Anda di halaman 1dari 101

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................. i


LEMBAR ORISINALITAS........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN..............................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................. vii
DAFTAR ISI.................................................................................................viii
DAFTAR SKEMA.......................................................................................x
DAFTAR TABEL.........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................1
2. Rumusan Masalah..............................................................................3
3. Tujuan................................................................................................4
4. Manfaat..............................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar Kasus Sindroma Nefrotik
1. Pengertian............................................................................... 6
2. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis.......................................... 6
3. Etiologi...................................................................................7
4. Patofisiologi............................................................................ 8
5. WOC....................................................................................... 10
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis....................... 12
7. Manifestasi Klinis................................................................... 13
8. Penatalaksanaan...................................................................... 13
2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Sindroma Nefrotik
1. Pengkajian..............................................................................15
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan........................................20
3. Intervensi Keperawatan.......................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian...............................................................................30
2. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................30
3. Populasi dan Sampel..........................................................................30
4. Alat dan instrumen.............................................................................31
5. Jenis dan teknik pengumpulan data............................................. 31
6. Rencana Analisis................................................................................34
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Kasus.................................................................................35
2. Asuhan Keperawatan
1. Hasil Pengkajian...........................................................................35
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................38
3. Intervensi Keperawatan...............................................................40
4. Implementasi Keperawatan.........................................................44
5. Evaluasi Keperawatan.................................................................46
3. Pembahasan
1. Pengkajian...................................................................................48
2. Diagnosa Keperawatan................................................................52
3. Intervensi Keperawatan..............................................................56
4. Implementasi Keperawatan........................................................58
5. Evaluasi Keperawatan................................................................62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan........................................................................................66
2. Saran..................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering
ditemukan pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang
disebabkan oleh adanya kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak
dengan karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan
edema (Suradi & Yuliani, 2010).

Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan


dapat berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak.
Insiden yang ditemukan pada Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas
dan prognosis anak bervariasi berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat
kerusakan ginjal, usia anak serta respon anak terhadap pengobatan.
Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan (Betz & Sowden, 2009).

Insidens Sindroma Nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika


Serikat dan Inggris terdapat 2-7 kasus baru per 100.000 anak dalam satu
tahun, dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di negara
berkembang insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per
100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan
anak laki-laki dan perempuan 2:1 (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y.
Prabowo, 2014).

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurisya, dkk
(2014) di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Bandung, di dominasi oleh laki-laki dengan
rasio laki-laki berbanding perempuan 1,4:1. Hasil ini sesuai pula dengan
yang dikemukakan oleh Niaudet serta Dolan dan Gill bahwa penderita SN
anak laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan.

Pramana, dkk (2013) melaporkan bahwa penderita Sindroma Nefrotik


yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP.Dr.M.Djamil Padang periode 1
Januari 2009- 30 April 2012 sebanyak 56 orang yang didominasi oleh anak
pada usia > 6 tahun sebanyak 55,4% serta rasio kejadian Sindroma
Nefrotik pada anak laki-laki dan perempuan sebesar 1,43:1.

Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital,


sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya
sebagian besar (±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik
terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya
akan relaps dan sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan
steroid (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y. Prabowo, 2014).

Jika seorang anak memberikan respon baik terhadap pengobatan dan


diperbolehkan untuk rawat jalan, maka perawat perlu memberikan
pendidikan kesehatan pada orangtua mengenai tanda dan gejala
kekambuhan sindroma nefrotik seperti edema, oligurie bahkan anurie serta
urine yang berwarna pekat. Jika tanda dan gejala tersebut telah muncul
pada anak, anjurkan kepada orangtua atau keluarga untuk segera
membawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat.

Namun, jika anak tidak berespon baik terhadap pngobatannya dampak


yang akan tejadi adalah Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Pardede dan Chunnaedy, (2009) di RS Dr.Cipto
Mangunkusumo, penyebab PGK didominasi oleh sindroma nefrotik
(55,5%). Dampak lain yang sering terjadi pada anak dengan Sindroma
Nefrotik adalah infeksi seperti hipertensi, serta selulitis dan peritonitis
akibat penurunan daya tahan tubuh (Betz & Sowden, 2009).

Survey awal yang dilakukan pada 11 Januari 2017 diruang Akut IRNA
Kebidanan Anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang ditemukan 24 orang anak
dirawat,1 orang anak diantaranya dengan diagnosa medis Sindroma
Nefrotik. Pada anak dengan Sindrom Nefrotik, Diagnosa keperawatan
yang muncul adalah Kelebihan volume cairan dan hipertermi. Adapun
implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan kepada anak tersebut
ialah kompres hangat serta memantau suhu anak, menimbang berat badan
anak setiap hari, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian terapi
diit, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi (steroid,
antibiotik, antihipertensi ).

Salah satu peran perawat yaitu berkolaborasi dengan tim pelayanan


kesehatan lain untuk memberikan perawatan dan pengobatan yang
optimal, perawat dapat berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
terapi diuretik dalam kasus Sindroma Nefrotik ini. Selain itu, perawat
perlu memberikan penilaian serta mengobservasi tingkat keparahan
edema, penambahan berat badan, mengontrol kelembaban kulit serta
memantau protein serum pada anak dengan Sindroma Nefrotik (Betz &
Sowden, 2009).

Dengan diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan


terjadi peningkatan kesehatan anak yang berpengaruh kepada
berkurangnya jumlah hari rawatan di rumah sakit dan meminimalkan
biaya yang akan dikeluarkan serta mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut dari Sindroma Nefrotik seperti Penyakit Ginjal Kronik dan Infeksi
akibat penurunan daya tahan tubuh anak. Hasil pengamatan peneliti,
perawat ruangan cenderung melanjutkan pendokumentasian dari shift
sebelumnya tanpa melakukan pengkajian terlebih dahulu.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk


menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma
Nefrotik di Ruang Akut IRNA Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tahun 2017.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka


rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut
Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan


Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus


Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Mampu mendeskripsikan rumuskan diagnosa keperawatan pada


anak dengan kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna
Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan


kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan


kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

5. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan kasus


Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

4. Manfaat
1. Penulis
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada Anak dengan penyakit Sindroma
Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.

2. Rumah sakit

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan


pikiran dalam menerapakan asuhan keperawatan pada Anak dengan
Penyakit Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan &
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan penyakit Sindroma Nefrotik di
Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Kasus Sindroma Nefrotik


1. Pengertian

Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan


glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).

Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,


hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).

2. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis

Ginjal mendapatkan darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari
aorta abdominalis. Arteri renalis memiliki cabang yang besar yaitu arteri
renalis anterior dan juga memiliki cabang yang kecil yaitu arteri renalis
posterior. Cabang anterior memberikan darah untuk ginjal anterior dan
ventral sedangkan cabang posterior memberikan darah untuk ginjal
posterior dan dorsal.

Diantara kedua cabang ini terdapat suatu garis yaitu Brudels Line yang
terdapat disepanjang margo lateral dari ginjal. Pada garis ini tidak terdapat
pembuluh darah, sehingga kedua cabang ini akan menyebar hingga
kebagian anterior dan posterior dari kolisis sampai ke medula ginjal yang
terletak diantara piramid dan disebut dengan arteri interlobularis yang
berjalan tegak kedalam korteks dan berakhir sebagai vasa aferen
glomerulus untuk 1-2 glomerulus, ploksus kaliper sepanjang sepanjang
tubulus dan melingkar didalam korteks serta sebagai pembuluh darah yang
menembus kapsul Bowman.
Dari glomerulus keluar pembuluh darah aferen dan terdapat suatu
anyaman yang mengelilingi tubuli kontorti. Disamping itu ada cabang
yang lurus menuju pelvis renalis untuk memberikan darah pada ansa henle
dan duktus koligen yang dinamakan dengan arteri rektal. (Syaifuddin,
2012).

3. Etiologi

Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab


Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit
autoimun. Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1. Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien
ini biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan.
Adapun gejala yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus.
Umumnya, perkembangan pada klien terbilang buruk dan klien akan
meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
1. Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan
kromosom, namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti:
1. Malaria kuartana atau parasit lainnya
2. Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
3. Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
4. Penyakit sel sabit, dll
2. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga
disebut Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang
tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan
mikroskop elektron, Churg, dkk membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik
kedalam 4 golongan yaitu :

1. Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat


normal, namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel
epitel berpadu.
2. Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus
3. Glomerulonefritis Proliferatif
3. Glomerulonefritis fokal segmental
Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu
sklerosis glomerulus yang disertai atrofi tubulus.

4. Patofisiologi

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat


pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria akan dapat mengakibatkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya jumlah albumin, terjadilah
penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler akan
berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan
volume cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi
hipovolemik pada pasien, kondisi hipovolemik ini jika tidak segera
diatasi akan berdampak pada hipotensi.

Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi


aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi
antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang
mengakibatkan retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada
edema. Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat
hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma
Nefrotik akan rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.

Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan


kolesterol dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik
plasma. Selain itu, peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar
akibat kompensasi hilangnya protein dapat mengakibatkan terjadinya
hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam urine atau
lipiduria.
Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma
nefrotik atau keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang
sekresi hormon renin yang berperan penting dalam mengatur tekanan
darah. Selanjutnya renin mengubah angiotensin yang disekresi hati
menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos
sekeliling arteriola. Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami
tekanan darah tinggi. Dalam kondisi lain, ketidakseimbangan natrium
akibat konsumsi natrium yang terlalu sedikit akan mengakibatkan anak
mengalami hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010).
5. WOC

Penyakit Sekunder Reaksi Autoimun Idiopaik Penyakit Sistemik

Kerusakan Glomerulus

Proteinuria
Sintesis
Hiperlipidemia protein & Hipoalbuminemia
Hipertensi Lipid
Edema
MK: Nyeri Sakit Kepala Kolesterol
Akut
SINDROMA NEFROTIK

Breathing Brain Blood Bladder

Asites
Reabsorbsi
Cardiac
Na & Air Penurunan
Output Volume Cairan Hipoalbumi
Distensi Filtrasi
Menurun Vaskuler Menurun nemia
Abdomen Volume Glomerulus
Perfusi Darah Intravaskuler
Protein Simulasi Renin- Tekanan Osmoik
Menekan Ke Otak Angiotensis
Beban Kerja Teriltrasi Plasma Menurun
Diafragma Menurun
Jantung
Meningkat Sekresi ADH
MK: Risiko Tekanan
Penurunan Keidakefekifa Penurunan Ig Hidrostai
Ekspansi n Perfusi Kontraakivitas G & Ig A k
Ventrikel Reabsorbsi Na &
Paru Jaringan Otak Air Meningkat Meningkat
Menurun Imunitas
Menurun
Volume Sekresi Perpindahan
Dyspnea, Decompensasi
Urine menurun Cairan dari
Takipnea, Cordis MK : Risiko
Intravaskuler
Tarikan Infeksi
Ke Intrasisial
Dinding MK : Gangguan
Aritmia, Bradicardi,
Dada Eliminasi Urine
Perubahan EKG,
Edema,
MK :
Keidakefekifan MK: Penurunan
Pola Napas Curah Jantung
Bowel Bone

Tirah Baring
Menekan
saraf Vagus Edema sal.
dan pencernaan Tekan
Lambung Absorbsi tdk lama pd
adekuat bag.
Persepsi
edema
kenyang
dan idak Feses
nyaman di Encer Sirkulasi
epigastrium perifer
tdk
Anoreksi MK : Diare adekuat
MK :
MK:
Keidakseimbangan nutrisi
Kerusakan
kurang dari kebutuhan
Integritas Kulit
tubuh
Perpindahan cairan dari intravaskuler
ke intersiial
Cairan Intravaskuler

Hipovolemik

MK: Risiko Syok


Hipovolemik

Bagan 2.1
WOC Sindroma Nefrotik
Sumber: Price & Wilson,
2006
1. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

Syaifuddin, (2012) mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada anak


dengan sindrom nefrotik adalah :
1. Sistem Peredaran Darah (Sirkulasi)

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerulus


mengakibatkan protein lolos dan keluar bersama urine yang
menyebabkan protein dalam plasma berkurang, tekanan osmotik
koloid menurun dan tekanan hidrostatik meningkat, akibatnya
cairan intravaskuler berpindah kedalam interstisial. Respon tubuh
anak adalah edema, edema akan semakin parah dan hal ini terlihat
dari postur tubuh anak yang hingga mengalami edema anasarka.
Jumlah cairan intravaskuler yang menurun dapat mengakibatkan
syok hipovolemik.

2. Sistem Pencernaan

Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mengakibatkan


peningkatan tekanan abdomen yang mendesak lambung. Respon
tubuh anak adalah anoreksia dan mual muntah.

3. Sistem Pernapasan

Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mendesak rongga


dada, sehingga ekspansi paru menurun. Respon tubuh anak adalah
napas cepat.

4. Sistem Perkemihan

1. Stimulus yang diberikan oleh hormon renin – angiotensin mengakibatkan


peningkatan sekresi hormon ADH. Sehingga, reabsorbsi Na+ dan Air juga
mengalami peningkatan. Respon tubuh anak adalah penurunan haluaran
urine atau Oliguri bahkan anak bisa mengalami anurine, selain itu anak
juga akan mengalami edema yang akan memburuk menjadi edema
anasarka.
2. Penurunan fungsi filtrasi glomerulus mengakibatkan protein terfiltrasi dan
ikut keluar bersama urine, jika dilakukan pemeriksaan hematologi akan
ditemukan hasil hipoalbuminemia. Respon tubuh anak adalah daya tahan
tubuh yang rendah.
2. Manifestasi Klinis

Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan


proses penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma
nefrotik adalah:

1. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.


2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia
dan ekstremitas).
3. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri
abdomen, anoreksia dan diare.
4. Pucat.
5. Keletihan dan intoleransi aktivitas.
6. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m 2/hari, albumin
serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.

(Betz & Sowden, 2009)

3. Penatalaksanaan
Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk
sindrom nefrotik meliputi :
1. Pemberian kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu
terapi. Jika pasien mengalami kekambuhan, maka perlu diberikan
kortikosteroid dengan dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin
melalui makanan atau melalui intravena.
3. Pengurangan edema.
1. Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan
trombus maupun ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Membatasi pemberian natrium.
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
5. Pengobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema maupun tindakan medis yang dilakukan kepada pasien.
6. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain, mengingat
pasien dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi akibat daya tahan
tubuhnya yang rendah.
7. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan terapi
steroid.

Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak


dengan Sindroma nefrotik Meliputi :

1. Diit tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila
edema masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan
sedikit garam ( Buku Kuliah IKA Jilid II).
2. Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan
menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3. Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian
terapi KCl.
4. Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping
penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat
hati-hati.
5. Berikan diuretik untuk mengatasi edema
6. Berikan terapi kortikosteroid. International Kooperative Study Of Kidney
Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai
berikut:
1. Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas permukaan badan.
2. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan dosis 40
mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis 60 mg/hari/lpb.
2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindroma Nefrotik
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:
1. Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir,
panjang badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak,
jenis kelamin, anak ke, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2. Keluhan Utama
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa
bagian tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta
bagian genitalia. Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan
anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh anaknya terbilang
rendah.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk
menilai adanya peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat
keluarga dengan sindroma nefrotik seperti adakah saudara-
saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan riwayat
tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah
mengalami diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya
penurunan volume haluaran urine.

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan
adakah menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau
kencing manis, konsumsi obat-obatan maupun jamu tradisional
yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol
selama hamil.

4. Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan akibat lambung yang mengalami
tekanan oleh cairan intrastisial dan memberikan persepsi
kenyang pada anak.

5. Riwayat Psikososial dan Perkembangan


Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan
perfusi darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada
ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral pada anak.
Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang
dengan baik.

