Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSEPSI METODOLOGI ISLAM DALAM FIQIH

Dosen pengampu : M. Itsnaini. M.PD.I

Disusun oleh :

1. Anisa Nur Intan 2011090005


2. Safika Rahmadani 2011090074

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas Kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ KONSEPSI METODE STUDI ISLAM DALAM FIQIH “ ini tepat pada waktunya.
Salawat beserta Salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Semoga kita termasuk umat nya yang mendapat syafa'at di hari kelak Aamiin.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu, guna memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam. Selain itu juga tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menjadi bahan
belajar serta menambah wawasan bagi penyusun serta para pembaca. Semoga makalah yang
kami buat ini bermanfaat untuk kita semua. Apabila dalam penulisan makalah kami banyak
kesalahan kami mohon maaf karna kita sama-sama belajar dan untuk para pembaca agar
memberikan kritik dan saran nya yang membangun supaya makalah ini bisa di perbaiki.

Bandar Lampung, 19 Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2

DAFTAR ISI ................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..........................................................................................................4


1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................4
1.3 Tujuan ......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fiqh .......................................................................................................5

2.2.Metodologi studi islam............................................................................................6

2.3 Metodologi studi islam dalam ilmu fiqh..................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................9.

3.2 Saran .......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Islam merupakan sebuah sistem universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Dalam Islam, segala hal yang menyangkut kebutuhan manusia, dipenuhi secara
lengkap. Semuanya diarahkan agar manusia mampu menjalani kehidupan yang lebih baik
dan manusiawi sesuai dengan kodrat kemanusiaannya. Sebagai sebuah sistem Islam memiliki
sumber ajaran yang lengkap, yakni Al- Qur’an dan Hadis, Rasulullah menjamin, jika seluruh
umat manusia memegang teguh Al-Qur’an dan Hadis dalam kehidupannya, maka ia tidak
akan pernah sesat selama-lamanya (HR. Muslim).

Ketika Alqur’an dan Hadis difahami dan dijadikan sebagai objek kajian, maka
muncullah penafsiran, pemahaman, dan pemikiran. Demikian lahirlah berbagai jenis ilmu
Islam yang disebut Dirasah Islamiyyah. Dan untuk memahami Al-Quran dan Hadis sebagai
sumber ajaran Islam, maka diperlukan berbagai pendekatan metodologi pemahaman Islam
yang tepat, akurat, dan responsibel.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa itu metodologi studi islam dalam fiqh ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui metodologi studi islam dalam fiqh

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh

Menurut bahasa (etimologi), kata fikih berasal dari bahasa Arab ‫ الفَ ْهم‬yang berarti paham. Menurut
terminologi, fikih pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran
agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah), yakni sama dengan arti syariah
islamiyyah. Namun, pada perkembangan selanjutnya, fikih diartikan sebagai bagian dari syariah
islamiyyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syariah islamiyyah yang berkaitan dengan perbuatan
manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.

Adapun pengertian fiqh secara terminologi adalah :

1. Menurut Al-Jurjani dalam buku Muqaddimah Ibnu Khaldun, Fiqh ialah mengetahui hukum-
hukum syara’ amaliyah (mengenai perbuatan, perilaku) dengan melalui dalil-dalil yang
terperinci. Fiqh juga disebut sebagai ilmu yang dihasilkan oleh pikiran serta ijtihad
(penelitian) dan memerlukan wawasan serta perenungan.

2. Menurut Fuqoha, fiqh secara istilah dikategorikan dalam dua sisi, yaitu fiqh sebagai ilmu
dan fiqh sebagai hasil ilmu. Fiqh sebagai ilmu berarti ilmu yang mengupayakan lahirnya
hukum syara’ amali dan dalil-dalil rinci. Sedangkan fiqh sebagai hasil ilmu yaitu kumpulan
hukum-hukum syara’ yang dihasilkan melalui ijtihad.

B. Sumber Ilmu Fiqih

Ilmu fiqih diambil dari empat sumber utama, diantaranya :


• Al-Quran
Adalah kalam Allah azza wajalla yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril yang membacanya bernilai ibadah.

• As-Sunnah

5
Adalah segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad SAW baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup.

• Ijma’
Adalah kesepakatan seluruh mujtahid dari umatnya Muhammad SAW setelah wafatnya
beliau atas perkara syariat.

• Qiyas
Adalah penentuan suatu permasalahan hukum yang tidak ada pada masa sebelumnya dengan
cara membandingkan permasalahan hukum yang sudah ada nashnya karena adanya
kesamaan illat.

