Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Hukum Islam Sebagai Bagian Ilmu Hukum

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur 1 Semester Genap

Mata Kuliah Hukum Islam

Dosen Pengampu: Shinta Puspita Sari, S.H., M.H.

Nama:

Mevlana El Rumi A

(215010100111097)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2022
Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................................................ i


BAB I Pendahuluan ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................1
1.3 Kajian Pustaka .........................................................................................................2
BAB II Pembahasan ..........................................................................................................3
2.1 Hukum Islam dalam kurikulum fakultas hukum di Indonesia .................................3
2.2 Islam dan kerangka dasar Ajaran Islam ...................................................................4
2.3 Hukum Islam dan beberapa istilah kunci hukum Islam ...........................................7
2.4 Ruang lingkup, tujuan, dan ciri Hukum Islam .........................................................8
2.5 Sumber-Sumber Hukum Islam ................................................................................9
Bab III Penutup ................................................................................................................12
Daftar Pustaka .................................................................................................................13

i
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Islam hadir sebagai agama rahmatan lil alamin yang artinya rahmat bagi seluruh alam
dan semesta. Secara sederhana, agama islam adalah agama yang kehadirannya di tengah
kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia
maupun alam. Jika kita mengacu pada Apeldoorn (1982: 13) hukum memiliki fungsi untuk
mengatur pergaulan hidup secara damai, Hukum menghendaki perdamaian. Bisa kita
simpulkan bahwasanya antara hukum dan agama islam memiliki suatu hubungan yang secara
tidak langsung sebenarnya selaras. Di peradilan tersebut tatanan kehidupan dapat berlaku adil
dan mencegah adanya bahaya kedzaliman. Di islam sendiri terdapat banyak sekali ayat Al-
Qur’an yang melarang seseorang berbuat dzalim. Oleh karenanya Peradilan merupakan sesuatu
yang pasti ada dalam seluruh bangsa yang ada di dunia

Sebelum islam hadir ke dunia, agama samawi juga sudah menerapkan prinsip prinsip
yang berorientasi keadilan. Lalu islam hadir untuk memperjelas di segala aspek , tak terkecuali
dalam bidang hukum. Dalam periodeisasi hukum islam, banyak pandangan yang membaginya.
Misalnya periodesasi pada saat Rasul SAW masih menerima wahyu secara langsung dari Allah
SWT, lalu periode setelah wafatnya Rasul SAW, yang dimana para Khulafa Al-Rasyidin
berhujjah juga dan memerikan beberapa masukan hukum, sampai kemudia pada periodesasi
tabi’in yaitu munculnya para tokoh seperti Imam Abu Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Ahmad,
dan Imam Malik. Dan akhirnya pada masa sekarang hal tersebut lebih berkembang dan menjadi
bagian dari sistem dan tata hukum di Indonesia.

Subekti, S.H. (1980: 24) berpendapat bahwa: “sistem hukum adalah suatu susunan atau
tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri dari atas bagian-bagian yang berkaitan satu
sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola hasil dari suatu penulisan untuk mencapai
suatu tujuan”. Mengacu dengan pendapat tersebut, jelasnya sistem hukum islam pasti memiliki
suatu susunan atau tatanan yang teratur. Maka dari itu tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
untuk membedah secara rinci Hukum islam sebagai sistem hukum dan juga Hukum Islam
sebagai cabang dari Ilmu Hukum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1
1. Mengapa Hukum Islam diajarkan di Fakultas Hukum Indonesia?
2. Apa pengertian Islam dalam Hukum Islam?
3. Pengertian Hukum Islam
4. Apa ruang lingkup, ciri-ciri, dan tujuan hukum islam?
5. Sumber-sumber hukum islam

1.3 Kajian Pustaka

Kajian Tentang Hukum Islam

Definisi hukum islam secara umum adalah syariat atau aturan yang dimiliki Allah dan
dipenruntukkan bagi ummatnya yang dibawa oleh seorang Nabi Muhammad dan berhubungan
dengan kepercayaan (aqidah) ataupun hukum yang berhubungan dengan amaliyah atau
perbuatan yang dilakukan oleh umat muslim. Hukum disini mengandung makna norma,
kaidah, ukuran, pedoman ataupun sebagai tolak ukur yang melihat dan menilai tingkah laku
manusia di sekitarnya.