3. Pemeriksaan Fisik
1. TTV
1. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah
sistole normal 80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole
normal 60 mmHg. Anak dengan hipovolemik akan
mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan darah
kurang dari nilai normal atau dapat ditemukan anak
dengan hipertensi apabila kolesterol anak meningkat.
2. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun
105x/ menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun
95x/menit, frekuensi nadi anak usia 10-14 tahun 85x/menit
dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun 82x/menit.
3. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21-
30x/menit, anak 6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak
usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
2. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur
dalam tahun) + 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak
sebelum sakit untuk menentukan adanya peningkatan BB pada
anak dengan sindroma nefrotik. Edema pada anak juga dapat
ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%.
3. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya
Jugularis Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus
sternalis pada posisi 450, pada anak dengan hipovolemik akan
ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada anak
dengan hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke
angulus mandibularis pada posisi anak 450.
4. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami
edema pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur atau konjunctiva terlihat kering pada anak
dengan hipovolemik.
5. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,
namun anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan
memiliki pola napas yang tidak teratur sehingga akan
ditemukan pernapasan cuping hidung.
6. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat
penurunan saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula
bibir kering serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .
7. Kardiovaskuler
1. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola
napas yang tidak teratur
2. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut
jantung
3. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
4. Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta
penurunan bunyi napas pada lobus bagian bawah
Bila dilakukan EKG, maka akan ditemukan aritmia,
pendataran gelombang T, penurunan segmen ST, pelebaran
QRS, serta peningkatan interval PR.
8. Paru-Paru
1. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
2. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila
anak mengalami dispnea
3. Perkusi, biasanya ditemukan sonor
4. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun,
frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.
9. Abdomen
1. Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak
asites
2. Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar
perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
3. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
4. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
10. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare
akan tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit
anak tegang akibat edema dan berdampak pada risiko
kerusakan integritas kulit.
11. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila
edema anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja.
Selain itu dapat ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
12. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada
skrotum dan pada anak perempuan akan mengalami edema
pada labia mayora.
4. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Urine
1. Urinalisis
1. Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam
urine lebih dari 2 gr/m2/hari.
2. Ditemukan bentuk hialin dan granular.
3. Terkadang pasien mengalami hematuri.
2. Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan
darah.
3. Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya
proteinuria ( normalnya 50-1.400 mOsm).
4. Osmolaritas urine akan meningkat.
2. Uji Darah

1. Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang


dari 2 gr/dl (normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
2. Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai
450-1000 mg/dl (normalnya <200 mg/dl).
3. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau
mengalami hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki
44-52% dan pada Perempuan 39-47% ).
4. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000-
1.000.000/ µl (normalnya 150.000-400.000/µl).
5. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan
penyakit perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+
135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106
mEq/L )
3. Uji Diagnostik

Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan


status glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap
penatalaksanaan medis dan melihat proses perjalanan penyakit.
(Betz & Sowden, 2009)

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan Diagnosis Keperawatan 2012-2014, diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul:

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik


koloid
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan.
3. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen biologis.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekuder,imunosupresan.
5. Diare berhubungan dengan edema mukosa usus.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologik.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Kelebihan volume cairan 1. Keseimbangan 1. Manajemen cairan
Batasan Karakteristik : cairan 1. Timbang berat
1. Gangguan elektrolit Kriteria Hasil: badan setiap
2. Anasarka 1. Keseimbanga hari dan
3. Perubahan tekanan darah n intake dan monitor status
4. Perubahan pola napas output dalam pasien
5. Penuruna hematokrit 24 jam 2. Jaga dan catat
6. Penurunan hemoglobin 2. Berat badan intake/output
7. Edema stabil 3. Monitor status
8. Asupan melebihi 3. Turgor kulit hidrasi
haluaran 4. Asites
4. Monitor tanda-
9. Oliguri 5. Edema
tanda vital
10. Distensi vena jugularis perifer
11. Efusi pleura 2. Eliminasi urine pasien
12. Penambahan berat badan Kriteria hasil : 5. Monitor
dalam waktu singkat kelebihan cairan
1. Pola
Faktor Berhubungan atau
eliminasi
retensi
dengan : 2. Bau urine
(misalnya
1. Gangguan 3. Jumlah urine
edema, distensi
mekanisme 4. Warna urine
vena jugularis
regulasi
dan edema)
2. Kelebihan asupan
6. Kaji luas dan
cairan
lokasi edema
3. Kelebihan asupan
7. Monitor status
natrium
gizi
8. Berikan cairan
dengan tepat
9. Berikan diuretik
yang diresepkan

2. Monitor Cairan
1. Tentukan riwayat,
jumlah dan tipe
intake/output
2. Monitor serum dan
elektrolit urine
3. Monitor TD, HR
dan RR
4. Catat intake/output
3. akurat

Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan dengan
tepat
2. Monitor irama dan
laju pernapasan
3. Monitor warna kulit,
suhu dan
kelembaban
4. Monitor sianosis
sentral dan perifer
2. Ketidakefektifan pola 1. Status 1. Monitor pernapasan
napas pernapasan 1. Monitor kecepatan,
Batasan Karakteristik : irama, kedalaman
1. Bradipnea Kriteria hasil : dan kesulitan dalam
2. Penurunan 1. Frekuensi bernapas
tekanan ekspirasi pernapasan 2. Catat pergerakan
3. Pernapasan 2. Irama dada, catat
cuping hidung pernapasan ketidaksimetrisan,
4. Fase ekspirasi 3. Kedalaman penggunaan otot-
memanjang inspirasi otot bantu
5. Pernapasan bibir 4. Suara pernapasan dan
Faktor Berhubungan auskultasi retraksi dada
dengan : pernapasan 3. Monitor suara napas
1. Obesitas 5. Penggunaan tambahan seperti
2. Nyeri otot bantu ngorok
3. Posisi tubuh napas 4. Monitor pola napas
6. Retraksi (misalnya:bradipnea
dinding dada ,takipnea,
7. Sianosis hiperventilasi,
8. Pernapasan kusmaul)
cuping 5. Palpasi kesimetrisan
hidung ekspansi paru
6. Monitor
peningkatan
kelelahan,
kecemasan dan
kekurangan udara
pada pasien

Manajemen Jalan
Napas
1. Atur posisi pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Catat adanya suara
napas tambahan

Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan tepat
2. Monitor irama dan
laju pernapasan
3. Monitor warna kulit,
suhu dan
kelembaban
4. Monitor sianosis
sentral dan perifer
3 Nyeri Akut 1. Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : Lakukan pengkajian
1. Perubahan 1. Mengenali nyeri komprehensif
tekanan darah kapan terjadi yang meliputi lokasi,
2. Perubahan nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi 2. Menggunaka frekuensi,kualitas,int
pernapasan n tindakan ensitas dan faktor
3. Mengekspresikan pengurangan pencetus
dengan perilaku nyeri non Kendalikan faktor
4. Melaporkan nyeri analgetik lingkungan yang
secara verbal 3. Melaporkan dapat mempengaruhi
Faktor yang nyeri yang terjadinya nyeri
berhubungan : terkontrol seperti suhu
2. Tingkat nyeri Ajarkan prinsip
1. Agen cedera biologis
Kriteria Hasil : managemen nyeri
1. Nyeri yang (teknik relaksasi)
dilaporkan Dukung istirahat yang
2. Ekspresi adekuat untuk
nyeri wajah mengurangi nyeri
Monitor kepuasan klien
terhadap
managemen nyeri
yang diberikan
kepada klien

Pemberian analgetik
1. Cek perintah
pengobatan meliputi
nama, dosis dan
frekuensi
2. Cek adanya riwayat
alergi obat
3. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian terapi
4. Berikan terapi sesuai
dengan waktu
paruhnya terutama
saat nyeri hebat
5. Evaluasi keefektifan
terapi analgetik

Aplikasi panas /
dingin
1. Jelaskan penggunaan
aplikasi panas atau
dingin, alasan dan
pengaruh terhadap
nyeri
2. Pertimbangkan
kondisi kulit dan
kontraindikasi
3. Bungkus perangkat
panas/dingin dengan
media seperti kain
4. Tentukan durasi
pengaplikasian
berdasarkan respon
verbal, perilaku, dan
biologis individu
4 Risiko infeksi 1. Kontrol Kontrol Infeksi
Batasan Karakteristik : risiko1:. proses 1. Batasi jumlah
1. Kerusakan integritas infeksi Kriteria pengunjung
kulit Hasil : 2. Anjurkan pasien
2. Statis cairan tubuh 1. Mengidentifi mengenai teknik
3. Penurunan kasi faktor cuci tangan yang
hemoglobin risiko infeksi benar
4. Vaksinasi tidak 2. Mengidntifik 3. Anjurkan
adekuat asi tanda dan pengunjung untuk
gejala infeksi mencuci tangan saat
3. Menggunaka memasuki dan
n alat meninggalkan
pelindung ruangan pasien
diri
4. Mencuci Monitor nutrisi
tangan 2. 1. Timbang berat badan
2. Status nutrisi pasien
Kriteria hasil : 2. Lakukan pengukuran
1. Asupan gizi antropometri pada
2. Asupan komposisi tubuh
makanan 3. Monitor
3. Ratio berat
badan/tinggi kecenderungan naik
badan dan turunnya berat
4. hidrasi badan anak
4. Identifikasi
perubahan berat
badan terakhir

3. Pengecekan kulit
1. Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema dan
ulserasi pada
ekstremitas
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor warna kulit
untuk memeriksa
adanya ruam atau
lecet
4. Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
atau kelembaban
5. Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema
5 Diare 1. Eliminasi 1. Manajemen
Batasan Karakteristik : Usus Diare
1. Bising usus hiperaktif Kriteria Hasil: 1. Tentukan riwayat
2. Nyeri abdomen 1. Pola diare
sedikitnya tiga eliminasi 2. Intruksikan pasien
kali defekasi 2. Warna feses atau anggota
perhari 3. Suara bising keluarga untuk
3. Kram usus mencatat warna,
Faktor yang volume, frekuensi
berhubungan : dan konsistensi tinja
3. Anjurkan pasien
1. Proses infeksi dan
menghindari
parasit
makanan pedas dan
2. malabsorbsi
yang menimbulkan
gas dalam perut
4. Monitor tanda dan
gejala diare
5. Monitor kulit
perinium terhadap
adaya iritasi dan
ulserasi
6. Ukur diare atau
output pencernaan
7. Timbang pasien
secara berkala
8. Beritahu dokter jika
terjadi peningkatan
frekuensi atau suara
perut

2. Manajemen
cairan
1. Timbang berat
badan setiap
hari dan
monitor status
pasien
2. Jaga intake
dengan akurat
dan hitung
output pasien
3. Monitor status
hidrasi
4. Monitor tanda-
tanda vital
pasien

3. Pengecekan
Kulit
1. Amati warna kulit
2. Monitor suhu kulit
3. Monitor kulit dan
selaput lendir
4. Monitor adanya
kelembaban atau
kekeringan yang
berlebihan
5. Dokumentasi membran
mukosa

6 Ketidakseimbangan 1. Status 1. Terapi nutrisi


nutrisi kurang dari nutrisi 1. Lengkapi
kebutuhan tubuh Kriteia Hasil : pengkajian
Batasan Karakteristik : 1. Asupan gizi nutrisi sesuai
2. Asupan kebutuhan
1. Nyeri abdomen
makanan 2. Monitor
2. Diare
3. Asupan intruksi diet
3. Bising usus
cairan yang sesuai
hiperaktif
4. Energi untuk
4. Membran mukosa 5. Rasio berat memenuhi
pucat badan/ tinggi kebutuhan
5. Tonus otot badan nutrisi pasien
menurun 6. Hidrasi perhari sesuai
Faktor yang kebutuhan
Berhubungan : 3. Berikan nutrisi
1. Faktor psikologis yang
dibutuhkan
sesuai dengan
batasan anjuran
diet

2. Monitor
1. nutrisi
Timbang berat badan
2. pasien
Lakukan pengukuran
antropometrik pada
3. komposisi tubuh
Monitor
kecenderungan
4. naik dan turunnya
berat badan anak
Identifikasi perubahan
5. berat badan
terakhir
6. Monitor adanya mual
dan muntah
Identifikasi
7. abnormalitas
eliminasi bowel
8. Monitor diet dan
asupan kalori
Identifikasi perubahan
nafsu makan dan
9. aktivitas akhir-
akhir ini
Tentukan pola makan
(misalnya makanan
yang disukai dan
tidak disukai,
konsumsi makanan
cepat saji, makan
tergesa-gesa)

3. Penahapan
diet
1. Berikan nutrisi
peroral sesuai
kebutuhan
2. Monitor toleransi
peningkatan diet
3. Tawarkan
kemungkinan
makan 6 kali dalam
porsi kecil
4. Ciptakan
lingkungan yang
memungkinkan
makanan disajikan
sebaik mungkin
7 Kerusakan integritas kulit 1. Integritas 1. Manajemen
Batasan Karakteristik : jaringan: tekanan
1. Kerusakan Kulit & 1. Berikan pakaian
lapisan kulit Membran yang tidak ketat
2. Gangguan mukosa pada pasien
permukaan kulit Kriteria Hasil : 2. Monitor area
Faktor yang 1. Suhu kulit kulit yang
Berhubungan : 2. Sensasi mengalami
1. Perubahan turgor 3. Elastisitas kemerahan dan
2. Kondisi gangguan 4. Keringat pecah-pecah
metabolik 5. Tekstur 3. Monitor
6. Ketebalan mobilitas dan
7. Perfusi aktivitas pasien
jaringan 4. Monitor sumber
8. Lesi pada tekanan dan
kulit gesekan
9. Pengelupasan 2. Pengecekan
kulit Kulit
1. Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema dan
ulserasi pada
ekstremitas
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor warna
kulit untuk
memeriksa adanya
ruam atau lecet
4. Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
atau kelembaban
5. Monitor infeksi,
terutama dari
daerah edema

3. Manajemen
cairan
1. Timbang berat badan
setiap hari dan
monitor status
pasien
2. Jaga intake dengan
akurat dan hitung
output pasien
3. Monitor status hidrasi
4. Monitor kelebihan
cairan atau retensi
(misalnya edema,
distensi vena
jugularis dan
edema)
5. Kaji luas dan lokasi
edema
6. Monitor status gizi
7. Berikan cairan dengan
tepat
8. Berikan diuretik yang
diresepkan
Sumber: NIC-NOC 2016

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah kualitatif dengan desain penelitian studi kasus yang
dijabarkan secara deskriptif yaitu mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini dan rancangan penelitian studi
kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan Sindroma Nefrotik di ruang Akut IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April - Juni 2017 diruangan rawat inap anak
IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Djamil Padang. Waktu pengumpulan
data ±7 hari pada 24-30 Mei 2017.

3. Populasi dan Sampel


1. Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2015). Populasi dari penelitian ini adalah semua anak yang
dirawat dengan Sindroma Nefrotik diruangan Akut IRNA Kebidanan
RSUP Dr.M.Djamil Padang.
2. Sampel penelitian ini adalah anak dengan Sindroma Nefrotik diruangan
Akut IRNA Kebidanan RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan jumlah sampel
2 orang. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2015).
Adapun kriteria dalam pengambilan sampel ini adalah:
1. Kriteria inklusi
1. Anak yang dirawat dengan Sindroma Nefrotik diruangan rawat
anak IRNA Kebidanan dan anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang.
2. Anak dan orangtua bersedia menjadi responden.
2. Kriteria ekslusi
1. Anak dengan hari rawatan kurang dari lima hari dan berasal dari luar kota
Padang.

4. Alat atau Instrumen pengumpulan data


Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data, dalam pembuatannya
mengacu pada variable, defenisi operasional dan skala pengukuran data yang
dipilih (Suyanto, 2011), pada penelitian ini alat yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan fisik adalah Termometer,stetoskop, timbangan, ,arloji dengan
detik, penlight,tensi meter anak, instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian
ini format asuhan keperawatan anak (pengkajian, dignosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi ) dan kusioner.

5. Jenis dan Teknik pengumpulan data


1. Jenis data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari
sumber data atau responden (Supardi & Rustika, 2013). Data primer
dari penelitian ini didapatkan dengan cara wawancara langsung dan
observasi dengan anak atau orangtua anak untuk memperoleh identitas
pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari dirumah dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah cara pengumpulan data penelitian dengan
menyalin data yang tersedia kedalam format isian yang telah disusun.
Kelebihan data sekunder adalah efesiensi dalah hal waktu, tenaga, dan
biaya (Supardi & Rustika, 2013). Data sekunder umumnya berupa hasil
pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan urin, hasil biopsi ginjal bila sudah parah.
2. Cara pengumpulan data
1. Wawancara
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini wawancara dilakukan
untuk mendapatkan identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola
aktivitas sehari-hari dirumah dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui
pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual
maupun alat (Supardi & Rustika 2013). Pada penelitian ini obeservasi
dilakukan untuk pemeriksaan fisik pasien secara inspeksi, palpasi
perkusi dan auskultasi, memantau intake dan output, memantau
keadaan edema, memantau hasil laboratorium terkait sindroma
nefrotik seperti urinalisa dan pemeriksaan darah lengkap serta
memonitor bagaimana perubahan kesehatan dari pasien.
3. Pengukuran
Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan
mengukur objek (Supardi & Rustika, 2013). Pada penelitian ini
dilakukan pemantau kondisi pasien dengan metoda pengukuran
menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan pengukuran
tanda-tanda vital dan menimbang berat badan anak.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang
sudah berlalu dan disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien.
Dokumentasi keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil
pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan fisik pasien. Dalam
penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit sebagai
penunjang penelitian seperti hasil urinalisa meliputi kadar/jumlah
protein dalam urine, pemeriksaan darah lengkap meliputi nilai
hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan leukosit serta pemeriksaan
kimia klinik meliputi albumin serum, kolesterol, serta nilai elektrolit
dalam darah ( Natrium, Kalium, Kalsium, Klorida).
Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:

1. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu


Poltekkes Kemenkes Padang.
2. Meminta surat rekomendari ke RSUP DR. M. Djamil Padang.
3. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang.
4. Meminta izin ke Kepala Keperawatan IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
5. Meminta izin kepada kepala ruangan rawat inap anak (Akut) IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
6. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien anak
Sindroma Nefrotik. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti.
7. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang
tujuan penelitian.
8. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan
responden dalam penelitian.
9. Responden dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya.
10. Responden/ orang tua menandatanggani informed consent. Peneliti
meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan
pamit.

Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:


1. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden menggunakan
metode wawancara, observasi dan pengukuran.
2. Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada
responden.
3. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan
diberikan pada responden.
4. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden.
5. Peneliti melakukan tindakan keperawatan pada responden.
6. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang
diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai
pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

6. Analisis Data
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik. Data yang
ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data
subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan,
kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan pada anak dengan Sindroma Nefrotik. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
responden 1 dan responden 2.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

1. Deskripsi Kasus

An. A (participant 1) laki-laki berusia 38 bulan datang dibawa orangtuanya


ke RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada 22 Mei 2017 pukul 22.05 wib melalui
IGD RSUP.Dr.M.Djamil Padang dengan rujukan dari RSUD Pariaman. Ibu
pasien mengeluhkan anak mengalami sembab pada seluruh bagian
tubuhnya, tanda-tanda vital anak menunjukkan TD 150/100 mmHg, nadi
112x/i, pernapasan 24x/i dan suhu 36,8oC. Diagnosa medis anak adalah
Sindroma Nefrotik.

An.R (participant 2) perempuan berusia 14 tahun datang dibawa ibu dan


kakaknya ke RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada 18 Mei 2017 pukul 17.10
wib melalui IGD RSUP.Dr.M.Djamil Padang untuk melaksanakan
kemoterapi CPA yang kelima, keluhan keluarga saat ini anak mengalami
sembab pada tangan dan kaki serta mengalami demam dan anak
mengalami penurunan nafsu makan, tanda-tanda vital anak menunjukkan
TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i, pernapasan 21x/i dan suhu 38,5oC.
Diagnosa medis anak saat ini adalah SLE + Sindroma Nefrotik.

2. Asuhan Keperawatan
PARTICIPANT 1 PARTICIPANT 2
1. Hasil Pengkajian
An.R perempuan berusia 14
An.A laki-laki berusia 38 bulan tahun dibawa ke
dibawa ke RSUP.Dr.M.Djamil RSUP.Dr.M.Djamil Padang
Padang pada tanggal 22 Mei 2017 pada tanggal 18 Mei 2017 pukul
pukul 22.05 wib melalui IGD 17.10 wib melalui IGD. Pasien
rujukan dari RSUD. Pariaman. datang untuk melakukan
Pasien datang dengan keluhan kemoterapi ke-5. An.R di rawat
edema pada seluruh bagian tubuh di ruang Akut IRNA Kebidanan
selama ± 2 hari, urine sedikit dan dan anak dengan diagnosa
berwarna gelap serta mengalami medis SLE + Sindroma
hematurie. An.A di rawat di ruang Nefrotik.
Akut IRNA Kebidanan dan anak
dengan diagnosa medis Sindroma
Nefrotik.
Data hasil pengkajian riwayat Data hasil pengkajian riwayat
sekarang, pada 24 Mei 2017 pukul sekarang, pada 24 Mei 2017
14.30 wib dengan hari rawatan ke-2 pukul 16.00 wib dengan hari
pasien mengalami edema pada rawatan ke-6 pasien mengalami
bagian tubuh meliputi palpebra, edema pada bagian punggung
pipi, ekstremitas, skrotum dan kaki dan punggung tangan,
asites, pasien sedikit rewel, berat demam sejak ± 1 minggu,
badan sebelum sakit 9,5 kg dan saat pasien tidak menghabiskan
ini berat badan pasien 12 kg. makanannya dan berat badan
saat ini 29 kg.

Pada riwayat kesehatan dahulu, Pada riwayat kesehatan dahulu,


pasien sudah pernah dirawat 3x pasien sudah mengalami SLE
karena penyakit yang sama, selama dan Sindroma Nefrotik sejak ±
dirumah pasien mudah demam dan 1,5 tahun. Pasien mudah
orangtuan biasa membelikan obat mengalami demam dan sudah
diwarung saja. Jika pasien dirawat 5x untuk kemoterapi
mengkonsumsi makanan ringan CPA.
siap saji, biasanya edema akan
muncul.

Data hasil pemeriksaan fisik Data hasil pemeriksaan fisik


sebagai berikut: TD 150/100 mmHg sebagai berikut: TD 100/60
(sistol 80-100 mmHg dan diastol 60 mmHg (sistol 80-100 mmHg
mmHg), nadi 112x/i (105x/ menit), dan diastol 60 mmHg), nadi
pernapasan 24x/i (21-30x/menit), 82x/i (85x/menit), pernapasan
suhu 36,8oC (36,5 - 37,5oC) dan 21x/i (18-22x/menit), suhu
kesadaran kompos mentis. Berat 38,5oC (36,5 - 37,5oC) dan
badan pasien saat dilakukan kesadaran kompos mentis.
penimbangan 12 kg. Namun, Berat badan pasien saat
sebelumnya hanya 9,5 kg dan tinggi dilakukan penimbangan 29 kg.
badan 85 cm. Namun, sebelumnya mencapai
36 kg dan tinggi badan 152 cm.

Pada bagian mata, pasien edema Pada ekstremitas atas hasil


pada palpebra. Abdomen terlihat pengukuran lingkar lengan atas
mengkilat dan tegang, saat dipalpasi 19 cm, terdapat edema pada
teraba distensi, lingkar perut 61 cm. punggung tangan dan jari-jari
Pada ekstremitas atas ditemukan dan ditemukan pula edema
edema pada jari, punggung tangan pada ekstremitas bawah bagian
hingga batas lengan, ekstremitas punggung kaki. Turgor kulit
bawah ditemukan edema pada kembali dengan cepat. Tidak
punggung kaki hingga bagian paha. ditemukan adanya edema labia.
Turgor kulit kembali dengan cepat.
Pada genitalia ditemukan edema
pada skrotum.

Data pengkajian kegiatan sehari- Data pengkajian kegiatan


hari, pasien mendapatkan makanan sehari-hari, pasein
dari rumah sakit berupa nasi, lauk, mendapatkan makanan dari
sayur, buah (MB Nefrotik 1100 rumah sakit berupa nasi, lauk,
kkal, protein 20 gr/day, garam 1 sayur, buah (MB DN 2048
gr/day) dan menghabiskan 1 porsi, kkal, protein 30 gr/day, lemak
cairan yang dikonsumsi selama 1 36,4 gr/day) dan
hari ±1200 cc, tidur siang ±3 jam menghabiskan ¼ porsi, cairan
dan malam hari mulai tidur pada yang dikonsumsi selama 1 hari
pukul 22.00 wib dan terbangun ±1000 cc, tidur siang ±2jam
pada 06.00 wib (8 jam). Dalam dan malam hari mulai tidur
sehari, pasien BAK 5x (±900 cc) pada pukul 23.00 wib dan
berwarna kuning kecokelatan, terbangun pada pukul 06.00
namun 3 hari sebelum dirawat wib (7 jam). Dalam sehari,
pasien mengalami hematurie dan pasien BAK 5x (±800 cc)
kebiasaan BAB 1x sehari berwarna kekuningan dan
konsistensi lembek dan berwarna kebiasaan BAB 1x sehari
kuning kecokelatan. konsistensi lembek dan
berwarna kuning kecokelatan.

Data hasil pemeriksaan penunjang Data hasil pemeriksaan


pada tanggal 22 Mei 2017 penunjang pada tanggal 18 Mei
didapatkan total protein 3,2 gr/dL 2017 didapatkan nilai asam urat
(6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1 7,5 mg/dL ( 2,4-5,7 mg/dL),
gr/dL(3,8-5,0 gr/dL), nilai natrium total kolesterol 237 mg/dl
128 Mmol/L (136-145 Mmol/L) dan (<200 mg/dl), nilai natrium
kalsium 7,6 mg/dL (8,1-10,4 130 Mmol/L (136-145
mg/dL). Data hasil urinalisa pada Mmol/L), total protein 6,3
22 Mei 2017 didapatkan protein +2 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin
dalam urine. 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Data
hasil urinalisa pada 18 Mei
2017 didapatkan protein +2
dalam urine.

Data terapi pasien antara lain Data terapi pasien antara lain
Prednison 1-1-2 tab, Captopril Methylprednisolon 1x24 mg,
3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg, Captopril 3x12,5 mg, Vit.C
Lasix 2x10 mg, Simfastatin 1x10 3x100 mg, Bicnat 3x3 mg,
mg, Cefixime 2x25 mg Luminal 2x60 mg, Cefixime
2x150 mg, Allopurinol 3x100
mg, Calc 3x500 mg

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang Berdasarkan analisa data yang


peneliti lakukan, maka masalah peneliti lakukan, maka masalah
keperawatan yang muncul pada keperawatan yang muncul pada
An.A 1) kelebihan volume cairan An.R 1) hipertermi
berhubungan dengan penurunan berhubungan dengan penyakit.
tekanan osmotik koloid, data Data subjektif: Tn.R
subjektif: Ny.J mengatakan anaknya mengatakan adiknya demam
mengalami sembab pada hampir dan badannya teraba hangat.
seluruh bagian tubuh (mata, pipi, Data objektif: suhu 38,5oC,
perut, kaki, tangan, kelamin), kulit teraba hangat, wajah
sedikit rewel, minum ±1200 cc dan memerah, leukosit 5.700/mm3.
BAK ±900 cc. Data objektif: edema
pada palpebra, pipi, punggung
tangan hingga batas lengan,
punggung kaki hingga paha,
skrotum, abdomen, anak terlihat
gelisah, saat dilakukan
penimbangan berat badan pasien 12
kg, sebelum sakit 9,5 kg, nilai
natrium 128 Mmol/L (136-145
Mmol/L) dan kalsium 7,6 mg/dL Pada diagnosa 2)
(8,1-10,4 mg/dL). ketidakseimbangan nutrisi
Pada diagnosa 2) risiko infeksi kurang dari kebutuhan tubuh
dengan faktor risiko berhubungan dengan faktor
ketidakadekuatan pertahanan biologis diperoleh data
sekunder didukung oleh data subjektif: Tn.R mengatakan
subjektif: orangtua mengatakan adiknya terlihat pucat dan tidak
pasien sudah 3x dirawat karena menghabiskan makanan, pasien
penyakit yang sama dan mudah mengeluh rasa makanan
demam. Data objektif: terpasang hambar. Data objektif: mukosa
tryway di vena radialis dextra, total mulut kering, bibir pecah-
protein 3,2 gr/dL, albumin 1,1 pecah, LILA 19 cm, berat badan
gr/dL, leukosit 11.7600/mm3. saat ini 29 kg, berat badan
sebelumnya 36 kg, HDL 21
mg/dL (dislipidemia), diit MB
DN 2048 kkal dengan protein
Diagnosa 3) defisiensi pengetahuan 30 gr dan lemak 36,4 gr, habis
berhubungan dengan kurangnya ¼ porsi.
informasi, data subjektif: ibu Diagnosa 3) risiko infeksi
mengatakan sangat khawatir dengan dengan faktor risiko
kondisi anaknya saat ini, belum ketidakadekuatan pertahanan
mendapatkan informasi yang jelas sekunder, data subjektif: Tn.R
mengenai penyakit anaknya, panik mengatakan adiknya sering
jika melihat anaknya tiba-tiba mengalami demam dan sudah
sembab saat berada dirumah. Data ±1,5 tahun didiagnosa SLE +
objektif: orang tua pasien bingung Sindroma Nefrotik. Data
ketika ditanya tentang penyakit objektif: total protein 6,3 gr/dL,
anaknya, terlihat sangat antusias albumin 2,4 gr/dL.
saat dijelaskan tantang penyakit
yang diderita anaknya.
Diagnosa 4) kelebihan volume
cairan berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik
koloid, data subjektif: Tn.R
mengatakan adiknya
mengalami sembab pada
punggung tangan dan
punggung kaki hingga lutut.
Data objektif: edema pada
punggung tangan dan
punggung kaki hingga lutut,
BB saat ini 29, sebelum sakit
36 kg, minum ±1000 cc dan
BAK ±800cc, nilai natrium 130
Mmol/L.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan masing-masing Berdasarkan masing-masing


diagnosa yang telah peneliti diagnosa yang telah peneliti
rumuskan maka dibuat intervensi rumuskan maka dibuat
keperawatan sebagai berikut: 1) intervensi keperawatan sebagai
kelebihan volume cairan berikut: 1) hipertermi
berhubungan dengan penurunan berhubungan dengan
tekanan osmotik koloid, tujuannya penyakit, tujuannya
tekanan darah dalam batas normal, keseimbangan antara produksi
keseimbangan intake dan output dan kehilangan panas, tanda-
dalam 24 jam, berat badan stabil, tanda vital dalam batas normal.
edema berkurang, tidak ditemuka Rencana intervensi tersebut
asites, nilai elektrolit dalam batas adalah a) perawatan demam,
normal. Rencana intervensinya aktivitas keperawatannya
adalah a) manajemen cairan, seperti monitor suhu, monitor
aktivitas keperawatannya seperti intake/output, berikan terapi
timbang berat badan setiap hari dan antipiretik, b) pengaturan suhu,
monitor status pasien, jaga dan catat aktivitas keperawatannya
intake/output, monitor status seperti monitor warna dan suhu
hidrasi, monitor tanda-tanda vital kulit, monitor tanda-tanda
pasien, monitor kelebihan cairan hipertermi, tingkatkan intake
atau retensi (misalnya edema, nutrisi. c) monitor tanda-tanda
distensi vena jugularis dan edema), vital, aktivitas keperawatannya
b) monitor cairan, aktivitas seperti monitor kualitas nadi,
keperawatannya seperti tentukan monitor adanya pola napas
riwayat, jumlah dan tipe abnormal.
intake/output, monitor serum dan
elektrolit urine, monitor TD, HR
dan RR, catat intake/output akurat,
c) monitor tanda-tanda vital,
aktivitas keperawatannya seperti
monitor tekanan darah, nadi, suhu
dan status pernapasan dengan tepat,
monitor irama dan laju pernapasan,
monitor warna kulit, suhu dan
kelembaban, monitor sianosis
sentral dan perifer. Pada diagnosa keperawatan 2)
ketidakseimbangan nutrisi
Pada diagnosa keperawatan 2) kurang dari kebutuhan
risiko infeksi, tujuannya tubuh, tujuannya asupan gizi,
mengidentifikasi faktor risiko makanan dan cairan adekuat,
infeksi, mengidentifikasi tanda dan rasio berat badan/ tinggi badan
gejala infeksi, asupan gizi klien mencapai ideal. Intervensi yang
adekuat, ratio berat badan/tinggi direncanakan adalah a) Terapi
badan ideal, status hidrasi adekuat. nutrisi, aktivitas
Intervensi yang direncanakan keperawatannya seperti
adalah a) kontrol infeksi, aktivitas lengkapi pengkajian nutrisi
keperawatannya seperti batasi sesuai kebutuhan, monitor
jumlah pengunjung, anjurkan pasien intruksi diet yang sesuai untuk
mengenai teknik cuci tangan yang memenuhi kebutuhan nutrisi
benar, anjurkan pengunjung untuk pasien perhari sesuai
mencuci tangan saat memasuki dan kebutuhan, berikan nutrisi yang
meninggalkan ruangan pasien, b) dibutuhkan sesuai dengan
monitor nutrisi, aktivitas batasan anjuran diet, b) monitor
keperawatannya seperti timbang nutrisi, aktivitas
berat badan pasien, lakukan keperawatannya seperti timbang
pengukuran antropometri pada berat badan pasien, lakukan
komposisi tubuh, monitor pengukuran antropometrik pada
kecenderungan naik dan turunnya komposisi tubuh, monitor
berat badan anak, identifikasi kecenderungan naik dan
perubahan berat badan terakhir, c) turunnya berat badan anak,
pengecekan kulit, aktivitas identifikasi perubahan berat
keperawatannya seperti amati badan terakhir, monitor adanya
warna, kehangatan, bengkak, mual dan muntah, identifikasi
pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi abnormalitas eliminasi bowel,
pada ekstremitas, monitor warna monitor diet dan asupan kalori,
dan suhu kulit, monitor warna kulit c) penahapan diet, aktivitas
untuk memeriksa adanya ruam atau keperawatannya seperti berikan
lecet, monitor kulit untuk adanya nutrisi peroral sesuai
kekeringan atau kelembaban, kebutuhan, monitor toleransi
monitor infeksi, terutama dari peningkatan diet, tawarkan
daerah edema. kemungkinan makan 6 kali
dalam porsi kecil, ciptakan
lingkungan yang
memungkinkan.
Untuk diagnosa keperawatan 3)
defisiensi pengetahuan, tujuannya
berinteraksi positif dengan anak, Untuk diagnosa keperawatan 3)
membantu menyediakan kebutuhan risiko infeksi tujuannya
fisik anak, memberikan nutrisi sesuai mengidentifikasi faktor risiko
kebutuhan, menggambarkan perilaku infeksi, mengidentifikasi tanda
yang mengurangi resiko tinggi. dan gejala infeksi, asupan gizi
Intervensinya adalah a) pengetahuan klien adekuat, ratio berat
manajemen penyakit, aktivitas badan/tinggi badan ideal.
keperawatan seperti memberikan Intervensi yang direncanakan
pendidikan kesehatan b) perilaku adalah a) kontrol infeksi,
patuh diit yang disarankan, seperti aktivitas keperawatannya
memberikan informasi tentang diit seperti batasi jumlah
yang didapatkan anak. pengunjung, anjurkan pasien
mengenai teknik cuci tangan
yang benar, anjurkan
pengunjung untuk mencuci
tangan saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien,
b) monitor nutrisi, aktivitas
keperawatannya seperti timbang
berat badan pasien, lakukan
pengukuran antropometri pada
komposisi tubuh, monitor
kecenderungan naik dan
turunnya berat badan anak,
identifikasi perubahan berat
badan terakhir, c) pengecekan
kulit, aktivitas keperawatannya
seperti amati warna,
kehangatan, bengkak, pulsasi,
tekstur, edema dan ulserasi pada
ekstremitas, monitor warna dan
suhu kulit, monitor warna kulit
untuk memeriksa adanya ruam
atau lecet, monitor kulit untuk
adanya kekeringan atau
kelembaban, monitor infeksi,
terutama dari daerah edema.
Pada diagnosa keperawatan 4)
kelebihan volume cairan
berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik
koloid, tujuannya tekanan
darah dalam batas normal,
keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam, berat
badan stabil, edema berkurang,
tidak ditemuka asites, nilai
elektrolit dalam batas normal.
Rencana intervensi tersebut
diantaranya a) manajemen
cairan, aktivitas
keperawatannya seperti
timbang berat badan setiap hari
dan monitor status pasien, jaga
dan catat intake/output, monitor
status hidrasi, monitor tanda-
tanda vital pasien, monitor
kelebihan cairan atau retensi
(misalnya edema, distensi vena
jugularis dan edema), b)
monitor cairan, aktivitas
keperawatannya seperti
tentukan riwayat, jumlah dan
tipe intake/output, monitor
serum dan elektrolit urine,
monitor TD, HR dan RR, catat
intake/output akurat, c) monitor
tanda-tanda vital, aktivitas
keperawatannya seperti monitor
tekanan darah, nadi, suhu dan
status pernapasan dengan tepat,
monitor irama dan laju
pernapasan, monitor warna
kulit, suhu dan kelembaban,
monitor sianosis sentral dan
perifer.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang
Implementasi keperawatan yang dilakukan peneliti selama
dilakukan peneliti selama pengelolaan kasus 5 hari untuk
pengelolaan kasus 5 hari untuk diagnosa keperawatan 1)
diagnosa keperawatan 1) kelebihan hipertermi berhubungan
dengan penyakit yaitu a)
volume cairan berhubungan monitor suhu, hasilnya 38,5oC
dengan penurunan tekanan b) monitor warna kulit, tidak
osmotik koloid, dilakukan tindakan ditemukan kemerahan dan
keperawatan meliputi a) bengkak c) memberikan
menimbang berat badan dengan paracetamol 300 mg, d)
hasil 12 kg b) memonitor tanda- mengajarkan keluarga kompres
hangat.
tanda vital yaitu TD 150/100
mmHg, nadi 112x/i, pernapasan
24x/i dan suhu 36,8oC c) memantau
retensi cairan yaitu piting edema
positif, d) menilai luas dan lokasi
edema hasilnya edema pada
Selanjutnya, implementasi
(palpebra, ekstremitas, skrotum)
keperawatan untuk diagnosa
dan asites, e) memantau keperawatan 2)
intake/output yaitu intake cairan ketidakseimbangan nutrisi
±1200cc dan output ±900cc, f) kurang dari kebutuhan tubuh
memberikan Lasix 2x10mg berhubungan dengan faktor
biologis yaitu a) menimbang
Selanjutnya, implementasi berat badan, berat badan pasien
keperawatan untuk diagnosa 29 kg, b) memantau adanya
keperawatan 2) risiko infeksi mual muntah, c) memberikan
DN 2048 kkal habis ¼ porsi, d)
dengan faktor risiko
memotivasi pasien untuk
ketidakadekuatan pertahanan makan, e) pantau sebab
sekunder yaitu a) memberikan penurunan nafsu makan.
Cefixime 2x25 mg, b) mengajarkan
pasien dan keluarga cara mencuci
tangan dengan benar, c) melakukan Implementasi keperawatan
pengecekan kulit terkait adanya untuk diagnosa keperawatan 3)
tanda gejala infeksi seperti bengkak risiko infeksi dengan faktor
dan kemerahan, d) memberikan diit risiko ketidakadekuatan
MB Nefrotik 1100 kkal, e) pertahanan sekunder yaitu a)
melakukan pengukuran suhu memberikan Cefixime 2x150
mg, b) mengajarkan pasien dan
hasilnya suhu 36,8 C, f) memantau
o
keluarga cara mencuci tangan
adanya peningkatan atau penurunan dengan benar, c) melakukan
berat badan, berat badan 12 kg. pengecekan kulit, tidak
Implementasi keperawatan untuk ditemukan bengkak dan
diagnosa keperawatan 3) defisiensi kemerahan, d) melakukan
pengetahuan berhubungan pengukuran suhu, hasilnya suhu
dengan kurang informasi yaitu a) 38,5oC.
menggali pengetahuan orangtua Pada implementasi keperawatan
tentang penyakit yang diderita anak untuk diagnosa keperawatan 4)
saat ini melalui diskusi terbuka, b) kelebihan volume cairan
memberikan pendidikan kesehatan berhubungan dengan
dengan berdiskusi terbuka bersama penurunan tekanan osmotik
orangtua tentang tanda gejala koloid, yaitu a) menimbang
penyakit, diit dan pengobatan anak. berat badan, hasilnya 29 kg b)
Diperoleh hasil orang tua memonitor tanda-tanda vital,
mengetahui pengertian, tanda dan TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i,
gejala serta diit pada pasien dengan pernapasan 21x/i dan suhu
sindroma nefrotik. 38,5oC c) memantau retensi
cairan, ditemukan adanya piting
edema, d) menilai luas dan
lokasi edema, terdapat edema
(punggung kaki dan punggung
tangan), e) memantau
intake/output, intake cairan
±1000cc dan output cairan ±800
cc.

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka didapatkan
keperawatan maka didapatkan hasil hasil perkembangan kondisi
perkembangan kondisi pasien
pasien sebagai berikut: 1)
sebagai berikut: 1) kelebihan
volume cairan berhubungan dengan hipertermi berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik koloid, penyakit, data subjektif: Tn.R
data subjektif: Ny.J mengatakan mengatakan adiknya sudah
sembab pada bagian mata anak tidak demam lagi. Data
sudah berkurang dan anak sudah objektif: kulit tidak teraba
tidak rewel. Data objektif: TD
panas, TD 110/60 mmHg, nadi
130/90 mmHg, nadi 113x/i,
pernapasan 22x/i, suhu 36,9oC, 84x/i, pernapasan 21x/i, suhu
namun berat badan anak masih 12 37,0oC. Masalah teratasi
kg. Masalah teratasi sebagian dengan kriteria hasil suhu
dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal, tidak
dalam batas normal dan edema ditemukan kulit kemerahan.
berkurang. Namun masih Intervensi dihentikan.
ditemukan asites, ketidakstabilan
berat badan dan ketidakseimbangan
intake output Intervensi dilanjutkan.
Untuk diagnosa keperawatan 2) Untuk diagnosa keperawatan 2)
risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakseimbangan nutrisi
ketidakadekuatan pertahanan
kurang dari kebutuhan tubuh
sekunder, data subjektif: orangtua
mengatakan selama dirawat berhubungan dengan faktor
anaknya tidak pernah demam. Tidak biologis, data subjektif: Tn.R
ditemukan data objektif yang mengatakan adinya
menunjukkan adanya tanda dan menghabiskan ½ dari 1 porsi
gejala infeksi pada anak. Masalah makanannya. Data objektif:
tidak terjadi dengan kriteria tidak
berat badan anak 30 kg, LILA
ditemukan tanda dan gejala infeksi,
sehingga intervensi masih 19 cm. Masalah teratasi dengan
dilanjutkan untuk mencegah kriteria hasil makanan dan
terjadinya infeksi. cairan adekuat. Intervensi

Evaluasi untuk diagnosa dihentikan.


keperawatan 3) defisiensi
Evaluasi untuk diagnosa
pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi, data subjektif: keperawatan 3) risiko infeksi
orangtua mengatakan memahami dengan faktor risiko
tentang penyakit yang diderita ketidakadekuatan pertahanan
anaknya saat ini dan kekhawatiran sekunder, data subjektif: Tn.R
berkurang. Data objektif: orangtua mengatakan adiknya sudah
pasien mampu menjelaskan kembali tidak demam lagi. Data objektif:
tanda dan gejala sehingga anak
tidak ditemukan tanda dan
perlu dibawa ke pelayanan
kesehatan. Masalah teratasi dengan gejala infeksi pada anak.
kriteria hasil orangtua memberikan Namun, karena daya tahan
nutrisi sesuai kebutuhan anak dan tubuh anak yang lemah
memahami diit anak. Intervensi menyebabkan anak rentan
dihentikan. terserang penyakit. Masalah
belum terjadi dengan kriteria
tidak ditemukan tanda dan
gejala infeksi, sehingga
intervensi masih dilanjutkan
untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Evaluasi pada diagnosa
keperawatan 4) kelebihan
volume cairan berhubungan
dengan penurunan tekanan
osmotik koloid, data subjektif:
Tn.R mengatakan masih
sembab pada kaki dan tangan
adiknya. Data objektif: piting
edema masih ditemukan pada
punggung tangan dan kaki
pasien, berat badan pasien 30
kg, TD 110/60 mmHg, nadi
84x/i, pernapasan 21x/i, suhu
37,0oC. Masalah belum teratasi
karena masih ditemukan
edema, berat badan belum
stabil dan cairan belum
seimbang.Intervensi
dilanjutkan.
3.
4. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas antara teori dan
laporan kasus asuhan keperawatan pada An.A dan An.R dengan Sindroma
Nefrotik yang telah dilakukan sejak tanggal 24 – 30 Mei 2017 di ruang
akut IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Damil Padang. Kegiatan
yang dilakukan meliputi observasi hasil pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat ruangan.

1. Pengkajian keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 13.30
WIB didapatkan Participant I, ibu mengatakan anak mengalami
sembab pada hampir seluruh bagian tubuh (mata, pipi, perut, kaki,
tangan, kelamin), begitu pula pada Participant II, keluarga mengatakan
anak mengalami sembab pada tangan dan kaki. Hasil pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan tekanan darah, didapatkan pada Participant I
150/100 mmHg dan pada Participant II 100/60 mmHg.

Data hasil pemeriksaan penunjang pada Participant I, total protein 3,2


gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL), nilai natrium
128 Mmol/L (136-145 Mmol/L). Sedangkan pada Participant II, nilai
natrium 130 Mmol/L (136-145 Mmol/L), total protein 6,3 gr/dL (6,6-
8,7 gr/dL), albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL).

Menurut Betz & Sowden, (2009) Walaupun gejala pada anak akan
bervariasi seiring dengan perbedaan proses penyakit, gejala yang
paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik yaitu Retensi cairan
dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia dan
ekstremitas). Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema
pada skrotum dan pada anak perempuan akan mengalami edema pada
labia mayora. Selain itu dapat ditemukan adanya peningkatan tekanan
darah akibat retensi cairan dan natrium.
Menurut Pramana, dkk, (2013) Sindrom Nefrotik adalah kumpulan
gejala yang terdiri dari proteinuria massif (≥ 40 mg/m 2 LPB/jam atau
rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 atau dipstick ≥ 2+),
hipoalbuminemia (≤ 2,5 gr/dL), edema, serta dapat disertai
hiperkolesterolemia (250 mg/uL) serta peningkatan tekanan darah.
Sedangkan hasil urinalisis akan ditemukan proteinuria lebih dari 2
gr/m2/hari, uji dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan
darah, berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya
proteinuria ( normalnya 50-1.400 mosm), osmolaritas urine akan
meningkat ( Suriadi & Yuliani, 2010 ).

Menurut asumsi peneliti, gejala edema, hiponatremia,


hipoalbuminemia, hipoproteinemia dan proteinurie yang dikemukakan
oleh teori ditemukan pada kedua participant baik melalui pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang. Edema yang muncul pada kedua
participant disebabkan oleh hipoalbuminemia dan menurunnya tekanan
osmotik plasma. Sehingga cairan intravaskuler akan berpindah keruang
interstisial. Pada Participant I ditemukan peningkatan tekanan darah,
peneliti berpendapat retensi cairan atau rendahnya kadar natrium yang
merangsang enzim renin kemudian meningkatkan tekanan darah.
Namun, pada Participant II tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan darah, peneliti berpendapat bahwa retensi cairan pada
participant II tidak terlihat begitu dominan dan tidak adanya
kehilangan natrium yang berlebihan.

Data hasil pengkajian didapatkan partisipan I dengan diagnosa medis


sindroma nefrotik dan pada partisipant II dengan SLE + sindroma
nefrotik.

Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab


Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit
autoimun. Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan
kromosom, namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti Penyakit
Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid,
Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis, Penyakit
sel sabit, dll.

Menurut Prabowo, (2014) Sindroma Nefrotik Primer sampai saat ini


belum diketahui penyebabnya. Namun, pada Sindroma Nefrotik
Sekunder beberapa penyebabnya meliputi lupus erimatosus sistemik
(LES), keganasan, seperti limfoma dan leukemia, vaskulitis, seperti
granulomatosis Wegener (granulomatosis dengan poliangitis), sindrom
Churg-Strauss (granulomatosis eosinofilik dengan poliangitis).
Pada kasus ini, faktor penyebab yang dikemukakan teori ditemukan
pada Participant II yaitu SLE yang merupakan suatu penyakit akibat
kelainan imunologik yang menyebabkan terjadinya pembentukan dan
pengendapan kompleks antigen-antibodi pada organ-organ tubuh, pada
kasus ini pembentukan dan pengendapan tersebut terjadi pada organ
ginjal sehingga anak menderita sindroma nefrotik. Namun, pada
Participant I peneliti berasumsi bahwa sindroma nefrotik yang
dideritanya merupakan tipe Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga
disebut Sindroma Nefrotik Primer yaitu belum diketahui penyebabnya.

Hasil pengkajian didapatkan partisipan I berusia 38 bulan sedangkan


partisipan II saat ini berusia 14 tahun.

Pramana, dkk (2013) melaporkan bahwa penderita Sindroma Nefrotik


yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP.Dr.M.Djamil Padang
periode 1 Januari 2009- 30 April 2012 sebanyak 56 orang yang
didominasi oleh anak pada usia > 6 tahun sebanyak 55,4% serta rasio
kejadian Sindroma Nefrotik pada anak laki-laki dan perempuan
sebesar 1,43:1.

Peneliti berasumsi, perbedaan usia pada anak dapat terjadi karena pola
asuh yang kurang tepat. Menurut penelitian sebelumnya, sindroma
nefrotik banyak terjadi pada anak usia >6 tahun. Sedangkan saat ini
usia partisipan I adalah 38 bulan. Salah satu penyebabnya dapat terjadi
karena anak yang terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji atau
berbahan pengawet yang dapat memperberat kerja ginjal. Ini berbeda
dengan yang dialami oleh partisipan II, anak didiagnosa sindroma
nefrotik diawali oleh lupus atau penyakit autoimun.

Data terapi partisipan I mendapatkan Prednison 1-1-2 tab, Captopril


3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg, Lasix 2x10 mg, Simfastatin 1x10 mg,
Cefixime 2x25 mg, sedangkan terapi partisipan II antara lain
Methylprednisolon 1x24 mg, Captopril 3x12,5 mg, Vit.C 3x100 mg,
Bicnat 3x3 mg, Luminal 2x60 mg, Cefixime 2x150 mg, Allopurinol
3x100 mg, Calc 3x500 mg

Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk


sindrom nefrotik meliputi pemberian kortikosteroid seperti prednison
atau prednisolon untuk menginduksi remisi, penggantian protein, terapi
diuretik, pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain,
mengingat pasien dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi
akibat daya tahan tubuhnya yang rendah, terapi Imunosupresif untuk
anak yang gagal berespon dengan terapi steroid.

Menurut Ngastiyah, (2014) terapi untuk pasien dengan sindroma


nefrotik seperti bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik, Kondisi
alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian terapi
KCl, Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian
obat-obatan antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan
efek samping penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan
dengan sangat hati-hati, berikan diuretik untuk mengatasi edema.

Partisipan I dan II mendapatkan terapi kortikosteroid, antibiotik dan


antihipertensif. Sementara, pada partisipan II tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan darah. Asumsi peneliti, partisipan II diberikan
antihipertensif karena total kolesterolnya yang melebihi nilai normal
total kolesterol 237 mg/dl (<200 mg/dl) sehingga anak berisiko
mengalami hipertensi. Pada partisipant I mendapatkan terapi diuretik,
peneliti berpendapat karena awalnya pasien mengalami edema
anasarka, sedangkan partisipan II tidak mendapatkan terapi diuretik,
peneliti berpendapat hal ini mencegah terjadinya shock hipovolemik
karena pasien sudah mengalami penurunan berat badan hingga >30%.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kasus, diagnosa
yang muncul pada Participant I adalah kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, risiko infeksi
dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Sedangkan pada Participant II diagnosa yang muncul adalah hipertermi
berhubungan dengan penyakit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, risiko infeksi
dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
Menurut Diagnosis Keperawatan NANDA 2012-2014, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan sindroma
nefrotik adalah Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi, Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan keletihan otot pernapasan, Risiko infeksi
berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekuder
imunosupresan, Diare berhubungan dengan edema mukosa usus,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan imunologik.
Kelebihan volume cairan pada anak dengan sindroma nefrotik terjadi
akibat menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun
sehingga cairan intravaskuler berpindah kedalam interstisial.
Menurunnya volume cairan intravaskuler menyebabkan alirah darah ke
renal berkurang, sehingga ginjal merangsang produksi renin
angiotensin, meningkatkan sekresi ADH dan aldosteron maka
terjadilah retensi natrium dan air yang menyebabkan edema (Suriadi&
Yuliani, 2010). Kelebihan volume cairan menyebabkan cairan
intravaskuler berpindah keruang interstisial, sehingga akan terlihat
gejala edema (palpebra, ekstermitas), abdomen mengkilat, ukuran
abnormalitas pada lingkar perut edema skrotum pada anak laki-laki dan
edema labia mayora untuk anak perempuan, selain itu dapat pula
ditemukan peningkatan berat badan >20%.

Menurut analisa peneliti, pada Participant I dan Participant II dapat


ditegakkan diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi. Menurunnya jumlah albumin dan
tekanan osmotik menyebabkan ruang interstisial berisi cairan
intravaskuler. Sehingga pada postur tubuh anak akan ditemukan
peningkatan berat badan, edema, peningkatan tekanan darah dan
gelisah pada anak, ini sesuai dengan batasan karakteristik yang
ditetapkan teori, sehingga diagnosa ini dapat ditegakkan.
Penurunan plasma albumin dan tekanan osmotik mengakibatkan
kolesterol dan trigliserida serum meningkat. Hilangnya protein
menyebabkan hati melakukan kompensasi yaitu meningkatkan
produksi lipo-protein sehingga berdampak pada kondisi
hiperlipidemia. Respon imun akan menurun karena sel imun tertekan,
hal ini mungkin disebabkan oleh hipoalbuminemia dan hiperlipidemia
(Suriadi & Yuliani, 2010).
Asumsi peneliti, pada Participant I dan Participant II dapat ditegakkan
diagnosa risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan
pertahanan sekunder, sesuai dengan batasan karakteristik yaitu
terpasang kateter intravena, statis cairan, penggunaan steroid dan
malnutrisi. Didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium
Participant I yaitu total protein 3,2 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1
gr/dL (3,8-5,0 gr/dL) sedangkan Participant II nilai asam urat 7,5
mg/dL ( 2,4-5,7 mg/dL), total protein 6,3 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL),
albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL).
Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA, 2014).
Berdasarkan analisa peneliti, kurangnya pengetahuan pada orangtua
anak disebabkan oleh tidak adanya pendidikan kesehatan yang
didapatkan dari pihak pelayanan kesehatan. Family centre care
merupakan salah satu cara untuk mempercepat pemulihan pada anak,
disamping itu untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
kondisi anak perlu adanya promosi kesehatan terkait cara menjaga
kesehatan anak dirumah. Berdasarkan hal tersebut, diagnosa defisiensi
pengetahuan pada Participant I dapat ditegakkan.
Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
(NANDA, 2014). Menurut Suriadi&Yuliani, (2010) menurunnya
respon imun pada anak dengan sindroma nefrotik dapat disebabkan
oleh tertekannya sel imun, hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau
defisiensi seng. Asumsi peneliti, karena albumin serum dan total
protein pada participant II rendah dapat mempengaruhi daya tahan
tubuh, hal ini menyebabkan pasien berisiko terhadap infeksi.
Hipertemi merupakan salah satu respon tubuh terhadap infeksi.
Diagnosa keperawatan ini tidak ditemukan pada teori, namun dapat
ditegakkan karena sesuai dengan batasan karakteristik yang ditemukan
pada diagnosis keperawatan NANDA 2014.

Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mengakibatkan


peningkatan tekanan abdomen yang mendesak lambung. Respon tubuh
anak adalah anoreksia dan mual muntah (Betz & Sowden, 2009).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis yang terjadi pada Participant II ditandai dengan
pasien mengalami penurunan berat badan 20%, pasien tidak
menghabiskan makanan, membran mukosa terlihat pucat, kehilangan
rambut berlebihan serta mengeluh gangguan sensasi rasa. Dengan
demikian, diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis dapat ditegakkan.
Kerusakan integritas kulit merupakan perubahan atau gangguan
epidermis dan atau dermis (NANDA, 2014). Menurut analisa peneliti,
pada kedua Participant tidak ditemukan adanya kerusakan kulit
ataupun gangguan permukaan kulit meskipun pada anak terdapat
perubahan status cairan. Berdasarkan data diatas, diagnosa Kerusakan
integritas kulit tidak dapat diangkat.
Menurut Syaifuddin, (2012) pada pasien dengan sindroma nefrotik
penumpukan cairan keruang interstisial dapat mendesak rongga dada,
hal ini menyebabkan penurunan ekspansi paru sehingga akan
ditemukan pasien mengalami napas cepat. Ketidakefektifan pola napas
merupakan inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat (NANDA, 2014). Menurut analisa peneliti, pada
kedua participant tidak ditemukan adanya ketidakefektifan pola napas
meskipun pada Participant I ditemukan adanya asites, namun frekuensi
napasnya normal. Berdasarkan data diatas dan batasan karakteristik
pada diagnosis keperawatan NANDA 2014, diagnosa Ketidakefektifan
Pola Napas tidak dapat diangkat.
Diare merupakan feses yang lunak dan tidak berbentuk (NANDA,
2014). Menurut Syaifuddin, (2012) retensi cairan pada anak dengan
sindroma nefrotik tidak hanya dapat dilihat dari luar permukaan tubuh
saja, namun edema dapat terjadi pada mukosa usus, sehingga pasien
akan mengalami diare. Menurut analisa peneliti, pada kedua
participant tidak ditemukan adanya diare meskipun pada keduanya
terjadi retensi cairan. Sehingga diagnosa keperawatan diare tidak dapat
diangkat.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan kepada diagnosa
keperawatan yang muncul pada partisipan I dan partisipan II.
Berdasarkan kasus, tindakan yang dilakukan selama 5 hari sesuai
dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa kelebihan
volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
rencana yang terjadi pada kedua participant tindakan terdiri dari a)
manajemen cairan, aktivitas keperawatannya seperti timbang berat
badan setiap hari dan monitor status pasien, jaga dan catat
intake/output, monitor status hidrasi, monitor tanda-tanda vital pasien,
monitor kelebihan cairan atau retensi (misalnya edema, distensi vena
jugularis dan edema), b) monitor cairan, aktivitas keperawatannya
seperti tentukan riwayat, jumlah dan tipe intake/output, monitor serum
dan elektrolit urine dan menilai protein urine kuantitatif (tes Esbach)
yang digunakan untuk memonitor adanya protein dalam urine/ 24 jam,
monitor TD, HR dan RR, catat intake/output akurat, c) monitor tanda-
tanda vital, aktivitas keperawatannya seperti monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status pernapasan dengan tepat, monitor irama dan laju
pernapasan, monitor warna kulit, suhu dan kelembaban, monitor
sianosis sentral dan perifer.

Pada diagnosa keperawatan risiko infeksi dengan faktor risiko


ketidakadekuatan pertahanan sekunder yang terjadi pada kedua
participant rencana tindakan terdiri dari a) kontrol infeksi, aktivitas
keperawatannya seperti batasi jumlah pengunjung, anjurkan pasien
mengenai teknik cuci tangan yang benar, anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien, b)
monitor nutrisi, aktivitas keperawatannya seperti timbang berat badan
pasien, lakukan pengukuran antropometri pada komposisi tubuh,
monitor kecenderungan naik dan turunnya berat badan anak,
identifikasi perubahan berat badan terakhir, c) pengecekan kulit,
aktivitas keperawatannya seperti amati warna, kehangatan, bengkak,
pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi pada ekstremitas, monitor warna
dan suhu kulit, monitor warna kulit untuk memeriksa adanya ruam atau
lecet, monitor kulit untuk adanya kekeringan atau kelembaban, monitor
infeksi, terutama dari daerah edema.

Intervensi yang direncanakan pada An.A untuk diagnosa defisiensi


pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terdiri dari a)
pengetahuan manajemen penyakit, aktivitas keperawatan seperti
memberikan pendidikan kesehatan b) perilaku patuh diit yang
disarankan, seperti memberikan informasi tentang diit yang didapatkan
anak.

Pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan penyakit


pada An.R rencana tindakan terdiri dari a) perawatan demam, aktivitas
keperawatannya seperti monitor suhu, monitor intake/output, berikan
terapi antipiretik, b) pengaturan suhu, aktivitas keperawatannya seperti
monitor warna dan suhu kulit, monitor tanda-tanda hipertermi,
tingkatkan intake nutrisi. c) monitor tanda-tanda vital, aktivitas
keperawatannya seperti monitor kualitas nadi, monitor adanya pola
napas abnormal.
Intervensi yang direncanakan pada An.R untuk diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis terdiri dari a) Terapi nutrisi, aktivitas
keperawatannya seperti lengkapi pengkajian nutrisi sesuai kebutuhan,
monitor intruksi diet yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien perhari sesuai kebutuhan, berikan nutrisi yang dibutuhkan
sesuai dengan batasan anjuran diet, b) monitor nutrisi, aktivitas
keperawatannya seperti timbang berat badan pasien, lakukan
pengukuran antropometrik pada komposisi tubuh, monitor
kecenderungan naik dan turunnya berat badan anak, identifikasi
perubahan berat badan terakhir, monitor adanya mual dan muntah,
identifikasi abnormalitas eliminasi bowel, monitor diet dan asupan
kalori, c) penahapan diet, aktivitas keperawatannya seperti berikan
nutrisi peroral sesuai kebutuhan, monitor toleransi peningkatan diet,
tawarkan kemungkinan makan 6 kali dalam porsi kecil, ciptakan
lingkungan yang memungkinkan.

4. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan semua imlementasi berdasarkan tindakan yang
telah direncanakan pada intervensi, pada kedua partisipan tidak dapat
dilakukan tindakan pemantauan nilai elektrolit serum karena
pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan pada awal saat pasien
masuk. Pada masalah kelebihan volume cairan yang dialami kedua
participant telah dilakukan tindakan keperawatan meliputi a)
menimbang berat badan anak setiap hari, b) memonitor tanda-tanda
vital meliputi TD, nadi, pernapasan dan suhu, c) memantau retensi
cairan dengan menilai adannya piting edema, d) menilai luas dan lokasi
edema, e) memantau intake/output perhari, f) memberikan terapi
diuretik sesuai medikasi.

Menurut Syaifuddin, (2012) Meningkatnya permeabilitas dinding


kapiler glomerulus mengakibatkan protein lolos dan keluar bersama
urine yang menyebabkan protein dalam plasma berkurang, tekanan
osmotik koloid menurun dan tekanan hidrostatik meningkat, akibatnya
cairan intravaskuler berpindah kedalam interstisial. Respon tubuh anak
adalah edema, edema akan semakin parah dan hal ini terlihat dari
postur tubuh anak yang hingga mengalami edema anasarka, selain itu
dapat ditemukan peningkatan berat badan anak serta peningkatan
tekanan darah.

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan intervensi pada diagnosa ini


sangat penting untuk mengetahui perubahan status sirkulasi anak.
Mengetahui adanya peningakatan berat badan sebagai respon edema
pada tubuh anak, mengetahui adanya peningkatan tekanan darah akibat
retensi natrium dan air, mengetahui balance cairan anak melalui nilai
intake dan output. Selain itu, perlu juga untuk memantau adanya tanda-
gejala syock hipovolemik akibat berkurangnya cairan intravaskuler
karena berpindah keruang interstisial. Perubahan-perubahan ini harus
selalu dimonitor karena berpengaruh terhadap proses pengobatan
selanjutnya. Analisa lain terkait kelebihan volume cairan, pada kedua
partisipan tidak dilakukan tes Esbach. Peneliti berasumsi, tidak ada
indikasi yang mengharuskan pasien untuk dilakukan tes esbach.
Indikator tersebut meliputi mengetahui jumlah awal protein dalam
urine dan mengetahui waktu remisi dicapai. Selain itu, pada kedua
participan telah dilakukan urinalisa untuk mengetahui adanya
proteinurie. Sehingga tidak diperlukan lagi tes esbach.

Pada masalah risiko infeksi yang dialami oleh kedua responden,


implementasi yang dilakukan peneliti adalah a) memberikan terapi
antibiotik, b) mengajarkan pasien dan keluarga cara mencuci tangan
dengan benar, c) melakukan pengecekan kulit terkai adanya tanda
gejala infeksi seperti bengkak dan kemerahan, d) memberikan diit
sesuai kebutuhan pasien, e) melakukan pengukuran suhu, f) memantau
adanya peningkatan atau penurunan berat badan.

Menurut Syaifuddin, (2012) Penurunan fungsi filtrasi glomerulus


mengakibatkan protein terfiltrasi dan ikut keluar bersama urine, jika
dilakukan pemeriksaan hematologi akan ditemukan hasil
hipoalbuminemia. Respon tubuh anak adalah daya tahan tubuh yang
rendah seperti mudah demam, pucat, kelelahan.

Menurut analisis peneliti, pelaksaan intervensi pada diagnosa ini sudah


tepat. Sehingga peneliti dapat mengetahui adanya peningkatan suhu
sebagai respon tubuh akibat infeksi, mengetahui adanya peningkatan
ataupun penurunan nafsu makan dan berat badan anak, selain itu dapat
menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara mencuci
tangan yang benar sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran
kuman penyakit.

Pada masalah partisipan I yaitu defisiensi pengetahuan telah dilakukan


tindakan keperawatan seperti a) menggali pengetahuan orangtua
tentang penyakit yang diderita anak saat ini melalui diskusi terbuka, b)
memberikan pendidikan kesehatan dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak.

Defisit pengetahuan banyak terjadi pada orang tua anak yang sedang
sakit. Biasanya, kekhawatiran orangtua terhadap keadaan anaknya
merupakan salah satu bentuk ketidaktahuan orang tua terhadap proses
penyakit. Menurut analisa peneliti, kurangnya informasi kepada
orangtua anak sangat berpengaruh teradap pola koping keluarga dalam
menghadapi anak yang sedang sakit, sehingga pendidikan kesehatan
kepada keluarga pasien sangat perlu diberikan. Informasi yang telah
diberikan kepada keluarga pasien meliputi tanda-gejala anak dengan
sindroma nefrotik sehingga anak perlu segera dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat, serta memberikan pengetahuan tentang diit rendah
garam dan tinggi protein kepada anak.

Pada masalah partisipan II yaitu hipertermi telah dilakukan tindakan


keperawatan seperti a) memonitor suhu pasien setiap 6 jam, b)
memonitor warna kulit untuk menilai adanya infeksi seperti bengkak
dan kemerahan, c) memberikan terapi antipiretik, d) mengajarkan
keluarga kompres hangat, e) memberikan terapi antibiotik.

Menurut Ngastiyah, (2014) Mencegah infeksi juga perlu dilakukan


pada pasien dengan sindroma nefrotik, hal ini dikarenakan daya tahan
tubuh anak yang rendah. Salah satu respon tubuh anak terhadap infeksi
adalah peningkatan suhu tubuh. Menurut analisa peneliti, pelaksanaan
intervensi yang dilakukan sudah baik, sehingga dapat mengetahui
perkembangan kondisi pasien seperti suhu tubuh, respon tubuh pasien
terhadap pemberian terapi antipretik serta mengidentifikasi
kemampuan keluarga dalam melakukan kompres hangat pada anggota
keluarga yang sakit.
Pada masalah partisipan II yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah a)
menimbang berat badan anak setiap hari, b) memantau adanya mual
muntah, c) memberikan diit, d) memotivasi pasien untuk makan, e)
pantau sebab penurunan nafsu makan.

Menurut Syaifuddin, (2012) Penumpukan cairan keruang interstisial


dapat mengakibatkan peningkatan tekanan abdomen yang mendesak
lambung. Respon tubuh anak adalah anoreksia dan mual muntah.
Menurut Ngastiyah, (2014) salah satu Penatalaksanaan medis pada
anak dengan Sindroma nefrotik Meliputi Diit tinggi protein sebanyak
2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila
edema sudah berkurang, maka dapat diberikan sedikit garam ( Buku
Kuliah IKA Jilid II).

Menurut analisa peneliti, pelaksanaan intervensi yang dilakukan sudah


baik. Dengan tindakan tersebut, peneliti dapat mengetahui adanya
penurunan berat badan >20%, mengetahui adanya mual muntah,
mengetahui penyebab kurangnya nafsu makan pasien, mengetahui
kebiasaan makan pasien dan memberikan anjuran modifikasi yang
sesuai.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari tanggal 24–30 Mei 2017 dengan metode
penilaian Subjektiv, Objektiv, Assasment, Planning (SOAP) untuk
mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah dilakukan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan I selama 5 hari untuk
masalah keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi ditemukan data subjektif ibu
mengatakan sembab pada bagian mata anak sudah berkurang dan anak
sudah tidak rewel, Sedangkan data objektif diperoleh TD 130/90
mmHg, nadi 113x/i, pernapasan 22x/i, suhu 36,9oC, namun berat badan
anak masih 12 kg. Masih terdapat edema pada ekstremitas dan skrotum
serta asites. balance cairan +150 cc. Kriteria yang harus dicapai adalah
Tekanan Darah dalam batas normal, Keseimbangan intake dan output
dalam 24 jam, Berat badan stabil, edem berkurang, tidak ditemukan
asites, nilai elektrolit dalam batas normal.

