliminasi bowel
. Monitor diet dan
17 asupan kalori
. Ideniikasi
perubahan nafsu
makan dan
akivitas akhir-
18 akhir ini
. Tentukan pola makan
(misalnya
makanan yang
disukai dan idak
disukai, konsumsi
makanan cepat
saji, makan
tergesa-gesa)
6. Penahapan
diet
5. Berikan nutrisi
peroral sesuai
kebutuhan
6. Monitor toleransi
peningkatan diet
7. Tawarkan
kemungkinan
makan 6 kali
dalam porsi kecil
8. Ciptakan
lingkungan yang
memungkinkan
makanan
disajikan sebaik
mungkin
3 Risiko infeksi dengan 6. Kontrol risiko: prose4s. Kontrol Infeksi
faktor risiko infeksi 10. Batasi jumlah
keidakadekuatan Kriteria Hasil : pengunjung
pertahanan 9. Mengideniikasi 11. Anjurkan
sekunder faktor risiko pasien mengenai
infeksi teknik cuci tangan
10. Mengidniikasi yang benar
tanda dan gejala 12. Anjurkan
infeksi pengunjung untuk
11. Menggunakan mencuci tangan
alat pelindung diri saat memasuki dan
12. Mencuci tangan meninggalkan
7. Status nutrisi ruangan pasien
Kriteria hasil :
9. Asupan gizi 5. Monitor nutrisi
9. Timbang berat
10. Asupan makanan
badan pasien
11. Raio berat
10. Lakukan
badan/inggi badan
pengukuran
12. hidrasi
antropometri pada
komposisi tubuh
11. Monitor
kecenderungan
naik dan turunnya
berat badan anak
12. Ideniikasi
perubahan berat
badan terakhir
6. Pengecekan kulit
11. Amai
warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema
dan ulserasi
pada
ekstremitas
12. Monitor
warna dan suhu
kulit
13. Monitor
warna kulit untuk
memeriksa adanya
ruam atau lecet
14. Monitor kulit
untuk adanya
kekeringan atau
kelembaban
15. Monitor
infeksi, terutama
dari daerah edema
4 Kelebihan volume 5. Keseimbangan cairan7. Manajemen cairan
cairan berhubungan Kriteria Hasil: 19. Timbang berat
dengan kelebihan 11. Keseimbangan badan seiap
asupan cairan intake dan output hari dan
dalam 24 jam monitor
12. Berat badan stabil status pasien
13. Turgor kulit 20. Jaga dan catat
14. Asites intake/output
15. Edema perifer 21. Monitor
6. Eliminasi urine status
Kriteria hasil : hidrasi
9. Pola eliminasi 22. Monitor
10. Bau urine tanda-tanda
11. Jumlah urine vital pasien
12. Warna urine 23. Monitor
kelebihan
cairan atau
retensi
(misalnya
edema,
distensi vena
jugularis dan
edema)
24. Kaji luas dan
lokasi edema
25. Monitor
status gizi
26. Berikan cairan
dengan tepat
27. Berikan
diureik yang
diresepkan
8. Monitor Cairan
9. Tentukan riwayat,
jumlah dan ipe
intake/output
10. Monitor
serum dan
elektrolit urine
11. Monitor TD,
HR dan RR
12. Catat
intake/output
akurat
9.
Monitor tanda-tanda
vital
9. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan
dengan tepat
10. Monitor irama
dan laju
pernapasan
11. Monitor
warna kulit, suhu
dan kelembaban
12. Monitor
sianosis sentral
dan perifer
4. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi
Hipertermi 1. monitor suhu, hasilnya 38,5oC
berhubungan dengan 2. monitor warna kulit, idak
penyakit ditemukan kemerahan dan
bengkak
3. memberikan paracetamol 300 mg,
4. mengajarkan keluarga kompres
hangat.
5. Evaluasi Keperawatan