Kata hukum berasal dari Bahasa Arab (al-hikmah) yang memiliki arti kebijaksanaan,
dengan dimaksudkan agar orang yang mempelajari lalu memahami dan mengamalkan hukum
islam dalam kehidupan sehari-harinya dikatakan sebagai orang yang bijaksana. Dengan
seperangkat peraturan yang dirumuskan secara terperinci dan mempunyai kekuatan yang
mengikat, dalam hal ini disebut Mukallaf atau orang-orang yang sudah dibebani untuk
menjalankan syariat Agama Islam.

Kajian tentang Pokok-Pokok Hukum Islam

Pada pokok-pokok hukum islam terdapat istilah syaria’a dan juga Fiqh. Syari’ah sendiri
mempunyai dua perngertian yaitu yang luas dan juga yang sempit. Secara luasnya Syaria’at
adalah hukum dari segala ketentuan dan ketetapan Allah untuk para hamba-Nya baik demi
kemaslahatan yang ada di bumi maupun di akhirat. Jadi, Syari’at ini berada dalam Al-Quran
dan As-sunnah (Al-Hadist) karena sifatnya yang tetap, maksudnya tidak bisa diubah-ubah.

Fiqh berdasarkan arti ada yang berdasarkan etimologis dan juga terminologis, jika
etimologis mengatakan bahwa fiqh adalah seperangkat pengetahuan dan pemahaman terhadap
sesuatu, sementara terminologis fiqh berarti pengetahuan tentang hukum syari’at yang dikaji
secara terperinci. Seperti contohnya bahasan fiqh adlaah mengenai halal, haram, makruh,
sunnah, sahnya seseorang ataupun batalnya seseorang.

2
Kajian Tentang Sumber-sumber Hukum Islam

Untuk lebih mengetahui bagaimana kerangka dasar dari hukum islam itu tersendiri,
maka harus pun meilihat dari mana sumber-sumber yang di ambil untuk dijadikannya acuan
dalam hukum islam. Sumber yang pertama didapat dari Al-Quran, seperti yang kita ketahui
bahwa Al-Quran dari semenjak diturunkannya oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
tidka pernah sekalipun diubah, karena itu menjadikannya isi dari Al-Quran itu sendiri masih
murni seperti yang diajarkan beribu-ribu tahun silam. Yang kedua, sumbernya berasal dari As-
sunnah atau Al-Hadist, karena terkadang hal yang di tuliskan dalam Al-Quran masih bersifat
umumnya saja dan dalam perkembangannya diperinci lebih dalam oleh Hadist karena masih
bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun tingkah
laku. Pengunaan dalil dalam Hadist pun tertuang dalam surat An-nisa ayat 59

BAB II Pembahasan

2.1 Hukum Islam dalam kurikulum fakultas hukum di Indonesia

Hukum islam merupakan salah satu mata kuliah wajib yang ada dalam Fakultas Hukum
di Indonesia. Tentunya hal ini memiliki alasan-alasan tertentu yang menyebabkannya. Seperti
alasan sejarah, alasan penduduk, alasan normatif, alasan konstitusional dan juga alasan ilmiah.
Berikut merupakan alasan rinci dari yang sudah disebutkan di atas.

a. Alasan Sejarah
Jika menggunakan alasan sejarah, pastinya alasan ini berhubungan dengan sesuatu
yang sudah lampau. Jika melihat pada masa kolonial Belanda, pada Sekolah Tinggi
Hukum-Rechts Hogeschool telah diajarkan sejenis mata kuliah Hukum Islam. Materi
hukum islam telah diajarkan dengan istilah Mohamedaansch Recht yang secara sederhanya
bisa diartikan hukum yang bersasal dari Nabi Muhammad SAW. Namun hal ini tentunya
menunjukkan ketidaktepatan dalam pengistilahan hukum islam. karena hukum islam
adalah hukum yang bersumber dari Allah SWT. Nabi Muhammad hanya sebagai
penyampai dan juga melakukan interpretasi sehingga apa yang menjadi kehendak tuhan
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Alasan Penduduk
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), per 31 Desember 2021
jumlah penduduk Indonesia yang beragama islam sebanyak 237,53 Juta jiwa. Jumlah

3
tersebut setara dengan 86,9% dari jumlah total populasi penduduk tanah air yang mencapai
273,32 Juta. Jika melihat banyaknya penduduk Indonesia yang beragama islam, maka
hukum islam juga relevan dipelajari. Karena hukum positif yang berlaku di Indonesia juga
tidak jauh berbeda dengan hukum islam. Jika mengacu pada teori Receptio in Complexu
yang dikemukakan oleh Christian van Den Berg (1845-1927) yang pada intinya teori ini
beranggapan bahwa hukum yang akan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari akan
berlandaskan agamanya.
c. Alasan Konstitusional
Jika merujuk pada pasal 29 ayat (1) UUD 1945, maka bisa ditafsirkan bahwasanya
dalam negara Indonesia tidak dibenarkan jika ada sesuatu hukum yang bertentangan dengan
kaidah kaidah umat islam. Hal ini juga menjadi sebab alasan penduduk di atas. Bisa juga
negara dalam produk hukum yang dikeluarkan harus selaras dengan nilai agama dan juga
secara a contrario negara tidak diperkenankan mengeluarkan peraturan yang bertentangan
dengan masyarakat Indonesia.
d. Alasan Yuridis
Mohammad Daud Ali (1991: 4-18) Jika menggunakan alasan yuridis, hal ini
dibedakan menjadi 2, yaitu alasan normatif dan juga formal yuridis. Normatif berarti
hukum islam dipelajari karena berdasarkan pada keyakinan dari pemeluk agama islam di
Indonesia. Sedangkan formal yuridis berarti bahwa hukum islam dipelajari karena hukum
islam menjadi salah satu materi muatan perundang-undangan. Bisa kita lihat contohnya
seperti pada Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf, lalu juga pada Undang-
undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
e. Alasan Ilmiah
Jika dilihat secara ilmiah, hukum islam sendiri dapat dipelajari karena orang-orang
yang mempelajarai hukum islam ini tidak terbatas hanya kepada orang yang beragama
muslim saja, orang barat sendiri juga ikut mempelajari hukum islam. Jika dilihat dari sisi
substansi hukum islam, disana juga dipelajari juga mengenai hukum waris, pidana,
ketatanegaraan dan lain-lain.

2.2 Islam dan kerangka dasar Ajaran Islam

A. Pengertian Islam
Jika mengacu pendapat dari Jalaludin Rachmat, Islam bukan hanya memiliki dimensi
akidah dan ibadah saja, melainkan juga dimensi filosofis, sufistik transedental dan amaliah.

