Dosen Pengampuh :
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas berkat rahmatnya
penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu sebuah tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam dengan tema yang akan dibahas dalam ulasan berikut :
1. Tauhid : Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam
2. Sains & Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
3. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits
4. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referensi Hadits)
5. Ajaran dan Tuntunan Tentang Berbagi, Keadilan Serta Penegakan Hukum dalam
Islam
Sholawat dan Salam semoga ALLAH SWT limpahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW atas perjuangannya membawa ummat dari alam kegelapan ke alam yang terang
benderang
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam atas bimbingannya
selama ini yang telah diberikan beliau.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan tugas ini maupun
materi, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung untuk
perbaikan tugas ini serta besar harapan penulis semoga tugas ini akan memberi
manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I. Tauhid : Keistimewaan & Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam...................1
1.1 Pengertian Tuhan...............................................................................................1
1.2 Konsep Tuhan....................................................................................................2
1.3 Konsep Ketuhanan Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.................................2
1.4 Konsep Tuhan Berdasarkan Spekulasi..............................................................2
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-hadits...............................................5
2.1 Pengertian Sains................................................................................................5
2.2 Pengertian
Teknologi..........................................................................................6
2.3 Penemuan Sains dan Teknologi dalam Islam....................................................7
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits..................................................................12
3.1 Pengertian 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits...........................................12
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referensi
Hadits).........................................16
4.1 Pengertian
Salafussoleh...................................................................................16
BAB V. Ajaran dan Tuntunan Tentang Berbagi, Keadilan Serta Penegakan Hukum
dalam
Islam.....................................................................................................................19
5.1 Ajaran dan Tuntunan Berbagi Menurut Islam.................................................19
5.2 Manfaat Berbagi dalam Islam.........................................................................20
5.3 Macam – macam
Sadaqah.............................................................................20
5.4 Hukum Sadaqah Menurut Islam.....................................................................21
5.5 Sedekah – sedekah yang Paling Utama........................................................22
5.6 Keadilan Serta Penegakan Hukum dalam Islam............................................23
5.7 Pengertian Hukum Islam................................................................................24
5.8 Pengertian Keadilan.......................................................................................25
5.9 Prinsip Keadilan Hukum
Islam ......................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I.
TAUHID : KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM
ISLAM
1
kata Allah mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya; ia adalah
kata yang sempurna huruf-hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan
berkaitan dengan rahasianya, sehingga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah
yang dinamai Ismullah al-A‘z}am (nama Allah yang paling mulia), yang bila diucapkan
dalam do’a, Allah akan mengabulkannya. Bahkan secara tegas Tuhan Yang Maha Esa
itu sendiri yang menamai dirinya Allah.
Dia juga dalam al-Qur’an yang bertanya:
ًّس لَه ُ َم ل ْ َع ت ْ َل ه
ِ َُاي
Artinya: Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?
Dari beberapa pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata Allah adalah kata
khusus yang tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya; ia adalah kata yang sempurna huruf
hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan
rahasianya, karena hanya Tuhan Yang Maha.
1.2 Konsep Tuhan
Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang
berdasar al-Qur’an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak
pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat
spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan
mistis.
1.3 Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Qur’an (Al-‘Alaq [96]:1-5), Tuhan
menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai
hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah
kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan
Allah tentang diri-Nya.”
Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia
sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). Ketika masih dalam bentuk roh,
dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat
itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan
tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan.
Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-
Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman [31]:32.
1.4 Konsep Tuhan berdasar spekulasi
Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu,
perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat
spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas
2
hingga agnostisisme, panteisme, mistisme, dan lainnya dan juga ada sebagian yang
bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama
syariat.
Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam
konsep tauhid sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat spekulatif di
antaranya adalahHulul, Ittihad, dan Wahdatul Wujud.
a. Hulul
Hulul atau juga sering disebut “peleburan antara Tuhan dan manusia” adalah
paham yang dipopulerkan Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa seorang sufi
dalam keadaan tertentu, dapat melebur dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah
bersatu dengan aspek al-lahut manusia. Al-Lahut merupakan aspek Ketuhanan
sedangkan An-Nasutadalah aspek kemanusiaan. Sehingga dalam paham ini, manusia
maupun Tuhan memiliki dua aspek tersebut dalam diri masing-masing.
Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan gumaman-
gumaman syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus disebabkan oleh rasa
cinta yang melimpah. Para sufi yang sepaham dengan ini menyatakan gumaman itu
bukan berasal dari Zat Allah namun keluar dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang
mengambil tempat dalam diri manusia.
Mansur al-Hallaj menggunakan ayat Al-Qur’an semisal surah Al-Baqarah ayat 34 untuk
menjelaskan pahamnya. Dalam ayat itu berbunyi, “…sujudlah wahai para malaikat
kepada Adam…“. Al-Hallaj menjelaskan bahwa mengapa Allah memerintahkan bersujud
kepada Adam padahal seharusnya hanya bersujud kepada Allah dikarenakan saat itu
Allah telah mengambil tempat dalam diri Adam sehingga Adam memiliki kemuliaan Allah.
Al-Hallaj juga menyebutkan hadits yang mendukung pendapatnya, seperti, “Sesungguh-
Nya Allah menciptakan Adam sesuai bentuk-Nya.” Dan juga menurutnya hulul pernah
terjadi pada diri Isa, dimana Allah mengambil tempat pada dirinya.
b. Ittihad
Ittihad adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad sendiri
memiliki arti “bergabung menjadi satu”, sehingga paham ini berarti seorang sufi dapat
bersatu dengan Allah setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani
(fana) untuk kemudian dalam keadaan baqa, bersatu dengan Allah. Dalam paham ini,
seorang untuk mencapai Ittihad harus melalui beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa’.
Fana merupakan peleburan sifat-sifat buruk manusia agar menjadi baik. Pada saat ini,
manusia mampu menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang ada dalam
hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad, “diam pada kesadara ilahi“.
Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul “Tuhan turun dan melebur dalam diri manusia”,
maka dalam Ittihad manusia-lah yang naik dan melebur dalam diri Tuhan.[10]
3
c. Wahdatul Wujud
Wahdatul Wujud merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul
Wujud bermula dari hadits Qudsi, “Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi,
kemudian Aku ingin dikenal. Maka Ku-ciptakan makhluk, maka mereka mengenal Aku
melalui diri-Ku.” Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal jika tidak menciptakan alam
semesta. Alam merupakan pemampakan lahir Tuhan.
Menurut paham ini, Tuhan dahulu berada dalam kesendirian-Nya yang mutlak dan tak
dikenal. Lalu Dia memikirkan diri-Nya sehingga muncul nama dan sifat-Nya. Kemudian
Dia menciptakan alam semesta. Maka seluruh alam semesta mengandung diri Allah,
sehingga Allah adalah satu-satunya wujud yang nyata dan alam semesta hanya bayang-
bayang-Nya. Bedasar pikiran tersebut, Ibnu Arabi berpendapat seorang sufi dapat keluar
dari aspek kemakhlukan dan dapat melebur dalam diri Allah
4
BAB II
SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS
5
metafisik dan tujuan dari penciptaannya. Sains dalam Islam ditujukan untuk melakukan
pembuktian terhadap isyarat-isyarat untuk pencarian ilmu sebagaimana tertera dalam al-
Qur’an.
“ Dan telah Kami ajarkan kepada Daud baju perisai untuk kamu, guna
memeliharamu dalam peperangan, maka tidakkah kamu bersyukur ? Dan bagi Sulaiman,
angin yang kencang tiupannya yang menghembus ke negeri yang telah Kami berkati, dan
Kami mengetahui tentang segala sesuatu ”.
6
Di dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa Nabi Daud as diberitahu oleh Allah SWT
tentang pembuatan baju pelindung yang dapat digunakan dalam pertempuran. Dari
pelajaran yang disampaikan Allah kepada Nabi Daud ini dapat kita lihat perkembangan
pembuatan baju besi yang dirancang khusus untuk para prajurit dalam peperangan yang
mereka hadapi baik itu berupa topi besi, rompi anti peluru dan sebagainya, ini merupakan
pengembangan dari teknologi yang telah berabad-abad Allah ajarkan kepada nabi-Nya.
Bagian perut gajah tersebut ternyata merupakan tangki berisi air dengan volume
ukuran tertentu. Terdapat juga sebuah mangkuk air yang bekerja menggunakan prinsip
Archimedes, sehingga mangkuk tersebut tak akan tenggelam. Mangkuk tersebut memiliki
lubang kecil yang secara berahap terisi dengan air. Lama kelamaan, mangkuk ini akan
tenggelam dan miring. Dalam proses tenggelam, mangkuk akan menarik tiga tali yang
tersambung dengan mekanisme yang telah diatur untuk mengontrol 30 bola yang akan
dijatuhkan satu per satu daru atas gajah, tepat tiap setengah jam sekali. Bola yang jatuh
ini akan menyebabkan salah satu ornamen yaknio burung pheonix akan berkicau. Di
momen tertentu, salah satu ornamen lain yakni naga juga akan menangkap bola
tersebut, yang lanjut membuat bola tersebut mengalir ke vas di belakang ornamen
penunggang gajah. Di momen tersebut, simbal akan berbunyi. Jam ini harus disetel
ulang dua kali sehari tiap matahari terbit dan terbenam. Penemuan jam gajah ini
digadang-gadang sebagai karya robotik pertama di dunia.
7
nama barat bernama Alhazen. Kontribusi besarnya adalah eksperimen serta studinya
soal cahaya. Ia berteori soal cahaya bergerak dalam garis lurus dan dibedakan oleh
objek yang ter-refleksikan oleh sinar tersebut. Ialah yang memperbaiki konsep 'camera
obscura' atau lubang jarum yang awalnya ditemukan China, di mana cahaya bergerak
pada garis lurus dan membentuk gambar yang terbalik pada retina.
Sebuah buku berjudul "Book of Ingenious Device" atau Buku Perangkat Terampil,
adalah sebuah buku yang lahir di tahun 850, ditulis oleh 3 bersaudara dari Iran bernama
Banu Musa bersaudara.
Banu Musa yang terdiri dari Ahmad, Muhammad, dan Hasan bin Musa ibnu Shakir
ini menulis buku tentang banyak sekali ilustrasi tentang perangkat mekanik, termasuk
yang paling populer adalah automata atau berbagai mesin otomatis.
Berbagai hal seperti perangkat otomatis sistem fail-safe, engkol otomatis, katup
otomatis, siphon dobel konsentris, serta saluran dengan ujung bengkok yang mampu
menuang cairan berbeda. Selain itu, masih ada fountain otomatis, organ bertenaga air,
serta dispenser air.
4.)Tanaman Bertasbih
Peneliti melaporkan hasil temuan bahwa bibit tanaman di sebuah kotak yang
dibacakan Alquran, tumbuh dan berbuah 44 persen lebih baik daripada bibit tanaman
yang dibiarkan tumbuh alami dan teratur di kotak lainnya.
Ayat Alquran mengungkap bahwa Bumi beserta semua yang ada di dalamnya pun
bertasbih kepada Allah.
"Langit yang tujuh, Bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan
tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun," Surah Al-Isra' Ayat 44.
8
5.) Bertemunya Dua Lautan
Pertemuan antara dua arus laut ini terjadi di Selat Gibraltar, tepatnya di antara
Spanyol dan Maroko. Menurut para ilmuwan, fenomena tersebut terjadi karena air laut
dari Samudera Atlantik dan dari Laut Mediterania memiliki karateristik yang berbeda,
dilihat dari suhu air, kadar garam, dan kerapatannya. Mengenai fenomena bertemunya
dua lautan ini, Al-Qur’an telah menjelaskannya 14 abad silam. Allah berfirman,
……ا…ن
ِ …َ…ي… ْ…ب… ِ…غ… َ…ي …ِ …ن… َ…ي… ْ…ل… َ…ت… ق…ِ… َ…ي
…ٌ …… َ…ب… ْ…ي… َ…ن… ه…ُ… َ…م… ا… َ…ب… ْ…ر… َ…ز. …ا…ن
خ… اَل …ِ …ح… َ…ر… ْ…ي …ْ …ج
…ْ …ا…ل… َ…ب …َ …َ…م… َ…ر
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara
keduanya ada batas yang tidak dilampui masing-masing.” (QS. Ar-Rahman: 19-20)
6.) Garis Edar Tatasurya
Menurut ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan 720.000 km/jam ke
arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex. Ini berarti
matahari bergerak sejauh 17.280.000 kilometer dalam sehari. Selain matahari, semua
planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan dalam jarak ini. Semua
bintang yang ada di alam semesta pun sama. Fenomena tatasurya dan garis edar ini
sudah tertulis di dalam Al-Quran, antara lain di dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 33.
…ن
…َ …ح… ْ…و
…ُ …س… َ…ب …ٍ …ۖ…ك… ل…ٌّ … ف…ِ… ي… َ…ف… َ…ل
…ْ …ك… َ…ي …ْ …س… َ…و
…ُ …ا…ل… َ…ق… َ…م… َ…ر …َ …ا…ر… َ…و… ا…ل…ش…َّ ْ…م
…َ …ل… َ…و… ا…ل…ن…َّ َ…ه …َ …خ… َ…ل
…َ …ق… ا…ل…َّ ْ…ي …َ …َ…و… ه…ُ… َ…و… ا…ل…َّ ِ…ذ… ي
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
7.) Ledakan Raksasa atau Big Bang
Big Bang diyakini sebagai peristiwa yang menyebabkan terbentuknya alam
semesta. Teori ini didasarkan pada kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan
perkembangan alam semesta. Berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa alam semesta
awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, lalu mengembang secara terus-
menerus hingga hari ini.
Hal tersebut ternyata sudah disampaikan di dalam Al-Quran tepatnya Surah Al-Anbiya
ayat 30.
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
9
8.) Api di Dasar Laut
Fenomena ini ditemukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia, Anatol Sbagovich
dan Yuri Bagdanov, dan seorang ilmuwan asal Amerika Serikat. Mereka meneliti kerak
bumi dan patahannya di dasar laut lepas pantai Miami. Mereka kemudian menemukan
lava cair yang mengalir disertai abu vulkanik yang suhunya mencapai 231 derajat celcius.
…ر
…ِ …ج… ْ…و
…ُ …س …ْ …ح… ِ…ر
…ْ …ا…ل… َ…م …ْ …َ…و
…ْ …ا…ل… َ…ب
…ل… َ…ب… ْ…ي… َ…ن… ه…ُ… َم……… ا… َ…ب… ْ…ر… َ…ز… ًخ……… ا
…َ ………ج… َع
…َ …ا…ج… َ…و َ …ح… ُأ
…ٌ …………ج …ٌ …ه… َ…ذ… ا… ِ…م… ْ…ل
……ٰ …ا…ت… َ…و …ٌ …ع… ْ…ذ
…ٌ …ب… ُف……… َ…ر …َ …ن… ٰ…ه… َ…ذ… ا
…ِ …ح… َ…ر… ْ…ي …ْ …ج
…ْ …ا…ل… َ…ب …َ …َ…و… ه…ُ… َ…و… ا…ل…َّ ِ…ذ… ي… َ…م… َ…ر
…ر… ا
…ً …ج… ْ…و…ُ …ح…ْ …ر… ا… َ…م …ً …ج…ْ …ِ…َ…و… ح
“Dan Dialah (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), yang satu tawar
dan segar dan yang lainnya asin. Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
tidak tembus.”
10.) Dasar Lautan yang Gelap
Manusia tak mampu menyelam 40 meter di bawah laut tanpa peralatan khusus.
Dalam sebuah buku berjudul “Oceans” dijelaskan, pada kedalaman 200 meter hampir tak
dijumpai cahaya, sedangkan pada kedalaman 1.000 meter tak terdapat cahaya sama
sekali. Kondisi dasar laut yang gelap baru bisa diketahui setelah penemuan teknologi
canggih. Namun, Al-Qur’an telah menjelaskan keadaan dasar lautan tersebut sejak ribuan
tahun yang lalu.
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya
ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-menindih, apabila dia
10
mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada
diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah maka tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.
11.) Sidik Jari Manusia
Sidik jari ditemukan pada akhir abad ke-19. Sebelumnya, mayoritas orang
menganggap jika sidik jari adalah lengkukan-lengkukan biasa tanpa makna khusus.
Setiap manusia, termasuk mereka yang terlahir kembar identic, memiliki pola sidik jari
yang berbeda. Dengan kata lain, salah satu tanda pengenal manusia terdapat pada ujung
jari mereka.
11
BAB III
1.) Sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau. Menurut Imam
Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik
sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai sahabat.
Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai Rasulullah.
Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur Rasyidin,
kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang
mendapatkan jaminan surga.
Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata, “Para sahabat itu memiliki keutamaan
yang bertingkat-tingkat. [1] Yang paling utama di antara mereka adalah khulafa rasyidin
yang empat; Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan Ali, radhiyallahu’anhum al jamii’. Mereka
adalah orang yang telah disabdakan oleh Nabi ‘alaihi shalatu wa salam, “Wajib bagi
kalian untuk mengikuti Sunnahku dan Sunnah khulafa rasyidin yang berpetunjuk
sesudahku, gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.” [2] Kemudian sesudah mereka
adalah sisa dari 10 orang yang diberi kabar gembira pasti masuk surga selain mereka,
yaitu : Abu ‘Ubaidah ‘Aamir bin Al Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Zubeir
bin Al Awwaam, Thalhah bin Ubaidillah dan Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhum.
[3] Kemudian diikuti oleh Ahlul Badar, lalu [4] Ahlu Bai’ati Ridhwan, Allah ta’ala
12
berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah ridha kepada orang-orang yang beriman
(para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon (Bai’atu
Ridwan). Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Kemudian Allah
menurunkan ketenangan kepada mereka dan membalas mereka dengan kemenangan
yang dekat.”
(QS. Al Fath : 18).
2.) Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah beliau
wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para sahabat.
Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para sahabat
Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara langsung
melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di langit. Bahkan
Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari Uwais dan meminta
untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.
Untuk tabaqat pertama, para ulama sepakat memberi batasan bahwa mereka adalah
tabi'in yang pernah berjumpa dan bersahabat dengan sepuluh sahabat yang dijanjikan
Rasulullah SAW akan masuk surga. Mereka itu adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa'id bin Abi Waqqas, Sa'id bin Zaid bin
Amr bin Nufail, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf dan Abu
Ubaidah bin al-Jarrah.
Mereka yang dipandang sebagai tabi'in tabaqat pertama di antaranya Abu Usman an-
Nahdi, Qais bin Abbad, Abu Husain bin Munzir, Abu Wa'il dan Abu Raja' at-Taridi. Tabi'in
yang diketahui paling dulu meninggal adalah Abu Zaid Ma'mar bin Zaid (wafat tahun 30
Hijriyah).
13
Tabaqat Tabi-in yang paling akhir, menurut pandangan al-Hakim, ialah tabi'in yang
sempat berjumpa atau melihat sahabat paling akhir dan menyaksikan wafatnya sahabat
tersebut (man laqiya akhiras shahabata mautan (siapa yang melihat/menyaksikan paling
akhir wafatnya seorang sahabat).
Mereka yang termasuk tabi'in tabaqat terakhir ialah tabi'in yang berjumpa dengan Abu
Tufail Amir bin Wa'ilah di Mekah yang berjumpa dengan as-Saib di Madinah yang
berjumpa dengan Abu Umamah di Syam (Suriah) yang berjumpa dengan Ubaidilah bin
Abi Aufa di Kufah yang berjumpa dengan Anas bin Malik di Basra dan berjumpa dengan
Abdullah az-Zubaidi di Mesir.
Tabi'in yang paling akhir wafatnya ialah Khalaf bin Khalifah (wafat tahun 181 Hijriyah),
karena ia sempat berjumpa dengan Abu Tufail di Mekah. Dengan demikian, periode tabi'in
berakhir tahun 181 Hijriyah bersamaan dengan masa pemerintahan Harun ar-Rasyid
(170-194 Hijriyah) dari Bani Abbas.
Di antara tabi'in yang mempunyai peran besar dalam pengembangan ilmu agama Islam
ialah Sa'id bin Musayyab, Nafi' Maula bin Amr, Muhammad bin Sirin, Ibnu Syihab az-
Zuhri, Sa'id bin Zubair al-Asadi al-Kufi dan Nu'man bin Sabit. Sa'id bin Musayyab lahir
pada tahun 15 Hijriyah, tahun kedua pada pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab dan
wafat pada tahun 94 Hijriyah. Ayah dan kakeknya adalah sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ia terkenal karena kewarakan, kezuhudan dan keluasan ilmu pengetahuan di bidang
hadis dan fikih.
Nafi' Maula bin Amr (wafat 117 Hijriyah) pada mulanya adalah hamba Ibnu Umar yang
mengabdi kepada majikannya selama tiga tahun sebelum dimerdekakan. Imam Malik bin
Anas adalah sahabat dekat Nafi'. Imam Malik berkata, ''Jika aku menerima hadis dari Nafi'
dari Ibnu Umar, aku tidak perlu mendengarnya lagi dari orang lain.'' Dengan demikian,
Imam Malik yakin betul dengan setiap hadis yang diriwayatkan Nafi'. Ia juga dikenal
sebagai rawi (periwayat) hadis dan ulama fikih Madinah.
Muhammad bin Sirin adalah anak seorang maula (hamba yang kemudian) dimerdekakan)
Anas bin Malik. Ia lahir dua tahun sebelum berakhirnya pemerintahan Usman bin Affan
(32 Hijriyah) dan wafat pada tahun 110 Hijiyah. Ia termasuk ulama fikih di Madinah di
samping rawi hadis yang dipercaya.
14
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah mereka
wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi tabi’in. tabi’ut
tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin Anas,
Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang lainnya.
Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim yang
datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang telah
mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.
Ja’far al-Sadiq
al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (w.
108 H)
Sufyan al-Tsauri (97–161 H)
Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H)
Al-Auza’i (w.
158 H)
Al-Laits bin Saad
Abdullah bin Al-Mubarak
Waki’
Abdurrahman bin Mahdi
Yahya bin Said Al-Qathan
Yahya bin Ma’in
Ali bin Al-Madini
Agusi bin Al-Mustajabi
15
BAB IV
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI HADITS)
Salaf berasal dari kata salafa-yaslufu-salafun, artinya telah lalu. Kata salaf juga
bermakna: seseorang yang telah mendahului (terdahulu) dalam ilmu, iman, keutamaan,
dan kebaikan. Karena itu generasi pertama dari umat ini dari kalangan para tabi’in disebut
sebagai as-salafush-shalih.
Salaf secara bahasa artinya orang yang terdahulu, baik dari sisi ilmu, keimanan,
keutamaan atau jasa kebaikan. Seorang pakar bahasa Arab Ibnu Manzhur mengatakan,
“Kata salaf juga berarti orang yang mendahului kamu, yaitu nenek moyangmu, sanak
kerabatmu yang berada di atasmu dari sisi umur dan keutamaan. Oleh karenanya maka
generasi awal yang mengikuti para sahabat disebut dengan salafush shalih (pendahulu
yang baik).” (Lisanul ‘Arab, 9/159, dinukil dari Limadza, hal. 30). Makna semacam ini
serupa dengan kata salaf yang terdapat di dalam ayat Allah yang artinya, “Maka tatkala
mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan
mereka semuanya di laut dan Kami jadikan mereka sebagai salaf (pelajaran) dan
contoh bagi orang-orang kemudian.” (QS. Az Zukhruf: 55-56). Artinya adalah: Kami
menjadikan mereka sebagai pelajaran pendahulu bagi orang yang melakukan perbuatan
sebagaimana perbuatan mereka supaya orang sesudah mereka mau mengambil
pelajaran dan mengambil nasihat darinya. (lihat Al Wajiz fi ‘Aqidati Salafish Shalih, hal.
20).
Sedangkan definisi salaf menurut istilah, salaf adalah sifat yang khusus
dimutlakkan untuk para sahabat. Ketika yang disebutkan salaf maka yang dimaksud
pertama kali adalah para sahabat. Adapun selain mereka itu ikut serta dalam makna
salaf ini, yaitu orang-orang yang mengikuti mereka. Artinya, bila mereka mengikuti para
sahabat maka disebut salafiyyin, yaitu orang-orang yang mengikuti salafush shalih.
16
kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal
didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At- Taubah: 100)
Sedangkan dalam sebuah hadis juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
salaf pertama kali adalah sahabat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sebaik-
baik manusia adalah pada masa ku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang
sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).
Demikian juga yang dikatakan oleh para ulama bahwasannya yang dimaksud dengan
salaf adalah para sahabat.
Akan tetapi pembatasan secara waktu tidaklah mutlak tepat karena kita
mengetahui bahwa beberapa sekte bid’ah dan sesat sudah muncul pada masa-masa
tersebut. Karena itulah keberadaan mereka pada masa-masa itu (tiga kurun yang
dimuliakan) tidaklah cukup untuk menghukumi bahwa dirinya berada diatas Manhaj
Salaf, selama dirinya tidak mengikuti sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam memahami Al
Quran dan Assunnah. Karena itulah ulama memberi batasan As-Salaf Ash-Shalih
(pendahulu yang shalih).
Terdapat banyak dalil yang dikemukakan oleh al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir
Jawas dalam bukunya Mulia dengan Manhaj Salaf, namun dalam tulisan yang singkat
ini kami hanya mengambil beberapa dalil yang mewakili dan dapat digunakan sebagai
hujjah.Dalil-dalil dari Al Quranul Karim dan As Sunnah yang menunjukkan bahwa
Manhaj Salaf adalah hujjah yang wajib diikuti oleh kaum muslimin:
17
Firman Allah Ta’ala, yang artinya,”Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia (karena kamu menyuruh) berbuat yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah…” (Ali ‘Imran : 10 )
Syaikhul Islam IbnuTaimiyah rahimahullah dalam kitabnya Naqdul
Mantiq menjelaskan: kaum muslimin telah sepakat bahwa umat ini adalah
sebaik-baik umat dan paling sempurna, dan umat yang paling sempurna dan
utama adalah generasi yang terdahulu yaitu generasi para Sahabat.
Firman Allah Jalla Jalaaluhu, yang artinya, ”Dan barangsiapa yang menentang
Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan-
jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang Telah
dikuasainya itu dan kami masukkan ia kedalam jahannam, dan jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisaa: 115 )Imam Ibnu Abi
Jamrah rahimahullah mengatakan, ”Para ulama telah berkata mengenai makna
dalam firman Allah, ”Dan mengikuti jalan yang bukan jalan-jalan orang yang
beriman” yang dimaksud adalah (jalan) para Sahabat generasi pertama.
Diriwayatkan dari Sahabat al- ‘Irbadh bin sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata,”Suatu hari Rasulullah shalallah ‘alaihi wasallam pernah shalat bersama
kami kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberikan nasehat
kepada kami dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat
hati bergetar, maka seseorang berkata, ‘Wahai Rasulullah, nasehat ini seakan-
akan nasehat dari orang yang akan berpisah, maka apa yang engkau wasiatkan
kepada kami?’ Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,‘Aku
wasiatkan kepada kalian supaya tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah
mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak
dari Habasyah. Sungguh orang yang hidup diantara kalian setelahku maka ia
akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh
kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafa-ur Rasyidin yang mendapat petunjuk.
Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh
kalian perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena
sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan setiap
bid’ah itu adalah sesat.” HR Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no.4607), at-
Tirmidzi (no.2676), ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/205),
al Hakim (I/95)Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas terdapat
perintah untuk berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah dan Sunnah
Khulafa-ur Rasyidin sepeninggal beliau.
18
BAB V.
AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA PENEGAKAN
HUKUM DALAM ISLAM
19
Demikian pula di dalam sunah. Hadis yang menganjurkan sedekah tidak sedikit
jumlahnya. Di dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik orang di
antara kamu adalah yang memberi makan dan menjawab salam” (HR Ahmad bin Hanbal
atau Imam Hanbali). Surat lainnya yang membahas sadaqah terdalam dalam Al-Quran
Surah Al-Baqarah Ayat 245 disebutkan:
“Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezeki) dan kepda-Nya-lah kamu dikembalikan.”
Ayat tersebut menggambarkan bahwa shadaqah memiliki makna mendermakan atau
menyisihkan uang di jalan Allah swt. Memberi sedekah kepada fakir miskin, kerabat, atau
orang lain yang dilakukan hanya untuk mengaharap ridha Allah maka akan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat.
20
bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri, atau tulang dari
jalanan, amar ma’ruf nahi mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh
persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari
api neraka.” (HR. Muslim)
2. Bekerja dan Memberi Nafkah pada Sanak Keluarganya
Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma’dikarib Al-
Zubaidi ra, dari Rasulullah saw. Berkata, “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia
yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya
sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan
pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah.” (HR. Ibnu Majah)
3. Shadaqah Harta (Materi)
21
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan zakat.
Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara
terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan
dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah
satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak
adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan
seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya
tersebut.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat
sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan
kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria
barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan
disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya; ''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).
Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah
yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT
dalam firman-Nya yang berarti: ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264). (dam/disarikan dari buku Ensiklopedi
Islam)
5.5 Sedekah-sedekah yang paling utama
Pertama: Sedekah tersembunyi, karena amalan ini adalah yang paling dekat
dengan keikhlasan dibanding dengan cara terang-terangan. Mengenai hal itu,
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika
kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu”. (QS.2:271)
Kedua: Sedekahnya orang sehat dan kuat lebih utama dari wasiat harta orang yang
telah meninggal dunia atau sedekahnya orang sakit, ringkasnya
sebagaimana dalam sabda beliau:
“Seutama-utamanya sedekah adalah engkau bersedekah saat engkau dalam
keadaan sehat, kikir, takut akan kefaqiran serta sedang mengharap kekayaan.
Dan janganlah menunda-nundanya hingga ruhmu telah mencapai kerongkongan,
barulah engkau berwasiat, ‘Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian.”
Ketahuilah sebenarnya harta itu telah menjadi milik si fulan (ahli warisnya,
22
pent.).” (Terdapat dalam ash-Shahihain).
Ketiga: Sedekah setelah menunaikan perkara wajib, sebagaimana firman-Nya Azza wa
Jalla :
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika
kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu. (QS.2:271)
Keempat: Pengorbanan seseorang sebatas kesanggupan dan kemampuan nya,
sementara ia dalam keadaan kekurangan dan butuh, sebagaimana sabda beliau:
“Sedekah yang paling utama adalah pengorbanan orang yang kekurangan, dan mulailah
dari orang yang berada di bawah tanggunganmu.” (HR. Abu Dawud).
Kelima: Nafkah untuk anak-anaknya, sebagaimana dalam sabda beliau: “Apabila
seorang memberi nafkah kepada keluarganya demi untuk mencari
pahalanya (dari Allah), maka menjadi sedekah baginya.” (Terdapat dalam Ash-
Shahihain).
Keenam: Sedekah kepada sanak famili terdekat.
Dahulu Abu Thalhah adalah seorang sahabat Anshar yang paling banyak
Hartanya. Saat itu harta yang paling disukainya adalah Bairuha' (nama sebuah
kebun, pent.), yang terletak menghadap masjid. Rasulullah sering memasukinya dan
minum airnya yang sedap di dalamnya. Anas berkata : Ketika turun ayat yang artinya:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS.3:92)
Ketujuh: Sedekah kepada tetangga; Allah Subhanahu wa Ta'ala mewasiatkan melalui
firman-Nya: Tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh ... (QS.4:36)
Kedelapan: Sedekah kepada sahabat dan rekan di jalan Allah; berdasarkan sabda
beliau:
“Seutama-utama dinar, adalah dinar yang belanjakan untuk keluarganya, dinar
yang dibelanjakan untuk (perawatan) binatang untuk berperang di jalan Allah,
dan dinar yang dibelanjakan untuk sahabat-sahabatnya di jalan Allah.” (HR.
Muslim).
Kesembilan: Yang dibelanjakan dalam jihad di jalan Allah, baik jihad terhadap orang-
orang kafir ataupun terhadap orang-orang munafik; karena
sesungguhnya hal itu termasuk pembelanjaan harta yang paling agung. Dan
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan hal tersebut di ayat yang lain di
dalam Al-Qur`an. Dia mengedepankan jihad harta atas jihad diri di kebanyakan
ayat dan diantara firman-Nya :
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat,
23
dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS.9:41)
Kesepuluh: Sedekah jariyah, yaitu amalan yang masih menetap pasca
meninggalnya seorang hamba, dan terus mengalir pahala baginya. Berdasarkan
sabda beliau:
“Apabila seorang manusia meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali dari
tiga perkara, (yaitu) sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak
shalih yang senantiasa mendoakannya.” (HR. Muslim).
24
Keadilan hukum Islam tidak ditemukan dama sekali di dalam Al-Quran dan literatur
hukum dalam Islam. Yang ada dalam Al-Quran adalah kata syariah, fiqh, hukum Allah dan
seakar dengannya. Kata-kata hukum Islam merupakan terjemahan dari term “ISLAMIC
LAW” dari literatur Barat.
Dalam penjelasan tentang hukum Islam dari literatur barat ditemukan definisi
hukum Islam Yaitu; Keseluruhan kitab Allah yang mengatur Hukum Islam lebih dekat
dengan pengertian Syariah.
Hasbi Asy-Syiddinqy memberikan kejelasan tentang arti hukum islam, perlu
diketahui lebih dahulu arti dari kata “hukum”. Sebenarnya tidak ada arti yang sempurna
tentang hukum. Namun, untuk mendekatkan kepada pengertian yang mudah dipahami,
meski masih mengandung kelemahan, definisi yang diambil oleh Muhammad Muslehiddin
dari Oxford Eenglish Dictionary perlu diungkapkan. Menurutnya, hukum adalah “the body
of rules, whether proceeding from formal enactment of from custom, which a particular
state or community recognizes as binding on its members or subject”. (Sekumpulan
aturan, baik yang berasal dari aturan formal maupun adat, yang diakui oleh masyarakat
dan bangsa tertentu sebagai mengikat bagi anggotanya).
Bila hukum dihubungkan dengan Islam, maka hukum Islam berarti: “Seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia
mukallah yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang
beragama Islam.”
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat, dipahami bahwa hukum Islam
mencangkup hukum syariah dan hukum fikih, karena arti syara’ dan fikih terkandung di
dalamnya.
ADIL (Ar.: al-‘adl). Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka
menegakkan kebenaran kepada siapa pun tanpa kecuali, walaupun akan merugikan
dirinya sendiri.
yang satu dengan yang lain (Al-musawah)”. Istilah lain dari Al-‘Adl adalah Al-Qist, Al-
baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu iu menjadi tidak berat
sebelah dan berbeda satu sama lain”. Asil juga berarti “berpihak atau berpegang kepaada
kebenaran”.
25
Keadilan lebih menitikberatkan pada pengertian “meletakkan sesuatu pada
mata karena takut pada Allah SWT. jika keadilan telah dicapai, maka itu merupakan dalil
yang paling kuat dalam Islam sselama belum ada dalil yang lain yang menetapkannya.
sesuai dengan sunnah yang menyebutkan bahwa Islam adalah rahmat bagi
seluruh alam ( rahmatan lil-alamin ), maka hukum Islam dapat diterapkan dalam semua
masa, untuk semua bangsa karena di dalamnya terdapat cangkupan yang begitu luas dan
elastisitas untuk segala zaman dan tempat. Hal ini dikarenakan hukum Islam berdiri atas
dua model:
1. Hukum Islam memberikan prinsip umum di samping aturan yang mendetail yang
memberikan oleh sunnah sebagai tafsir dari Al-Quran dan As-Sunnah mengandung
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah kulliyah yang tidak berubah-ubah. Bidang ini menjadi
lapangan kajian yang luas bagi para mutjahid dan terjadi perbedaan paham, perubahan,
pergantian, dan perbaikan. Bagian yang mempunyai kaidah-kaidah umum dan prinsip-
prinsip yang bersifat keseluruhan inilah yang menjadi dasar dan pedoman yang tetap
untuk menghadapi perkembangan masa.
2. Hukum Islam yang mengandung peraturan-peraturan yang terperinci dalam hal-hal yang
tidak terpengaruh oleh perkembangan masa, seperti dalam masalah mahram (orang-
orang yang haram untuk dikawin), Ibadah, Harta, Warisan. Hukum terperinci, jelas,
langsung dapat ditetapkan pada kejadian atau kasus tertentu.
Nasrudin Razak menulis bahwa asas-asas atau prinsip yang dianut dalam Hukum
Islam, secara singkat dapat dibedakan:
1. Tidak memberatkan
2. Sangat sedikit mengadakan kewajiban secara terperinci yakni memerintah dan
melarangnya
3. Datang dengan prinsip graduasi (berangsur-angsur) bukan sekaligus disesuaikan
dengan fitrah manusia dan zaman turunnya.
26
Dengan asas yang dianut di atas, maka prinsip-prinsip dasar dalam Hukum Islam
ialah mengakui hak manusia untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan,
menghasilkan manfaat untuk pribadi sebagaimana dikehendaki dengan catatan bahwa
tidak boleh menyia-nyiakan hak orang lain.
Hak-hak dan kewajiban setiap manusia menurut hukum Islam dapat dibagi dalam
4 kategori, yaitu:
1. Hak-hak Allah SWT., yakni:
a. Manusia harus beriman kepada-Nya secara benar
b. Wajib bagi manusia untuk menerima dan mengikuti petunjuk-Nya
c. Manusia harus taat dan patuh kepada-Nya dengan jujur tanpa ragu
d. Manusia harus menyembah-Nya
Hak-hak ini harus didahulukan atas hak-hak yang lain, bahkan kadang-kadang
penuaiannya dengan mengorbankan hak-hak ang dimiliki bagian lain.
2. Hak-hak diri sendiri, yakni:
Manusia memiliki hak-hak tertentu dan merupakan kewajiban dari manusia lain untuk
menunaikannya dengan baik. Dengan hak inilah manusia dapat menjadi dirinya sendiri.
3. Hak-hak manusia lain:
Dalam pemenuhan hak pribadi tidak boleh merugikan hak-hak orang lain. Hukum Islam
menerapkan keseimbangan antara hak-hak pribadi dengan hak-hak orang lain, serta hak-
hak masyarakat agar tidak terjadi pertentangan antara keduanya dan harus ada kerja
sama untuk pengembangan hukum Allah SWT.
4. Hak-hak makhluk lain: Semua ciptaan Tuhan memiliki hak tertentu terhadap manusia.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://blog-nuwonokromo.blogspot.com/2014/08/konsep-tuhan-dalam-islam.html
https://www.slideshare.net/hrlinasr/konsep-ketuhanan-dalam-islam-32436657
https://tafsirweb.com/5256-quran-surat-thaha-ayat-14.html#:~:text=Terjemah%20Arti%3A
%20Sesungguhnya%20Aku%20ini,dirikanlah%20shalat%20untuk%20mengingat%20Aku.
file:///C:/Users/user%20x/Downloads/HubunganIslamdengansains.pdf
https://techno.okezone.com/read/2019/02/15/56/2018598/daftar-5-penemuan-ilmiah-
berdasarkan-alquran-apa-saja?page=3
file:///C:/Users/user%20x/Downloads/3048-6157-1-SM.pdf
https://umma.id/article/share/id/1002/272772
https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html
risalahmuslim.id
republika.co.id
https://blog.kitabisa.com/pengertian-shadaqah-keutamaan-dan-macam-macam-
shadaqah/
http://maslanpaloh.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html
file:///C:/Users/user%20x/Downloads/122-163-1-PB.pdf
http://sunankalijaga-law-school.blogspot.com/2017/03/makalah-keadilan-dan-penegakan-
hukum.html
https://muslimah.or.id/1185-mengenal-manhaj-salaf.html
28
https://muslim.or.id/430-mari-mengenal-manhaj-salaf.html
LAMPIRAN
29