Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum


Islam
Dosen Pengampu:
Nurul Syalafiyah, M.Fil.I

Oleh:
Layla Intan Rahayu (16)
Sabrina Zulfransisca (35)
Miftahul Hidayah (22)
Aldi Ridwan Achabani (04)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


UNIVERSITAS PANGERAN DIPONEGORO
NGANJUK
KATA PENGANTAR

Pertama - tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Filsafat Hukum Islam” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pancasila, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurul Syalafiyah, M.Fil.I,
selaku dosen mata kuliah Filsafat Hukum Islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami
sampaikan terima kasih.

Nganjuk, 20 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………….. 2

BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………………..3
A. Definisi Filsafat Hukum Islam………………………………. 3
B. Kegunaan Filsafat Hukum Islam…………..………………… 4
C. Ruang Lingkup Filsafat Hukum Islam….…………………… 5

BAB III : PENUTUP…………………………………………………………6


A. Kesimpulan…………………………………………………… 6
B. Saran…………………………………………………………..6

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata “hukum” dan kata “islam”.
Kedua kata tersebut secara terpisah merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab dan
terdapat dalam Al-Qur’an, juga berlaku dalam bahasa Indonesia. “Hukum Islam”
sebagai suatu rangkaian kata telah menjadi bahasa Indonesia yang hidup dan terpakai,
namun bukan kata yang terpakai dalam bahasa Arab dan tidak terdapat dalam Al-
Qur’an, oleh karena itu kita tidak dapat menemukan artinya secara definitif.
Hukum Islam mengacu pada pandangan hukum yang mengatakan bahwa
Hukum Islam itu diciptakan karena ia mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan dari
terciptanya Hukum Islam adalah tercapainya kedamaian di dunia dan kebahagiaan yang
fana’ dan pendek di dunia semata, tetapi juga mengarahkan kepada kebahagiaan yang
kekal di akhirat kelak. Inilah yang membedakannya dengan Hukum Manusia yang
menghendaki kedamaian di dunia saja
filsafat hukum Islam diambil dari kata filsafat dan hukum Islam, karena
merupakan gabungan dua kata yakni filsafat dan hukum Islam. Fisafat dimaknai
sebagai metode berfikir secara kritis, sistematis, mendalam dan universal terhadap
suatu objek tertentu. smentara hukum Islam dimaknai sebagai wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Jika menelisik
lebih mendalam tentang makna filsafat, pada dasarnya dalam bahasa Arab filsafat
disebut dengan falsafah. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
philosophy, sementara dalam bahasa Yunani disebut dengan philosophia. Kata
philosophia (yunani) terdiri atas kata philein (philos) yang berarti cinta atau cinta (love)
dan sophia (sophos) yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi
filsafat berarti cinta terhadap kebijaksanaan (love of wisdom). 1
Apabila kita memperhatikan perkembangan zaman sekarang ini, maka Hukum
Islam dituntut untuk menyesuaikan dengan keadaan tersebut, maka dari itulah muncul
ijtihad baru yang berkenaan dengan masalah yang terjadi, salah satunya adalah
berfilsafat. Jika kita berbicara filsafat, kita seakan berada pada ranah yang sangat
abstrak.
Dengan adanya Filsafat Hukum Islam, dapat dibuktikan bahwa Filsafat Hukum
Islam dapat memeberikan jawaban terhadap tantangan zaman dan merupakan hukum
terbaik sepanjang zaman bagi semesta alam.

1
Imron Hadi, Filsafat Hukum Islam, (Mataram: Sanabil, 2022), hal. 1.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Filsafat Hukum Islam?
2. Bagaimana kegunaan Filsafat Hukum Islam?
3. Bagaimana ruang lingkup Filsafat Hukum Islam?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi Filsafat Hukum Islam
2. Mengetahui kegunaan Filsafat Hukum Islam
3. Mengetahui ruang lingkup Filsafat Hukum Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat Hukum Islam