4
Melalu dimensi akidah dan ibadah ini, umat islam dapat memiliki kepercayaan sebagai
pegangan yang kuat dalam berhubungan dengan tuhan. Sedangkan jika dari dimensi
filosofis umat islam akan memiliki wawasan yang luas, mendalam, sistematis, dan kritis
dalam sudut pandang islam untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya dalam
berhubungan dengan sekitarnya. Pemahaman islam melalui berbagai pendekatan ini sangat
penting karena ketika sudah dilaksanakan maka akan merasakan nikmatnya beragama
islam rahmatan lil alamin.
B. Kerangka dasar Ajaran Islam
Di dala Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerangka memiliki beberapa arti, salah satunya
adalah garis besar dan rancangan (Tim Penyusun Kamus, 2001: 549). Kerangka dasar bisa
juga disebut sebuah rancangan yang sifatnya mendasar. Bisa kita simpulkan bahwa
kerangka dasar ajaran islam adalah suatu garis besar atau rancangan mendasar dari ajaran
agama islam sendiri. Atau bisa juga disebut sesuatu yang mendasari nilai dan konsep yang
ada dalam ajaran agama islam. Yang penting dipahami ialah agama Islam bersumber dari
wahyu (Al-Qur‟an) dan sunnah (Al-Hadits), ajaran Islam bersumber dari ra’yu (akal
pikiran) manusia melalui ijtihad. ajaran Islam adalah penjelasan agama Islam. Dengan
mengikuti sistematik Iman, Islam, dan Ikhsan yang berasal dari hadits Nabi Muhammad,
kerangka dasar agama Islam terdiri dari:
(1) Akidah
Secara etimologis, Akidah adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian secara
teknis akidah adalah Iman atau keyakinan yang dijadikan pegangan atau landasan
hidup. Oleh karena itu, pada Islam sendiri akidah sering dikaitkan dengan rukun iman
atau arkanul iman yang merupakan asas seluruh ajaran islam. Dalam mempelajari
akidah secara ilmu, ada suatu kajian sendiri yang biasa disebut Ilmu Kalam (Mengenai
Akidah) atau ilmu tauhid.
(2) Syariah
Secara etimologis, syariah berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus
diikuti, yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Orang-orang Arab
menerapkan istilah ini khususnya pada jalan setapak menuju palung air yang tetap dan
diberi tanda yang jelas terlihat mata (Ahmad Hasan, 1984: 7). Kajian Syariah tertumpu
pada masalah aturan Allah dan Rasul-nya dalam segi masalah hukum. Aturan atau
hukum inilah yang mengatur antara hubungan Vertikal (hablun minallah) dan juga
hubungan secara horizontal (hablun minannas). Kedua hubungan ini yang lalu disebut
dengan ruang lingkup syariah Islam. Hubungan pertama disebut ibadah dan hubungan
5
yang kedua disebut dengan muamalah. Rukun islam sendiri merupakan perwujudan
dari ibadah, sedangkan muamalah bisa dilakukan dengan berbagai bentuk aktivitas
manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Bisa penulis simpulkan bahwasnya syariah
lebih tertumpu pada pengamalan konsep dasar Islam yang termuat dalam Aqidah.
Pengamalan ini yang lalu disebut dengan Al-a’mal al-shalihah. Dalam sejarahnya, lalu
para ulama mengembangkan suatu ilmu untuk memperdalam syariah yang biasa disebut
dengan ilmu fikih. Ilmu fikih sendiri mengkaji konsep-konsep syariah yang termuat
dalam al-Quran dan sunnah dengan melalui ijtihad.
(3) Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku, atau tabiat (Hamzah Ya’qub, 1988: 11). Sedangkan secara terminologis, Imam
Al-Ghazali mendifinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiaw yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan
kepada pikiran (Rahmat Djatnika, 1996: 27). Dari pengertian tersebut bisa penulis
tafsirkan bahwasanya akhlak adalah tingkah laku manusia dalam berhubungan denga
tuhan saat melakukan ibadah dan juga hubungan dengan sesama dalam bermuamalah.
Akhlak sendiri merupakan suatu konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan merupakan ajaran
tentang penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri yang
sedang menghadap dan berada di depan Tuhan ketika beribadah. Ihsan juga merupakan
suatu pendidikan atau latihan untuk mencapai kesempurnaan Islam dalam arti
sepenuhnya (kaffah).
C. Salah Paham terhadap Islam dan Hukum Islam
Kesalah pahaman terhadap Islam tidak hanya terdapat di kalangan orang-orang non-
muslim, tetapi juga di kalangan muslim sendiri yang belum memahami Islam secara
menyeluruh. Kesalahpahaman tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap
agama islam, salah aplikasi ajaran Islam oleh umat Islam. Islam diturunkan untuk menata
kehidupan manusia di dunia, sedangkan akhirat adalah akibat atau buah dari kehidupan
dunia. Islam menunjukkan jalan dan arah yang ditempuh untuk mencapai kebahagiaan yang
hakiki di dunia dan akhirat.Bagi seorang muslim, Islam menjadi dasar dalam menata
kehidupannya, baik ekonomi, politik maupun budaya sehingga kehidupannya menjelmakan
perilaku yang islami. Jika dilihat dari apa yang terjadi sangat disayangkan jika masih
banyak umat islam sendiri yang anti terhadap hukum islam. hal ini yang akan menjadikan
hukum islam mulai terdegradasi oleh jaman.
6
2.3 Hukum Islam dan beberapa istilah kunci hukum Islam

A. Pengertian Hukum Islam

Istilah hukum Islam merupakan terjemahan dari islamic law yang kemudian menjadi
populer dan digunakan hingga saat ini. Kata hukum secara etimologi berasal dari akar kata
bahasa Arab, yaitu َHukm yang berarti norma, kaidah, peraturan, hukum, undang-undang,
patokan, yang mengikat. Kemudian dalam hal ini memberikan arti bahwa hukum adalah
penetapan sesuatu atas sesuatu. Makna “mencegah atau menolak” juga menjadi salah satu
arti dari lafadz hukmu yang memiliki akar kata hakama tersebut. Kemudian dari arti kata
ini dapat dipahami bahwa hukum pada hakikatnya untuk mengendalikan seseorang dari
hal-hal yang dilarang oleh agama. Muhammad Daud Ali menyebutkan bahwa kata hukum
yang berasal dari lafadz Arab tersebut bermakna norma, kaidah, ukuran, tolok ukur,
pedoman, yang digunakan untuk menilai dan melihat tingkah laku manusia dengan
lingkungan sekitarnya. Selanjutnya islâm adalah bentuk mashdar dari akar kata --ِ ‫َم َ ْ أسل ِ ُم‬
‫سل ًما سل ْي‬
َ ْ ‫ا‬/ُ aslama-yuslimu-islâman yang mengandung arti ketundukan dan kepatuhan
serta bisa juga bermakna Islam, damai, dan selamat. Secara keseluruhan, definisi dari
hukum Islam adalah seperangkat aturan yang dibuat oleh Allah SWT untuk mengatur
manusia dengan penciptanya, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan makhluk lain.
B. Istilah Kunci Hukum Islam
(1) Syariah
Syariah secara harfiah berarti jalan ke sumber (mata) air, yakni jalan lurus yang harus
diikuti oleh setiap muslim. Syariah merupakan jalan hidup (way of life) muslim, yakni
dengan memuat ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan
maupun berupa suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia (Ali, 2000:
41). Namun jika dilihat dari segi ilmu hukum, syariah merupakan salh satu norma hukum
dasar yang dimana ketetapan yang ada telah ditetapkan oleh allah yang wajib diikuti oleh
umat islam.
(2) Fikih
Fikih dalam bahasa Arab diistilahkan dengan fiqh, yang artinya paham atau pengertian,
pintar, cerdas. Kalau dikaitkan dengan kata ilmu menjadi ilmu fikih dapat diartikan sebagai
ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat

7
di dalam Al-Quran dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam Sunah Nabi yang
terabadikan dalam kitab-kitab hadis (Ali, 2000:43).

Jika melihat penjelasan terkait syariah dan fikih di atas pastinya diantara keduanya ada
perbedaan. Intinya bahwa syariah adalah ketentuan hukum yang langsung berasal dari
Allah dan Rasul, sementara fikih adalah pemahaman terhadap ketentuan-ketentuan hukum
tersebut yang diperoleh melalui upaya bernama ijtihad. Lalu sebenarnya apa hubungan
syariah dan fikih?, hubungan diantara keduanya sangat erat dan tidak bisa diipisahkan.
Karena syariah merupakan sumber atau landasan ilmu fiqih, sedangkang ilmu fiqih
merupakan pemahaman terhadap syariah. Contohnya yaitu, ketika kita mengacu pada
hukum menikahi perempuan non-Muslim. Yang dimana di dalam syariah sebenarnya
dibolehkan asal menikahi seorang ahli kitab di agama yahudi maupun kristen. Namun di
dalam fiqih hal ini sudah tidak diperbolehkan llgai karena kitab injil dan taurat sudah
banyak yang berubah.

2.4 Ruang lingkup, tujuan, dan ciri Hukum Islam

Di dalam hukum islam sendiri tidak ada pemisahan antara hukum publik dan hukum privat.
namun pembagian di dalam hukum islam seperti berikut:

A. Munahakat, atau bisa disebut hukum perdata dari Islam yang mengatur hubungan seperti
perkawinan, perceraian, dll.
B. Wirasah, yang mengatur hubungan menganai pembagian warisan, ahli waris, harta
peninggalan dll.
C. Muamalat dalam artian khusus, mengatur mengenai ha katas benda, kegiatan jual-beli
meliputi pinjam-meminjam, perserikatan dll.
D. Jinayat, atau bisa disebut juga hukum public dalam Islam yang memuat peraturan-peraturan
yang dilarang dan diancam dengan hukuman.
E. Al-Ahkam as-sulthaniyah, yang berhubungan dengan pemerintahan baik dari pusat,
maupun daerah.
F. Siyar, mengatur menganai perang dan damai dengan negara lain.
G. Mukhasamat, yang meliputi kehakiman, peradilan ataupun hukum acara.
Jika kita bertanya ciri hukum islam pastinya ciri-cirinya akan lebih merinci daripada
ciri-ciri hukum, hukum islam sendiri memiliki ciri yaitu yang pertama bersumber dari
ajaran islam, mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari akidah dan
akhlak, punya dua istilah kunci yaitu syariat dan juga fiqih, mempu ya dua bidang utama

8
yakni ibadah dan muamalah, mempunyai struktur berlapis yang dimaksud (Al-Quran, Al-
Hadist, Ijtihad), mendahulukan yang hak daripada amal, yang wajib daripada yang sunnah.
Suatu cabang ilmu hukum juga pastinya akan selalu memiliki tujuan. Dibentuknya Hukum
Islam sendiri memiliki tujuan untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat
(Al Maqasi as-syariah). Jika lebih dirincikan tujuan hukum islam dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu:
(1) Dari Sisi pembuatnya (Allah)
Jika dilihat dari sisi pembuatnya, Hukum islam betujuan demi
kemaslahatan manusia, dengan memenuhi kebutuhan hidup manusia baik yang bersifat
primer, sekunder, ataupun tersier dengan istilah lainnya daruriyyat (kebutuhan primer)
yang ditujukan untuk memelihara: (1) agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan
(kehormatan), dan (5) harta benda. Kelima tujuan inilah yang dikenal dengan al-
maqasid al-khamsah. Lalu terdapat Hajiyyah (kebutuhan sekunder) serta Tahsiniyyat
(kebutuhan tersier/pelengkap)

(2) Dari sisi pelaksananya (Manusia)


Namun jika dilihat dari sisi pelaksananya atau pelaku hukumnya, Hukum islam
hadir untuk mencapai kehidupan yang berbahagia dan mempertahankan kehidupan
yang sesuai dengan keimanan kepada Allah. Umat manusia sebagai pelaku dan
pelaksana hukum Allah yang berkewajiban mentaati dan melaksanakan larangan serta
perintah dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat melaksanakan dengan baik dan benar
sesuai kehendak pembuat hukum, maka manusia wajib meningkatkan kemampuannya
untuk memahami hukum Islam dengan mempelajari dasar pembentukan dan
pemahaman hukum islam.

2.5 Sumber-Sumber Hukum Islam

Sumber hukum dalam pengeertiannya adalah asal muasal nya dari hukum tersebut. Suatu
sumber hukum bisa jadi berupa keputusan, dan biasanya keputusan ini berasal dari yang
berwenang. Keputusan penguasa yang berwenang dapat berupa peraturan dapat pula dalam
bentuk ketetapan. Jika pada hukum islam sumber hukum islam yaitu asal dari hukum-hukum
syariah maupun fikih dari yang dijalani saat ini. Di dalam agama islam sendiri terdapat
beberapa sumber hukum yang mengatur tindak pemeluk agama isam dalam kegiatannya

9
menjadi seorang hamba maupun khalifah di bumi. Dan berikut merupakan beberapa sumber
hukum yang ada di dalam Hukum Islam:

(1) Al Quran
Berdasarkan penjelasan di dalam tinjauan pustaka, hukum islam merupakan seumber
hukum islam yang sifatnya umum, maka sebagian besar hukum yang dijelaskan pada al-
qur’an bersifat universal. Secara garis besar penjelasan hukum oleh Al-qur’an dibagi
menjadi tiga yaitu yang pertama
a) Ijmali (global)
Penjelasan di dalam al-qur’an bersifat umum, lalu sunnah nabi yang nantinya akan lebih
memperinci. Sebagaimana contohnya yaitu perintah mendirikan sholat. Di dalam surat
Al-Baqarah ayat (43) hanya berupa perintah dirikanlah sholat, lalu nabi di dalam sunnah
memperinci gerakan-gerakan sholat, syarat sah nya dan lain-lain
b) Tafshili (Terperinci)
Al-Qur’an memaparkan hukum secara terperinci dan juga disertai penjelasan yang
mendetail, adapun sunnah nabi menjadi penguat bagi penjelasan al-qur’an tersebut
c) Isyarah (isyarat)
Maksudnya yaitu al-qur’an hanya sebagai batasan pokok hukum, baik secara isyarat
maupun secara ungkapan langsung. Adapun sunnah nabi memberikan penjelasan
hukum yang terkadnung dalam pokok bahasan tersebut secara terperinci. Sebagai
contoh firman allah pada surat Al-baqarah ayat (185) disana diisyaratkan hukuman
yang berlaku kepada budak atau hamba sahaya yakni setengah dari besaran hukuman
yang ditimpakan kepada orang merdeka.
(2) Al-Hadist atau As-sunnah
Hadist secara terminologis berarti segala ucapan dan juga perbuatan yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW. Hadist hadir dengan kedudukannya yang tidak kalah penting
dengan Al-Quran karena dalam beberapa hal dalam ayat yang ada di Al-Quran dibutuhkan
penjelasan yang terperindi dengan menggunakan ar-rayu yang akan dijelaskan selanjutnya.
Adapun beberapa jenis hadist yang dilihat dari segi kualitasnya yaitu:

a) Hadist Shahih, yang dimana sanadnya bersambung dan di riwayatkan oleh perawi yang
dhabit sampai pada akhir sanad tidak ada kejanggalan dalam hadist ini.
b) Hadist Hasan, hadist yang di nukilkan oleh orang yang adil. Akan tetapi, ia tidak
memiliki ingatan yang kuat.

10
c) Hadist Dhaif, dalam hadist ini syarat-syarat dalam hadist Shahih dan Hasan tidak
terpenuhi, maka seringkali dikatakan hadist palsu karena tidak jelas asal-usul serta
sanadnya dari awal sampai akhir.

Jika dilihat dari segi makna, maka hadis juga dibagi menjadi tiga yaitu Hadis Qauli,
Hadis Fi’li dan hadir Taqriri. Adapun juga jika ditinjau dari segi penyandarannya maka
dibagi menjadi dua macam, yaitu Hadis Nabawi (yang disandarkan kepada nabi) dan
Hadis Qudsi (yang disandarkan kepada tuhan/Allah)

(3) Ar-Rayu. Ijtihad, istinbath


a) Ar-Ra’yu
Didalam Kamus al-munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Ahmad Warson
Munawar, 1984 : 436) kata ra’yu berasal dari bahasa arab yang berarti “melihat”. Secara
terminologi, ra’yu berarti segala sesuatu yang diutamakan manusia melalui proses
berfikir dan merenung (Muhammad Rowas, 1994 :436). Dari pendapat tersebut bisa
kita pahami bahwa semua kata di atas yang berarti berpikir kritis, kreatif agar tercipta
ide-ied yang dapat merubah kehidupan manusia kepada kondisi yang lebih baik. Ra’yu
sebagai sumber hukum dapat menghadapi berbagai masalah kontemporer yang tidak
terdapat dalam nas Al-qur’an dan hadis
b) Ijtihad
Ijtihad berarti mencurahkan segenap tenaga dengan upaya untuk menemukan
hukum yang rinci. Maka diperlukannya akal manusia untuk berfikir dan mengkaji
dengan metode yang sudah disepakati bersama. Bebrapa metode yang dapat dilakukan
Ketika berijtihad antara lain:
1. Ijmak, yaitu melalui persetujuan dan kesesuaian para pendapat yang ahli.
2. Qiyas, menyamakan suatu hal yang ketentuannya tidak terdapat dalam Al-Quran
ataupun Hadist.
3. Istidal, menarik kesimpulan dari hal yang berlainan asalkan tidak bertentangan
dengan hukum islam.
4. Masalih Al-Mursalah, menemukannya melalui pertimbangan demi kemaslahatan
bersama atau kepentingan umum.
c) Istinbath
Istinbath adalah tata cara atau metode dalam menemukan atau penggalian hukum
atau dalam Bahasa sederhananya adalah menemukan sesuatu yang sebelumnya masih
belum jelas. Dimana syarat-syarat istinbath diantara lain seperti: mempunyai ilmu

11
pengetahuan tentang ayat dalam Al-Quran dan ahli dalam bidangnya, mempunya
pengetahuan tentang hadist yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum, dengan
begitu orang tersebut dapat mempergunakan keilmuannya dalam melakukan istinbath.

Bab III Penutup


Hukum islam hadir sebagai cabang ilmu hukum sejak 1980-an. Tentunya ada beberapa
faktor seperti dari segi sejarah, jumlah penduduk, alasan yuridis, konstitusional dan ilmiah.
Hukum islam sendiri hadir sebagai suatu ketentuan yang mengatur kehidupan manusia dalam
tataran hablumminallah maupun hablumminannas. Tujuan dalam mempelajari hukum islam
sebagai cabang dari ilmu hukum didasarkan juga dari hukum positif yang berlaku di Indonesia,
yang beberapa mengadopsi dari hukum islam. Hal ini juga yang menjadi alasan agar kita
khususnya mahasiswa fakultas hukum agar dapat memahami dan menerapkan ketentuan-
ketentuan tersebut dalam suatu peristiwa untuk menetapkan suatu keputusan yang adil dan
sesuai dengan konstitusi yang berlaku.

12
Daftar Pustaka
Abdul Rachmad Budiono, Peradilan Agama dan Hukum Islam di Indonesia, Bayumedia
Publishing, 2003.

Ali, Mohammad Daud. 2000. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Amiur Nuruddin, Ijtihad Umar Ibn Al Khaththab, Studi Tentang Perubahan Hukum dalam
Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 1987.

Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Hukum Islam: Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia.
Yogyakarta: Kreasi Total Media.

Iryani, Eva. “Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia.” Jurnal Ilmiah: Universitas
Batanghari Jambi 17, 2 (2017).

Khallaf, Abdul Wahhab, SejarahHukum Islam, (Marja Bandung: 2005) Cet-1

Khallaf, Abdul Wahhab. 1994. Ilmu Ushul Fiqh (Terjemahan). Semarang: Dina Utama.

Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (jakarta: Ahmzah, 2015), Cet-3, h. 44

SeptI Aji Fitra Jaya, Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber hukum islam, Jurnal Indo Islamika,
vol 9 No. 2, Juli 2019

Shomad, Abd. 2012. Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia.
Jakarta: Prenada Media

Sjadzali M, Djantika, R. Anshari, E.S, Suny I. Ichtijanto, 1991, Hukum Islam Di Indonesia,
Remaja Rosdakarya, Jakarta.

Sulistiani, Siska Lis. “Perbandingan Sumber Hukum Islam.” Tahkim: Jurnal Peradaban dan
Hukum Islam 1, 1 (2018).

Thaib, Zamakhsyari bin Hasballah. “Metode al-Qur’an dalam Menampakkan Ayat-Ayat


Hukum.” Suloh: Jurnal Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh 7, 1 (2019).

Thaib, Zamakhsyari bin Hasballah. “Metode al-Qur’an dalam Menampakkan Ayat-Ayat


Hukum.” Suloh: Jurnal Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh 7, 1 (2019).

Thalib, Sajuti. 1982. Receptie A Contrario: Hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam.
Jakarta: Bina Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai