Anda di halaman 1dari 44

KONSEP TUHAN

Mengahdirkan Allah Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Agama
Dosen Pengampu : H. Maskuri, M. Ag.

Disusun Oleh :
 Adisty Gitacahyani (41200216)
 Erna Nurliana (41200207)
 Nurul Aini (41200245)
 Nurul Nurjanah (41200202)
 Opiana (41200155)
 Peni Retnasari (41200190)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
IKMI CIREBON
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KONSEP TUHAN Mengahdirkan
Allah Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bpk. H.
Maskuri, M. Ag. pada Mata Kuliah Pendidikan Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Konsep Tuhan dalam pandangan agama Islam bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasiih kepada Bpk. H. Maskuri, M. Ag. selaku dosen Mata
Kuliah Pendidikan Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang dijalani.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tim Penyusun,

i
Daftar Isi

Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAAN .......................................................................................................................... 3
A. Pengertian Tuhan ................................................................................................................. 3
B. Istilah-istilah Tuhan .............................................................................................................. 4
C. Konsep Tentang Tuhan Dalam Perbandingan Agama.......................................................... 6
D. Konsep Tuhan Dalam Agama islam ...................................................................................... 6
E. Cara Agama Islam Dalam Meyakini Adanya Tuhan Pada Kehidupan Sehari-hari ................ 7
BAB III............................................................................................................................................ 8
PENUTUP....................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 9
Lampiran-1 .................................................................................................................................... 10
Lampiran-2 .................................................................................................................................... 13
Lampiran-3 .................................................................................................................................... 16
Lampiran-4 .................................................................................................................................... 24
Lampiran-5 .................................................................................................................................... 30
Lampiran-6 .................................................................................................................................... 40

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Secara istilah Tuhan adalah segala sesuatu yang paling dicintai. Seperti halnya apabila
seseorang lebih mencintai mobil barunya daripada segalanya maka mobil itu menjadi Tuhan
baginya. Menurut KBBI Tuhan adalah sesuatu yang diyakini , dipuja, dan disembah oleh manusia
sebagai yang maha kuasa, maha perkasa, dan sebagainya.
Eksistensi Tuhan merupakan salah satu masalah paling fundamental manusia, karena
penerimaan maupun penolakan terhadapnya memberikan konsekuensi yang fundamental. Alam luas
yang diasumsikan sebagai produk sebuah kekuatan yang maha sempurna dan maha bijaksana dengan
tujuan yang sempurna berbeda dengan alam yang diasumsikan sebagai akibat dari kebetulan atau
insiden. Manusia yang memandang alam sebagai hasil penciptaan Tuhan Maha Bijaksana adalah
manusia yang optimis dan bertujuan. Sedangkan manusia yang memandang alam sebagai akibat dari
serangkaian peristiwa acak atau chaos adalah manusia yang pesimis, nihilis, absurd dan risau akan
kemungkinan-kemungkinan yang tak dapat diprediksi.
Jika dalam berbagai kajian mengenai ke-Tuhanan memiliki konsep-konsep yang berbeda satu
sama lain; misalnya faham monoteisme dengan kepercayaan satu Tuhan yang juga dianut oleh
masyarakat pratulisan-Afrika yang meyakini bahwa Tuhan adalah yang maha tinggi, dualisme yang
difahami dalam Hinduisme bahwa Tuhan yang maha tinggi dianggap memiliki kodrat ganda; yang
satu tidak bergerak dan yang lain aktif, politeisme yang memiliki kepercayaan kepada berbagai dewa
personal, panteisme yang mengidentikkan Tuhan dengan segala sesuatu dan monisme yang
meyakini bahwa ilahi dapat menjadi daya universal di mana kekuatan tersebut tampak dalam dunia
psikologis sebagai jiwa yang universal.
Dalam konsep islam, Tuhan sendiri disebut Allah dan diyakini sebagi zat yang maha tinggi
yang nyata dan esa, pencipta yang maha kuat dan maha tahu, yang abadi, penentu takdir, dan hakim
bagi semesta alam. Menurut Al-quran terdapat 99 nama Allah (asmaul husna) artinya nama-nama
yang paling baik. Yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Penciptaan dan
penguasaan alam semesta di deskripsikan sebgai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama
untuk semua ciptaan yang menguji keagungannya.
Menurut ajaran islam Tuhan muncul dimanapun tanpa menjelma dalam bentuk apapun. Dalam
hal itu di Al-Quran sudah dijelaskan” dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan dia
dapatmelihat segala yang kelihatan dan dialah yang maha halus lagi maha mengetahui”(QS. Al-
An’am 6:103). Keangungan dan kebesaran sifat-sifatnya jelas terlampau agung untuk bisa ditembus
oleh akal pikiran manusia yang paling hebat sekalipun. Karena itu, ada riwayat hadist yang melarang
untuk memikirkan Allah, mengingat semua akal dan pikiran pasti tidak akan mampu
menjangkaunya.
Beberapa konsep di atas merupakan pengantar sebuah pemahaman mengenai Tuhan atau
hakekat Tuhan dalam persepsi berbagai agama yang ada di dunia. Makalah ini tidak akan
membicarakan secara luas dan mendetil mengenai faham-faham tersebut melainkan hanya akan
mengambil satu faham saja yang relevan dengan persepsi agama Islam yang konsep-konsepnya
terdapat dalam al-Quran, hadis dan sejarah para Nabi utusan Allah.

1
B. Rumusan masalah

1. Apa itu Tuhan?

2. Apa saja istilah-istilah tentang tuhan?

3. Seperti apa Konsep tentang Tuhan dalam perbandingan agama?

4. Seperti apa konsep tentang tuhan dalam agama islam ?

5. Bagaimana cara agama islam dalam meyakini adanya tuhan pada kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu Tuhan.

2. Mengetahui apa saja istilah-istilah tentang tuhan.

3. Mengetahui perbedaan pandangan tentang konsep tuhan di berbagai agama.

4. Mengetahui konsep tuhan dalam pandangan agama islam.

5. Mengetahui bagaimana cara umat beragama islam dalam meyakini tuhan pada kehidupan

sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Pengertian Tuhan

Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi
teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta
sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam
semesta, tetapi tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta.
Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan
menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling
umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak
terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang
sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya
bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala
kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan". Banyak filsuf abad pertengahan dan
modern terkemuka yang mengembangkan argumen untuk mendukung dan membantah keberadaan
Tuhan.
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: ‫ )هللا‬dan diyakini sebagai Zat Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir,
dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).
Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama
Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat
Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha
Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha
Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.
Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal. Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab
bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua,
Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”
Dalam tinjauan Islam, konsep ke-Tuhan-an tidak dapat dipisahkan dari pengertian tentang Tuhan
yang termuat dalam sumber-Nya. Yaitu Al-Qur’an yang oleh umat Islam diyakini sebagai wahyu, dan
menurut Al-Qur’an ajaran Islam yang terpenting adalah perintah dan seruan kepada manusia untuk
menyembah hanya kepada Allah dan ini merupakan kredo inti. Al-Qur’an menyatakan bahwa yang
Tuhan itu hanyalah Allah. Karena yang Tuhan hanyalah Allah maka manusia hanya benar kalau
menyembah Allah semesta.Sehubungan dengan ke-Tuhan-an, Al-Qur’an tidak hanya menyebutkan
tentang Tuhan saja, akan tetapi juga tentang sifat-sifatnya, lewat sifat-sifat Allah dapat diketahui corak
hubungan antara Allah selaku pencipta alam sebagai ciptaan-Nya.Al-Qur’an dengan tegas menyatakan
bahwa tidak ada sesuatu pun yang mampu menyamai dan menyertai Allah. Dari sini juga dapat
dipahami kata Allah itu adalah nama Tuhan bagi kalangan muslim.

3
B. Istilah-istilah Tuhan

Pengelompokan agama menurut Dr. Zakir Naik melalui studi dan penelitiannya mengelompokan
agama-agama di dunia secara garis besar menjadi 2 kelompok yakni Agama Semitik (bangsa-bangsa
keturunan Shem, putra Nabi Nuh yaitu Yahudi, Arab, Assiria, Phoenisia dsb) dan Agama Nonsemitik.
1. Agama Non-semitik sendiri terbagi menjadi dua kategori yaitu Arya (bangsa Indo-Eropa
yang menyebar ke wilayah Iran hingga India Utara sekitar 2000 – 1500 SM) dan Non-Arya.
2. Agama Semitik terdiri atas Yahudi/ Judaisme, Kristen dan Islam. Sementara Agama Arya
adalah Hindu, Jainisme, Zoroaster, Buddha dan Sikh. Non-Arya adalah agama (keyakinan)
yang tersebar di Wilayah Cina dan Jepang yaitu Konfusiusme, Taoisme dan Shintoisme.
1. Dien
Dalam ajaran Islam sendiri menyebut Islam sebagai Diin. Dalam bahasa Semit, dien berarti
undang-undang atau hukum. Sementara, dalam bahasa Arab kata tersebut mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.
Dapat diketahui bahwa dien sendiri membawa peraturan-peraturan/ hukum yang harus dipatuhi,
membuat seseorang tunduk dan patuh kepada Tuhan, dan membawa kewajiban-kewajiban yang apabila
menjalankannya mendapat balasan baik, sedangkan apabila mengingkarinya akan memperoleh balasan
buruk.
2. Agama Samawi
Dalam Islam agama samawi berarti agama dari langit, karena para pengikutnya meyakini
agama samawi diciptakan langsung oleh Tuhan melalui perantara malaikat lalu disampaikan kepada
para nabi dan rasul utusannya yang kemudian disampaikan kepada umat manusia sebagai pegangan
hidup. Agama ini pun dibentuk oleh kitab suci, menurut bahasa Barat diistilahkan dengan revealed
religion.
Ajaran agama langit ditujukan kepada sifat-sifat asli atau hakikat kemanusiaan, menuntunnya,
mengawalnya dan mengarahkannya kepada pembinaan keselamatan dan kesenangan bagi manusia
sendiri. Karena kita suci agama langit memiliki kebenaran yang mutlak maka tidak akan berubah-ubah,
tak perlu berubah dan tak mungkin berubah. Kebenaran mutlak itu mengatasi ruang dan waktu.
Adapun ciri-ciri agama langit adalah:
Secara pasti dapat ditentukan dari lahirnya. Agama ini bukan tumbuh dari masyarakat,
melainkan diturunkan kepada masyarakat. Yang tergolong agama samawi adalah Yahudi, Nasrani, dan
Islam. Islam adalah agama samawi yang terakhir yang diwahyukan oleh Allah swt. kepada utusan-Nya
yakni Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia.
Disampaikan oleh manusia pilihan Tuhan sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan
agama, melainkan menyampaikannya. Dalam Islam sendiri, Allah swt. mengutus para hamba pilihan-
Nya diantaranya adalah Nabi Musa yang menyampaikan agama Yahudi, Nabi Isa menyampaikan
agama Nasrani, dan terakhir adalah Nabi Muhammad saw. yang menyampaikan agama Islam.
Memiliki kitab suci yang bersih dari intervensi manusia. Diantara agama samawi yang masih
dan akan terus ‘suci’ dari intervensi manusia adalah agama Islam. Sementara itu, agama yahudi dan
nasrani sendiri pada saat ini banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan penganut-
penganutnya. Banyak intervensi para pengikutnya dalam agama, contohnya saja perombakan kitab Injil
dan praktik ibadah kaum Yahudi yang melenceng dari aturan sebelumnya. Ini menandakan bahwa
agama tersebut dipertanyakan ‘kesuciannya’. Konsep ketuhanannya adalah monotheisme mutlak
(tauhid), Kebenarannya bersifat universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan, Sistem
nilai agama wahyu ditentukan Tuhan sendiri diselaraskan dengan ukuran dan hakekat kemanusiaan.

4
Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudian dapat dibuktikan kebenarannya
oleh ilmu pengetahuan. Dalam Islam sendiri, segala sesuatu tentang alam raya telah termaktub dalam
kitab suci Al-Quran. Tidak sedikit para cendekiawan yang menjadi mualaf saat mengetahui adanya
keselarasan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan.
Tuhan memberikan petunjuk, pedoman, tuntunan, dan peringatan kepada manusia dalam
pembentukan insan kamil. (Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H., 2010: 69-71)
3. Agama Ardi
Berbeda dengan agama samawi, agama ardi berakar dari budaya, daerah, pemikiran seseorang
yang kemudian dapat diterima secara global, dengan kata lain agama ini bisa disebut juga agama
budaya. Agama ini tidak memiliki kitab suci dan bukan berlandaskan pada wahyu Tuhan. Dalam istilah
Barat, agama ini disebut dengan natural religion.
Tata hubungan dalam agama ardi ini dirumuskan oleh pemimpin agama itu berdasarkan cita-
cita, pengalaman, pemikiran dan penghayatannya. Agama ardi tidak dapat ditentukan lahirnya, karena
ia tumbuh seirama dengan perkembangan masyarakat. Agama ini dapat mengalami perubahan yang
terjadi karena cara berpikir dan cara merasa masyarakat berubah (kebudayaan).
Karena agama ini dibetuk oleh filsafat, ajaran-ajarannya tentang alam gaib tidak termakan oleh
akal mereka yang berada di luar pandangan filsafat tersebut. Ajaran-ajarannya tentang alam nyata
hanyalah bersifat spekulatif, yakni hasil pemikiran semata-mata tanpa diuji oleh fakta. Karena itu dalam
perkembangan ilmu satu demi satu ajaran itu dibuktikan kekeliruannya.
Dari beberapa uraian di atas, ciri-ciri agama ardi (budaya) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Agama budaya tidak dapat dipastikan kapan lahirnya karena agama ini mengalami proses
pertumbuhan seirama dengan proses pertumbuhan kebudayaan masyarakatnya.
Agama budaya tidak mengenal akan utusan yang diturunkan Tuhan. Yang mengajarkan agama
ini adalah para filosof atau yang ekuivalen dengan para filosof yang tumbuh di masyarakat, atau
pemimpin rohaniah yang merumuskan penghayatan atau kesadaran agama yang hidup dalam
masyarakatnya, atau pencipta agama itu sendiri.
Agama ini tidak memiliki kitab suci. Namun, agama budaya dari masyarakat yang telah lama
berperadaban mungkin sekali memiliki kitab suci. Akan tetapi, kitab suci ini terus berubah seiring
berkembangnya pemikiran para penganutnya.
Tata hubungan antara manusia dan Tuhan dalam agama budaya berasal dari akal, bukan naqal
seprti agama samawi. Perkembangan kebudayaan mengubah kepercayaan, pengetahuan dan
pengalaman itu, sehingga diperlukan perubahan agama, supaya ia tetap selaras dengan kebudayaan yang
berubah itu. Hal ini berbanding terbalik dengan agama samawi yang memaksa kebudayaan untuk
selaras dengan tata berpikir agama.
Konsep ketuhanan agama budaya disusun oleh akal. Karena itu, tanggapan tentang Yang Kudus
atau Tuhan dalam sejarah umat manusia berkembang dengan perkembangan akalnya, mulai dari
dinamisme sampai kepada monoteisme nisbi.
Doktrin agama budaya adalah nisbi, karena berdasarkan pengetahuan manusia yang dhaif.
Maka, kebenarannya terikat pada masa dan masyarakat yang menganutnya
Prinsip-prinsip agama budaya diselarskan dengan masa dan masyarakat tertenu. Oleh karena
itu, sering terjadi perubahan-perubahan agar agama selaras dengan kebudayaan masyarakat.

5
Perkara-perkara alam nyata yang disampaikan agama budaya sering terbukti kekeliraunnya
oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan agama langit yang mana perkara-perkara alam
nyata satu persatu terbukti kebenarannya oleh perkembangan ilmu.
Gambaran yang hendak dibentuk agama budaya adlah anggapan kesempurnaan sepanjang cita-cita,
pengalaman, pemikiran, dan penghayatan masyarakat penganutnya, yang belum tentu diakui oleh
masyarakat lain yang berebda akan cita-cita, pengalaman, pemikiran dan penghayatannya.

C. Konsep Tentang Tuhan Dalam Perbandingan Agama

ilmu perbandingan agama adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berusaha untuk
memahami gejala-gejala keagamaan.dari suatu kepercayaan agama dalam hubungannya dengan agama
lain. Di samping nama ilmu perbandingan agama ada beberapa nama lain dari ilmu perbandingan
agama :

1. Allgemeine religions wissrn schaft


2. Science of religions
3. The history off religions
4. Comparative studies off religion

D. Konsep Tuhan Dalam Agama islam

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: ‫ ) هللا‬dan diyakini sebagai Zat Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir,
dan Hakim bagi semesta alam.[1][2
Kata ‘Allah’ dalam kaligrafi.
Templat berisiko tinggi is semi-protected from editing to prevent vandalism.
Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid).[3] Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.[4] Menurut Al-Quran
terdapat 99 Nama Allah (asma’ul husna artinya: “nama-nama yang paling baik”) yang mengingatkan
setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.[5][6] Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan
Maha Tinggi dan Maha Luas.[7] Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling
sering digunakan adalah “Maha Pengasih” (ar-rahman) dan “Maha Penyayang” (ar-rahim).[5][6]
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian
yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesanNya
dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk
apa pun.[8] Al-Quran menjelaskan, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al‘An’am
6:103).[2]

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal. Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab
bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua,
Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”[8]

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah
oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi.[9][10] Namun, hal ini tidak
diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.

6
E. Cara Agama Islam Dalam Meyakini Adanya Tuhan Pada Kehidupan Sehari-hari

Tuhan menurut Islam adalah Allah, Esa, Ahad, Dia adalah dirinya Sendiri, Tunggal dalam
sifatnya maupaun Fa’alnya. Dia unsur yang berdiri Sendiri tidak berbilang dan pada ayat kedua yaitu
Allah tidak bergantung Pada siapa-siapa melainkan ciptaan-Nyalah yang bergantung pada-Nya Seperti
malaikat, manusia, iblis, jin, hewan, benda mati, cair, gas, padat, Cahaya dan sebagainya adalah ciptaan.
Dialah Sang pencipta Sang kholik, Semua makhluk berdo’a meminta kepada-Nya, hidup matinya
tergantung Kepada-Nya, tidak ada makhluk yang tidak tegantung kepada-Nya demikian Juga manusia
sejak zaman Adam hingga Muhammad.

Menghadirkan Allah dalam setiap aktifitas kehidupan sehari-hari, menyakini


keberadaan -Nya adalah suatu hal yang tidak sulit bagi kita untuk melakukannya. Keimanan
seseorang hanya dari aspek keyakinan sepenuh hati akan keberadaan-Nya dan belum beranjak
kepada tahapan berikutnya, yaitu bagaimana agar keberadaan -Nya harus bisa dirasakan dalam
aktifitas keseharian mereka. Allah sudah menjelaskan bahwa Dia begitu dekat dengan
hambanya. Lebih dekat daripada diri si hamba dengan urat lehernya sendiri. Fenomena inilah
yang disebut fenomena kesadaran ilahiah yang diwujudkan dalam aktivitas sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya. Yang seharusnya menjadi ilahiah justru tercampakkan. Dan akibat dari
tercampakkan itu atau tidak adanya kesadaran ilahiah terjadilah krisis moral yang semakin hari
semakin banyak yang dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dari itu,
pentingnya menanamkan kesadaran sikap menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas
kehidupan sehari – hari .

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi
teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain.
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: ‫ )هللا‬dan diyakini sebagai Zat Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir,
dan Hakim bagi semesta alam.
Manusia tidak akan bisa lepas dari konsep ketuhanan, karena manusia akan berfikir dan
mencerna apa yang terjadi di sekelilingnya. Bahwa adanya ciptaan adanya perwujudan manuasia dan
alam seisinya sebagai bentuk rasa Rahman dan Rahim dari Allah dan setiap manusia akan selalu
berhubungan dengan tuhan sebagai bentuk keyakinan atau ketauhidan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

B. Saran

Demikian makalah ini dibuat, besar harapan makalah ini dapat bemanfaat bagi kalangan
banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini jauh dari
sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat
disusun menjadi lebih baik di masa mendatang.

8
Daftar Pustaka

1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)

2. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan#:~:text=Tuhan%20dipahami%20sebagai%20Roh%2

Mahakuasa,segala%20kejadian%20di%20alam%20semesta.

3. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)

4. Sumber : Makalah BAB III KONSEP TUHAN STUDY UKURAN KEBENARAN TENTANG TUHAN

DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM, KRISTEN DAN HINDU

5. https://aksarafauzi.blogspot.com/2018/09/istilah-istilah-dalam-konsep

ketuhanan.html?m=1

9
Lampiran-1

Nama : Opiana
Nim : 41200155
Kelas : TI-2020-C-P
Prodi: Teknik Informatika
RANGKUMAN MODUL 10

Etika Islam Dalam Kegiatan Politik


(Seputar Kepemimpinan, HAM, dan diskursus tentang
Hubungan antara Agama dan Negara).

1. Seputar Kepemimpinan :
Orang-orang yang haram dipilih sebagai pimpinan adalah Orang kafir (QS. 3 : 28). Orang Islam
yang lebih menyukai kekafiran daripada keimanan (QS. 9 : 17). Orang Islam tetapi suka menjadikan
agama sebagai ejekan (QS 5 : 58). Orang Islam yang diprediski dapat menimbulkan kemadharatan bagi
umat (QS. 3 : 118).
Tugas pimpinan adalah :
a) Membawa umat menghadap qilblat agar umat melaksanakan Al-Qur'an secara utuh (QS. 30 ;
30 dan QS. 2 : 142144).
b) Mewujudkan umat yang kokoh (QS. 2:13 dan QS. 61:4).
c) Amr Ma'ruf Nahyi munkar (QS. 3 : 104).
d) Menebarkan rahmat /perdamaian di seluruh alam semasta (QS 21 : 107).
e) Membebaskan umat dari perbudakan, kemiskinan dan kebodohan (QS. 90: 13-16).
f) Menegakkan keadilan dan menentang kezaliman (QS. 4 : 58 dan QS 16 :90).

2. Seputar HAM :
HAM atau Hak Asasi Manusia (Human Right) dalam pandangan Barat bersifat antroposentrik
sedangkan HAM dalam pandangan Islam adalah teosentrik. Wajar kalau terdapat perbedaan pandangan
antara keduanya.

Prinsip-prinsip penetapan HAM dalam Islam :

 Al-Musawwah (Persamaan)
 Al-'Adalah (keadilan),
 Tasammuh (Toleransi).
 Al-Marhamah (penuh kasih sayang).
 At-Tawazun (pola Keseimbangan).
 At-Ta'awun dan At-Takaful .
 Al-Haq (benar).

10
Kewajiban Manusia :

 Taklief dari Allah. Segala taklief adalah kewajiban yang harus dilakasanakan
 manusia. Kewajiban diberikan sejak baligh.
 Kewajiban manusia terklasifikasi menjadi tiga yakni Hablum minallah, hablum
 minannas dan hablum minal alam.
 Kewajiban kepada Allah adalah ibadah.
 Kewajiban kepada manusia adalah silaturahmi.
 Kewajiban kepada alam adalah bersikap ihsan.
 Sanksi dari pelanggaran terhadap kewajiban adalah hudud, qishah , ta'zie.
 Islam tidak memaksa agar manusia menganut Islam. Itu terserah pilihannya
 tetapi setiap pilihanmenghandung resiko. Akan tetapi kalu sudahmasuk menjadi
penganut Islam barulah ada paksaan harus shalat, hatis menutup aurat harus zakat dll.

Hak-hak Manusia :

 Hak Hidup dan mendapatkan perlindungan keamanan fisik (Hifdzul Jasad).


 Hak mendapatkan perlindungan akal dan kebebasan menyatakan
pendapat(Hifdzul aqli)
 Hak mendapatkan tertib keturunan (hifdzun nasal).
 Hak perlindungan terhadap hak milik / harta (hifdzul maal).
 Hak mendapatkan ketenangan jiwa (hifdzun nafsi).
 Hak menganut agama sesuai dengan keyakinannya. (Hifdzu din).

3. Diskursus tentang Hubungan antara Islam dan Negara

Kajian tentang hubungan Islam dan negara telah banyak diperdebatkan oleh para pemikir, baik
di zaman Klasik, zaman Pertengahan, maupun pemikirpemikir Modern dan – post Modernisme.
Pendapat mereka dapat diklasifikasikan menjadi tiga aliran pokok, yakni :
Kelompok Pertama, ialah kelompok yang berpendapat bahwa hubungan antara Islam dan negara
sangat lekat bahkan Islam mengatur persoalan Negara secara eksplisit dan detail. Dengan demikian
mendirikan sebuah negara Islam adalah wajib, konstruk negara harus negara Islam. Ajaran Islam harus
menjadi dasar konstitusi. Mereka menolak gagasan negara kebangsaan (nation state) karena dinilai
bertentangan dengan prinsip ummah. Mereka mengakui prinsip musyawarah tetapi menolak
musyawarah sistem demokrasi. Tokoh yang menyatakan tentang ini diantaranya : Al-Mawardi, Al-
Maududi, Sayyid Quthub, Hakim Javid Iqbal,dan banyak lagi ulama-ulama lain yang mengharuskan
adanya khalifah(imam) yang memimpin negara. Tetapi secara umum hujjah yang mereka gunakan
tentang kewajiban mendirikan negara Islam adalah :
(1). Al-Qur'an surat 4 : 59 tentang kewajiban adanya Ulu al-amr.
(2). Hadis; ada hadis riwayat Abu Daud dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah tentang kewajiban
mengangkat pimpinan walaupun dalam kelompok kecil.
(3). Ijtihad (Qiyas) bahwa kalau di dalam kelompok kecil saja wajib mengangkat pimpinan
apalagi di dalam sebuah kelompok besar atau negara. Ini dikenal dengan mafhãm muwáfaqah
la\nal khiÅáb.
(4). Qaidah Fiqhiyyah yang menyatakan “málá yatimmu wájib illá bih fahuwa wájib (apabila
tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengan adanya sesuatu, maka sesuatu itu menjadi
wajib adanya).
(5). Dalil Logika. Menurut Ibn Taimiyah, secara logika, kewajiban muslim adalah amr ma’rãf
nahyu munkar, wajib membela pihak yang teraniaya, wajib melaksanakan \udãd, menegakkan
keadilan, melaksanakan jihad, dll.

11
(6). Bukti Sejarah : Menurut kelompok ini, Nabi Muhammad SAW ketika berada di Medinah
dengan Piagam Madinahnya waktu itu telah melakukansegala aktivitas kenegaraan
sebagaimana dilakukan oleh para pemimpin negaralainnya seperti menjatuhkan saksi pidana,
menyatakan perang, menjadikomando perang dan mengangkat para penguasa daerah taklukan.

Kelompok Kedua, mereka menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara Islam dengan negara dengan
demikian mendirikan negara bukan sebuah kewajiban. Tokoh yang menyatakan tentang ini yaitu : Ali
‘Abd Ar-Ráziq.

Kelompok ketiga : Di luar kelompok yang pro dan kontra di atas muncullah kelompok ketiga yang
pendapatnya dapat dianggap sebagai sebuah sintesa. Kelompok ini mengakui bahwa di dalam Islam
memang terdapat ajaran tentang politik dan negara tetapi hanya menyangkut prinsip-prinsipnya saja,
tidak menjelaskan secara ekplisit tentang bentuk negara, dasar negara dan ketatanegaran lainnya. Itu
semua disesuaikan secara fleksibel dengan keadaan negara masing-masing.
Tokoh yang menyatakan tentang ini yaitu: Harun Nasution, Fathi Osman, Amin Rais, Ibrahim Husein,
Abdurrahman Taj, Azyumardi Azra,

PERBEDAAN ANTARA NEGARA DEMOKRATIS DENGAN NEGARA ISLAM

Negara Demokratis Negara Islam

1. Kedaulatan di tangan rakyat artinya 1. Kedaulatan di tangan Allah, hanya Allah


Keterlibatan rakyat dalam memproduksi hukum yang berhak memproduksi hukum (al. konsep
(Lyman Tower dalam buku Contemporary Maududi).
political ideology).

2. Pengambilan keputusan diambil dengan 2. Kekuasaan di tangan ummatMereka yang


musyawarah mufakat ataudengan suara memegang kekuasaan harus dipilih oleh ummat
mayoritas. ditunjukkan dengan bai‘at.

3. Kebebasaan beragama. Pindah-pindah 3. Ada kebebasan beragama tetapibagi mereka


agamapun hak warga Negara tidak ada sanksi. yang murtad terkena dengan hukum bunuh.

4. Ada pembagian kekuasaan (power 4. Dalam pengambilan keputusan Syar’i oleh


sharing) para mujtahid sedangkan pengambilan
keputusan teknis diambil oleh para ahli.
5. Pemilu untuk memilih pemimpin mereka . 5. Pemilu dimulai dengan pemilihan oleh ahlu
al-allâ wa al-‘aqdi.

Menghangatnya kembali pembahasan tentang konsep negara Islam akhir-akhir ini disebabkan oleh
beberapa faktor.
Pertama : Karena kesadaran umat Islam sendiri tentang hakikat agama.
Kedua, Menengok kembali kepada kenyataan sejarah;
Ketiga karena ternyata konsep negara sekuler telah dianggap gagal oleh banyak kalangan
muslim dalam membawa negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim kepada kejayaan,
termasuk Indonesia yang hancur morat marit karena krisis multi dimensi.
Keempat: Lahirnya kembali optimisme terhadap prospek Islam masa depan sebab (1). Dunia
yang terus bergejolak dan hancurnya komunis. (2). Maraknya kezaliman atas diri umat Islam
di berbagai belahan bumi meningkatkan kesadaran akan Islam dan memperkokoh persatuan.
(3). Terinspirasi oleh munculnya Eropa Bersatu

12
Lampiran-2

Nama : Adisty Gitacahyani

Nim : 41200216

Kelas : TI-2020-C-P/ti-Kip-B5
Prodi: Teknik Informatika
RANGKUMAN MODUL 10

Etika Islam Dalam Kegiatan Politik


(Seputar Kepemimpinan, HAM, dan diskursus tentang
Hubungan antara Agama dan Negara).

A. KEPEMIMPINAN
 Orang-orang yang haram dipilih sebagai pimpinan adalah
1) Orang kafir (QS. 3 : 28).
2) Orang Islam yang lebih menyukai kekafiran daripada keimanan (QS. 9 : 17).
3) Orang Islam tetapi suka menjadikan agama sebagai ejekan (QS 5 : 58).
4) Orang Islam yang diprediksi dapat menimbulkan kemadharatan bagi umat (QS.
3 : 118).
 Tugas pimpinan adalah :
1) Membawa umat menghadap qilblat agar umat melaksanakan Al-Qur'an secara
utuh (QS. 30 ; 30 dan QS. 2 : 142-144).
2) Mewujudkan umat yang kokoh (QS. 2 : 13 dan QS. 61 : 4).
3) Amar Ma'ruf Nahyi munkar (QS. 3 : 104).
4) Menebarkan rahmat / perdamaian di seluruh alam semasta (QS 21 : 107).
5) Membebaskan umat dari perbudakja, kemiskinan dan kebodohan (QS. 90 : 13-
16).
6) Menegakkan keadilan dan menentang kezaliman (QS. 4 : 58 dan QS 16 : 90

B. HAM
HAM atau Hak Asasi Manusia (Human Right) dalam pandangan Barat bersifat
antroposentrik sedangkan HAM dalam pandangan Islam adalah teosentrik. Wajar kalau
terdapat perbedaan pandangan antara keduanya.

C. PRINSIP-PRINSIP PENETAPAN HAM DALAM ISLAM


1) Al musyawarah(persamaan)
2) Al –‘adalah(keadilan)
3) Tasammuh ( toleransi)

D. KEWAJIBAN MANUSIA
1) Taklief dari Allah. Segala taklief adalah kewajiban yang harus dilakasanakan
manusia. Kewajiban diberikan sejak baligh.

13
2) Kewajiban manusia terklasifikasi menjadi tiga yakni Hablum minallah, hablum
minannas dan hablum minal alam.
3) Kewajiban kepada Allah adalah ibadah.
4) Kewajiban kepada manusia adalah silaturahmi.
5) Kewajiban kepada alam adalah bersikap ihsan.
6) Sanksi dari pelanggaran terhadap kewajiban adalah hudud, qishah , ta'zie.
7) Islam tidak memaksa agar manusia menganut Islam. Akan tetapi kalau sudah
masuk menjadi penganut Islam barulah ada paksaan harus shalat, harus
menutup aurat, harus zakat dll.

E. HAK-HAK MANUSIA
1) Hak hidup
2) Hak mendapatkan perlindungan akal dan kebebasan menyatakan pendapat
3) Hak mendapatkan tertib keturunan
4) Hak perlindungan terhadap hak milik / harta
5) Hak mendapatkan ketenangan jiwa
6) Hak menganut agama sesuai dengan keyakinan
F. Wanita
 Kedudukan wanita
 Memiliki kesempatan beriman dan beramal yang sama (QS 33 : 35 dan 4 : 19).
 Memiliki kesempatan yang sama untuk mencari dan membelanjakan hartanya QS. 4 :
4 dan 32)
 Memperoleh warisan dan pendidikan.
 Berhak memilih dan dipilih dalam perjodohan.
 Berhak mengajukan perceraian lewat fasakh dan khulu'
 Perlakuan istimewa terhadap wanita
 Tubuhnya dihargai sehingga harus ditutup.
 Para penggangunya mendapatkan ancaman hukum yang berat.
 Harus dijaga kemanaannya bukan menjaga keamanan pria.
 Wanita adalah tiang negara.
 Surat An-Nisa sebagai bukti kepedualian Islam terhadap wanita.
 Memiliki pengaruh besar terhadap anak.
 Syurga di bawah telapak kaki ibu.
 Mengistimewakan pelayanan kepada ibu daripada kepada ayah
 Mati karen amelahirkan adalah mati syahid
 Hak hidup sehingga tidak boleh melakukan aborsi kecuali dalam situasi darurat
G. HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN NEGARA
Pendapat ini sudah diklasifikasikan menjadi 3 aliran pokok, yakni:
1. Kelompok Pertama, ialah kelompok yang berpendapat bahwa hubungan antara
Islam dan negara sangat lekat bahkan Islam mengatur persoalan negara secara
eksplisit dan detail. Dengan demikian mendirikan sebuah negara Islam adalah
wajib, konstruk negara harus negara Islam. Ajaran Islam harus menjadi dasar

14
konstitusi. Mereka menolak gagasan negara kebangsaan (nation state) karena dinilai
bertentangan dengan prinsip ummah. Mereka mengakui prinsip musyawarah tetapi
menolak musyawarah sistem demokrasi. Banyak lagi ulama-ulama lain yang
mengharuskan adanya khalifah (imam) yang memimpin negara. Tetapi secara
umum hujjah yang mereka gunakan tentang kewajiban mendirikan negara Islam
adalah:
 Al-quran
 Hadist
 Ijtihad
 Qaidah fiqhiyyah
 Dalil logika
 Bukti sejarah
2. Kelompok Kedua, mereka menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara Islam
dengan negara dengan demikian mendirikan negara bukan sebuah kewajiban.
3. Kelompok ketiga : Di luar kelompok yang pro dan kontra di atas muncullah
kelompok ketiga yang pendapatnya dapat dianggap sebagai sebuah sintesa.
Kelompok ini mengakui bahwa di dalam Islam memang terdapat ajaran tentang
politik dan negara tetapi hanya menyangkut prinsip-prinsipnya saja, tidak
menjelaskan secara ekplisit tentang bentuk negara, dasar negara dan ketatanegaran
lainnya. Itu semua disesuaikan secara fleksibel dengan keadaan negara masing-
masing. Menurut Harun Nasution, yang penting adalah prinsip-prinsip terpokok
Islam yang harus dijelmakan dalam sebuah negara, pertama-tama adalah tujuan
yang hendak dicapai oleh negara itu yaitu masyarakat beragama dan berketuhanan
Yang Maha Esa, yang di dalamnya terdapat persatuan, persaudaran,
persamaan, musyawarah dan keadilan.
H. Menghangatnya kembali Negara Islam akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Karena kesadaran umat islam sendiri tentang hakikat agama.
2. Menengok kembali kepada kenyataan sejarah.
3. Konsep negara sekuler
4. Lahirnya optimisme terhadap prospek islam masa depan.

15
Lampiran-3
Nama : Peni Retnasari

Nim : 41200190
Kelas : TI-2020-C-P
Prodi: Teknik Informatika
RANGKUMAN MODUL 10

Etika Islam Dalam Kegiatan Politik


(Seputar Kepemimpinan, HAM, dan diskursus tentang
Hubungan antara Agama dan Negara).

1. Seputar Kepemimpinan :
-orang yang haram dipilih sebagai pimpinan adalah (1). Orang kafir
(QS. 3 : 28). Orang Islam yang lebih menyukai kekafiran daripada keimanan
(QS.9 : 17). Orang Islam tetapi suka menjadikan agama sebagai ejekan (QS 5 :
58). Orang Islam yang diprediski dapat menimbulkan kemadharatan bagi umat
(QS. 3 : 118).

melaksanakan Al-Qur'an secara utuh (QS. 30 ; 30 dan QS. 2 : 142-144). (b).


Mewujudkan umat yang kokoh (QS. 2 : 13 dan QS. 61 : 4). (c). Amr Ma'ruf Nahyi
munkar (QS. 3 : 104). (d). Menebarkan rahmat / perdamaian di seluruh alam
semasta (QS 21 : 107). (e). Membebaskan umat dari perbudakja, kemiskinan dan
kebodohan (QS. 90 : 13-16). (f). Menegakkan keadilan dan menentang kezaliman
(QS. 4 : 58 dan QS 16 : 90).
2. Seputar HAM :
HAM atau Hak Asasi Manusia (Human Right) dalam pandangan Barat bersifat
antroposentrik sedangkan HAM dalam pandangan Islam adalah teosentrik. Wajar
kalau terdapat perbedaan pandangan antara keduanya.
 Prinsip penetapan HAM dalam Islam :
-Musawwah (Persamaan) di depan hukum atau equality before the law.

16
Nabi bersabda : "Seandainya Fatimah putriku mencuri, akan kupotong
tangannya" (Hadits).
-'Adalah (keadilan), yakni keadilan di depan hukum Allah menegaskan
:"Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menegakkan kebenaran
karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap suatu golongan membuat kamu berbuat tidak adil". (QS. 5 : 8).
 Tasammuh (Toleransi). Tolerance is liberty to ward the opinions of athers,
patience with others (Webster's New American Dictionary, p. 1050). Toleransi
adalah memberi kebebasan pendapat terhadap orang lain dan berlaku sabar
menghadapi orang lain. Di dalam surat al-Kafirun ayat 1 – 6 dijelaskan bahwa
kita harus toleran dalam beragama. Kita meyakini kebenaran agama kita
sendiri tetapi tetap menghormati orang lain.
 Al-Marhamah (penuh kasih sayang).
 At-Tawazun (pola Keseimbangan).
 At-Ta'awun dan At-Takaful .
 Al-Haq (benar).
Kewajiban Manusia :

manusia. Kewajiban diberikan sejak baligh.

minannas dan hablum minal alam.


wajiban kepada Allah adalah ibadah.

lam. Itu terserah pilihannya


tetapi setiap pilihan mengandung resiko.
Hak-hak Manusia :
o Hak Hidup dan mendapatkan perlindungan keamanan fisik (Hifdzul Jasad).

17
o Hak mendapatkan perlindungan akal dan kebebasan menyatakan pendapat
o (Hifdzul aqli).
o Hak mendapatkan tertib keturunan (hifdzun nasal).
o Hak perlindungan terhadap hak milik / harta (hifdzul maal).
o Hak mendapatkan ketenangan jiwa (hifdzun nafsi).
o Hak menganut agama sesuai dengan keyakinannya. (Hifdzu din).

1. Seputar Wanita :
Kedudukan Wanita :
emiliki kesempatan beriman dan beramal yang sama (QS 33 : 35 dan 4
: 19).

hartanya QS. 4 : 4 dan 32)

Berhak mengajukan perceraian lewat fasakh dan khulu'


Perlakuan Istimewa terhadap Wanita :

Wanita adalah tiang negara.


-Nisa sebagaiu bukti kepedualian Islam thd wanita.

Diskursus tentang Hubungan antara Islam dan Negara


 Kelompok Pertama, ialah kelompok yang berpendapat bahwa hubungan

18
antara Islam dan negara sangat lekat bahkan Islam mengatur persoalan negara
secara eksplisit dan detail. Dengan demikian mendirikan sebua negara Islam
adalah wajib, konstruk negara harus negara Islam. Ajaran Islam harus menjadi
dasar konstitusi. Mereka menolak gagasan negara kebangsaan (nation state)
karena dinilai bertentangan dengan prinsip ummah. Mereka mengakui prinsip
musyawarah tetapi menolak musyawarah sistem demokrasi.
 Kelompok Kedua, mereka menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara Islam dengan negara dengan demikian mendirikan negara bukan sebuah
kewajiban. ‘Ali ‘Abd Ar-Ráziq misalnya, tidak setuju dengan konsep negara
Islam, bahkan ia menegaskan tidak ada hubungan antara agama dan negara.
Menurutnya Allah tidak memberikan jabatan rasul sekaligus sebagai raja
kepada nabi Muhammad SAW. Buktinya hanya beberapa rasul saja yang
menjadi raja seperti nabi Dawud, justeru kebanyakannya rasul itu bukan raja,
melainkan hanyalah rasul semata.
 Kelompok ketiga : Kelompok ini mengakui bahwa di dalam Islam memang
terdapat ajaran tentang politik dan negara tetapi hanya menyangkut
prinsip-prinsipnya saja, tidak menjelaskan secara ekplisit tentang bentuk
negara, dasar negara dan ketatanegaran lainnya. Itu semua disesuaikan
secara fleksibel dengan keadaan negara masing-masing.
Dalam pandangan kelompok Modernis, Piagam Madinah adalah petunjuk
pengaturan kehidupan masyarakat yang berasaskan Islam dan disusun berdasar-
kan syari‘at Islam untuk mengatur masyarakat yang majemuk. Kelompok ini
beranggapan bahwa Islam mengatur soal politik dan negara namun tidak
mendetail.
Seiring dengan itu Abdurrahman Taj menjelaskan bahwa siyásah syari‘ah adalah
hukum kebijaksanaan atau peraturan yang berfungsi mengorganisir perangkat
kepentingan negara dan mengatur urusan umat yang sejalan dengan jiwa syari‘ah,
sesuai dengan dasar-dasar yang universal (kully) serta (dapat) merealisasikan

19
tujuan-tujuannya yang bersifat kemasyarakatan, sekalipun hal itu tidak
ditunjukkan oleh na[-na[ taf[ili yang juz’i di dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Siyásah yang Islami ialah suatu peraturan, perundangan, atau kebijaksanaan yang
secara faktual lebih dapat mendekatkan umat manusia kepada kemaslahatan dan
lebih dapat menjauhkan diri dari kerusakan sekalipun hal itu tidak ditetapkan oleh
Rasul dan tidak pula ada wahyu turun tentang hal itu.
Dengan konsep tauhid ditegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Rabb atau
pencipta dan penguasa alam ini, maka Dialah yang berdaulat terhadap alam ini.
Kedaulatan tertinggi adalah milik Allah sedangkan manusia sama sekali tidak
memiliki kedaulatan.

Allah sebagai Rabb berarti Tuhan yang memelihara, mengatur, mengasihi dan
menyempurnakan. Dialah satu-satunya Penguasa dan Pemilik. Karena hanya
Allah sebagai Rabb manusia maka manusia ketaatan dan kepasrahan manusia
hanya diserahkan kepada Allah, tidak boleh diserahkan kepada makhluk. Dalam
arti inilah Allah sebagai Iláh (yang disembah, al-ma‘bãd). Hanya Allah-lah yang
berhak mengklaim sebagai hakim serta tidak ada undang-undang selain undang-
undang-Nya.73 Segala aturan dan perundang-undangan yang bertentangan
dengan aturan Allah adalah bathil.

Prinsip kedua adalah Risálah, yaitu sunnah nabi. Al-Qur’an hanya menjelaskan
prinsip-prinsip pokok sebagai landasan yang harus dipatuhi manusia, selanjutnya
apa-apa yang global itu diperjelas oleh Rasulullah sepanjang hayatnya. Oleh
karena itu, pedoman dasar bagi kehidupan manusia adalah Al Qur’an dan Sunnah
Rasul. Kedua pegangan itu dalam terminologi Islam disebut syari‘at.

Kosep ketiga adalah Khiláfah, yaitu manusia sebagai wakil Tuhan (khilâfah) di
atas bumi.

20
Perbedaan antara negara demokratis dengan negara Islam sebagaimana dapat
dilihat pada table di bawah ini.
PERBEDAAN ANTARA NEGARA DEMOKRATIS DENGAN NEGARA
ISLAM
Negara Demokratis Negara Islam
1. Kedaulatan di tangan rakyat Kedaulatan di tangan Allah,
artinya hanya Allah yang berhak
Keterlibatan rakyat dalam memproduksi hukum (al. konsep
memproduksi hukum (Lyman Maududi).
Tower dalam buku
Contemporary
political ideology).
2. Pengambilan keputusan diambil Kekuasaan di tangan ummat.
dengan musyawarah mufakat Mereka yang memegang
atau kekuasaan harus dipilih oleh
dengan suara mayoritas. ummat ditunjukkan dengan
bai‘at.
3. Kebebasaan beragama. Pindah- Ada kebebasan beragama tetapi
pindah agamapun hak warga bagi mereka yang murtad
negara tidak ada sanksi. terkena dengan hukum bunuh
4. Ada pembagian kekuasaan Dalam pengambilan keputusan
(power Syar’i oleh para mujtahid
sharing) sedangkan pengambilan
keputusan teknis diambil oleh
para ahli.
5. Pemilu untuk memilih Pemilu dimulai dengan pemilihan
pemimpin oleh ahlu al-\allâ wa al-‘aqdi.
mereka .

21
Menghangatnya kembali pembahasan tentang konsep negara Islam
akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa faktor.
 Pertama : Karena kesadaran umat Islam sendiri tentang hakikat agama.
Menurut beberapa pemikir, agama adalah instrument Ilahiyah atau instrument
transendental untuk memahami dunia, demikian pandangan Robert Nabilah.81
Maksudnya Tuhan menurunkan agama adalah agar manusia mampu memahami
dunia, baik dalam kehidupan pribadi (agama private) maupun dalam kehidupan
bermasyarakat (agama public). Dengan demikian terdapat hubungan yang
inextricable antara agama dan persoalan-persaoalan kemanusiaan.
 Kedua, Menengok kembali kepada kenyataan sejarah; Islam bukanlah
segepok teori dan ilusi kosong tanpa kenyataan, Islam sebagai agama telah ada
sejak 14 abad yang silam dan sebagai mabda’ telah pernah terwujud secara
faktual sebagai realitas historis selama berabad-abad di berbagai wilayah.
 Ketiga karena ternyata konsep negara sekuler89 telah dianggap gagal oleh
banyak kalangan muslim dalam membawa negara-negara dengan penduduk
mayoritas muslim kepada kejayaan, termasuk Indonesia yang hancur morat
marit karena krisis multi dimensi. Mereka merasa kesal terhadap keadaan
negara yang terus menerus oleng padahal mereka didambai setumpuk harapan
untuk segera menikmati negara Islam Indonesia.
 Keempat: Lahirnya kembali optimisme terhadap prospek Islam masa
Depan. Penyebabnya ada beberapa hal yaitu :
(1). Dunia yang terus bergejolak dan hancurnya komunis. Ada anggapan bahwa
kehancuran komunisme adalah kemenangan kapitalisme. Ini sangat salah karena
kapitalisme dengan komunisme berakar dari unsur yang sama yakni materalisme
yang hanya menghargai materi serta tidak mengindahkan nilai-nilai keagamaan.
Hanya caranya yang berbeda, yang satu menggunakan jalur kolektivisme
sedangkan yang lain menggunakan jalur individualisme. Ujungnya adalah
kehancuran moral dan akhlaq.

22
(2). Maraknya kezaliman atas diri umat Islam di berbagai belahan bumi
meningkatkan kesadaran akan Islam dan memperkokoh persatuan.
(3). Terinspirasi oleh munculnya Eropa Bersatu yang didasarkan atas kesadaran
bahwa untuk mengatasi masalah manusia tidak cukup dengan skop nasional.
Lantas muncul pertanyaan mengapa Islam tidak membuat Negeri Bersatu.

 Fungsi salat ada dua yakni salat sebagai media mengingat Allah dan
salat sebagai alat pencegah maksiat. Pada dua ayat dalam Q.S Taha Ayat 14 dan
Q.S Al-Ankabut Ayat 45 dijelaskan bahwa hakikat dan fungsi salat ada dua
yakni untuk mengingat Allah SWT dan untuk mencegah maksiat. Ini artinya salat
merupakan media bagi seorang hamba untuk mengingat Allah. Mengingat Allah
bisa ditempuh dengan berbagai macam cara antara lain dengan zikir, doa,
membaca Al-Qur’an.

Dalam hal ini Wahbah al-Zuhayly di dalam buku Al-Fiqh ’àm wa Adillatuh,
ketika menafsirkan kalimat: ”wala]ikru Allahi akbar” menyatakan bahwa salat
merupakan realisasi ketaatan terbesar dari segenap bentuk ketaatan kepada Allah
(inna a[-[alat akbaru min sa’áiri atha’na ).91 Oleh karena itu meninggalkan
salatnya itu sendiri sudah merupakan sikap pembangkangan terhadap perintah
Allah SWT.

23
Lampiran-4
Nama : Nurul Nurjanah
Nim : 41200202
Kelas : TI-2020-C-P
Prodi : Teknik Informatika

Etika Islam Dalam Kegiatan Politik


(Seputar Kepemimpinan, HAM, dan diskursus tentang
Hubungan antara Agama dan Negara)

1. Seputar kepemimpinan
 Orang-orang yang haram dipilih sebagai pimpinan adalah : orang kafir, orang
islam yang lebih menyukai kekafiran daripada keimanan, orang islam tetapi
suka menjadikan agama sebagai ejekan, orang islam yang diprediksi dapat
menimbulkan kemadharatan umat.
 Tugas pimpinan adalah : Membawa umat menghadap qilblat agar umat
melaksanakan Al-Qur'an secara utuh, mewujudkan umat yang kokoh, Amr
Ma'ruf Nahyi munkar, menebarkan rahmat atau perdamaian di seluruh alam
semasta, membebaskan umat dari perbudakja, kemiskinan dan kebodohan,
menegakkan keadilan dan menentang kezaliman.

2. Seputar HAM
HAM atau Hak Asasi Manusia dalam pandangan barat bersifat antroposentik,
sedangkan HAM dalam pandangan islam adalah teosentrik. Wajar kalau terdapat
perbedaan pandangan keduanya.

Prinsip-prinsip penetapan HAM dalam islam :


 Al-Musawwah (Persamaan) di depan hukum atau equality before the law.
 Al-'Adalah (keadilan), yakni keadilan di depan hukum
 Tasammuh (Toleransi), Toleransi adalah memberi kebebasan pendapat terhadap
orang lain dan berlaku sabar menghadapi orang lain.
 Al-marhamah (penuh kasih sayang)
 At-tawazun (pola keseimbangan)
 Al-haq (benar)

Kewajiban manusia :
 Taklief dari allah, segala taklief adalah kewajiban yang harus dilaksanakan
manusia. Kewajiban diberikan sejak baligh.
 Kewajiban manusia terklasifikasi menjadi tiga, yakni hablum minallah, hablum
minanas, dan hablum minal alam.
 Kewajiban kepada allah adalah ibadah
 Kewajiban kepada manusia adalah silaturahmi
 Kewajiban kepada alam adalah bersikap ihsan
 Sanksi dari pelanggaran terhadap kewajiban adalah hudud, qishah, ta’zie
 Islam tidak memaksa agar manusia menganut islam.

Hak-hak manusia:
 Hak hidup dan mendapatkan perlindungan keamanan fisik (Hifdzul Jasad)
 Hak mendapatkan perlindungan akal dan kebebasan menyatakan pendapat
(Hifdzul aqli)
 Hak mendapatkan tertib keturunan (hifdzun nasal)
 Hak perlindungan terhadap hak milik / harta (hifdzul maal)
 Hak mendapatkan ketenangan jiwa (hifdzun nafsi)
 Hak menganut agama sesuai dengan keyakinannya. (Hifdzu din)

1. Seputar wanita
Kedudukan wanita :
 Memiliki kesempatan beriman dan beramal yang sama
 Memiliki kesempatan yang sama untuk mencari dan membelanjakan
hartanya
 Memperoleh warisan dan pendidikan
 Berhak memilih dan dipilih dalam perjodohan.
 Berhak mengajukan perceraian lewat fasakh dan khulu'.

Perlakuan istimewa terhadap wanita :


 Tubuhnya dihargai sehingga harus ditutup
 Para penggangunya mendapatkan ancaman hukum yang berat
 Harus dijaga kemanaannya bukan menjaga keamanan pria
 Wanita ada;lah tiang negara
 Surat An-Nisa sebagaiu bukti kepedualian Islam thd wanita
 Memiliki pnegaruh besar terhadap anak
 Syurga di baqwah telapak kaki ibu
 Mengistimewakan pelayanan kepada ibu daripada kepada ayah
 Mati karena melahirkan adalah mati syahid
 Hak hidup sehingga tidak boleh melakukan aborsi kecuali dalam situasi
darurat.

Diskursus tentang Hubungan antara Islam dan Negara


Kelompok Pertama, ialah kelompok yang berpendapat bahwa hubungan
antara Islam dan negara sangat lekat bahkan Islam mengatur persoalan negara secara
eksplisit dan detail. Dengan demikian mendirikan sebuah negara Islam adalah wajib,
konstruk negara harus negara Islam. Ajaran Islam harus menjadi dasar konstitusi.
Mereka menolak gagasan negara kebangsaan (nation state) karena dinilai bertentangan
dengan prinsip ummah. Mereka mengakui prinsip musyawarah tetapi menolak
musyawarah sistem demokrasi.
Tokoh lainnya adalah Al-Maududi. Ia menyatakan wajib adanya khalifah
dan wajib menjadikan Islam sebagai konstitusi negara, sebab tidak ada hukum yang
lebih baik daripada hukum Allah.44 Selanjutnya ia menyatakan bahwa, konsep
kekuasaan di dalam Islam didasarkan kepada prinsip bahwa Allah adalah satu-satunya
Pencipta alam, Allah sebagai Pemilik tunggal, dan karena itu maka Allah-lah Penguasa
tunggal yang mengurusi alam ini. Dengan demikian, maka kekuasaan apapun di atas
dunia ini pada hakikatnya adalah milik Allah. Kalau manusia berkuasa itu artinya ia
hanyalah pihak yang dikuasakan oleh Allah untuk menjalankan kedaulatan Allah.
Dalam pandangan Maududi, kedaulatan adalah di
tangan Tuhan bukan di tangan rakyat.
Senada dengan itu, Sayyid Quthub dengan tegas menyatakan perlunya
ada Imam (khalifah), dan ia menyatakan bahwa menjadikan Islam sebagai
konstitusi negara adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat ditawar-tawar lagi.
Di dalam tafsir Fi Dzilál al-Qur’án, Quthub menjelaskan bahwa manusia
hanya mempunyai dua pilihan dalam menerapkan hukum, yakni antara iman atau kufur,
Islam atau Jahiliyyah, mengikuti hukum Allah atau mengikuti hawa nafsu. Kalau
mengaku beriman kepada Allah, mau tidak mau harus berhukum kepada hukum Allah.
Menurut Sayyid Quthu, hanya Allah-lah yang mengetahui mana yang sebenarnya
maslahat bagi manusia dan mana yang tidak.
Menurut Hakim Javid Iqbal, wajibnya mendirikan negara didasarkan
kepada beberapa prinsip antara lain, bahwa seluruh kekuasaan di alam semesta pada
hakikatnya berada pada kekuasaan Allah karena Dia-lah yang telah menciptakannya.
Karena Allah sebagai penguasa maka hanya Allahlah yang harus ditaati. Seseorang
dikatakan menaati Allah apabila ia menaati segenap aturan yang telah dibuat Nya
sebagai-mana tertuang di dalam Al-Qur’an yang kemudian dijelaskanoleh hadis nabi.
Jadi kewajiban manusia adalah menaati aturan tersebut bukan membuat aturan baru.
Selain menaati Allah dan Rasul-Nya, setiap muslim wajib menaati Ulu al-Amr dengan
syarat kalau mereka menaati Allah. Apabila Ulu al-Amr itu tidak menaati Allah lagi
maka tidak ada kewajiban bagi umat untuk menaatinya. Cara hidup demikian hanya
bisa dilaksanakan dalam suatu masyarakat yang bebas secara politik dan ekonomi.
Karena itu masyarakat muslim wajib hukumnya berjuang mendirikan negara Islam di
manapun jika memungkinkan. Pendapat serupa disampaikan pula oleh Wahbah Zuhaily
sebagaimana dijelaskan dalam bukunya, tafsir al-Munâr.
Melihat betapa pentingnya kedudukan dan fungsi imam, Rambi Ka'bi
Ahmad menegaskan bahwa, adanya seorang Imam untuk segenap kaum
muslimin adalah wajib, wajar kalau Umar Ibn Khattab menegaskan : Lá Isláma illá bil
jamá‘ah walá jamá‘ah illá bi al-imámah.48 Dalam pandangan Ka'bi Ahmad, kewajiban
terbesar dari Islam adalah keharusan adanya jamaah Islam. Namun saat ini justeru umat
Islam tidak mempunyai imam, karena tidak ada kesepakatan siapa sebenarnya yang
layak menjadi imam. Dalam hal ini Asy-Syahrastani menyatakan bahwa perselisihan
umat Islam terbesar adalah karena persoalan Imámah.
Banyak lagi ulama-ulama lain yang mengharuskan adanya khalifah
(imam) yang memimpin negara. Tetapi secara umum hujjah yang mereka
gunakan tentang kewajiban mendirikan negara Islam adalah :

1. Al-Qur'an surat 4 : 59 tentang kewajiban adanya Ulu al-amr.


"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul (Nya), dan Ulil Amri
di antara kamu”
2. Hadis, ada hadis riwayat Abu Daud dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah
tentang kewajiban mengangkat pimpinan walaupun dalam kelompok kecil. Juga hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang kewajiban berbai‘at kepada pimpinan
3. Ijtihad (Qiyas) bahwa kalau di dalam kelompok kecil saja wajib
mengangkat pimpinan apalagi di dalam sebuah kelompok besar atau negara. Ini dikenal
dengan mafhãm muwáfaqah la\nal khiÅáb
4. Qaidah Fiqhiyyah yang menyatakan “málá yatimmu wájib illá bih
fahuwa wájib (apabila tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengan adanya sesuatu,
maka sesuatu itu menjadi wajib adanya). Dengan demikian, apabila hukum Islam hanya
bisa tegak dengan adanya negara Islam maka mendirikan negara Islam adalah sebuah
kewajiban. Oleh karena itulah Abdul Karim Zaidan berpendapat bahwa orang Islam
wajib menegakkan daulah Islámiyyah untuk melaksanakan hukum-hukum syari’ah.
5. Dalil Logika. Menurut Ibn Taimiyah, secara logika, kewajiban
muslim adalah amr ma’rãf nahyu munkar, wajib membela pihak yang teraniaya, wajib
melaksanakan \udãd, menegakkan keadilan, melaksanakan jihad, dll. Untuk
menegakkan Islam ini perlu kekuatan politik, tanpa ada kekuatan politik maka akan
sulit menegakkan Islam, oleh karena itulah mendirikan sebuah negara Islam adalah
sebuah kewajiban
6. Bukti Sejarah : Menurut kelompok ini, Nabi Muhammad SAW ketika
berada di Medinah dengan Piagam Madinahnya waktu itu telah melakukan segala
aktivitas kenegaraan sebagaimana dilakukan oleh para pemimpin negara lainnya seperti
menjatuhkan saksi pidana, menyatakan perang, menjadi komando perang dan
mengangkat para penguasa daerah taklukan. Jadi Muhammad ketika itu selain sebagai
nabi juga sebagai kepala negara. Lebih jauh, segala apa yang dilakukan oleh nabi itu
terus diikuti oleh khulafá al-
Rásyidin dan khalifah-khalifah setelah itu. Sunnah itu harus diikuti oleh segenap
muslimin. Sistem politik Islam bukan saja ada di dalam doktrin Islam, tetapi sudah
menjadi ma‘lãm min ad-dân bi ad-Üarãrah (sesuatu yang telah jelas diketahui
wajibnya).
Jadi menurut pendapat pertama adalah, wajib hukumnya memilih imam
(khalifah) yang berperan memimpin umat, serta wajib hukumnya menggunakan dasar
negara dengan Al-Qur'an.
Kelompok yang menyuarakan kewajiban mendirikan negara Islam sebagaimana di
zaman nabi, sering disebut kelompok fundamentalis Islam. Terhadap istilah ini banyak
orang yang merasa keberatan lantas memunculkanistilah lain yakni Revivalis,
kelompok yang ingin mengembalikan segala sesuatu termasuk pola bernegara
sebagaimana adanya di zaman nabi.
Kelompok Kedua, mereka menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara Islam
dengan negara dengan demikian mendirikan negara bukan sebuah
kewajiban. ‘Ali ‘Abd Ar-Ráziq misalnya, tidak setuju dengan konsep negara Islam,
bahkan ia menegaskan tidak ada hubungan antara agama dan negara. Menurutnya Allah
tidak memberikan jabatan rasul sekaligus sebagai raja kepada nabi Muhammad SAW.
Buktinya hanya beberapa rasul saja yang menjadi raja seperti nabi Dawud, justeru
kebanyakannya rasul itu bukan raja, melainkan hanyalah rasul semata.
Kelompok ketiga : Di luar kelompok yang pro dan kontra di atas muncullah
kelompok ketiga yang pendapatnya dapat dianggap sebagai sebuah sintesa. Kelompok
ini mengakui bahwa di dalam Islam memang terdapat ajaran tentang politik dan negara
tetapi hanya menyangkut prinsip-prinsipnya saja, tidak menjelaskan secara ekplisit
tentang bentuk negara, dasar negara dan ketatanegaran lainnya. Itu semua disesuaikan
secara fleksibel dengan keadaan negara masing-masing. Harun Nasution misalnya
dengan mengutif pendapat ‘Abdul Wahháb al-Khalláf dalam ‘Ilmu al–Ushul al-Fiqh,
menyatakan bahwa
ajaran-ajaran Islam yang orisinil dalam soal kenegaraan hanya sedikit itupun hanya
menyangkut prinsip-prinsip, dasar-dasar atau pokok-pokoknya saja bukan rinci. Dasar
dan prinisp inilah yang menjadi pegangan bagi umat Islam dalam menghadapi
perkembangan zaman. Dengan demikian pada hakikatnya dinamika masyarakat Islam
tidak diikat.
PERBEDAAN ANTARA NEGARA DEMOKRATIS
DENGAN NEGARA ISLAM

Negara Demokratis Negara Islam

1 2
1. Kedaulatan di tangan rakyat 1. Kedaulatan di tangan Allah,
artinya Keterlibatan rakyat dalam hanya Allah yang berhak
memproduksi hukum (Lyman memproduksi hukum (al. Konsep
Tower dalam buku Contemporary Maududi).
political ideology).
2. Pengambilan keputusan 2. Kekuasaan di tangan ummat.
diambil dengan musyawarah Mereka yang memegang
mufakat atau dengan suara kekuasaan harus dipilih oleh
mayoritas ummat ditunjukkan dengan
bai‘at
3. Kebebasaan beragama. Pindah 3. Ada kebebasan beragama
pindah agamapun hak warga tetapi bagi mereka yang murtad
negara tidak ada sanksi. terkena dengan hukum bunuh
4. Ada pembagian kekuasaan 4. Dalam pengambilan keputusan
(power sharing) Syar’i oleh para mujtahid
sedangkan pengambilan
keputusan teknis diambil
olehpara ahli.
5. Pemilu untuk memilih 5. Pemilu dimulai dengan
pemimpin mereka pemilihan oleh ahlu al-\allâ wa
al-‘aqdi.

Menghangatnya kembali pembahasan tentang konsep negara Islam akhir-akhir ini


disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Karena kesadaran umat Islam sendiri tentang hakikat agama,
2. Menengok kembali kepada kenyataan sejarah; Islam bukanlah segepok teori dan ilusi
kosong tanpa kenyataan, Islam sebagai agama telah ada sejak 14 abad yang silam dan
sebagai mabda’ telah pernah terwujud secara faktual sebagai realitas historis selama
berabad-abad di berbagai wilayah
3. karena ternyata konsep negara sekuler89 telah dianggap gagal oleh banyak kalangan
muslim dalam membawa negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim kepada
kejayaan, termasuk Indonesia yang hancur morat marit karena krisis multi dimensi.
Mereka merasa kesal terhadap keadaan negara yang terus menerus oleng padahal
mereka didambai setumpuk harapan untuk segera menikmati negara Islam Indonesia.
4. Lahirnya kembali optimisme terhadap prospek Islam masa depan sebab (1). Dunia yang
terus bergejolak dan hancurnya komunis. Ada anggapan bahwa kehancuran komunisme
adalah kemenangan kapitalisme. Ini sangat salah karena kapitalisme dengan
komunisme berakar dari unsur yang sama yakni materalisme yang hanya menghargai
materi serta tidak mengindahkan nilai-nilai keagamaan. Hanya caranya yang berbeda,
yang satu menggunakan jalur kolektivisme sedangkan yang lain menggunakan jalur
individualisme. Ujungnya adalah kehancuran moral dan akhlaq. (2). Maraknya
kezaliman atas diri umat Islam di berbagai belahan bumi meningkatkan kesadaran akan
Islam dan memperkokoh persatuan. (3). Terinspirasi oleh munculnya Eropa Bersatu
yang didasarkan atas kesadaran bahwa untuk mengatasi masalah manusia tidak cukup
dengan skop nasional. Lantas muncul pertanyaan mengapa Islam tidak membuat Negeri
Bersatu.

Dari uraian di atas, ide mendirikan negara Islam yang dikedepankan oleh kelompok
fundamentalis bukanlah ide baru, tetapi ide ini secara terus menerus diimbangi oleh
para pemikir Modernis yang lebih menghendaki gagasan negara Islami (bukan negara
Islam).
Lampiran-5

Nama : Erna Nurliana


Nim : 41200207
Kelas : TI-2020-C-P
Prodi: Teknik Informatika
RANGKUMAN MODUL 10

Etika Islam Dalam Kegiatan Politik


(Seputar Kepemimpinan, HAM, dan diskursus tentang
Hubungan antara Agama dan Negara).

1. Seputar Kepemimpinan :
Orang-orang yang haram dipilih sebagai pimpinan adalah (1). Orang kafir (QS. 3 : 28).
Orang Islam yang lebih menyukai kekafiran daripada keimanan (QS. 9 : 17). Orang Islam
tetapi suka menjadikan agama sebagai ejekan (QS 5 : 58). Orang Islam yang diprediski
dapat menimbulkan kemadharatan bagi umat (QS. 3 : 118).
Tugas pimpinan adalah : (a). Membawa umat menghadap qilblat agar umat
melaksanakan Al-Qur'an secara utuh (QS. 30 ; 30 dan QS. 2 : 142144). (b). Mewujudkan
umat yang kokoh (QS. 2 : 13 dan QS. 61 : 4). (c). Amr Ma'ruf Nahyi munkar (QS. 3 : 104).
(d). Menebarkan rahmat / perdamaian di seluruh alam semasta (QS 21 : 107). (e).
Membebaskan umat dari perbudakja, kemiskinan dan kebodohan (QS. 90 : 13-16). (f).
Menegakkan keadilan dan menentang kezaliman (QS. 4 : 58 dan QS 16 :90).
2. Seputar HAM :
HAM atau Hak Asasi Manusia (Human Right) dalam pandangan Barat bersifat
antroposentrik sedangkan HAM dalam pandangan Islam adalah teosentrik. Wajar kalau
terdapat perbedaan pandangan antara keduanya.
Prinsip-prinsip penetapan HAM dalam Islam :
Al-Musawwah (Persamaan) di depan hukum atau equality before the law. Nabi bersabda :
"Seandainya Fatimah putriku mencuri, akan kupotong tangannya" (Hadits).
Al-'Adalah (keadilan), yakni keadilan di depan hukum Allah menegaskan :"Wahai orang-
orang yang beriman hendaklah kamu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi
yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu golongan membuat kamu
berbuat tidak adil". (QS. 5 : 8).
Tasammuh (Toleransi). Tolerance is liberty to ward the opinions of athers, patience with
others (Webster's New American Dictionary, p. 1050). Toleransi adalah memberi kebebasan
pendapat terhadap orang lain dan berlaku sabar menghadapi orang lain. Di dalam surat al-
Kafirun ayat 1 – 6 dijelaskan bahwa kita harus toleran dalam beragama. Kita meyakini
kebenaran agama kita sendiri tetapi tetap menghormati orang lain.
 Al-Marhamah (penuh kasih sayang).
 At-Tawazun (pola Keseimbangan).
 At-Ta'awun dan At-Takaful .
 Al-Haq (benar).
Kewajiban Manusia :
 Taklief dari Allah. Segala taklief adalah kewajiban yang harus dilakasanakan manusia.
Kewajiban diberikan sejak baligh.
 Kewajiban manusia terklasifikasi menjadi tiga yakni Hablum minallah, hablum minannas
dan hablum minal alam.
 Kewajiban kepada Allah adalah ibadah.
 Kewajiban kepada manusia adalah silaturahmi.
 Kewajiban kepada alam adalah bersikap ihsan.
 Sanksi dari pelanggaran terhadap kewajiban adalah hudud, qishah , ta'zie.
 Islam tidak memaksa agar manusia menganut Islam. Itu terserah pilihannya tetapi setiap
pilihanmenghandung resiko. Akan tetapi kalu sudahmasuk menjadi penganut Islam barulah
ada paksaan harus shalat, hatis menutup autar haaarus zakat dll.
Hak-hak Manusia :
 Hak Hidup dan mendapatkan perlindungan keamanan fisik (Hifdzul Jasad). Untuk itu Islam
mengharamkan membunuh manusia kecuali karena sebab yang adil. (QS. 27 : 33) . Dalam
pandangan Allah, membunuh satu orang sama dengan membunuh sedunia, memberi
kehidupan lepada seseorang sama dengan memberi kehidupan kepada seluruh dunia (QS. 5 :
32).
 Hak mendapatkan perlindungan akal dan kebebasan menyatakan pendapat (Hifdzul aqli).
Nabi bersabda :" Perbuatan yang paling mulia adalah menyatakan kebenaran pendapat di
depan seorang penguasa yang zalim"
 Hak mendapatkan tertib keturunan (hifdzun nasal). Oleh karena itu Islam melarang
perzinahan dan pernikahan antar muhrim. Allah pun melarang seorang wali menghalangi
pernikahan yang secara syar'I tidak terlarang.
 Hak perlindungan terhadap hak milik / harta (hifdzul maal). Oleh karena itu Isalam melarang
mencuri dan berbisnis dengan cara ghurur (curang).
 Hak mendapatkan ketenangan jiwa (hifdzun nafsi). Oleh karena itu Islam melarang ghibah,
fitnah, mengumpat, menghina, dll.
 Hak menganut agama sesuai dengan keyakinannya. (Hifdzu din). Allah menegaskan :"Tidak
boleh ada paksaan dalam beragama. Sesungguhnya kebenaran itu telah nyata bedanya dari
yang tidak benar (QS 2 : 256).
Seputar Wanita :
Kedudukan Wanita :
 Memiliki kesempatan beriman dan beramal yang sama (QS 33 : 35 dan 4
 : 19).
 Memiliki kesempatan yang sama untuk mencari dan membelanjakan hartanya QS. 4 : 4 dan
32)
 Memperoleh warisan dan pendidikan.
 Berhak memilih dan dipilih dalam perjodohan.
 Berhak mengajukan perceraian lewat fasakh dan khulu'
Perlakuan Istimewa terhadap Wanita :
 Tubuhnya dihargai sehingga harus ditutup.
 Para penggangunya mendapatkan ancaman hukum yang berat.
 Harus dijaga kemanaannya bukan menjaga keamanan pria.
 Wanita ada;lah tiang negara.
 Surat An-Nisa sebagaiu bukti kepedualian Islam thd wanita.
 Memiliki pnegaruh besar terhadap anak.
 Syurga di baqwah telapak kaki ibu.
 Mengistimewakan pelayanan kepada ibu daripada kepada ayah.
 Mati karena melahirkan adalah mati syahid.
 Hak hidup sehingga tidak boleh melakukan aborsi kecuali dalam situasi darurat.
Diskursus tentang Hubungan antara Islam dan Negara
 Kajian tentang hubungan Islam dan negara telah banyak diperdebatkan oleh para pemikir,
baik di zaman Klasik, zaman Pertengahan, maupun pemikirpemikir Modern dan – post
Modernisme. Pendapat mereka dapat
 diklasifikasikan menjadi tiga aliran pokok, yakni
Pertama,ialah kelompok yang berpendapat bahwa hubungan antara Islam dan negara sangat
lekat bahkan Islam mengatur persoalan negara secara eksplisit dan detail. Dengan demikian
mendirikan sebuah negara Islam adalah wajib, konstruk negara harus negara Islam. Ajaran
Islam harus menjadi dasar konstitusi. Mereka menolak gagasan negara kebangsaan (nation
state) karena dinilai bertentangan dengan prinsip ummah. Mereka mengakui prinsip
musyawarah tetapi menolak musyawarah sistem demokrasi.
 Banyak lagi ulama-ulama lain yang mengharuskan adanya khalifah (imam) yang memimpin
negara. Tetapi secara umum hujjah yang mereka gunakan tentang kewajiban mendirikan
negara Islam adalah :
 (1). Al-Qur'an surat 4 : 59 tentang kewajiban adanya Ulu al-amr.
 "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul (Nya), dan
 Ulil Amri di antara kamu"
 (2). Hadis; ada hadis riwayat Abu Daud dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah tentang kewajiban
mengangkat pimpinan walaupun dalam kelompok kecil. 1 Juga hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim tentang kewajiban berbai‘at kepada pimpinan :
 "Barang siapa yang mati di lehernya tidak ada bai‘at, maka dia mati dengan kematian
Jahiliyyah".2
 (3). Ijtihad (Qiyas) bahwa kalau di dalam kelompok kecil saja wajib mengangkat pimpinan
apalagi di dalam sebuah kelompok besar atau negara. Ini dikenal dengan mafhãm muwáfaqah
la\nal khiÅáb.3
 (4). Qaidah Fiqhiyyah yang menyatakan “málá yatimmu wájib illá bih fahuwa wájib
(apabila tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengan adanya sesuatu, maka sesuatu itu
menjadi wajib adanya).4 Dengan demikian, apabila hukum Islam hanya bisa tegak dengan
adanya negara Islam maka mendirikan negara Islam adalah sebuah kewajiban. Oleh karena
itulah Abdul Karim Zaidan berpendapat bahwa orang Islam wajib menegakkan daulah
Islámiyyah untuk melaksanakan hukum-hukum syari’ah.5
 (5). Dalil Logika. Menurut Ibn Taimiyah, secara logika, kewajiban muslim adalah amr
ma’rãf nahyu munkar, wajib membela pihak yang teraniaya, wajib melaksanakan \udãd,
menegakkan keadilan, melaksanakan jihad, dll.
 Untuk menegakkan Islam ini perlu kekuatan politik, tanpa ada kekuatan politik
 maka akan sulit menegakkan Islam, oleh karena itulah mendirikan sebuah negara Islam
adalah sebuah kewajiban.6
 (6). Bukti Sejarah : Menurut kelompok ini, Nabi Muhammad SAW ketika berada di
Medinah dengan Piagam Madinahnya waktu itu telah melakukan segala aktivitas kenegaraan
sebagaimana dilakukan oleh para pemimpin negara lainnya seperti menjatuhkan saksi

1
Al-Mawardi, Al-Ahkám As-SulÅániyyah fi Wiláyah ad-Dâniyah, (terjemahan Fadhli Bahri), Dár al-Falah,
Maret, hal. 5.
2
{ahâh Muslim, \adi` no, 441. Sanadnya berasal dari ‘Ubaidillah, dari Mua] ibn Muhammad, dari ‘Ashim,
dari Zayd ibn Muhammad, dari Nafi‘, dari ‘Abdullah. |adi` Marfã‘ {ahâh.
3
Ibrahim Husain, 1993, Fiqih Siyasah dalam Pemikiran Islam Klasik “ dalam Ulumul Qur’an no2 vol.1v
hal.,61).
4
Al-Mawardi , Al-Ahkám Al-SulÅaniyyah, hal. 8
5
Abdul Kariem Zaidan, hal.9
6
Ibn Taimiyah 1966 , As-Siyásah wa Asy- Syarâ’ah, ( Beirut : Dar al-Kitab al‘Arabiyyah, 1966), hal. 138.
pidana, menyatakan perang, menjadi komando perang dan mengangkat para penguasa daerah
taklukan. Jadi Muhammad ketika itu selain sebagai nabi juga sebagai kepala negara. Lebih
jauh, segala apa yang dilakukan oleh nabi itu terus diikuti oleh khulafá alRásyidin dan
khalifah-khalifah setelah itu. Sunnah itu harus diikuti oleh segenap muslimin. Sistem politik
Islam bukan saja ada di dalam doktrin Islam, tetapi sudah menjadi ma‘lãm min ad-dân bi
ad-Üarãrah (sesuatu yang telah jelas diketahui wajibnya).
o Jadi menurut pendapat pertama adalah, wajib hukumnya memilih imam (khalifah) yang
berperan memimpin umat, serta wajib hukumnya menggunakan dasar negara dengan Al-
Qur'an.
o Kelompok yang menyuarakan kewajiban mendirikan negara Islam sebagaimana di zaman
nabi, sering disebut kelompok fundamentalis Islam. Terhadap istilah ini banyak orang yang
merasa keberatan lantas memunculkan istilah lain yakni Revivalis, kelompok yang ingin
mengembalikan segala sesuatu termasuk pola bernegara sebagaimana adanya di zaman nabi.

 Kelompok Kedua, mereka menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara Islam dengan
negara dengan demikian mendirikan negara bukan sebuah kewajiban. ‘Ali ‘Abd Ar-Ráziq 7
misalnya, tidak setuju dengan konsep negara Islam, bahkan ia menegaskan tidak ada
hubungan antara agama dan negara. Menurutnya Allah tidak memberikan jabatan rasul
sekaligus sebagai raja kepada nabi Muhammad SAW. Buktinya hanya beberapa rasul saja
yang menjadi raja seperti nabi Dawud, justeru kebanyakannya rasul itu bukan raja,
melainkan hanyalah rasul semata.
 Ketuhanan Yang Maha Esa, yang di dalamnya terdapat persatuan, persaudaran, persamaan,
musyawarah dan keadilan.8
o Para pembaharu teologis yang berusaha melakukan pembaharuan konsep teologi keagamaan
berupaya menyuarakan gagasan mengenai sebuah
 Islam yang substantif, inklusif, integratif dan toleran. 9
 Dalam pandangan kelompok Modernis, Piagam Madinah adalah petunjuk pengaturan
kehidupan masyarakat yang berasaskan Islam dan disusun berdasar-kan syari‘at Islam untuk
mengatur masyarakat yang majemuk10. Kelompok ini beranggapan bahwa Islam mengatur
soal politik dan negara namun tidak mendetail. Menurut Amin Rais, ar-Ráziq tidak perlu

7
M. Haikal, PM. Syafi‘i Anwar, "Idealisme Islam, Realitas Politik dan Dimensi Kebangsaan” Harian
Republika 29 Januari 1993.
8
Harun Nasution, Islam dan kehidupan Kenegaraan” Dalam 70 Tahun Harun Nasution, hal. : 228-9.
9
Pemikiran kelompok Rasional tentang Hubungan Islam dan Negara dapat dibaca pada Azyumardi Azra, Islam
Substantif.
10
Azyumardi Azra, Islam Substantif, hal. 92-93.
memilah antara aktivitas kehidupan temporal dan nontemporal karena dengan cara seperti ini
bisa membawa kepada kesimpulan bahwa Islam tidak perlu dibawa untuk memecah-kan
masalah sosial politik, bahkan bisa mereduksi Islam sehingga pada akhirnya Islam hanya
berhubungan dengan masalah rohani manusia semata.11 Jadi dalam pandangan Amin Rais,
nabi itu adalah pengatur dalam segala persoalan, masalah apapun yang dihadapi. Namun
Amin Rais tidak setuju kalau konsep negara di zaman nabi itu diterapkan sekarang, Amin
Rais lebih setuju kalau prinsip-prinsipnya saja yang diterapkan sekarang seperti prinsip
keadilan.12
 Pendapat Amin Rais sejalan dengan pemikiran Ibrahim Husein. Menurut Ibrahim Husein,
dalam membahas konsep negara menurut Islam perlu dipisahkan antara konsep dasar
syariah13 yang bersifat universal dengan hal-hal yang bersifat teknis dan kondisional yang
merupakan refleksi dari tuntutan situasi
 dan kondisi yang temporal seperti bentuk negara, pemilihan kepala negara, atau tentang
lembaga-lembaga negara.14
 Seiring dengan itu Abdurrahman Taj menjelaskan bahwa siyásah syari‘ah adalah hukum
kebijaksanaan atau peraturan yang berfungsi mengorganisir perangkat kepentingan negara
dan mengatur urusan umat yang sejalan dengan jiwa syari‘ah, sesuai dengan dasar-dasar
yang universal (kully) serta (dapat) merealisasikan tujuan-tujuannya yang bersifat

11
M, Amin Rais, “Kata Pengantar” dalam John Elposito, Islam dan pembaharuan:
xxiii.).
12
Wawancara Amin Rais dengan salah satu Televisi Swasta. Menurut dia soal
kenegaraan itu terus menerus berkembang sehingga yang perlu dipegang adalah prinsip-
prinsip nilai yang universal dan absolute bukan hal-hal yang sifatnya kaku.
13
Syari’ah adalah hukum yang dihasilkan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak
mengandung alternatif penafsiran tetapi hanya mengandung satu penfasiran yang pasti (qaői),
sedangkan apabila suatu hukum yang dihasilkan dari ayat yang dapat menimbulkan berbagai
macam alternatif penafsiran (Üany) disebut fiqih (pemahaman). Syari‘ah kebenarannya
bersifat absolut, tidak menerima perubahan dan berlaku sepanjang zaman. Sedangkan fiqih
kebenarannya bersifat relatif, nisbi karena merupakan hasil Ijtihad yang bisa dibantah oleh
hasil Ijtihad lain.

14
Seorang ulama wajib melaksanakan hasil Ijtihadnya karena hasil Ijtihadnya itu telah
dianggap oleh dia sebagai hukum Allah. Tetapi bagi masyarakat luas mereka bebas memilih
hasil Ijtihad para ulama mana yang dinggap paling tepat. Akan tetapi apabila terjadi perbedaan
pendapat yang menyangkut kemaslahan umum maka pemerintahlah yang harus menentukan
dan ketentuan pemerintah ini harus mengatasi semua perbadaan yang muncul, tujuannya demi
kemaslahatan umat.
kemasyarakatan, sekalipun hal itu tidak ditunjukkan oleh na[-na[ taf[ili yang juz’i di dalam
Al-Qur’an dan Sunnah.15
 Siyásah yang Islami ialah suatu peraturan, perundangan, atau kebijaksanaan yang secara
faktual lebih dapat mendekatkan umat manusia kepada kemaslahatan dan lebih dapat
menjauhkan diri dari kerusakan sekalipun hal itu tidak ditetapkan oleh Rasul dan tidak pula
ada wahyu turun tentang hal itu.16
 Bagi kelompok ini, yang harus diabadikan dalam sebuah negara adalah nilai-nilai universal
dan absolut seperti nilai keadilan, toleransi, musyawarah, dll. Dalam hal ini, Indonesia yang
melaksanakan prinsip-prinsip hukum Islam sudah cukup. Sedangkan Piagam Madinah
sebagaimana dijelaskan oleh Azyumardi hanyalah eksperimen yang menunjukkan
pengalaman kenegaraan dalam Islam. Piagam Medinah memberikan pengalaman historis
yang berharga tentang bagaimana nabi Muhammad membangun negara yang masyarakatnya
majemuk dalam beragama. Bagaimana nabi meletakkan prinsip equality (persamaan) dan
toleransi (tasammuh)17.
 Selanjutnya Azyumardi Azra menyatakan :
 Konsep dan bentuk negara yang baku tidak ada dalam Islam. Saya kira bukan tanpa hikmah
nabi SAW memberikan contoh melalui eksperimen
 Medinah. Apabila nabi sudah membuat model yang baku padahal nabi

 sendiri hidup 15 abad yang silam, mungkin saja praktik model itu tidak relevan lagi dengan
masa sekarang. 18

 Dalam hal ini ada baiknya kita mengetahui penjelasan Maududi seputar hubungan tauhid
dalam kaitannya dengan kegiatan politik. Menurut Maududi sistem politik Islam didasarkan
kepada tiga prinsip pokok yaitu Tawhâd, Risálah dan Khiláfah.
 Dengan konsep tauhid ditegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Rabb atau pencipta
dan penguasa alam ini, maka Dialah yang berdaulat terhadap alam ini. Kedaulatan tertinggi
adalah milik Allah sedangkan manusia sama sekali tidak memiliki kedaulatan.19

15
Ibrahim Husein, “Fiqih Siyasah Dalam Tradisi Pemikiran Islam Klasik”,
Disampaikan dalam Seminar Nasional Sistem Ketatanegaraan dan Politik Islam Dalam
Perspektif Islam; Teori dan Implementasinya dalam Praktek, yang diselenggarakan oleh
Jurnal Ulum al-Qur’an bekerja sama dengan ICMI, halaman 8.
16
Ibrahim Husein, Fiqih Siyasah , hal. 9
17
Azyumardi Azra, Islam Substantif, hal. 40.
18
Azyumardi Azra, Islam Substantif, hal. 148.
19
Abu al-A’la al-Maududi, Islamic Way of Life,(Lahore : Islamic Pulication Ltd, 1967), hal. 40-41.
 Allah sebagai Rabb berarti Tuhan yang memelihara, mengatur, mengasihi dan
menyempurnakan. Dialah satu-satunya Penguasa dan Pemilik. Karena hanya Allah sebagai
Rabb manusia maka manusia ketaatan dan kepasrahan manusia hanya diserahkan kepada
Allah, tidak boleh diserahkan kepada makhluk. Dalam arti inilah Allah sebagai Iláh (yang
disembah, al-ma‘bãd). Hanya Allah-lah yang berhak mengklaim sebagai hakim serta tidak
ada undang-undang selain undang-undang-Nya.20 Segala aturan dan perundang-undangan
yang bertentangan dengan aturan Allah adalah bathil.
 Prinsip kedua adalah Risálah, yaitu sunnah nabi. Al-Qur’an hanya menjelaskan prinsip-
prinsip pokok sebagai landasan yang harus dipatuhi manusia, selanjutnya apa-apa yang
global itu diperjelas oleh Rasulullah sepanjang hayatnya. Oleh karena itu, pedoman dasar
bagi kehidupan manusia adalah AlQur’an dan Sunnah Rasul. Kedua pegangan itu dalam
terminologi Islam disebut syari‘at. Selanjutnya Maududi menjelaskan bahwa syari'at baru
dapat ditegakkan apabila didukung oleh kekuasaan (sulthan) .21
 Kosep ketiga adalah Khiláfah, yaitu manusia sebagai wakil Tuhan (khilâfah) di atas bumi.
Menurut Maududi, manusia mempunyai kekuasaan yang didelegasikan oleh Allah
kepadanya dengan batas-batas tertentu. Ini artinya

 bahwa pemilik kekuasaan itu pada hakikatnya adalah Allah. Manusia (umat) wajib menaati
khalifah itu selama dia menaati kehendak Allah. Dengan teori kekuasaan mutlak milik Allah,
maka negara yang dicita-citakan oleh Maududi adalah kerajaan Tuhan, kingdom of God,
Mulkiyah Allah atau theocracy.22

 Allah sebagaimana firman-Nya )


 Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman sehingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. QS. 4 : 65)
 Menurut para pemikir kelompok Pembaharu, Negara NKRI sudah final dan bersifat
akomodatif terhadap nilai-nilai Islam misalnya pengesahan UU Peradilan Agama (1989),
Kompilasi Hukum Islam (1991), dan pengesahan Undang - undang Zakat (1999).
 Para pembaharu menawarkan konsep yang mengesampingkan segi formal dan legal Islam,
tetapi mengembangkan Islam substantif – meminjam istilah Munawir Syadzali – bukanlah

20
Abu al-A’la al-Maududi, The Islamic Lawc and Constitution, (Lahore : Islamic Publication Ltd, 1977). hal.
122-124.
21
Abu al-a’la Al-Maududi, Islamic Way of Life, hal. 42.
22
Abu al-A’la al-Maududi, The Islamic Lawc and Constitution, hal. 133. 76
Azyumardi Azra,
Islam Substantif, hal. 82 dan 78.
theocratic state tetapi religious state. Bedanya, yang pertama menekankan formalisme dan
legalisme ideologis yang menghendaki konstitusi negara yang secara tegas didasarkan
kepada Islam (Islam sebagai ideologi negara) dan menghendaki agar masalah kenegaraan
berada di tangan pemimpin agama. Sedangkan yang kedua (religious state) yang kendatipun
secara legal – formal tidak mendasarkan konstruk negara kepada ideologi Islam tetapi
memperhatikan nilai-nilai Islam. 23
 Walaupun kelompok pembaharu telah menyampaikan argumentasinya secara panjang lebar
dan memakan waktu puluhan tahun, tetapi kelompok funda-mentalis tetap pada
pendiriannya, serta menolak model negara demokrasi, bahkan menuduh para pembaharu
teologis itu sebagai mempropagandakan sekularisasi serta menghancurkan watak holistik
Islam.24
 Mereka membuat perbedaan antara negara demokratis dengan negara Islam .
 Secara factual, paling tidak sampai hari ini, pendapat yang ketiga yang antara lain sekarang
dikumandangkan oleh Harun Nasution, Munawir Syadzali, Azyumardi Azra, Amin Rais dan
lain-lain, adalah pendapat yang paling banyak berpengaruh pada masyarakat muslim secara
umum di Indonesia, lihat saja dalam Pemilu 1998 yang lalu, partai-partai yang secara jelas-
jelas ingin menerapkan syari‘at Islam ternyata kalah.
 Jika ditelusuri lebih ke belakang lagi, munculnya perdebatan soal hubungan Islam dengan
negara adalah sebagai reaksi atas tekanan berat akibat dunia Islam sejak abad 18 diekspansi
oleh Barat sehingga hampir seluruh negara-negara Islam dikuasai oleh Eropa.25
 Ekspansi Eropa ke negara-negara Islam mengakibatkan reaksi dan sejumlah pertanyaan,
mengapa Islam yang jaya dapat dihinakan oleh Barat. Sebahagian konseptor muslimin lantas
meniru mentah-mentah konsep negara ala Barat seperti Kemal At-Taturk di Turki, ini lebih
dikenal dengan Westernisasi. Sebagian lagi menggunakan konsep Islam yang dipadukan
dengan Barat.
 Dengan penafsiran-penafsiran baru, kelompok ini adalah kelompok Islam

 Pembaharuan yang antara lain menghasilkan konsep nation-state atau konsep Nasionalisme
seperti Mesir dan Indonesia. Sedangkan sebahagian lagi justeru menghendaki agar kembali
kepada konsep Islam klasik apa adanya, yakni berasakan Islam dengan sistem khiláfah.

23
Bahtiar Effendy, Repolitisasi Islam, Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik ?, (Bandung : Mizan, 2000),
cetakan I, hal. 72-73.
24
Lihat Pembaharuan pemikiran Islam (Nurcholish Madjid) dan Kritik Endang Saifuddin Anshari dalam Kritik
atas Faham Gerakan pembaharuan Islam Nurcholis dan Rasyidi. P. 249
Kelompok ini disebut Fundamentalis Islam, atau kelompok militan atau dalam istilah
Azyumardi Azra sebagai revivalisor.

 Islam adalah suatu totalitas yang padu yang menawarkan terhadap semua masalah
kehidupan. Islam harus diterima dalam keseluruhannya, dan harus diterapkan dalam
keluarga, ekonomi dan politik. (Bagi kalangan muslim) realisasi sebuah masyarakat Islam
dibayangkan dalam penciptaan sebuah negara Islam, yakni sebuah “Negara ideologis’ yang
didasarkan kepada ajaran-ajaran Islam yang lengkap.
Lampiran-6

Nama : Nurul Aini


Nim : 41200245
Kelas : TI-2020-C-P
Prodi: Teknik Informatika
RANGKUMAN MODUL 10

Etika Islam Dalam Kegiatan Politik


(Seputar Kepemimpinan, HAM, dan diskursus tentang
Hubungan antara Agama dan Negara).

1. Seputar kepimpinan
Tugas pemimpin adalah membuat umat menghadap kiblat agar umat melaksanakan
Al-qur’an secara utuh dan menebarkan rahmat/perdamaian diseluruh alam semesta.
2. Seputar HAM
Ham atau hak asasi manusia (human right) pandangan berat bersifat antroposentrik
sedangkan ham dalam pandangan islam adalah teosentrik. Wajar kalau terdapat perbedaan
pandangan antara keduanya.

PRINSIP-PRINSIP PENETAPAN HAM DALAM ISLAM


 Al-musawwah (persamaan)
 Al-‘adalah (keadilan)
 Tasammuh (toleransi)
 Al-marhammah (penuh kasih sayang)
 Al-tawazun (pola keseimbangan)
 At-ta’awun dan At-takaful
 Al-haq (benar)

KEWAJIBAN MANUSIA:
 Beribadah kepada allah
 Bersilaturahmi dengan sesama
 Bersikap ihsan
 Islam tidak memaksa agar manusia menganut islam, itu terserah pilihannya tetapi
setiap pilihan mengandung resiko.
HAK-HAK MANUSIA:
 Hak hidup dan mendapatkan perlindungan keamanan fisik
 Hak mendapatkan perlindungan akal dan kebebasan mendapatkan pendapat
 Hak mendapatkan tertib keturunan
 Hak perlindungan terhadap hak milik/harta
 Hak mendapatkan ketenangan

DISKURSUS TENTANG HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN NEGARA


Kajian tentang hubungan islam dan negara telah banyak diperdebatkan oleh para pemikir,
baik dizaman klasik, zaman pertengahan, maupun pemikiran modern dan post modernisme,
Mereka membuat perbedaan antara negara demokratis dengan negara islam sebagaimana
dapat dilihat dibawah ini:

PERBEDAAN NEGARA DEMOKRATIS


1. Kedaulatan ditangan rakyat artinya keterlibatan rakyat dalam memproduksi hukum
(lyman tower dalam buku contemporay political ideologi).
2. Pengambilan beragam pindah² agama pun hak warga negara tidak ada sanksi.
3. Pemilu untuk memilih pemimpin mereka.

PERBEDAAN NEGARA ISLAM


1. Kedaulatan ditangan allah, hanya allah yang berhak memproduksi hukum ( al konsep
maudadi).
2. Kekuasaan ditangan umat, mereka yang memegang kekuasan harus dipilih oleh umat
ditunjukkan dengan hai’at.
3. Pemilu dimulai dengan pemilihan oleh ahlu al’\alla wa al-aqdi.

Anda mungkin juga menyukai