Menurut analisa peneliti, masalah ini timbul akibat menurunnya jumlah


albumin dan penurunan tekanan osmotik yang mengakibatkan cairan
intravaskuler berpindah keruang interstisial yang dimanifestasikan
dengan edema (palpebra, ekstremitas, kelamin, abdomen), peningkatan
berat badan, peningkatan tekanan darah, oliguri bahkan anurine.
Sehingga dapat disimpulkan masalah belum teratasi, namun karena
pasien pulang paksa pada hari rawatan ke-8 telah diberikan pendidikan
kepada keluarga untuk mengatur makanan pasien rendah garam dan
mengatur kebutuhan protein pasien 20 gr/hari, jika hal ini tidak
diperhatikan maka anak akan mengalami edema, oliguri, dan
peningkatan tekanan darah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan I selama 5 hari


untuk masalah keperawatan risiko infeksi dengan faktor risiko
ketidakadekuatan pertahanan sekunder diperoleh data subjektif
orangtua mengatakan selama dirawat anaknya tidak pernah demam.
Sedangkan tidak ditemukan data objektif yang menunjukkan adanya
tanda dan gejala infeksi pada anak. Kriteria hasil yang harus dicapai
adalah mengidentifikasi faktor risiko infeksi pada klien,
mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi pada klien, asupan gizi klien
adekuat, ratio berat badan/tinggi badan ideal, status hidrasi adekuat.

Menurut analisa peneliti, masalah ini timbul akibat kondisi


hipoalbumin dan hiperlipidemia yang dialami oleh anak, sehingga anak
akan mengalami penurunan daya tahan tubuh yang dimanifestasikan
dengan penurunan albumin serum dan total protein, peningkatan
kolesterol, demam, tanda infeksi pada kulit seperti bengkak dan
kemerahan, sehingga dapat disimpulkan masalah tidak terjadi,
intervensi dilanjutkan untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien.

Pada diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


informasi pada partisipan I telah dilakukan implementasi selama 5
hari, dari hasil tersebut data subjektif orangtua mengatakan memahami
tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini dan kekhawatiran
berkurang. Sedangkan data objektif ditemukan orangtua pasien mampu
menjawab pertanyaan peneliti, masalah teratasi, intervensi dihentikan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan II selama 5
hari pada masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan
penyakit ditemukan data subjektif Tn.R mengatakan adiknya sudah
tidak demam lagi. Pada data objektif ditemukan anak tidak
berkeringat, kulit tidak teraba hangat, TD 110/60 mmHg, nadi 84x/i,
pernapasan 21x/i, suhu 37,0oC. Masalah teratasi. Intervensi dihentikan.
Dengan kriteria hasil keseimbangan antara produksi dan kehilangan
panas, tanda-tanda vital serta kontrol risiko hipertensi.

Menurut peneliti, pasien dengan sindroma nefrotik mengalami kondisi


hipoalbuminemia dan hipoproteinemia yang menyebabkan penurunan
daya tahan tubuh pasien sehingga rentan terhadap infeksi. Demam
merupakan salah satu kompensasi tubuh terhadap infeksi yang sedang
terjadi dengan manifestasi klinis peningkatan suhu tubuh, berkeringat,
kulit kemerahan dan teraba hangat sehingga dapat disimpulkan
masalah teratasi, intervensi dihentikan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 5 hari pada masalah
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis pada partisipan II ditemukan data
subjektif Tn.R mengatakan anak menghabiskan ½ dari 1 porsi
makanannya. Pada data objektif ditemukan berat badan anak sudah
bertambah 1 kg, LILA 19 cm. Dengan kriteria hasil Asupan gizi,
makanan dan cairan adekuat, Rasio berat badan/ tinggi badan
mencapai ideal.
Menurut peneliti, masalah ini timbul akibat cairan yang mengisi
rongga abdomen mendesak lambung, sehingga anak akan mengeluh
mual bahkan muntah. Selain itu terapi makanan anak yang rendah
garam menyebabkan anak mengalami gangguan sensasi rasa, akhirnya
anak akan mengeluh makanan tidak enak maupun tidak selera makan.
Karena batasan karakteristik dan kriteria hasil sesuai dengan diagnosa
telah tercapai dapat disimpulkan masalah teratasi, intervensi
dihentikan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari pada masalah
keperawatan risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan
pertahanan sekunder ditemukan data subjektif Tn.R mengatakan
adiknya sudah tidak demam lagi. Pada data objektif tidak ditemukan
tanda dan gejala infeksi pada anak. Namun, karena daya tahan tubuh
anak yang lemah menyebabkan anak rentan terserang penyakit.
Menurut analisa peneliti, masalah ini timbul akibat kondisi
hipoalbumin dan hiperlipidemia yang dialami oleh anak, sehingga anak
akan mengalami penurunan daya tahan tubuh yang dimanifestasikan
dengan penurunan albumin serum dan total protein, peningkatan
kolesterol, demam, tanda infeksi pada kulit seperti bengkak dan
kemerahan, sehingga dapat disimpulkan masalah tidak terjadi,
intervensi dilanjutkan untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari pada masalah
keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
tekanan osmotik koloid ditemukan data subjektif Tn.R mengatakan
masih sembab pada kaki dan tangan adiknya. Pada data objektif piting
edema masih ditemukan pada punggung tangan dan kaki pasien, berat
badan pasien bertambah 1 kg, TD 110/60 mmHg, nadi 81x/i,
pernapasan 21x/i, suhu 37,1oC. Kriteria hasil yang diharapkan tekanan
darah dalam batas normal, keseimbangan intake dan output dalam 24
jam, berat badan stabil, edem berkurang, tidak ditemuka asites, nilai
elektrolit dalam batas normal, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa masalah teratasi sebagian, sehingga pada hari rawatan ke-13
intervensi pemberian terapi kortikosteroid tetap dilanjutkan hingga hari
rawatan pasien ke-28 hari. Selain itu perlu dipantau keseimbangan
cairan pasien dan monitor adanya perubahan tekanan darah. Sehingga,
keseimbangan cairan dapat terjaga, tidak ditemukan keparahan kondisi
edema dan tekanan darah tetap stabil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Partisipan I dan Partisipan
II dengan sindroma nefrotik diruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak RSUP DR.
M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa orangtua Partisipan I mengeluh
anak sembab, rewel dan berat badan meningkat. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan piting edema positif pada palpebra, ekstremitas, skrotum dan
asites, tekanan darah 150/100 mmHg, berat badan anak 12 kg, lingkar
perut 61 cm. Hasil pemeriksaan penunjang pada Participant I, total
albumin 1,1 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Sedangkan pada Partisipan II, Tn.R
mengeluh adiknya sembab, pucat dan penurunan nafsu makan. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan piting edema positif pada punggung tangan
dan punggung kaki, berat badan 29 kg, LILA 19 cm. Hasil pemeriksaan
penunjang pada Participant II albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL).
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada sindroma nefrotik sebanyak
tujuh diagnosa. Berdasarkan kasus, diagnosa yang muncul pada Partisipan
I adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi, risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan
pertahanan sekunder, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi. Sedangkan pada partisipan II diagnosa yang muncul
yaitu hipertermi berhubungan dengan penyakit, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, risiko
infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
3. Intervensi keperawatan yang direncakan tergantung pada masalah
keperawatan yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan
berdasarkan diagnosa kelebihan volume cairan pada Partisipan I a)
manajemen cairan, aktivitas keperawatan seperti menimbang berat badan
anak setiap hari, jaga dan catat intake/output, b) monitor cairan, aktivitas
keperawatan seperti monitor serum dan elektrolit urine, c) monitor tanda-
tanda vital, aktivitas keperawatan seperti monitor tekanan darah, nadi,
suhu, pernapasan, irama napas. Sedangkan beberapa intervensi pada
diagnosa kelebihan volume cairan pada kasus Partisipan II sama dengan
intervensi pada kasus Partisipan I.
4. Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai rencana tindakan yang
telah disusun. Implementasi keperawatan pada Partisipan I dilakukan
selama lima hari sedangkan implementasi keperawatan pada Partisipan II
dilakukan selama tujuh hari.
5. Hasil evaluasi :
1. Evaluasi tindakan keperawatan selama lima hari pada Partisipan I dengan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan didapatkan data subjektif:
orangtua mengatakan sembab pada anak sudah berkurang, dan data
objektif: TD 130/90 mmHg, nadi 113x/i, pernapasan 22x/i dan suhu
36,9oC, berat badan anak 12 kg, balance cairan +150 cc, piting edema
positif pada punggung tangan, punggung kaki, skrotum dan asites pada
abdomen, masalah belum teratasi, namun karena pasien pulang paksa pada
hari rawatan ke-8 telah diberikan pendidikan kepada keluarga untuk
mengatur makanan pasien rendah garam dan mengatur kebutuhan protein
pasien 20 gr/hari, jika hal ini tidak diperhatikan maka anak akan
mengalami edema, oliguri, dan peningkatan tekanan darah.
2. Evaluasi yang dilakukan selama tujuh hari pada Partisipan II dengan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan didapatkan data subjektif:
Tn.R mengatakan masih sembab pada kaki adiknya, dan data objektif:
anak tidak berkeringat, tidak ada kemerahan pada kulit anak, suhu 37,1 oC,
tidak teraba panas pada kulit, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
masalah teratasi sebagian, sehingga pada hari rawatan ke-13 intervensi
pemberian terapi kortikosteroid tetap dilanjutkan hingga hari rawatan
pasien ke-28 hari. Selain itu perlu dipantau keseimbangan cairan pasien
dan monitor adanya perubahan tekanan darah. Sehingga, keseimbangan
cairan dapat terjaga, tidak ditemukan keparahan kondisi edema dan
tekanan darah tetap stabil.

2. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal
dan meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.

2. Bagi Ruang Rawat Inap Anak


Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran
bagi perawat di ruang akut IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang dalam melakukan asuhan keperawatan secara
profesional.

3. Bagi instiusi pendidikan


Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan
perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


1. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara tepat dan
mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang
didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan, harus
terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
benar.
2. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang baik pada pasien dengan sindroma nefrotik.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

1. Pengkajian
Hari Tanggal Jam
Waktu Pengkajian Rabu 24 Mei 2017 15.00 wib

Rumah Sakit / : RSUP.Dr.M.Djamil Padang


Klinik/Puskesmas
Ruangan : Akut, IRNA Kebidanan dan Anak
Tanggal Masuk RS : 22 Mei 2017
No. Rekam Medik : 979363
Sumber informasi : Orangtua klien
1. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. A
Tanggal lahir / Umur 24 Maret 2014/ 38 bulan
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Belum sekolah
Anak ke / jumlah 1/1
saudara
Diagnosa Medis Sindroma Nefroik
2. IDENTITAS ORANGTUA IBU AYAH
Nama Ny.J Tn.R
Umur 20 th 32 th
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan IRT Sopir
Alamat Parik Malintang Parik Malintang

IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


3. Usia
Nama Pendi
No (bl/th JK Hub.dg KK Status kesehatan Ket
(Inisial) dikan
)
1 Tn.B 50th LK Kakek klien SD Tidak ada masalah -
2 Ny.J 49th PR Nenek klien SD Tidak ada masalah -
3 Ny.M 23th PR Tante klien SMA Tidak ada masalah -
1. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA Ny.J mengatakan An.A masuk ruang HCU anak RSUP.Dr.M.Djamil
Padang pada 22 Mei 2017 pukul 22.05 wib rujukan
RSUD.Pariaman karena sembab pada seluruh bagian tubuh anak,
urine anak keluar sedikit dan disertai darah

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei 2017 pukul 16.00 wib Ny.J mengatakan
anaknya mengalami sembab pada hampir seluruh bagian tubuh (mata, pipi, perut,
kaki, tangan, kelamin). Ny.J mengatakan berat badan anak saat ini 12 kg sementara
sebelum sakit hanya 9,5 kg.

2. Riwayat kesehatan dahulu

Ny.J mengatakan anaknya sudah pernah dirawat 3x karena penyakit yang sama dan
anak mudah demam. Sembab pada An.A akan selalu imbul saat anak mengkonsumsi
makanan siap saji.

1. Prenatal
Riwayat gestasi G1P1A0H1
HPHT 30 Mei 2013
Pemeriksaan kehamilan Bidan
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Ada, mual muntah
Sikap ibu terhadap kehamilan Posiif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Ada, vit.C dan tablet zinc
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
2. Intranatal
Tanggal persalinan 24 maret 2014
BBL / PBL 2900 gr / 49 cm
Tempat persalinan Rumah Sakit
Penolong persalinan Dokter
Jenis persalinan Secio Caesaria (SC)
Penyulit persalinan ada, panggul sempit
Post natal (24 jam)
APGAR skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10
3.
Pemberian Vit K ada
Koord. relek hisap dan relek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tidak
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital idak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah Ada, penyakit ISPA dan diare
sakit
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
Genogram
Ket :
 : Laki-laki O : Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara c
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG  Simpulan :
DPT 1 2 3
Polio 1 2 3 4  lengkap sesuai usia
Hepaiis B  0 1 2 3  idak lengkap
Campak 
IV.Lingkungan
Ny.J mengatakan dilingkungan rumah terdapat kandang ayam, didalam rumah
klien memelihara seekor kucing dan terdapat wc selain itu, ayah dan suami Ny.J
merokok memiliki kebiasaan merokok. Diluar rumah klien terdapat sepictank dan
tempat pembakaran sampah. Sumber air minum yang dikonsumsi klien adalah air
galon.

V. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
Pemeriksaan Fisik
1. a. Kesadaran CM
GCS : E4M6V5 Jumlah : 15
b. Tanda Vital Suhu : 36,8 oC RR : 24 x/m HR :112 x/m TD : 150/100 mmHg
c. Posture BB : 12 kg PB/TB : 85 cm

d. Kepala Bentuk : normocepal


Kebersihan : bersih
Benjolan : idak ada

e. Mata simetris
Sklera : idak ikterik Konjungiva : idak anemis
Relek cahaya : posiif Palbebra : edema
Pupil : isokor

f. Hidung Letak : simetris


Pernapasan cuping hidung : idak ada
Kebersihan : bersih

g. Mulut Warna bibir, lidah, palatum : merah muda


Kebersihan rongga mulut : bersih
h. Telinga Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : idak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi : idak ada retraksi dinding dada

Auskultasi : vesikuler, idak ada bunyi napas tambahan

Palpasi : pergerakan fremitus kiri dan kanan simetris

Perkusi : sonor

- Jantung Inspeksi : ictus cordis idak terlihat

Auskultasi : irama jantung teratur

Palpasi : Ictus cordis teraba pada RIC V kiri

k. Abdomen Inspeksi : Mengkilat dan tegang pada kulit

Auskultasi : shiting dullness (+)

Palpasi : distensi abdomen

Perkusi : impani

Lingkar : 61 cm
perut
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Lembab
Warna: Merah muda

m. Ekstremitas Lingkar lengan atas : 13


Atas cm Capillary
reill : < 3 dtk
terpasang tryway pada vena radialis dextra dan edema pada jari,
punggung tangan hingga batas lengan
n. Ekstremitas edema pada punggung kaki hingga bagian paha dengan CRT <3 deik
Bawah
o. Genitalia dan Laki-laki
anus Bentuk : normal
Data lain : terdapat edema pada skrotum

3) Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi dan makanan dari rumah sakit berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB
cairan Nefroik 1100 kkal, protein 20 gr/day, garam 1 gr/day) dan habis 1
porsi. Sedangkan cairan yang dikonsumsi anak selama 1 hari ±1200
cc. Anak mengatakan porsi makan yang diberikan kurang.
2. Isirahat dan Siang Malam
idur Pola idur : teratur Pola idur : teratur
Jumlah jam idur :3 jam/hari Jumlah jam idur :8 jam/hari
Masalah :idak ada Masalah :idak ada
3. Eliminasi BAK : Frek 5x/hari, Jumlah ±900 cc, Warna kuning kecokelatan
Masalah :pernah mengalami hematurie
BAB : Frek 1x/hari
Konsistensi lembek
Masalah :idak ada
4. Personal Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : 7 x/mg Sikat gigi :2x/hr
higiene Masalah :idak ada
5. Akivitas Dengan teman sebaya
bermain
6. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : idak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada 22 Mei 2017 diperoleh total
protein 3,2 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1 gr/dL(3,8-5,0 gr/dL), nilai
natrium 128 Mmol/L (136-145 Mmol/L) dan kalsium 7,6 mg/dL (8,1-10,4
mg/dL). Sedangkan hasil urinalisa pada 22 Mei 2017 diperoleh protein +2
dalam urine.

Terapi medis Pada 24 Mei 2017, An.A mendapatkan terapi medis antara lain Prednison
1-1-2 tab, Captopril 3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg, Lasix 2x10 mg,
Simfastain 1x10 mg, Ceixime 2x25 mg
Perawat Yang Melakukan
Pengkajian

( )
BETRI WAHYUNI

Analisa Data
No Data Eiologi Masalah
1 DS: Kelebihan asupan Kelebihan volume
1. Ny.J mengatakan anaknya cairan cairan
mengalami sembab pada
hampir seluruh bagian
tubuh,
2. Ny.J mengatakan anak juga
sedikit rewel
DO:
1. anak minum ±1200 cc dan
BAK ±900 cc.
2. Piing edema posiif pada
palpebra, pipi, punggung
tangan hingga batas lengan,
punggung kaki hingga paha,
skrotum, abdomen,
3. anak terlihat gelisah,
4. BB anak 12 kg, sebelum sakit
9,5 kg.
5. nilai natrium 128 Mmol/L
dan kalsium 7,6 mg/dL.

2 DS: Keidakadekuatan Risiko infeksi


1. Ny.J mengatakan ananya pertahanan
sudah 3x dirawat karena sekunder
penyakit yang sama,
2. Ny.J mengatakan, selama
dirumah anak sering
mengalami demam
DO:
1. terpasang tryway di vena
radialis dextra
2. total protein 3,2 gr/dL,
albumin 1,1 gr/dL, leukosit
11.7600/mm3.

3 DS: Kurangnya Deisiensi


1. Ny.J mengatakan sangat informasi pengetahuan
khawair dengan kondisi
anaknya saat ini,
2. Ny.J mengatakan belum
mendapatkan informasi yang
jelas mengenai penyakit
anaknya dan panik jika
melihat anaknya iba-iba
sembab saat berada dirumah
DO:
Orangtua terlihat bingung saat
ditanya tentang penyakit
anaknya

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1 Kelebihan volume 3. Keseimbangan cairan4. Manajemen cairan
cairan berhubungan Kriteria Hasil: 10. Timbang berat
dengan kelebihan 6. Keseimbangan badan seiap
asupan cairan intake dan output hari dan
dalam 24 jam monitor
7. Berat badan stabil status pasien
8. Turgor kulit 11. Jaga dan catat
9. Asites intake/output
10. Edema perifer 12. Monitor
4. Eliminasi urine status
Kriteria hasil : hidrasi
5. Pola eliminasi 13. Monitor
6. Bau urine tanda-tanda
7. Jumlah urine vital pasien
8. Warna urine 14. Monitor
kelebihan
cairan atau
retensi
(misalnya
edema,
distensi vena
jugularis dan
edema)
15. Kaji luas dan
lokasi edema
16. Monitor
status gizi
17. Berikan cairan
dengan tepat
18. Berikan
diureik yang
diresepkan

5. Monitor Cairan
5. Tentukan riwayat,
jumlah dan
ipe intake/output
6. Monitor serum
dan elektrolit
urine
7. Monitor TD, HR
dan RR
8. Catat
intake/output
akurat
6.
Monitor tanda-tanda
vital
5. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan
dengan tepat
6. Monitor irama dan
laju pernapasan
7. Monitor warna
kulit, suhu dan
kelembaban
8. Monitor sianosis
sentral dan perifer
2 Risiko infeksi 3. Kontrol risiko: prose4s. Kontrol Infeksi
dengan faktor risiko infeksi 4. Batasi jumlah
keidakadekuatan Kriteria Hasil : pengunjung
pertahanan 5. Mengideniikasi 5. Anjurkan pasien
sekunder faktor risiko mengenai teknik
infeksi cuci tangan yang
6. Mengidniikasi benar
tanda dan gejala 6. Anjurkan
infeksi pengunjung untuk
7. Menggunakan alat mencuci tangan
pelindung diri saat memasuki dan
8. Mencuci tangan meninggalkan
4. Status nutrisi ruangan pasien
Kriteria hasil :
5. Asupan gizi
6. Asupan makanan 5. Monitor nutrisi
7. Raio berat 5. Timbang berat
badan/inggi badan badan pasien
8. hidrasi 6. Lakukan
pengukuran
antropometri pada
komposisi tubuh
7. Monitor
kecenderungan
naik dan turunnya
berat badan anak
8. Ideniikasi
perubahan berat
badan terakhir

6. Pengecekan kulit
6. Amai warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema
dan ulserasi
pada ekstremitas
7. Monitor warna dan
suhu kulit
8. Monitor warna
kulit untuk
memeriksa adanya
ruam atau lecet
9. Monitor kulit
untuk adanya
kekeringan atau
kelembaban
10. Monitor
infeksi, terutama
dari daerah edema
3 Deisiensi 5. Pengetahuan: Diet yang 1. Pengajaran:
pengetahuan disarankan peresepan diit
berhubungan Kriteria Hasil : 1. Kaji pola
dengan kurangnya 1. Mengetahui makan pasien
informasi makanan yang saat ini dan
diperbolehkan dan sebelumnya,
dilarang selama termasuk
diet makanan yang
2. Mengetahui disukai dan
manfaat diet yang pola makan
dianjurkan saat ini
3. Mengetahui porsi 2. Kaji adanya
makanan yang keterbatasa
disarankan inansial
yang dapat
mempengaru
hi
3. Ajarkan
pasien dan
keluarga
nama
makanan yang
sesuai dengan
diit yang
disarankan
4. Jelaskan pada
pasien
mengenai
tujuan
kepatuhan
terhadap diit
2. Manajemen
hipervolemi
1. Monitor
intake/output
2. Monitor
edema perifer
3. Batasi asupan
natrium
sesuai indikasi
3. Manajemen berat
badan
1. Hitung berat
badan ideal
pasien
2. Diskusikan
dengan
keluarga
kondisi medis
yang
mempengaru
hi berat badan

4. Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi


Kelebihan volume 1. menimbang berat badan pasien :
cairan berhubungan 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital : TD
asupan cairan 150/100 mmHg, nadi 112x/i,
pernapasan 24x/i, suhu 36,8oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema posiif pada
palpebra, punggung tangan hingga
batas lengan, punggung kaki
hingga bagian paha
4. mencatat intake dan output: intake
±1200 output ±900
5. memberikan diureik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi anibioik:
24 Mei 2017 faktor risiko Ceixime 2x25 mg
keidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefroik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
36,80C
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Deisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
25 Mei 2017 Kelebihan volume 1. menimbang berat badan
cairan berhubungan pasien : 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital :
asupan cairan TD 140/90 mmHg, nadi, 112x/i,
pernapasan 22 x/i dan suhu
36,7oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema posiif pada palpebra,
punggung tangan hingga batas
lengan, punggung kaki hingga
bagian paha
4. mencatat intake dan output:
intake cairan ±1400cc output
cairan ±1200cc
5. memberikan diureik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi anibioik:
faktor risiko Ceixime 2x25 mg
keidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefroik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
36,7oC
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Deisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
26 Mei 2017 Kelebihan volume 1. menimbang berat badan
cairan berhubungan pasien : 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital :
asupan cairan TD 150/100 mmHg, nadi
114x/i, pernapasan 23x/i dan
suhu 36,7oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema posiif pada palpebra,
punggung tangan hingga batas
lengan, punggung kaki hingga
bagian paha
4. mencatat intake dan output: ,
intake cairan ±1100 cc output
cairan ±1000cc.
5. memberikan diureik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi anibioik:
faktor risiko Ceixime 2x25 mg
keidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefroik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
36,7oC
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Deisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
27 Mei 2017 Kelebihan volume 1. menimbang berat badan
cairan berhubungan pasien : 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital :
asupan cairan TD 130/90 mmHg, nadi 110x/i,
pernapasan 23x/i dan suhu
37,2oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema posiif pada palpebra,
punggung tangan hingga batas
lengan, punggung kaki hingga
bagian paha
4. mencatat intake dan output:
intake cairan ±1200 cc output
cairan ±900cc.
5. memberikan diureik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi anibioik:
faktor risiko Ceixime 2x25 mg
keidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefroik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
37,2oC
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Deisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
Kelebihan volume 1. menimbang berat badan
cairan berhubungan pasien : 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital :
asupan cairan TD 140/90 mmHg, nadi 113x/i,
pernapasan 22x/i dan suhu
36,9oC
3. menilai luas dan lokasi
edema : edema posiif pada
punggung tangan hingga
batas lengan, punggung kaki
hingga bagian paha
4. mencatat intake dan output:
intake cairan ±1000 cc output
cairan ±900cc.
5. memberikan diureik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
28 Mei 2017 Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi anibioik:
faktor risiko Ceixime 2x25 mg
keidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefroik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
36,9oC
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Deisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
5. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
1. TD 150/100 mmHg, nadi 112x/i,
asupan cairan
pernapasan 24x/i, suhu 36,8oC,
2. BB 12 kg,
3. intake ±1200cc dan output ±900 cc
4. terapi lasix 2x10mg
5. anak terlihat rewel
6. piing edema posiif pada palpebra,
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya idak
24 Mei 2017 dengan faktor mengalami demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
7. terapi Ceixime 2x25mg diberikan
pertahanan
8. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
9. suhu 36,8oC
A: masalah idak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
Deisiensi S: orangtua mengatakan sudah mengetahui
pengetahuan tanda-gejala pada anak dengan sindroma
berhubungan nefroik
dengan O:
kurangnya orangtua mampu menjelaskan kembali
informasi tanda-gejala sindroma nefroik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
25 Mei 2017 Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
10. TD 140/90 mmHg, nadi, 112x/i,
asupan cairan
pernapasan 22 x/i dan suhu 36,7oC
11. BB 12 kg,
12. intake ±1400cc dan output ±1200 cc
13. terapi lasix 2x10mg
14. anak terlihat rewel
15. piing edema posiif pada palpebra,
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya idak
dengan faktor mengalami demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
16. terapi Ceixime 2x25mg diberikan
pertahanan
17. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
18. suhu 36,7oC
A: masalah idak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
Deisiensi S: orangtua mengatakan sudah mengetahui
pengetahuan diet pada anak dengan sindroma nefroik
berhubungan O:
dengan orangtua mampu menjelaskan kembali jenis
kurangnya makanan untuk anaknya
informasi A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
26 Mei 2017 Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
19. TD 150/100 mmHg, nadi 114x/i,
asupan cairan
pernapasan 23x/i dan suhu 36,7oC
20. BB 12 kg,
21. intake ±1100cc dan output ±1000 cc
22. terapi lasix 2x10mg
23. anak terlihat rewel
24. piing edema posiif pada palpebra,
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya idak
dengan faktor mengalami demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
25. terapi Ceixime 2x25mg diberikan
pertahanan
26. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
27. suhu 36,7oC
A: masalah idak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
Deisiensi S: orangtua mengatakan sudah mengetahui
pengetahuan penyebab sembab pada anak
berhubungan O:
dengan orangtua mampu menjelaskan kembali
kurangnya makanan yang boleh dan idak boleh
informasi dikonsumsi anak
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
28. TD 130/90 mmHg, nadi 110x/i,
asupan cairan
pernapasan 23x/i dan suhu 37,2oC
29. BB 12 kg,
30. intake ±1200cc dan output ±900 cc
31. terapi lasix 2x10mg
32. anak terlihat rewel
33. piing edema posiif pada palpebra,
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya idak
27 Mei 2017 dengan faktor mengalami demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
34. terapi Ceixime 2x25mg diberikan
pertahanan
35. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
36. suhu 37,2oC
A: masalah idak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
Deisiensi S: orangtua mengatakan sudah
pengetahuan mengetahui penyebab tekanan darah anak
berhubungan inggi
dengan O:
kurangnya orangtua mampu menjelaskan kembali
informasi makanan yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan tekanan darah
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
28 Mei 2017 Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan
dengan kelebihan O:
asupan cairan 37. TD 140/90 mmHg, nadi 113x/i,
pernapasan 22x/i dan suhu 36,9oC
38. BB 12 kg
39. intake ±1000cc dan output ±900 cc
40. terapi lasix 2x10mg
41. anak terlihat rewel
42. piing edema posiif pada
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan dengan pemberian
pendidikan kesehatan kepada keluarga
tentang tanda-gejala anak perlu segera
dibawa ke pelayanan kesehatan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya idak
dengan faktor mengalami demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
43. terapi Ceixime 2x25mg diberikan
pertahanan
44. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
45. suhu 37,2oC
A: masalah idak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
Deisiensi S: orangtua mengatakan sudah
pengetahuan mengetahui penyebab tekanan darah anak
berhubungan inggi
dengan O:
kurangnya orangtua mampu menjelaskan kembali
informasi makanan yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan tekanan darah
A: masalah teratasi
P: intervensi dihenikan

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

2. Pengkajian
Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam
Rabu 24 Mei 2017 16.00 wib

Rumah Sakit / : RSUP.Dr.M.Djamil Padang


Klinik/Puskesmas
Ruangan : Akut, IRNA Kebidanan dan Anak
Tanggal Masuk RS : 18 Mei 2017
No. Rekam Medik : 963183
Sumber informasi : Keluarga (kakak kandung)
2. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
4. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. R
Tanggal lahir / Umur 18 September 2002/ 14 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan SMP
Anak ke / jumlah 3/3
saudara
Diagnosa Medis SLE + Sindroma Nefroik
5. IDENTITAS ORANGTUA IBU AYAH
Nama Ny.W Tn.D
Umur 45 th 46 th
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMTA STM
Pekerjaan IRT Buruh
Alamat Tilatang Kamang Tilatang Kamang
IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
6. Usia
Nama Pendi
No (bl/th JK Hub.dg KK Status kesehatan Ket
(Inisial) dikan
)
1 Tn.R 21 th LK Kakak kandung SMK Tidak ada masalah -

2. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA Tn.R mengatakan adiknya masuk ruang Akut RSUP.Dr.M.Djamil


Padang pada 18 Mei 2017 pukul 17.10 wib untuk melakukan
kemoterapi ke-5 nya.
Riwayat Kesehatan Sekarang
1.
Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei 2017 Tn.R mengatakan adiknya mengalami
sembab pada tangan dan kaki, selain itu juga mengalami demam sejak seminggu lalu.
Tn.R mengatakan adiknya juga terlihat pucat dan idak menghabiskan makanan.
2. Riwayat kesehatan dahulu

Tn.R mengatakan adiknya sudah mengalami SLE dan Sindroma Nefroik sejak ± 1,5
tahun yang lalu dan sering mengalami demam. An.R sudah sering dirawat untuk
menjalani kemoterapi.

4. Prenatal
Riwayat gestasi G3P3A0H3
HPHT 6 Desember 2001
Pemeriksaan kehamilan Bidan
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan Posiif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Ada, vit.C dan tablet zinc
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
5. Intranatal
Tanggal persalinan 18 september 2002
BBL / PBL 3100 gr / 51 cm
Tempat persalinan Klinik Bidan
Penolong persalinan Bidan
Jenis persalinan Spontan
Penyulit persalinan Tidak ada
Post natal (24 jam)
6. APGAR skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10
Pemberian Vit K ada
Koord. relek hisap dan relek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Ada
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital idak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah Ada, penyakit ISPA dan diare
sakit
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
Genogram
Ket :
 : Laki-laki O : Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal c
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG Simpulan :
DPT 1 2 3 4
Polio 1 2 3 4  lengkap sesuai
Hepaiis B  0 1 2 3 usia idak lengkap
Campak
IV.Lingkungan
Tn.R mengatakan dilingkungan rumah terdapat tempat pembakaran sampah dan
sepictank, sedangkan didalam rumah terdapat anggota keluarga yang merokok
yaitu ayah Tn.R. Sumber air minum yang dikonsumsi klien adalah air galon.

V. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
Pemeriksaan Fisik
2.
a. Kesadaran CM
GCS : E4M6V5 Jumlah : 15
b. Tanda Vital Suhu : 38,5 oC RR : 21 x/m HR :82 x/m TD : 100/60 mmHg
c. Posture BB : 29 kg PB/TB : 152 cm

d. Kepala Bentuk : normocepal


Kebersihan : bersih
Benjolan : idak ada

e. Mata simetris
Sklera : idak ikterik Konjungiva :
subanemis Relek cahaya : posiif
Palbebra : normal Pupil
: isokor
f. Hidung Letak : simetris
Pernapasan cuping hidung : idak ada
Kebersihan : bersih

g. Mulut Warna bibir, lidah, palatum : pucat


Kebersihan rongga mulut : bersih
h. Telinga Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : idak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi : idak ada retraksi dinding dada

Auskultasi : vesikuler, idak ada bunyi napas tambahan

Palpasi : pergerakan fremitus kiri dan kanan simetris


Perkusi : sonor

- Jantung Inspeksi : ictus cordis idak terlihat

Auskultasi : irama jantung teratur

Palpasi : Ictus cordis teraba pada RIC V kiri

k. Abdomen Inspeksi : Tidak mengkilat, normal

Auskultasi : ada suara bising usus

Palpasi : idak ada distensi abdomen

Perkusi : impani

Lingkar : 65 cm
perut
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Lembab
Warna: Merah muda

m. Ekstremitas Lingkar lengan atas : 19


Atas cm Capillary
reill : > 3 dtk
edema pada jari, punggung tangan hingga batas lengan
n. Ekstremitas edema pada punggung kaki hingga bagian paha dengan CRT >3 deik
Bawah
o. Genitalia dan Perempuan
anus Bentuk : normal
Data lain : terdapat edema pada labia mayora

3) Kebiasaan sehari-hari
7. Nutrisi dan makanan dari rumah sakit berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB DN
cairan 2048 kkal, protein 30 gr/day, lemak 36,3 gr/day) dan habis ¼ porsi.
Sedangkan cairan yang dikonsumsi anak selama 1 hari ±1000 cc.
Anak mengatakan idak nafsu makan karena makanan hambar.
8. Isirahat dan Siang Malam
idur Pola idur : teratur Pola idur : teratur
Jumlah jam idur :2 jam/hari Jumlah jam idur :7 jam/hari
Masalah :idak ada Masalah :idak ada
9. Eliminasi BAK : Frek 5x/hari, Jumlah ±800 cc, Warna kuning kecokelatan.
BAB : Frek 1x/hari
Konsistensi lembek
Masalah :idak ada
10. Personal Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi :2x/hr
higiene Masalah :idak ada
11. Akivitas Dengan teman sebaya
bermain
12. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : idak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada 18 Mei 2017 diperoleh nilai asam
urat 7,5 mg/dL ( 2,4-5,7 mg/dL), total kolesterol 237 mg/dl (<200 mg/dl),
nilai natrium 130 Mmol/L (136-145 Mmol/L), total protein 6,3 gr/dL (6,6-
8,7 gr/dL), albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Sedangkan hasil urinalisa
pada 18 Mei 2017 diperoleh protein +2 dalam urine.
Terapi medis Pada 24 Mei 2017, An.R mendapatkan terapi medis antara lain
Methylprednisolon 1x24 mg, Captopril 3x12,5 mg, Vit.C 3x100 mg, Bicnat
3x3 mg, Luminal 2x60 mg, Ceixime 2x150 mg, Allopurinol 3x100 mg,
Calc
3x500 mg
Perawat Yang Melakukan
Pengkajian

( )
BETRI WAHYUNI

Analisa Data

N Data Eiologi Masalah


o
1 DS: Penyakit Hipertermi
Tn.R mengatakan adiknya
demam dan badannya teraba
hangat.
DO:
6. suhu 38,5oC
7. kulit teraba hangat
8. wajah memerah
9. leukosit 5.700/mm3.
2 DS: Faktor biologis Keidakseimbangan
Tn.R mengatakan adiknya nutrisi kurang dari
terlihat pucat dan idak kebutuhan tubuh
menghabiskan makanan,
pasien mengeluh rasa
makanan hambar.
DO:
3. mukosa mulut kering,
4. bibir pecah-pecah,
5. LILA 19 cm,
6. berat badan saat ini 29 kg,
berat badan sebelumnya 36
kg,
7. HDL 21 mg/dL
(dislipidemia),
8. diit MB DN 2048 kkal
dengan protein 30 gr dan
lemak 36,4 gr, habis ¼ porsi
3 DS: Keidakadekuatan Risiko infeksi
Tn.R mengatakan adiknya pertahanan
sering mengalami demam dan sekunder
sudah ±1,5 tahun didiagnosa
SLE + Sindroma Nefroik
DO:
total protein 6,3 gr/dL,
albumin 2,4 gr/dL.

4 DS: Kelebihan asupan Kelebihan volume


Tn.R mengatakan adiknya cairan cairan
mengalami sembab pada
punggung tangan dan
punggung kaki hingga lutut.
DO:
13. edema pada
punggung tangan dan
punggung kaki hingga
lutut,
14. BB saat ini 29,
sebelum sakit 36 kg,
15. minum ±1000 cc dan
BAK ±800cc,
16. nilai natrium 130
Mmol/L.

2. Diagnosa Keperawatan
4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologi
6. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder
7. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Hipertermi 2. Termoregulasi 1. Pengaturan suhu
berhubungan Kriteia Hasil : 1. Monitor suhu dan
dengan penyakit 7. Tidak ada warna kulit
dehidrasi 2. Monitor tekanan
8. Suhu dalam batas darah,nadi,respira
normal si
9. Tidak ada 3. Monitor dan
peningkatan suhu laporkan adanya
kulit hipotermia
10. Tidak ada 4. Tingkatkan nutrisi
perubahan warna yang adekuat
kulit 5. Berikan medikasi
2. Perawatan
demam
1.
Pantau suhu dan
2. tanda vital lain
Monitor asupan dan
3. haluaran
Lembabkan hidung
dan mukosa bibir
3. yang kering
Kontrol Infeksi
7. Batasi jumlah
pengunjung
8. Anjurkan pasien
mengenai teknik
cuci tangan yang
benar
9. Anjurkan
pengunjung untuk
mencuci tangan
saat memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
2 Keidakseimbangan 3. Status nutrisi 4. Terapi nutrisi
nutrisi kurang dari Kriteia Hasil : 4. Lengkapi
kebutuhan tubuh 1. Asupan pengkajian
berhubungan gizi nutrisi sesuai
dengan faktor 2. Asupan kebutuhan
biologi 5. Monitor
makanan
3. Asupan intruksi diet
cairan yang sesuai
4. Energi untuk
5. Rasio memenuhi
berat badan/ kebutuhan
inggi badan nutrisi pasien
6. Hidrasi perhari sesuai
kebutuhan
6. Berikan nutrisi
yang
dibutuhkan
sesuai dengan
batasan
anjuran diet

5. Monitor
nutrisi
10. Timbang berat badan
pasien
11. Lakukan pengukuran
antropometrik
pada komposisi
tubuh
12. Monitor
kecenderungan
naik dan
turunnya berat
13 badan anak
. Ideniikasi
perubahan berat
14 badan terakhir
. Monitor adanya mual
15 dan muntah
. Ideniikasi
abnormalitas
16 eliminasi bowel
. Monitor diet dan
17 asupan kalori
. Ideniikasi
perubahan nafsu
makan dan
akivitas akhir-
18 akhir ini
. Tentukan pola makan
(misalnya
makanan yang
disukai dan idak
disukai, konsumsi
makanan cepat
saji, makan
tergesa-gesa)

6. Penahapan
diet
5. Berikan nutrisi
peroral sesuai
kebutuhan
6. Monitor toleransi
peningkatan diet
7. Tawarkan
kemungkinan
makan 6 kali
dalam porsi kecil
8. Ciptakan
lingkungan yang
memungkinkan
makanan
disajikan sebaik
mungkin
3 Risiko infeksi dengan 6. Kontrol risiko: prose4s. Kontrol Infeksi
faktor risiko infeksi 10. Batasi jumlah
keidakadekuatan Kriteria Hasil : pengunjung
pertahanan 9. Mengideniikasi 11. Anjurkan
sekunder faktor risiko pasien mengenai
infeksi teknik cuci tangan
10. Mengidniikasi yang benar
tanda dan gejala 12. Anjurkan
infeksi pengunjung untuk
11. Menggunakan mencuci tangan
alat pelindung diri saat memasuki dan
12. Mencuci tangan meninggalkan
7. Status nutrisi ruangan pasien
Kriteria hasil :
9. Asupan gizi 5. Monitor nutrisi
9. Timbang berat
10. Asupan makanan
badan pasien
11. Raio berat
10. Lakukan
badan/inggi badan
pengukuran
12. hidrasi
antropometri pada
komposisi tubuh
11. Monitor
kecenderungan
naik dan turunnya
berat badan anak
12. Ideniikasi
perubahan berat
badan terakhir

6. Pengecekan kulit
11. Amai
warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema
dan ulserasi
pada
ekstremitas
12. Monitor
warna dan suhu
kulit
13. Monitor
warna kulit untuk
memeriksa adanya
ruam atau lecet
14. Monitor kulit
untuk adanya
kekeringan atau
kelembaban
15. Monitor
infeksi, terutama
dari daerah edema
4 Kelebihan volume 5. Keseimbangan cairan7. Manajemen cairan
cairan berhubungan Kriteria Hasil: 19. Timbang berat
dengan kelebihan 11. Keseimbangan badan seiap
asupan cairan intake dan output hari dan
dalam 24 jam monitor
12. Berat badan stabil status pasien
13. Turgor kulit 20. Jaga dan catat
14. Asites intake/output
15. Edema perifer 21. Monitor
6. Eliminasi urine status
Kriteria hasil : hidrasi
9. Pola eliminasi 22. Monitor
10. Bau urine tanda-tanda
11. Jumlah urine vital pasien
12. Warna urine 23. Monitor
kelebihan
cairan atau
retensi
(misalnya
edema,
distensi vena
jugularis dan
edema)
24. Kaji luas dan
lokasi edema
25. Monitor
status gizi
26. Berikan cairan
dengan tepat
27. Berikan
diureik yang
diresepkan

8. Monitor Cairan
9. Tentukan riwayat,
jumlah dan ipe
intake/output
10. Monitor
serum dan
elektrolit urine
11. Monitor TD,
HR dan RR
12. Catat
intake/output
akurat
9.
Monitor tanda-tanda
vital
9. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan
dengan tepat
10. Monitor irama
dan laju
pernapasan
11. Monitor
warna kulit, suhu
dan kelembaban
12. Monitor
sianosis sentral
dan perifer

4. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi
Hipertermi 1. monitor suhu, hasilnya 38,5oC
berhubungan dengan 2. monitor warna kulit, idak
penyakit ditemukan kemerahan dan
bengkak
3. memberikan paracetamol 300 mg,
4. mengajarkan keluarga kompres
hangat.

Risiko infeksi dengan 1. memberikan Ceixime 2x150 mg,


faktor risiko 2. mengajarkan pasien dan keluarga
keidakadekuatan cara mencuci tangan dengan
pertahanan sekunder benar,
3. melakukan pengecekan kulit, idak
ditemukan bengkak dan
24 Mei 2017 kemerahan,
1. melakukan pengukuran suhu,
hasilnya suhu 38,5oC.
Kelebihan volume 1. menimbang berat badan, hasilnya
cairan berhubungan 29 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital, TD
asupan cairan 100/60 mmHg, nadi 82x/i,
pernapasan 21x/i dan suhu 38,5oC
3. memantau retensi cairan,
ditemukan adanya piing edema,
4. menilai luas dan lokasi edema,
terdapat edema (punggung kaki
dan punggung tangan),
5. memantau intake/output, intake
cairan ±1000cc dan output cairan
±800 cc.

25 Mei 2017 Hipertermi 1. monitor suhu, hasilnya 37,1oC


berhubungan monitor warna kulit, idak ditemukan
denga2n. penyakit kemerahan dan bengkak
3. memberikan paracetamol 300 mg,
4. mengajarkan keluarga kompres
hangat.

Risiko infeksi dengan 1. memberikan Ceixime 2x150 mg,


faktor risiko 2. mengajarkan pasien dan keluarga
keidakadekuatan cara mencuci tangan dengan
pertahanan sekunder benar,
3. melakukan pengecekan kulit,
idak ditemukan bengkak dan
kemerahan,
4. melakukan pengukuran suhu,
hasilnya suhu 37,1oC.
Kelebihan volume1. menimbang berat badan, hasilnya 29
cairan berhubungan kg
dengan kelebihan2. memonitor tanda-tanda vital, TD
asupan cairan 130/80 mmHg, nadi 88x/i,
pernapasan 24x/i, suhu 37,1oC
3. memantau retensi cairan, ditemukan
adanya piing edema
4. menilai luas dan lokasi edema,
terdapat edema (punggung kaki
dan punggung tangan)
Risiko infeksi dengan 1. memberikan Ceixime 2x150 mg,
faktor risiko 2. mengajarkan pasien dan keluarga
keidakadekuatan cara mencuci tangan dengan
pertahanan sekunder benar,
3. melakukan pengecekan kulit,
idak ditemukan bengkak dan
kemerahan,
4. melakukan pengukuran suhu,
26 Mei 2017 hasilnya suhu 36,7oC.
Kelebihan volume1. menimbang berat badan, hasilnya 29
cairan berhubungan kg
dengan kelebihan2. memonitor tanda-tanda vital, TD
asupan cairan 110/60 mmHg, nadi 83x/i,
pernapasan 22x/i, suhu 36,7oC
3. memantau retensi cairan, ditemukan
adanya piing edema
4. menilai luas dan lokasi edema,
terdapat edema (punggung kaki
dan punggung tangan)
27 Mei 2017 Risiko infeksi dengan1. memberikan Ceixime 2x150 mg,
faktor risiko2. mengajarkan pasien dan keluarga cara
keidakadekuatan mencuci tangan dengan benar,
pertahanan sekunder3. melakukan pengecekan kulit,
idak
ditemukan bengkak dan
4. kemerahan,
melakukan pengukuran suhu, hasilnya
suhu 36,7oC.
Kelebihan volume1. menimbang berat badan, hasilnya 29
cairan berhubungan kg
dengan kelebihan2. memonitor tanda-tanda vital, TD
asupan cairan 110/60 mmHg, nadi 83x/i,
pernapasan 22x/i, suhu 36,7oC
3. memantau retensi cairan, ditemukan
adanya piing edema
4. menilai luas dan lokasi edema,
terdapat edema (punggung kaki
dan punggung tangan)
Risiko infeksi dengan 1. memberikan Ceixime 2x150 mg,
faktor risiko 2. mengajarkan pasien dan keluarga
keidakadekuatan cara mencuci tangan dengan
pertahanan sekunder benar,
3. melakukan pengecekan kulit,
idak ditemukan bengkak dan
kemerahan,
4. melakukan pengukuran suhu,
hasilnya suhu 36,9oC.
28 Mei 2017
Kelebihan volume1. menimbang berat badan, hasilnya 29
cairan berhubungan kg
dengan kelebihan2. memonitor tanda-tanda vital, TD
asupan cairan 120/80 mmHg, nadi 83x/i,
pernapasan 23x/i, suhu 36,9oC
3. memantau retensi cairan, ditemukan
adanya piing edema
4. menilai luas dan lokasi edema,
terdapat edema (punggung kaki
dan punggung tangan)

5. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


24 Mei 2017 Hipertermi S: Tn.R mengatakan badan adiknya masih
berhubungan panas
dengan penyakit O:
46. Suhu 38,50C
47. Kulit teraba panas
48. Terapi paracetamol 300mg
diberikan A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: Tn.R mengatakan adiknya mengalami
dengan faktor demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
49. terapi Ceixime 2x150mg diberikan
pertahanan
50. suhu 38,5oC
sekunder
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
Kelebihan volume S: Tn.R mengatakan masih sembab pada
cairan tangan dan kaki adiknya
berhubungan O:
dengan kelebihan
1. berat badan anak 29 kg
asupan cairan
2. TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i,
pernapasan 21x/i, suhu 38,5oC
3. Piing edema posiif pada punggung
tangan dan punggung kaki
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Hipertermi S: Tn.R mengatakan badan adiknya idak
berhubungan panas lagi
dengan penyakit O:
51. Suhu 37,10C
52. Terapi paracetamol 300mg
diberikan A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan pemantauan suhu
Risiko infeksi S: Tn.R mengatakan adiknya idak mengalami
dengan faktor demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
53. terapi Ceixime 2x150mg diberikan
pertahanan
25 Mei 2017 54. suhu 37,1oC
sekunder
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
Kelebihan volume S: Tn.R mengatakan masih sembab pada
cairan tangan dan kaki adiknya
berhubungan O:
dengan kelebihan
4. berat badan anak 29 kg
asupan cairan
5. TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i,
pernapasan 21x/i, suhu 38,5oC
6. Piing edema posiif pada punggung
tangan dan punggung kaki
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
26 Mei 2017 Kelebihan volume S: Tn.R mengatakan badan adiknya masih
cairan sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
55. TD 130/80 mmHg, nadi 88x/i,
asupan cairan
pernapasan 24x/i, suhu 37,1oC
56. BB 29 kg,
57. piing edema posiif pada
ekstremitas A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: Tn.R mengatakan adiknya idak mengalami
dengan faktor demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
58. terapi Ceixime 2x150mg diberikan
pertahanan
59. suhu 37,1oC
sekunder
A: masalah idak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
Kelebihan volume S: Tn.R mengatakan badan adiknya masih
cairan sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
60. TD 110/60 mmHg, nadi 83x/i,
asupan cairan
pernapasan 22x/i, suhu 36,7oC
61. BB 29 kg,
62. piing edema posiif pada
27 Mei 2017 ekstremitas A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: Tn.R mengatakan adiknya idak mengalami
dengan faktor demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
63. terapi Ceixime 2x150mg diberikan
pertahanan
64. suhu 36,7oC
sekunder
A: masalah idak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
anibioik dan memantau suhu
28 Mei 2017 Kelebihan volume S: Tn.R mengatakan badan adiknya masih
cairan sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
65. TD 110/70 mmHg, nadi 86x/i,
asupan cairan
pernapasan 23x/i, suhu 37,2oC
66. BB 29 kg,
67. piing edema posiif pada
ekstremitas A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: Tn.R mengatakan adiknya idak mengalami
dengan faktor demam saat ini
risiko O:
keidakadekuatan
68. terapi Ceixime 2x150mg diberikan
pertahanan
69. suhu 37,2oC
sekunder
A: masalah idak terjadi
Deisiensi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
pengetahuan
berhubungan anibioik dan memantau suhu
dengan
kurangnya
informasi

Anda mungkin juga menyukai