Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK FILSAFAT HUKUM DAN FILSAFAT HUKUM ISLAM

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Dien Saefuddaullah (1163060021)
Noor Raihan El Muhammadi (1193060060)
Nur Alimah (11
Zein Rasheed Khanna (1193060095)

KELAS 5-B
JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

KOTA BANDUNG

i
2021 M/1442
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmatnya
sehingga kami dapat merasakan menuntut ilmu di UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah
SAW yang selalu membawa kabar gembira untuk kita semua dan semoga kita mendapatkan
syafa'atnya di hari akhir nanti. Serta kami mengucapkan terima kasih kepada bapak (…) selaku
dosen mata kuliah Filsafat Hukum Islam yang telah memberikan tugas diskusi kelompok ini kepada
kami.
Dengan seluruh kerendahan hati kami meminta kritik dan saran yang membangun karena
kami masih banyak memiliki kekurangan. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Cukup sekian pengantar dari kami,
mohon maaf jika ada salah salah penulisan karena kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Cirebon, 17 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH............................................................................................2

1.3. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1. SUBSTANSI HUKUM ISLAM..................................................................................3

2.2. OBJEK DAN KEGUNAAN FILSAFAT HUKUM ISLAM......................................5

2.3 BEBERAPA INSTRUMEN DALAM FILSAFAT HUKUM ISLAM......................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

3.1. KESIMPULAN.......................................................................................................10

3.2. SARAN....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filasafat hukum islam sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tentunya ilmu ini
mempelajari menganai haikat mendasar dari hukum islam itu sendiri. Mempelajari hukum
islam tidak terlepas dari metode atau struktur yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
perenungan kefilsafatan dalam hal ini mencapai kesempurnaan tujuan mempelajari
filsafat hukum islam. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kata sistematis diapakai karena
terdapatnya sesuatu yang acak-acakan atau setidaknya mencoba untuk menjadikan
sesuatu itu terstruktur dan teratur. Namun tidak semua kata sistematis dipakai karena
terdapatnya sesuatu yang tidak beraturan, karena sistematis tidak hanya diartikan sebagai
struktur namun terdapat pula arti yang lain misalkan sesutu yang logis, metodis,
infestigatif, dan analis.
Pembahasan mengenai hukum islam sangatlah luas. Hukum islam meliputi
segala aturan atau seperangkat aturan yang telah ditetapkan dalam Al-Quran serta hadis
Nabi atau Sunnah RasulNya, hukum islam juga dapat kita jumpai melalui ijtihad para
Ulama’ dll. Hukum islam adalah semua peraturan yang bersumber dari Al-Quran dan
Assunnah atau yang berlandaskan pada Al-Quran dan Assunnah yang mengikat setiap
orang yang beragama islam. Bahkan ada yang kita jumpai diluar sana yang berpendapat
bahwa hukum islam itu hanya berasal dan bersumber pada satu, yaitu pada wahyu Allah
SWT. Selebihnya Rasululullah hanyalah mempraktekkan dari apa yang difirmankan
Allah kepadanya. Artinya hukum itu sudah ada sebelum manusia ada namun manusialah
yang menemukan hukum itu.
Untuk mencapai tujuan yang mendalam, hakikat terdalam sesuatu dalam dunia filsafat
dapat ditempuh beberapa cara atau metode, salah satunya dengan melakukan perenungan
kefilsafatan untuk menyusun suatu system pengetahuan yang rasional, yang memadai
untuk memahami dunia tempat kita hidup maupun untuk memahami diri kita sendiri.
Menemukan jawaban yang terdalam dari alasan, tujuan, serta lahirnya hukum islam
melalui perenungan dapat dilakukan sendiri, bertanya pada diri sendiri dan akan kita
bahas selanjutnya dalam makalah ini mengenai karakteristik filsafat dan filsafat hukum
islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan pokok masalahnya, yaitu:
1. Bagaimana substansi hukum islam?
2. Apa objek dan kegunaan filsafat hukum islam?
3. Bagimana instrument dalam filsafat hukum islam?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan tujuan penulisannya, yaitu:
1. Untuk mengetahui substansi hukum islam.
2. Untuk mengetahui objek dan kegunaan filsafat hukum islam.
3. Untuk mengetahui instrument dalam filsafat hukum islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Substansi Hukum Islam


A. Makna Hakikat Sesuatu Menurut Filsafat
Definisi hakiki atau esensial adalah pernyatann hakikat sesuatu, yaitu suatu
pengertian yang abstrak hanya mengandung unsur – unsur pokok yang diperlukan
untuk memahami suatu golongan tertentu dan untuk membedakannya dari golongan –
golongan lain, sehingga sifat – sifat golongan tersebut tidak termasuk dalam hakikat
sesuatu itu.
Ada beberapa peraturan yang perlu ditepati untuk suatu definisi, aturan –
aturannya ialah:
1. Definisi harus dibolak – balik dengan hal yang didefinisikan.
2. Definisi tidak boleh negative, kalau dapat dirumuskan secara positif
3. Objek yang didefinisikan tidak boleh masuk kepada definisi itu sendiri.
4. Definisi itu tidak boleh dinyatakan dengan bahasa yang kabut, kiasan atau arti
ganda yang dalam bahasa arab disebut sebagai kata – kata yang majazi, mubham
dan musyatarak.
5. Juhay S.Praja mengatakan bahwa secara terminologis filsafat mempunyai arti
yang bermacam – macam sebanyak orang yang memberikan pengertian atau
batasn mengenai filsafat sehingga ada kesulitan dalam mendefinisikan filsafat.
Berbagai definisi filsafat antara lain
a. Plato (427 SM – 347 SM)
Ia adalah seorang filsuf yunani yang terkenal, gurunya adalah Aristoteles, ia
sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat mencapai kebenaran
yang asli.
b. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43 SM)
Merupakan seorang politikus, ia merumuskan filsafat sebagai [engetahuan
tentang sesuatu Yang Maha Agung dan usaha – usaha untuk mencapainya.
c. Al – Farabi (Wafat 950 M)

3
Seorang filsuf muslim, ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang alam maujud yang bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
B. Pengertian Filsafat Hukum Islam
Filsafat hukum islam terdiri dari tiga kata, yaitu : Filsafat, Hukum dan Islam.
Sebeumnya terlebih dahulu mendefinisikan Filsafat Hukum. Filsafat Hukum adalah
pengetahuan tentang pemikiran mendalam, sistematis, logis dan radikal tentang
berbagai aturan yang berlaku dalam kehidupan manusia, baik aturan bermasyarakat
maupun aturan bernegara. Hukum adalah peraturan- peratiran tentang perbuatan dan
tingkah laku manusia dalam lalu lintas hidup. Dalam Islam “Hukum” adalah
menetapkan sesuatu atas sesuatu (itsbatu syai’in ‘ala syai’in). secara ringkas ia berarti
ketetapan.
Filsafat ukum islam adalah kajian filosofis tentang hakikat hukum islam,
sumber asal muasal hukum islam dan prinsip penerapannya, serta manfaat hukum
islam bagi kehidupan masyarakat yang melaksanakannya. Filsafat hukum islam dapat
dibagi menjadi tiga macam:
1. Falsafah Asy-Syariah yang mengungkapkan masalah ibadah, mu’amalah, jinayah
dan uqubah dari materi hukum islam, filsafat syariat mencakup asrar al – ahkam
dan tawabi’al – ahkam
2. Falsafah Tasyri yaitu filsfat yang mamancarkan hukum islam, menguatkan dan
memeliharanya.
3. Hikmah at – tasyri wa falsafahatuh yaitu kajian mendalam dan radikal tentang
perilaku mekallaf dalam mengamalkan hukum islam sebagai undang – undang dan
jalan kehidupan yang lurus.
Filsafat hukum islam dapat duartikan sebagai pengetahuan tentang hukum islam
dan asal –muasalnya, proses pencarian rahasia dan illat hukum serta tujuannya
diberlakukan sebagai prinsip – prinsip dasar untuk berperilaku. Usaha yang dilakukan
dalam pemikiran mendalam tentang hakikat, sumber, dan tujuan hukum islam tidak
terbatas menggunakan semata – mata rasio, tetapi memasukkan pendekatan kewahuan
dengan rasio, sehingga ada kesiambungan metedologis untuk mencapai kebenaran
tertinggi.

C. Ciri-Ciri Filsafat Hukum Islam

4
1. Wacana atau argumentasi mnandakanbahwa filsafat memilki kegiatan berupa
pembicaraab yang mengandalkan pada pemikiran, rasio, tanpa verifikasi uji
empiris, “perbincangan dengan menutup mata”.
2. Segala hal atau sekalian alam, artinya semua materi pembicaraan filsafat adalah
segala hal, menyangkut keseluruhan yang bersifat universal. Tidak ada yang tidak
tersentuh oleh pembicaraan filsafat. Ada atau tidak ada permasalahannya, filsafat
merupakan bagian dari perbincangan. Hal itu yang membedakan antara filsafat
dan ilmu pengetahuan yang membicarakan lingkup tertentu. Semua yang dikaji
ilmu pengetahuan pin dijamah oleh filsafat karena inilah universalisme filsafat.
3. Sistematis artinya perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur
mengikuti sistem yangberlaku sehingga tahapan – tahapannya mudah diikuti.
4. Radikal artinya sampai ke akar – akarnya sampai pada konsekuensinya yang
terakhir. Radiks artinya akar yang juga disebut arche sebagai cirikhas berpikir
filosofis. Perbedaanya dengan pengetahuan ada;ah adanya asumsi sebagai titik
tolak yang disebut sebagai keyakinan filsafati. Radikal artinya bahwa asumsi
tersebut tidak hanya dibicarakan tetapi digunakan.
5. Hakikat merupakan istilah yang menjadi ciri khas filsafat. Hakikat adalah
pemahaman atau hal yang paling mendasar. Jadi, filsaft tidak hanya berbicara
wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan tetapi berbicara makna yang
hakikat terdapat dibelakangnya.

2.2 Objek dan Kegunaan Filsafat Hukum Islam


Adapun yang menjadi objek filsafat hukum islam meliputi objek teoretis (falsafah
tasyri) dan objek praktis (falsafah syari’ah). Objek teoretis filsafat hukum islam adalah
objek kajian yang merupakan teori – teori hukum islam yang meliputi:
1. Prinsip – prinsip hukum islam (mabadi al ahkam)
2. Dasar – dasar dan sumber – sumber hukum islam (mashadir al – ahkam)
3. Tujuan hukum islam ( maqashid al – ahkam)
4. Asas – asas hukum islam (ushul al –ahkam)
5. Kaidah – kaidah hukum islam (qawa’id al – ahkam)

Sementara objek praktis filsafat hukum islam, diantaranya:


1. Rahasia – rahasia hukum islam
2. Ciri khas hukum islam

5
3. Keutamaan hukum islam
4. Karakteristik hukum islam

Manfaat studi filsafat hukum islam, diantaranya:


1. Menjelaskan bahwa kajian filsafat hukum islam akan memberikan pengetahuan
hukum islam secara utuh kepada ahli hukum yang mengkajinya
2. Filsafathukum islam diperlukan untuk pengkajian secara lebih mendalam terhadap
hukum islam
3. Untuk mewujudkan hukum yang berkeadilan yang senantiasa sesuai dengan kondisi
zaman
4. Pengkajian filsafat hukum islam secara menyeluruh (kaffah) dengan keterkaitan dan
hubungan yang terjalin dengan ilmu – ilmu agama lainnya

Para ahli ushul fiqh, sebagaimana ahli filsafat hukum islam membagi filsafat hukum
islam kepada dua rumusan yaitu:
1. Filsafat Tasyri
Filsafat yang memancarkan ahli filsafat hukum islam menguatkannya dan
memeliharanya dilsafat ini bertugas membicarakan hakikat dan tujuan penetapan
hukum islam filsafat tasyri terbagi kepada :
a. Da’aim al – ahkam (dasar hukum islam)
b. Maba’di al –a ahkam (prinsip – prinsip hukum islam)
c. Ushul al –ahkam (pokok – pokok hukum islam)
d. Maqasid al – ahkam (tujuan – tujuan hukum islam)
e. Qawaid al – ahkam ( kaidah – kaidah hukum islam)
2. Filsafat Syariah
Filsafat yang diungkapkan dari materi – materi hukum islam, seperti ibadah,
muamalah, jinayah, uqubah dan sebagainya. Dilsafat ini bertugas membicarakan
hakikat dan rahasia hukum islam. Termasuk dalam pengembangan filsafat syariah,
yakni:
a. Asrar al – ahkam ( rahasia – rahasia hukum islam )
b. Khasha is al – ahkam ( ciri khas hukum islam)
c. Mahasin al ahkam( keutamaan – keutamaan hukum islam)
d. Tawabi al – ahkam ( karakteristik hukum islam)

6
2.3 Beberapa Instrumen dalam Filsafat Hukum Islam
A. Pengertian Filsafat Hukum Islam
Filsafat dalam Dictionary of Philosophy, berasal dari dua kata, yakni philos
dan sophia. Philos artinya cinta, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Philoshopy
as love of wisdom, filsafat sebagai pemikiran mendalam melalui cinta dan
kebijaksanaan. Secara lebih luas istilah hukum mencakup setiap setiap aturan aturan
bertindak, katakanlah, setiap standar atau pola dimana perbuatan – perbuatan ( baik
yang melalui perantara rasio atau kerja – kerja ilmiah itu, harus disesuaikan)
Filsafat hukum adalah pengetahuan tentang pemikiran mendalam, sistematis,
logis dan radikal tentang berbagai aturan yang berlaku dalam kehidupan manusia,
baik aturan bermasyarakat maupun aturan bernegara. Filsafat hukum islam dapat
dinyatakan sebagai bagian dari kajian flsafat hukum secara umum atau dengan kata
lain suatu ilmu yang mengkaji hukum islam dengan pendekatan filsafat.
Filsafat hukum islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan
islam yang baik yang menyangkut materinya, maupun proses penetapannya atau
filsafat yang digunakan untuk memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum
islam, sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan allah menetapkannya di muka
bumi, yaitu untuk kesejahteraan umat manusia sebelumnya.

B. Pengertian Syariah dan Fiqh serta Ciri-Cirinya


Makna harifah syariah adalah jalan menuju sumber khidupan. Syariat adalah
rujuan tindakan umatislam dalan beragama yang erat hubungannya dengan masalah
akidah, ibadah dan muamalah. Secara etimologi syariah berasal dari bahasa arab
syara’a, yasyta’u, syar’an wa syaru’atan yang berarti jalan keempat ait.
Sedangkan menurut terminology syariat berarti jalan yang ditetapkan tuhan
yang membuat manusia harus mengarahkan hidupnya untuk mewujudkan kehendak
tuhan agar hidupnya bahagia idunia dan di akhirat.ringkasnya, syariat islam
merupakan keseluruhan ajaran islam yang bersumber dari wahyu allah swt.
Syariat merupakan konsep substansial dari seluruh ajaran islam.
Ciri – ciri syariat berpusat pada asas – asas berikut :
1. Ketuhanan (Rabbaniyyah)

7
2. Universal ( Alamiyyah)
3. Menyeluruh (Syumul)
4. Asli dan abadi
5. Mudah serta menghilangkan kesusahan
6. Memelihara maslahat manusia
7. Keseimbangan ( tawazun)
8. Hubungan erat (talazun) antara kaidah dan keidupan

Penggunaan istilah fiqh awalnya mencakup hukum – hukum agama secara


keseluruhan, yakni yang berhubungan dengan kaidah dan hukum – hukum amaliah.
Fiqh dalam pengertian menggambarkan tabiat yang hakiki dari pemikiran islam,
karenafiqh dalam berbagi bidang kehidupan pun bergatung kepada dan berdasarkan
atas al – qur’an dan as –sunnah.
Secara semantis, kata fiqh bermakna fahm al asysya’al – daqiqah ( paham
yang mendalam), mengetahui, paham terhadap pembicaraan orang lain. Atau
mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik. Sedangkan menurut istilah
adalah hasil penjabaran praktis tentang hukum – hukum syariat yang berkaitan dengan
perbuatan mukallaf yang diambilnya dari dail – dali terperinci fiqh sering disebut juga
dengan jurispridensi.
Fiqh dari definisi itudapat diketahui bukanlah hukum syara itu sendiri tetapi ia
merupakan interpretasi terhadap hukum syara tersebut yang terkait dengan situasi dan
kondisi yang melingkupinya, maka fiqh senantiasa berubah seiring perubahan waktu
dan tempat.