Dalam kamus Filsafat yang disusun oleh Lorens Bagus, kata filsafat berasal dari
kata philosphia yang terdiri dari dua suku kata: philos berarti cinta atau philia berarti
persahabatan, tertarik kepada, dan kata shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, intelegasi. 2
Filsafat Hukum Islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan
Islam baik yang menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat
yang digunakan untuk memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum islam,
sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan Allah SWT menetapkannya dimuka bumi
yaitu untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya.3
Filsafat Hukum Islam merupakan kajian filosofis tentang hakikat hukum islam,
sumber asal muasal hukum islam, dan prinsip penerapannya serta fungsi dan manfaat
hukum islam bagi kehidupan masyarakat yang melaksanalannya. Maka Filsafat Hukum
Islam itu berupaya menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat yang terjadi di
tengah masyarakat. Dengan kata lain filsafat bersikap kritis terhadap masalah-masalah.
Jawaban-jawabannya tidak luput dari kritik lebih lanjut, sehingga dikatakan eebagai
seni kritik, dalam artitidak pernah merasa puas dalam mencari, tidak menganggap suatu
jawaban sudah selesai, tapi selalu bersedia bahkan senang membuka kembali
perdebatan. 4
Filsafat hukum Islam adalah filsafat yang menganalisis hukum Islam secara
metodis dan sistematis sehingga mendapatkan keterangan yang mendasar, atau
menganalisis hukum Islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai alatnya. Menurut
Hasbi Ash Shiddieqy, filsafat hukum Islam adalah pembahasan tentang sendi-sendi
hukum, prinsip-prinsiphukum, pokok-pokok hukum (sumber-sumber hukum), kaidah-
kaidah hukum, yang atasnyalah dibina undang-undang Islam. Beni Ahmad Saebani,
menyatakan filsafat hukum Islam adalah merupakanpengetahuan tentang rahasia-
rahasia yang digali secara filosofis, baikdengan pendekatan ontologis, epistemologis
maupun aksiologis. Ahmad Azhar Basyir secara singkat bahwa filsafat hukum Islam
adalah pemikiran secara ilmiah, sistematik, dapat dipertanggungjawabkan dan radikal
tentang hukum Islam. 5

2
Izomiddin, M.A, Pemikiran dan Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal. 1.
3
Akhmad Shodikin, Filsafat Hukum Islam dan Fungsinya dalam Pengembangan Ijtihad, Vol 1, No. 2,
Jurnal Kajian Hukum Islam, 2016, Hal. 1.
4
Ahsanuddin Jauhari, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: PT. Liventurindo, 2020), hal. 2.
5
Rizky Muhammad Haris, Filsafat Hukum Islam,
http://repository.uinsu.ac.id/16491/1/DIKTAT%20FILSAFAT%20HUKUM%20ISLAM-
RIZKI%20MUHAMMAD%20HARIS.pdf, 19 Maret 2024.

3
B. Kegunaan Filsafat Hukum Islam
Diantara kegunaan mempelajari Filsafat Hukum Islam antara lain sebagai
berikut:

1. Menjadikan filsafat sebagai pendekatan dalam menggali hakikat, sumber, dan


tujuan hukum islam.

2. Dapat membedakan kajian ushul fiqih dengan filsafat terhadap hukum islam.

3. Mendudukan Filsafat Hukum Islam sebagai salah satu bidang kajian yang
penting dalam memahami sumber hukum islam yang berasal dari wahyu
maupun hasil ijtihad para ulama.

4. Menemukan rahasia-rahasia syariat diluar maksud lahiriah.

5. Memahami ilat hukum sebagai bagian dari pendekatan analitis temtang


berbagai hal yang membutuhkan jawaban hukumiyahnya sehingga pelaksanaan
hukum islam merupakan jawaban dari situasi dan kondisi yang terus berubah
dinamis.
6. Membantu mengenali unsur-unsur yang mesti dipertahankan sebagai
kemapanan dan unsur-unsur yang menerima perubahan sesuai dengan tuntunan
situasional. 6

Filsafat Hukum Islam seperti filsafat pada umumnya memiliki dua tugas, yaitu
tugas kritis dan tugas konstruktif. Tugas Filsafat Hukum Islam adalah mempertanyakan
kembali paradigma-paradigma yang telas mapan dalam hukum islam. Sementara itu
tugas konstruktif Filsafat Hukum Islam adalah mempersatukan cabang-cabang hukum
islam dalam kesatuan siatem hukum islam sehingga nampak bahwa antara satu cabang
hukum islam dengan lainnya tidak terpisahkan.
Selain itu Filsafat Hukum Islam berguna untuk menjadikan hukum islam
sebagai sumber hukum yang tidak kering bagi perundang-undangan. Selain itu, studi
filsafat hukum islam akan memberikan landasan bagi politik hukum. Maksudnya
adalah penerapan hukum islam untuk mencapai tujuannya yang paling mendekati
kemaslahatan umat manusia dan menjauhkan dari kerusakan.7
Uraian-uraian di atas kiranya cukup menjelaskan kepada kita bahwa kajian
filsafat hukum Islam akan memberikan pengetauan hukum Islam secara utuh kepada
ahli hukum yang mengkajinya. Filsafat hukum Islam diperlukan bagi pengkajian
mendalam setiap cabang ilmu hukum Islam. Pengkajian filsafat hukum Islam
memungkinkan pemahaman Islam secara menyeluruh dangan keterkaitan dan