C. Objek Pembahasan Ilmu Fiqih

Sebagaimana yang telah didefinisikan oleh para ulama di atas, kita mengetahui bahwa objek
pembahasan hukum fiqih adalah hukum perbuatan mukallaf yang bersifat amaliyyah. Secara umum
ilmu fiqih mencakup 2 hal, yakni :

1. Fiqih ibadah : yaitu yang membahas tentang hukum-hukum ibadah, seperti shalat, puasa,
zakat, haji, dan sebagainya.
2. Fiqih muamalah : yaitu yang membahas tentang hukum-hukum interaksi sesama manusia,
seperti pernikahan, perceraian, perdagangan, hutang piutang, tindak pidana, politik dan
ssebagainya

D. Perkembangan Ilmu Fikih dan Ushul Fikih

Pengembangan teoritis-epistemologis

Ilmu ushul fikih merupakan metodologi terpenting yang ditemukan oleh dunia
pemikiran Islam dan tidak dimiliki oleh umat lain. Oleh karena itu, Syeh Mustafa Abdur Raziq
melontarkan pikiran bahwa ilmu ushul fikih merupakan bagian dari filsafat Islam. Alasannya,
kalau ilmu kalam dan tasawuf dianggap sebagai dianggap sebagai bagian dari filsafat Islam,
maka ilmu ushul fikih harus dianggap juga. Ilmu ushul fikih yang ada selama ini telah dipandang
oleh para pakarnya sebagai sistem tertutup yang sudah baku. Ilmu ushul fikih sunni aliran
6
mutakallimin (bukan aliran hanafiyah), misalnya, selalu merujuk kepada 4 buah kitab induk
mereka.

Karena ilmu ushul fikih adalah ilmu yang terbuka, maka usaha pengembangan
terhadapnya adalah syah, bahkan merupakan suatu keharusan. Upaya mencari paradigma baru
berdasarkan realitas masyarakat saat ini, merupakan persoalan yang harus segera dijawab oleh
para peminat studi hukum dan yurisprudensi Islam. Namun demikian, agar upaya pencarian itu
tidak melenceng dari pilar-pilar dasar ilmu ushul fikih, maka terlebih dahulu ditelusuri substansi
ushul fikih melalui penelusuran temuan-temuan mendasar dari ilmu ini pada masa lalu.
Sedangkan, sustansi kajian ilmu ushul fikih adalah kaidah-kaidah atau metode pengambilan
hukum.

E. Metodologi studi islam

Hukum Islam, jika ditilik dari aspek metodologis dapat dipahami sebagai hukum yang
bersumber dari Al- qur’an dan Sunnah Nabi melalui proses penalaran atau ijtihad. Ia diyakini
sebagai hukum yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia bersifat universal. Ruang gerak
metodologi antar wahyu sebagai sumber hukum yang memuat petunjuk-petunjuk global dan
kedudukan ijtihad sebagai fungsi pengembangannya, memungkinkan hukum Islam memiliki sifat
elastis dan akomodatif sehingga keyakinan tersebut tidaklah berlebihan. Karakteristik hukum
islam yang bersendikan wahyu dan bersandarkan akal merupakan ciri khas yang membedakan
hukum Islam dari sistem hukum lainnya.

Metodologi sudah menjadi bagian dari khazanah kosa kata bahasa Indonesia, yang
diartikan sebagai “uraian tentang metode”. Sedangkan metode sendiri dimaknakan sebagai “cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kerja suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Jika hukum Islam dipandang sebagai suatu sistem pengetahuan, maka yang
dimaksudkan dengan metodologi hukum Islam adalah pembahasan konsep-konsep dasar hukum
Islam-Al-Qur’an, Sunnah, dn Ijma’. Kemudian bagaimanakah hukum islam tersebut dikaji dan
diformulasikan. Serasi dengan pengertian tersebut, maka seorang penulis kajian keislaman di era
Post Modernism – Fazlur Rahman - memberi judul Islamic Methodology in History pada sebuah
karyanya yang membahas evolusi historis prinsip-prinsip pokok dasar pemikiran Islam, yakni Al-
qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Dengan pengertian tersebut, maka metodologi hukum islam tidak

7
berbeda dengan pengertian Ushul Fiqh, yang menurut para ahlinya diartikan sebagai sesuatu yang
di atasnya dibangun hukum Islam.

F. Metodologi studi islam dalam fiqh

Telah kita ketahui bahwa setiap ilmu bisa dikaji secara normatif dan historis. Agama Islam
secara normatif berarti melihat islam dari segi ajarannya. Adapun agama islam jika dilihat dari
kaca mata historis adalah bahwa agama tampak dekat dengan kehidupan sosial. Contoh ruang
lingkup studi islam yang normatif diantaranya, tafsir, Hadits, Fiqh, teologi, tasawuf, dan lain
sebagainya. Contoh ruang lingkup studi islam yang historis adalah sosiologi, antropologi, psikoligi
fenomenologi, dan lain sebagainya. Misalnya dalam meneliti ilmu hadis, tidak semua hadis itu
normatif (teks) atau meneliti hadis secara kontentm namun bisa juga meneliti hadis secara historis
yaitu meneliti hadis dilihat berdasarkan tarikhnya, berdasarkan keadaan pada saat itu
(kontekstual).

Kajian dalam fiqh bisa dipandang Normatif dan Historis, tergantung dari apa yang dikaji.
Fiqih adalah hukumnya, namun keadilan adalah substansinya. Contohnya orang yang terbukti
mencuri sudah pasti dia melanggar hukum, namun hukuman yang ditetapkan belum tentu
mencerminkan keadilan. Karna hukuman mencuri mempunyai kadarnya sendiri-sendiri. Jika fiqh
hanya melihat aspek formalnya saja maka disebut hukum. Fiqh tidak hanya segala yang berkaitan
dengan benar-salah, halal-haram, hitam-putih saja. Sehingga fiqh ini lebih toleran karena disana
masih ada pilihan Mubah-makruh. Inilah yang disebut toleransi madzhab sehingga dapat dikatakan
sikap orang-orang fiqh ini lebih terbika (inklusif) bisa memahami satu sama lain. Fiqh juga
menjadi lebih dinamis karena menckup aspek sosial, sehingga harus selalu dikembangkan
mengikuti perkembangan zaman.

Artinya fiqh itu dikatakan normatif jika dilihat secara hukumnya, namun bagaimana
hukum itu didiskusikan, bagaimana proses para ulama mengistinbath hukum adalah historisnya,
bagaimana proses para mujtahid zaman dahulu memperoleh ketentuan halal, haram, Mubah,
makruh, Sunah itu adalah historisnya. Dengan demikian karena fiqh itu lebih terbuka, maka
seyogyanya sebagai orang islam tidak usah memperdebatkan perbedaan pendapat antara madzab
atau aliran satu dengan aliran atau madzab yang lain. Karena ijtihad yang satu tidak bisa dirusak
dengan ijtihad yang lain. Sehingga sikap pluralisme lebih besar karena adanya toleransi. Inilah
yang dinamakan agama islam didekati melalui pendekatan fiqh.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Hukum Islam sebagai sebuah fenomena sejarah, mengalami masa-masa pertumbuhan
dan perkembangan. Para ahli sejarah hukum Islam membaginya menjadi beberapa periode
yang tentunya tiap periode memiliki corak dan dinamika tertentu.Pendekatan fiqh secara
terminologi berarti usaha, cara, aktivitas atau metode untuk menelaah, mengkaji, memahami
agama islam melalui kumpulan hukum-hukum syara’ bidang amaliyah, dihasilkan melalui
ijtihad yang berdasarkan dalil-dalil (al-Quran dan Hadis) secara rinci
Hukum Islam (Islamic Law) identik dengan pengertian fiqh, yakni sebagaimana
dipahami oleh kalangan ahli usul al-fiqh sebagai hukum praktis hasil ijtihad, sedang faqih
identik dengan mujtahid. Kalangan fuqaha’ pada umumnya mengartikan fiqh sebagai
kumpulan hukum Islam yang mencakup semua aspek hukum syar’I, baik yang tertuang
secara tekstual maupun hasil penalaran atau teks.
Metodologi hukum Islam adalah pembahasan konsep-konsep dasar hukum Islam, Al-
Qur’an, Sunnah, Ijma’dan Ijtihad, serta bagaimana hukum Islam tersebut dikaji dan
diformulasikan. Ciri yang paling khas dari hukum Islam adalah adanya elastisitas dan
dinamika di dalamnya. Metodologi Hukum Islam tidak berbeda dengan pengertian Ushul
Fiqh, yang menurut para ahlinya diartikan sebagai sesuatu yang di atasnya dibangun hukum
Islam.

3.2 Saran

Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan, untuk itu sangat diperlukan
kritik dan sarannya supaya makalah ini bisa di perbaiki untuk selanjutnya

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Risa, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Serba Jaya.


Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia “Al-Ashri”,
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999.
Ananda Afra, Faisar, Sejarah Pembentukan Hukum Islam Studi Kritis Tentang Hukum
Islam di Barat, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999
Khalil, Rasyad Khasan, Tarikh Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum Islam, Jakarta: Amzah,
2010.
Suyatno, Dasar-dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011.
Zaidan, Abdul Karim, Pengantar Studi Syariah Mengenal Syariah Islam Lebih Dalam,
Jakarta: Robbani Press, 2008.

10

Anda mungkin juga menyukai