Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam
pada Fakultas Syariah dan Hukum Islam program studi Hukum Keluarga Islam
(HKI)
OLEH
WARDISLAM
Nim : 742302021075
AAN GUNAWAN
Nim : 742302021074
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan
karunia-Nya kepada kita , sehingga makalah ini dapat di selesaikan. Sholawat dan
salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw Makalah ini
dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Hukum
Islam.
makalah ini, pasti terdapat berbagai kekurangan dan kehilafan di dalamnya. Oleh
karena itu, permintaan yang sebesar –besarnya penulis sampaikan atas berbagai
berbagai koreksi dan saran - saran yang membangun dari semua pihak sebagai
berikutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang iii
B. Rumusan masalah iv
C. Tujuan iv
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 10
B. Penutup 10
DAFTAR RUJUKAN 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
iii
dan juga ilmu hukum tidak berhenti. Lalu muncul spekulasi-spekulasi sebagai
tawaran solusi terhadap suatu masalah hukum. Pada saat seperti ini, diperlukan
filsafat hukum, sebab metode filsafat adalah sarana mendekati kebenaran. Maka
tawaran yang bermunculan itu dapat ditimbang melalui filsafat hukum Islam.
.Rumusan Masalah
B. Tujuan Pembahasan
iv
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Kata filsafat Hukum Islam terdiri dari tiga suku kata, yaitu, filsafat, hukum
dan Islam. Pertama Filsafat, filsafat berasal dari bahasa Yunani adalah philein
(suka cinta) dan Sophia (kebijaksanaan)2. Istilah lain dari bahasa Yunani adalah
philein (mencintai) dan Sophos (bijaksana). Ada dua arti secara etimologi dari
filsafat yang sedikit berbeda, yaitu:
1. Apabila filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, maka
artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana yang
dimaksudkan adalah kata sifat).
2. Apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan Sophia maka
artinya adalah teman kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksudkan
sebagai kata benda).3
Secara terminologi penegertian filsafat sangat beragam. Para filosuf
merumuskan penegertian filsafat sesuai dngan kecenderungan pemikiran
kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan yang berminat menjapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Sedangkan
menurut Al Farabi Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.
Kedua Hukum, Pengertian hukum menurut para ahli, Menurut E. M. Meyers,
hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
ditunjukkan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi
2
Harold H. Titus, dkk. Persoalan-Persoalan Filsafat, Alih Bahasa M. Rasjidi (Jakarta:
Bulan Bintang, 1984), h. 11
3
Tim Dosen UGM Filsafat Ilmu, (Yogyakarta, Penerbit Liberty bekerjasama dengan YP
Fakultas UGM, 1996), h. 2
1
2
Ketiga Islam, Islam secara etimologi masyarakat.berasal dari kata salm yang
berarti damai, asalama yang berarti menyerah, istaslama- mustaslimun yang
berarti menyerah total kepada Allah, saliim yang berearti bersih dan suci, serta
salam yang berarti selamat dan sejahtera.
Jadi yag dimaksud dengan filsafat hukum islam adalah filsafat yang
menganalisis hukum islam secara metodologis dan sistematis sehingga
3
Secara etimologi “sumber” (mata air, perigi, asal; dalam berbagai arti;
sumber dari kabar yang boleh dipercaya).5 Dalam bahasa arab kata: Sumber
hukum Islam merupakan terjemahan dari lafazh (mashadir al-ahkam). Secara
terminologi sumber adalah berangkat dari asalnya (pokok) yang dimaksud
sumber hukum Islam yaitu al- Qur’an dan al-Hadits. Jadi kata sumber berlaku
pada al-Qur’an dan al-Hadits, karena dari keduanyalah bisa digali norma-norma
hukum. Sedangkan ijma’, qiyas, istihsan, istishlah, istishhab, istidlal, dan
mashalih al-mursalah tidak termasuk kepada kategori sumber hukum Islam.
Kesemuanya itu termasuk dalil hukum. Dengan menggunakan istilah- istilah
tersebut tentunya dapat ditemukan hukum-hukum Islam. Istilah-istilah itu
merupakan alat dalam menggali hukum-hukum dari al-Qur’an dan al-Sunnah.6
1. AL-QUR`AN
Secara etimologi, al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan”
atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata al-Qur’an adalah bentuk kata
benda (masdar) dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Konsep pemakaian
kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur’an (QS. 75: 17 dan 18).
Sedangkan secara terminologi al-Qur’an adalah kalam Allah SWT. yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. secara mutawatir melalui malaikat
Jibril dari mulai surat Al-Fatihah diakhiri surat An-Nas dan membacanya
merupakan ibadah. Muhammad Ali ash-Shabuni mendefi nisikan Al-Qur’an
sebagai berikut:7
Al-Qur'an berkedudukan sebagai sumber pertama dan utama dalam
4
Suparman Utsman, Intan, Filsafat Hukum Islam, (Jakarata; Perpustakaan Nasional, 2015) h. 2-
14.
5
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen (Jakarta: PT. Pustaka Amani,
t.t.), h. 469 .
6
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1977),
h.82.
4
7
Muhammad Aly ash-Shabuny, Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Saiful
Islam Jamaluddien (Surabaya: Penerbit al-Ikhlas, 1983), h. 17.
5
qath'i al- wurud, maksudnya adalah lafaz Al-Qur'an dan pesan yang
dikandungnya terjamin keautentikan dan otoritas kebenarannya. Keauntetikan
itu terjamin karena transformasi periwayatannya secara keseluruhan mencapai
tingkat mutawwatir. Selain itu, jaminan keaslian Al-Qur'an mendapat intervensi
langsung dari pemiliknya, Allah Swt.
Berbeda dengan keautentikan Al-Qur'an, pada aspek al- ahkam, tunjukan
hukum- hukum ayat Al-Qur'an sebagian bersifat pasti dan tegas (qath'i al-
dalalah) dan sebagian lainnya bersifat tidak pasti dan tidak tegas (zhanny al-
dalalah). Lafaz ayat yang gath'i merupakan lafaz-lafaz Al-Qur'an yang dapat
dipahami maknanya secara jelas dan hanya mengandung satu arti seperti ayat-
ayat warisan, hudud dan kafarah. Sedangkan ayat zhanny merupakan lafaz
Al-Qur'an yang mengandung pengertian lebih dari satu sehingga membuka
peluang terjadinya keragaman pengertian seperti pengertian lafaz quru' pada
surat Al-Baqarah: 228 yang dapat diartikan pada suci atau haid.
Perbedaan pada pemahaman terhadap makna yang jadi kandungan Al-
Qur'an khususnya ayat-ayat hukum disebabkan sifat redaksi yang digunakan Al-
Qur'an dalam menunjukkan suatu ketentuan hukum. Sebagian redaksi Al-Qur'an
bersifat umum (mujmal) sehingga ketika akan dirumuskan maknanya secara
konkret atau diarahkan kepada kenyataan yang praktis memerlukan upaya
pemahaman dan perumusan yang operasional. Di antara redaksi Al-Qur'an
yang bersifat umum ini adalah ditemukan pada perintah shalat, zakat dan puasa.
hukum yang bersifat 'ibarat dan isyarat. Penjelasan seperti ini dimaksudkan agar
dapat dipahami makna dan isyarat yang terkandung di dalamnya. Model seperti
ini dapat ditemukan dalam syariat haji dan qurban yang secara dzahir
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tetapi makna tersiratnya adalah perintah
untuk melakukan perenungan tentang pentingnya melakukan introspeksi diri,
dan membangun solidaritas sosial yang kuat melalui sifat kebersamaan dan
pengorbanan.
Penetapan hukum dalam Al-Qur'an menggunakan tiga media. Pertama,
Al-Qur'an menggunakan kalimat perintah (amar) secara tegas. Perintah dalam
Al-Qur'an ditunjukkan untuk melaksanakan suatu perbuatan. Kedua, Al-Qur'an
mengaitkan suatu perintah dengan janji baik dan buruk. Pahala dan dosa, pujian
dan celaan, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik. Seperti pujian kepada
orang yang taat dan akan memperoleh nikmat surga serta ancaman bagi orang
yang melakukan kejahatan seperti pencurian dengan potong tangan. Ketiga, pada
'ibarat, media ketiga ini dapat mengandung keharusan seperti menunggu bagi
istri yang diceraikan dan menunjuk kepada alternatif seperti kebolehan
melakukan ijma' pada malam Ramadhan.
Hukum yang dijelaskan di dalam Al-Qur'an secara keseluruhan dapat
dikelompokkan kepada persoalan ibadah dan muamalah. Ibadah yang
dimaksudkan di sini adalah ibadah yang bersifat khusus, yaitu hubungan yang
berhubungan dengan tuhan seeperti shalat, puasa dan ibadah-ibadah pokok.
Penggunaan kata khusus dalam hal ini adalah untuk membedakannya dengan
ibadah dalam arti umum yaitu seluruh aktivitas yang dilakukan untuk mendapat
ridha Allah Swt. Al-Qur’an juga bertujuan untuk menciptakan keseimbangan
antara hubungan kehidupan spiritual dan material. Dan memerintahkan kepada
manusia agar percaya pada hari kebangkitan kembali, hari kiamat dan ganjaran
atau hukuman.
2. Al- Sunnah
As-Sunnah atau sering disebut juga al-Hadits mempunyai arti
yangsama,yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW.baik berupa ucapan, perbuatan maupun takrirnya. Kalaupun ada perbedaan
7
sangat tipis sekali, as-Sunnah yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. saja, sedang Al-Hadits disandarkan bukan saja kepada Nabi
Muhammad SAW. akan tetapi kepada para sahabat Nabi. As-Sunnah merupakan
sumber hukum yang kedua setelah al-Qur’an, dasar pokok as-Sunnah sebagai
sumber hukum,sebagaimana firman Allah surat an-Nisa [4] ayat 59 :
“
Hai orang-orang yag beriman, Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya”8
Pembagian Sunnah
Pembagian Sunnah Sunnah dari segi materi dan esensinya terbagi kepada
tiga macam, yaitu:
1) Sunnah Quliyah
Sunnah qouliyah adalah ucapan/perkataan Nabi SAW. yang didengar
oleh parasahabatnya yang kemudian ucapan ini dijadikan sebagai hukum
untuk dilaksanakan.
8
Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama RI.of., cit. h. 115
9
Suparman Utsman, Intan, Filsafat Hukum Islam, (Jakarata; Perpustakaan Nasional, 2015) h. 29-
30
8
seperti hadis mengikuti praktik shalat nabi untuk menjelaskan perintah shalat
dalam Al-Qur'an, hadis nabi yang mengatakan pembunuh tidak dapat mewarisi
harta orang tua yang dibunuhnya sebagai pembatas terhadap hak- hak waris yang
bersifat mutlak pada surat An-Nisa': 7. Yang artinya “Bagi orang laki- laki ada
hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, dan bagi orang
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu, bapak dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.”
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.filsafat hukum islam adalah filsafat yang menganalisis hukum islam secara
metodologis dan sistematis sehingga mendapatkan keteragan-keterangan yang
mendasar atau menganalisishukum islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai
alatnya.
B. Saran
10
DAFTAR RUJUKAN
11