C. Pengertian Tasyri dan Ciri-Cirinya


Tasyri adalah kata yang diambil dari lafaz suariah yang artinya “jalan yang
;urus”. Secara terminologis, tasyri oleh para fuqaha diartikan sebagai hukum – hukum
yang diterapkan oleh allah bagi hamba – hambanya yang diungkapkan mellui hukum
– hukum tersebut atas dasar keimanan, baik hukum yang berpautan dengan perbuatan
badaniah manusia maupun yang berkaitan dengan masalah akidah, akhlak dan budi
pekerti. Syariah dalam pengertian itu dipetik kata “tasyri” yang artinya menciptakan
undang – undang dan membuat kaidah – kaidah. Tasyri dalam pengertian tersebut
adlah “membuat undng – undang” baik ndang – undang yang dibuat bersumberdari

8
ajaran agam yang disebut dengan tasyri samawiyy maupun dari perbuatan manusia
dan hasil pikiran yang dinamakan dengan istilah tasyri wad’iyy
Pengertian diatas memberikan pemahaman bahwa tasyri merupakan proses
pembuatan undang – undang yag diambil dari syariat. Oleh karena itu, syariat yang
diturunkan oleh allah dan yang datang dari Nabi Muhammad saw, belum beratitelah
menjadi tasyri sebaliknya tasyri didalamnya adalah seubstani dari syariat islam.
Tiga masalah dalam ajaran agama islam yang terdapat dalam al – qur’an
adalah yang berkaitan dengan keimanan, akhlak, dan perbuatan fisikal hubungannya
dengan perintah, larangan dan pilihan – pilihan. Hal pertama yang dikaji secara
mendalam oleh ilmu kalam atau ushuludin, yang kedua menjadi objek kajian ilmu
akhlak sedangkan yang ketiga dikaji oleh ilmu fiqh oleh para fiqaha

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembicaraan tentang filsafat hukum Islam, sebenarnya tidak didudukkan untuk saling
menafikan atau membongkar dan membuat yang baru, melainkan semata-mata cerminan
dan perhatian utama yang diberikan oleh masing-masing pemikir. Ada kalanya seseorang
lebih suka berbicara tentang hukum sebagai bersumber dari Tuhan. Orang lain lebih suka
berbicara tentang metode menggali hukum dari sumbernya. Sementara pemikir lain lebih
suka berbicara tentang tujuan dan seterusnya.
Ketika sudah diyakini bahwa hukum Islam adalah hukum Tuhan, sumber hukum telah
jelas, tugas manusia telah jelas, maka seluruh kebaikan yang ditemukan oleh sejarah
pemikiran manusia sampai dewasa ini, bisa dipergunakan untuk mempertajam atau
melengkapi aspek-aspek pemikiran hukum dalam Islam.
Hukum Islam mampu memenuhi dambaan sebuah hukum yang berlaku secara
universal dan abadi. Karena manusia kemudian mempunyai hak untuk menemukan
hukum, memberikan tafsiran, mengembangkan dan lain sebagainya, maka hukum Islam
bisa menjadi hukum yang sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat, yang tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat. Hukum Islam juga dalam batas tertentu diputuskan
oleh hakim dengan merunut konsep tujuan hukum yang dirumuskan oleh para ahli demi
kepentingan manusia.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang telah kami selesaikan yang membahas mengenai
Karakteristik Filsafat Hukum dan Filsafat Hukum Islam. Kami sadar bahwa kami masih
jauh dari kata sempurna. Kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan
maupun target yang ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran
digunakan sebagai penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan
terima kasih.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Syukri Albani Nasution, S.H.I., M.A. Filsafat Hukum Islam. Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2013.

Juhaya, Filsafat, op.cit., hlm. 16.

Fathurrahman, Filsafat, op.cit., hlm. 17.

Juhaya, Filsafat, op.cit., hlm. 17.

M. Muslehuddin, Philosophy of Islamic Law and the Orientalist, Edisi terjemah oleh
Yudin Wahyudi Asmin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis,
(Yogyakarta: Tiara Wacana,t.t.), hlm 13.

Amir Syarifuddib, Pengertian dan Sumber Hukum, op.cit., hlm.16.

Louis Makhluf, Al – Munjid, op.cit., hlm 384.

Manna’ al – Qattan, al – Tasyri’, op.cit., hlm. 14.

Manna’ al – Qattan, al – Tasyri’ wa Al – Fiqh, op.cit., hlm. 14.

M. Yasir Nasution, Hukum Islam, op.cit., hlm. 9.

Fadhil Lubis, The History of Islamic Law In Indonesia, op.cit., hlm. 9.

Juhanya, Filsafat, op.cit., hlm. 7.

12

Anda mungkin juga menyukai