6
Akhmad Shodikin, Filsafat Hukum Islam dan Fungsinya dalam Pengembangan Ijtihad, Vol. 1, No. 2,
Jurnal Kajian Hukum Islam, 2016, hal. 258.
7
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam dan Filosof dan Filsafatna, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hal. 39.

4
hubungan yang terjalin dengan ilmu-ilmu agama lainnya, baik ilmu kalam, filsafat,
tasawwuf, ilmu-ilmu al-Quran dan hadits.

C. Ruang Lingkup Filsafat Hukum Islam


Sejalan dengan filsafat Islam, di mana ruang lingkup atau pembahasan yang
terdapat didalamnya meliputi segala hakikat sesuatu, maka filsafat terdapat dua bagian,
yaitu:

1. Bagian yang pertama ialah al-falsafah an-nazhariyyah (falsafah teori) yaitu


mengetahui sesuatu yang ada dimana seseorang tidak dapat (tidak perlu)
mewujudkannya dalam perbuatan. Bagian ini meliputi ‘ilm al- ta’alim
(matematik), al-‘ilm at-tabi’i (ilmu fisika), ‘ilm ma ba’da al-tabi’iyyat
(metafisika). Masing-masing dari ilmu tersebut mempunyai bagian-bagian lagi
hanya perlu di ketahui saja.

2. Bagian kesua adalah al-falsafah al-‘amaliyah (falsafah amalan) yaitu


mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dalam perbuatan dan yang
menimbulkan kekuatan untuk mengerjakan bagian-bagian yang baik. Bagian
amalan ini adakalanya berhubungan dengan perbuatan-perbuatan baik yang
harusnya dikerjakan oleh tiap-tiap orang. Kedua bagian ini juga diterapkan pada
Filsafat Hukum Islam, yaitu tataran teoritis dan praktis, dan sekaligus
membedakan filsafat secara umum dan filsafat Islam.

Secara garis besar pemikiran manusia ditinjau dari permasalahan yang dibahas
dapat disimpulkan dalam tiga bagian:

1. Pembagian tentang hakikat wujud (universal) termasuk didalamnya diri


manusia sendiri dari mana asalnya, bagaimana proses kejadiannya dan
bagaimana akhirnya serta apa tujuannya. Pembahasan dalam bidang ini dikenal
dengan nama Onthology. Dalam kajian hukum Islam juga harus beranjak dari
pembahasan tentang ontology hukum Islam, yaitu pengetahuan tentang hukum
itu sendiri, yang mencakup materi hukum islam sendiri, bagaimana proses
lahirnya hukum Islam dan tujuan apa yang hendak dicapai dengan hukum itu.

2. Pembahasan yang mencakup tentang pengetahuan manusia darimana


sumbernya, sejauh mana kemampuannya serta alat apa yang digunakannya
untuk mengetahui sesuatu. Pembagian di bidang ini dikenal dengan nama
Epistimology. Dalam kajian Filsafat Hukum Islam, epistimologynya lebih
mengarah kepada metode penemuan sesuatu, atau alat yang digunakan untuk
menetapkan hukum Islam. Dalam hal ini adalah metode-metode istinbath

5
hukum seperti qiyas, istihsan, maslahah al-mursalah, al-‘urf, sadd al-dzari’ah,
al-istishab, dan lain sebagainya.

3. Pembahasan tentang norma-norma yang dipakai untuk mengukur benar atau


salahnya fikiran manusia, baik atau buruknya tingkah laku seseorang.
Pembahasan dibidang ini dikenal dengan bama Axiology. Dalam kajian filsafat
hukum Islam juga harus memenuhi sisi aksiologi, yaitu mengkaji tentang
norma-norma yang harus dipatuhi bagi seseorang yang berkecimpung dalam
hukum Islam (mujtahid). Etika dan estetika mujtahid perlu diperhatikan agar
hukum yang diistinbathkannya mempunyai wibawa hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada Allah dan umat Islam. Oleh karena itu dalam
ketentuan yang ada hubungannya dengan aksiologi, para ulama sudah berusaha
membuat persyaratan-persyaratan bagi seseorang yang akan menyibukkan
dirinya dengan istinbath hukum Islam. 8

Dengan demikian ruang lingkup pembahasan filsafat Islam itu dapat dirangkum
dalam tiga kategori, yaitu ontologi, yaitu pembahasan tentang wujud (universal)
termasuk didalamnya kajian terhadap asal atau sumber hukum Islam, proses
terbentuknya hukum Islam, dan tujuan ditetapkannya hukum Islam. Epistemologi, yaitu
kajian terhadap sumber pengetahuan serta alat yang dipergunakan untuk untuk
memperoleh pengetahuan tersebut, seperti metode lughowiyah (kebahasaan) atau
metode ma’nawiyah (maqashid al-syari’ah). Dalam bentuk epistemologi inilah
nantinya ditemui kajian-kajian tentang metode memaknai lafadz. Aksiologi yaitu
pembahasan tentang norma-norma yang dipakai untuk mengukur benar dan salahnya
pikiran dan tingkah laku seseorang.9
Tiga kategori inilah yang pada akhirnya memasuki bagian-bagian yang terkait
dengan hukum islam seperti yang telah disebutkan diatas. Tegasnya, berpikir filosofis
tidak bisa dipisahkan dari kategori ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

8
Busyro, Pengantar Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2020), hal. 11.
9
Scribd, Objek Ruang Lingkup dan Manfaat Filsafat,
https://id.scribd.com/document/602345255/OBJEK-RUANG-LINGKUP-DAN-MANFAAT-FILSAFAT-
HUKUM-ISLAM, 19 Maret 2024.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

filsafat hukum Islam diambil dari kata filsafat dan hukum Islam, karena
merupakan gabungan dua kata yakni filsafat dan hukum Islam. Tujuan dari terciptanya
Hukum Islam adalah tercapainya kedamaian di dunia dan kebahagiaan yang fana’ dan
pendek di dunia semata, tetapi juga mengarahkan kepada kebahagiaan yang kekal di
akhirat kelak. Dengan adanya Filsafat Hukum Islam, dapat dibuktikan bahwa Filsafat
Hukum Islam dapat memeberikan jawaban terhadap tantangan zaman dan merupakan
hukum terbaik sepanjang zaman bagi semesta alam.
Tugas Filsafat Hukum Islam adalah mempertanyakan kembali
paradigma-paradigma yang telas mapan dalam hukum islam. Sementara itu tugas
konstruktif Filsafat Hukum Islam adalah mempersatukan cabang-cabang hukum islam
dalam kesatuan siatem hukum islam sehingga nampak bahwa antara satu cabang hukum
islam dengan lainnya tidak terpisahkan.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini kami sebagai penulis berharap pembaca bisa
lebih memahami tentang Filsafat Hukum Islam. Sebagai manusia biasa, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak yang
perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis beeharap adanya saran dan kritikan para
pembaca makalah ini yang bersifat membangun, demi perbaikan di masa yang akan
datang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Busyro. 2021. Pengantar Folsafat Hukum Islam. Jakarta: Kencana.

Hadi, Imron. 2022. Filsafat Hukum Islam. Mataram: Sanabil.

Haris, Rizki Muhammad. 2022. “Filsafat Hukum Islam”,


http://repository.uinsu.ac.id/16491/1/DIKTAT%20FILSAFAT%20HUKUM%20ISLAM-
RIZKI%20MUHAMMAD%20HARIS.pdf

Izomiddin. 2018. Pemikiran dan Filsafat Hukum Islam. Jalarta: Prenadamedia


Group.

Jauhari, Ahsanuddin. 2020. Filsafat Hukum Islam. Bandung: PT. Liventurindo.

Scribd. 2021. “Objek Ruang Lingkup dan Manfaat Filsafat”,


https://id.scribd.com/document/602345255/OBJEK-RUANG-LINGKUP-DAN-MANFAAT-
FILSAFAT-HUKUM-ISLAM

Shodikin, Akhmad. (2016). “Filsafat Hukum Islam dan Fungsinya dalam


Pengembangan Ijtihad”. Jurnal Kajian Hukum Islam, Vol. 1, No. 2.

Zar, Sirajjudin. 2004. Filsafat Islam dan Filsof dan Filsafatna. Jakarta:
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai