Anda di halaman 1dari 10

Model Penelitian Fiqih

MAKALAH

MODEL PENELITIAN FIQIH

METODOLOGI STUDI ISLAM

SUDIRMAN, M.E.Sy.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

DEDIKPIYAN PURNADI 1602090086

HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

JURAI SIWO METRO

T.P.

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Inayah-Nya kepada kita serta
junjungan kita nabi Muhammad SAW, sehingga kita masih diberi kesehatan, sehingga kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “MODEL PENELITIAN ILMU FIQIH” ini dengan waktu yang tepat.

Ilmu fiqih merupakan hasil pengerahan potensi insani dalam meraih sebanyak mungkin nilai-nilai
samawi yang di proyeksikan di dalam kenyataan-kenyataan duniawi dan harapan ukhrawi. Secara
keseluruhan, ilmu tersebut tidak mudah dipahami. Oleh karena itu, sebuah model penelitian dari ilmu
fiqih tersebut sangat penting karena dapat mengarahkan pemahaman menuju ilmu fiqih yang
sesungguhnya.

Kami berharap makalah ini dapat di terima oleh dosen pemampu dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh mahasiswa ataupun seseorang yang membutuhkan pengetahuan tengtang
model penelitian ilmu fiqih. Kami pun menyadari jika makalah yang kami buat ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang sifat nya membangun sangat kami harapkan agar menjadi
acuan untuk lebih baik lagi dalam membuat makalah dan semoga kita semua di ridhoi Allah SWT, amin.

Metro, 5 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR......................................................... II

DAFTAR ISI........................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Bekang.................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 2

C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Fiqih....................................................................... 3

B. Karakteristik Ilmu Fiqih................................................................... 4

C. Model penelitian fiqih...................................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu fiqih merupakan salah satu bidang studi islam yang paling di kenal di dalam masyarakat. Hal ini
karena fikih terikat langsung dengan kehidupan masyarakat dari sejak lahir sampai meninggal dunia
manusia selalu berhubungan dengan fiqih. Maka ilmu fiqih dikategorikan sebagai ilmu yang berkaitan
langsung dengan kehidupan manusia, termasuk ilmu yang wajib dipelajari, karena dengan ilmu itu pula
seseorang dapat melaksanakan kewajibannya mengabdi kepada allah melalui syahadah, solat, puasa dan
haji.

Ilmu fiqih lahir bersama dengan lahirnya agama islam, sebab agama islam itu sendiri adalah kumpulan
pengaturan yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya dan hubungan manusia dengan
sesamanya. Para ahli membagi ajaran islam kedalam beberapa bidang studi islam, seperti akidah, ibadah
dan muamalah.

Cara memperoleh dan mengetahui kehendak tuhan secara langsung, terhenti semenjak meninggalnya
nabi Muhammad SAW, syariat yang telah terungkap secara sempurna pada prinsipnya lantas menjadi
statis dan bersifat kekal. Mengapung sebagai jiwa tanpa jasad di atas awang-awang masyarakat muslim,
serta terpisah dari arus dan pergantian wahyu, ia pun tampil sebagai cita-cita (idealisme) yang
keabsahannya berlaku abadi, dan masyarakat harus mengejar cita-cita itu. Selanjutnya jika ilmu hukum
atau fiqih di sebut idealistis, itu bukan dimaksudkan untuk mengatakan bahwa materi-materi hukum itu
sendiri tidak memiliki pertimbangan praktis yang terkait dengan kebutuhan di masyarakat. Juga bukan
dimaksudkan bahwa praktik hukum peradilan islam tidak pernah sejalan dengan cita-cita di atas.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu fiqih?

2. Apa Karakteristik Ilmu Fiqih?

3. Bagaimana Model Penelitian Fiqih?


C. TUJUAN

Makalah yang berjudul Mdel Penelitian Fiqih ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Studi Islam yang dibimbing oleh bapak Sudirman, M.E.Sy. selain itu makalah ini supaya
berguna sebagai referensi untuk para pembaca ataupun dapat memahami cara menganalisis ilmu fiqih
dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU FIQIH

Fiqh secara bahasa berarti tahu atau paham terhadap tujuan seseorang pembicara. Sedangkan menurut
istilah adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang amaliah (mengenai perbuatan dan
perilaku) dengan melalui dalil-dalilnya secara terinci. Fiqih adalah ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran
serta ijtihad (penelitian) dan memerlukan wawasan dan perenungan. Oleh sebab itu allah tidak bisa
disebut sebagai “faqih” (ahli dalam fiqih), karena baginya tidak ada sesuatu yang tidak jelas. [1]Ahli
hukum Islam mendefinisikan fiqih dalam dua sisi yaitu, yang pertama Fiqih sebagai ilmu, Menurut
Muhammad Yusuf Musa, ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas hukum-hukum syari’at yang bersifat
amaliyah dari dalil-dalil yang terperinci. Dan yang kedua Fiqih sebagai hasil ilmu atau disebut dengan
kumpulan hukum-hukum syara’ yang dihasilkan melalui ijtihad.

Hukum islam atau fiqih adalah sekelompok dengan syariat, yaitu ilmu yang berkaitan dengan amal
perbuatan manusia yang diambil dari nash al-Qur’an atau al-Sunnah. Bila ada nash dari al-Qur’an atau
al-Sunnah yang berhubungan dengan amal perbuatan tersebut, atau yang diambil dari sumber-sumber
lain, bila tidak ada nash dari al-Quran atau al-Sunnah, dibentuklah suatu ilmu yang disebut dengan ilmu
fiqih.

Yang dimaksud dengan amal perbuatan manusia ialah segala amal perbuatan orang mukallaf yang
berhubungan dengan bidang ibadah, muamalat, kepidanaan dan sebagainya; bukan yang berhubungan
dengan akidah. Sebab akidah termasuk dalam pembahasaan ilmu kalam. Adapun yang dimaksud dengan
dalil-dalil terperinci ialah satuan-satuan dalil yang masing-masing menunjuk kepada suatu hukum
tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut sebenarnya dapat dibedakan antara syariah dan hukum islam atau fiqih.
Perbedaan tersebut terlihat pada dasar atau dalil yang digunakannya. Jika syariat didasarkan pada nash
al-Quran atau al-Sunnah secara langsung, tanpa memerlukan penalaran; sedangkan hukum islam
didasarkan pada dalil-dalil yang dibangun oleh para ulama melalui penalaran atau ijtihad dengan tetap
berpegang pada semangat yang terdapat dalam syariat. Dengan demikian, syariat bersifat permanen,
kekal dan abadi, sedangkan fiqih atau hukum islam bersifat temporer, dan dapat berubah. Namun,
dalam praktiknya antara syariat dengan fiqih sulit dibedakan. Ketika kita mengkaji suatu masalah
misalnya kita menggunakan nash al-Quran dan al-Sunnah, tetapi bersamaan dengan itu kita juga
menggunakan penalaran.

B. KARAKTERISTIK ILMU FIQIH

Pengertian hukum islam hingga saat ini masih rancu degan pengertian syariah. Untuk itu dalam
pengertian hukum islam disini dimasukkan didalamnya pengertian syariah. Dalam kaitan ini dijumpai
pendapat yang mengatakan bahwa hukum islam atau fiqih adalah sekelompok dengan syariat yaitu ilmu
yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang diambil dari nash al-quran atau al sunnah. Bila ada
nash dari alquran atau al sunnah yang berhubungan dengan amal perbuatan tersebut, atau yang diambil
dari sumber-sumber lainnya, bila tidak ada nash dari al-quran dan al sunnah, dibentuklah suatu ilmu
yang disebut dengan ilmu fiqih.

Yang dimaksud dengan amal pernuatan manusia ialah segala amal perbuatan orang mukalaf yang
berhubungan dengan bidang ibadat, muamalat, kebidanaan dan sebagainya, bukan yang berhubungn
dengan akidah (kepercayaan). Adapun yang dimaksud dengan dalil-dalil yang terperinci iyalah satuan-
saytuan dalil yang masing-masing menunjuk kepada suatu hukum tertentu.[2]

Jika syariat didasarkan pada nash al-quran atau al-sunnah secara langsu g tanpa memerlukan penalaran,
sedangkan hukum islam di dasarkan pada dalil-dalil yang dibangun oleh para ulama melalui penalaran
atau ijtihat dengan tetap berpegang pada semangat yang terdapat dalam syariat. Dengan demikian, jika
syariat bersifat permanen, kekal dan abadi, fiqih atau hukum islam bersifat temporer, dan dapat
berubah. Namun, dalam pratiknya syariat dan fikih sulit dibedakan.

Zaki Yamani membagi syariat islam dalam dua penelitian. Pertama, pengertian daalam bidang yang luas
yang meliputi semua hukum yang telah disusun dengan teratur oleh para ahli fiqih dalam pendapat-
pendapat fiqihnya mengenai persoalan dimasa mereka, atau apa yang mereka pikirkan akan terjadi
kemudian, dengan mengambil dali-dalil yang langsung dari al-quran dan al-hadis, atau sumber
pengambilan hukum seperti ijma, qiyas, istihsan, istishlah dan masalih al-mursalab.[3] Yang kedua,
Syariat dengan pengertian yang luas ini memberi peluang untuk berbeda pendapat, untuk mengikuti
atau tidak mengikutinya.

C. MODEL PENELITIAN FIQIH

Kini syariat islam sudah berusia cukup tua, yaitu dari kelahiran agama islam itu sendiri pada 15 abad
yang lalu sampai sekarang. Sejauh manakah syariat islam itu tetap aktual dan mampu meresponi
perkembangan zaman, telah dijawab melalui berbagai penelitian yang dilakukan para ahli yang
contohnya dapat dilihat dalam uraian dibawah ini.

1. Model Harun Nasution

Harun Nasution adalah Guru Besar dalam bidang Teologi dan filsafat Islam, Harun Nasution juga
mempunyai pehatian terhadap hukum Islam (fiqih). Melalui penelitianya secara ringkas namun
mendalam terhadap berbagai literatur tentang hukum Islam dengan menggunakan metode pendekatan
sejarah. Harun Nasution mendeskripsikan stuktur hukum Islam secara komprehensip, yaitu mulai dari
kajian terhadap ayat-ayat hukum yang ada dalam al-Qur’an, latar belakang dan sejarah petumbuhan dan
perkembangan hukum Islam dari sejak zaman nabi samapai dengan sekarang, lengkap dengan beberapa
mazhab yang ada di dalamnya.

Melalui pendekatan sejarah Harun nasution membagi perkembangan hukum Islam ke dalam 4 periode,
yaitu period nabi, periode sahabat, periode ijtihad serta kenajuan dan periode taklid serta kemunduran.

a. Periode Nabi

Pada periode nabi segala persoalan di kembalikan kepada nabi untuk menyelesaikannya, maka nabilah
yang menjadi satu – satunya sumber hukum. Secara langsung pembuat hukum adalah nabi, tetapi secra
tidak langsung Tuhanlah pembuat hukum, karena hukum di keluarkan Nabi bersumber pada wahyu dari
Tuhan. Nabi bertugas menyampaikan dan melaksanakan hukum yang di tentukan Tuhan. Sumber hukum
yang di tinggalkan Nabi untuk zaman-zaman sesudahnya ialah al-Qur’an dan sunnah nabi.

b. Peiode sahabat

Karena daerah yang di kuasai Islam bertambah luas dan termasuk kedalamnya daerah di luar
semenanjung arabia yang telah mempunyai kebudayaan tiggi dan susunan masyarakat yang bukan
sederhana di bandingkan dengan masyarakat arabia ketika itu, maka sering di jumpai berbagai persoalan
hukum. Untuk ini para sahabat di sampig berpegang kepada al-Qur’an dan sunnah juga kepada sunnah
para sahabat.

c. Periode ijtihad

Problema hukum yag di hadapi semakin beragam, sebagai akibat dari semakin bertambahnya daerah
Islam dengan berbagai macam bangsa masuk Islam dengan membawa berbagai macam adat istiadat,
tradisi dan sistem kemasyarakatan.

d. Periode taklid

Sehabis periode ijtihat, datanglah periode taklid dan penutup pintu ijtihad. Diabad keempat hijrah (abad
ke. 11 masehi) bersamaan dengan mulainya masa kemunduran dalam sejarah kebudayaan islam,
berhentilah perkembangan hukum islam. Mashab yang embat di waktu itu sudah mempunyai
kedudukan stabil dalam masyarakat dan perhatian bukan lagi ditujukan kepada al-quran, al-sunnah dan
sumber-sumber hukum lainnya, tetapi kepada kepada buku-buku fiqih. Ijtihad yang dijalankan pada
periode ini mengambil bentuk ijtihad dalam mashab. Ulama-ulama dari tiap mashab mengadakan ijtihad
berdasarkan atas ajaran-ajaran imam mashab yang dianutnya. Oleh karena itu, pendapatnya tidak
keluar dari garis-garis besar yang tditentukan oleh imam yang bersangkutan. Ijtihad juga dijalankan
dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
Model penelitian hukum islam yang digunakan oleh harun nasution adalah penelitian eksploratif,
deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kesejarahan. Interpretasi yang dilakukan atas data-data
historis tersebut selalu dikaitkan dengan konteks sejarahnya.

Dalam kaitan ini maka muncullah ahli–ahli hukum mujtahid yang disebut imam atau fiqih dalam Islam.
Pada masa inilah timbulnya mazhab dan hukum Islam yaitu Abu Hanifah, Imam malik, Imam Syafi’i dan
Ahmad ibn Hambal. Dari uraian tersebut terlihat bahwa model penelitian Hukum Islam yang di gunakan
Harun Nsution adalah penelitian oksplorasi, deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kesejarahan.
Interpretasi yang di lakukan atas data-data historis tersebut selalu di kaitkan dengan konteks sejarahnya.

2. Model Noel j. Coulson

Noel j. Coulson menyajikan hasil penelitian di bidang Hukum Islam dalam karyanya berjudul Hukum
Islam dalam Perspektif Sejarah. Penelitianya bersifat deskriptif analitis ini menggunakan pendekatan
sejarah. Seluruh informasi tentang perkembangan hukum pada setiap periode selalu di lihat dari faktor-
faktor sosio kultural yang mempengaruhinya, sehingga tidak ada satupun produk hukum yang di buat
dari ruang yang hampa sejarah Hasil penelitianya di tuangkan dalam 3 bagian, yaitu:

a. Menjelaskan tentang terbentuknya hukum syari’at, yang di dalamnya di bahas tentang legalisasi al-
Qur’an, praktek hukum di abad pertama Islam, akar yurisprudensi sebagai mazhab pertama, Imam al-
Syafi’i.

b. Berbicara tentang dan praktek hukum Islam di abad pertengahan. Di dalamnya membahas tentang
teori hukum klasik, antara kesatuan dankeragaman, dampak aliran dalam sistem hukum, pemerintahan
dan hukum syari’at, masyarakat Islam dalam hukum syari’at.

c. Berbicara tentang hukum Islam di masa modern yang di dalamnya di bahas tentang penyerapan
hukum eropa, hukum syari’at kontemporer, taklid dan pembaharuan hukum serta ijtihad.

Ketika berbicara tentang legalisasi al-quran, coulson mengatakan bahwa prinsip tuhan adalah satu-
satunya bentuk hukum dan bahwa semua perintahnya harus dijadikan kendali utama atau segenap
aspek kehidupan sudahlah mapan. Hanya saja pemerintah-pemerintah itu tidak tersusun secara bulat
dalam bentuk bab yang lengkap buat manusia. Selanjutnya konsep-konsep al-quran tidal lebih dari
semacam mukaddimah dari suatu hukum islam, suatu kitap yang kemudian dioperasikan oleh generasi-
generasi berikut secara terus menerus.

Ada dua alasan prisipil dibalik keberagaman atau perbedaan ini yaitu: yang pertama, adalah lazim bahwa
masing-masing qodi cenderung menerapkan aturan setempat yang tentu berbeda-beda antara satu
daerah dengan daerah yang lainnya. Yang kedua, wewenang hakim untuk memutuskan perkara sesuai
dengan pendapatnya sendiri (ra’y) untuk maksud apapun, tidak dibatasi.demikian pemerintahan pusat
tidak punya pengaruh yang berarti guna membuat penyatuan (unifikasi).

Dari hasil penelitia coulson nampak bahwa dengan menggunakan pendekatan historis, Coulson lebih
berhasil menggambarkan perjalanan hukum Islam dari sejak berdirinya hingga sekarang secara utuh.
Melalui penelitian itu, coulson telah berhasil menempatkan hukum Islam sebagai perang kata norma
dari perilaku teratur dan merupakan suatu lembaga sosial. Di dalam prosesnya, hukum sebagai lembaga
sosial memenui kebutuhan pokok manusia akan kedamaian dalam masyarakat.

Dalam hukum Islam sebagaimana diketahui misalnya memperhatikan sekali masalah keluarga, karena
dari keluarga yang baik, makmur dan bahagia tersusun masyarakat yang baik, makmur dan bahagia.
Oleh karena itu keteguhan ikatan kekeluargaan perlu di pelihara. Dengan melihat fungsi hukum
demikian, maka pengamatan terhadap perubahan sosial harus di jadikan petimbangan dalam rangka
reformasi hukum Islam.

3. Model Mohammad Atho Mudzhar

Tujuan dari penelitian yang di lakukan oleh Mohammad Atho Mudzhar adalah untuk mengetahui matei
fatwa yang di kemukakan Majelis Ulama Indonesia serta latar belakang sosial politik yang melatar
blakangi timbulnya fatwa tersebut. Penelitian ini bertolak dari suatu asumsi bahwa produk fatwa yang di
keluarkan Majelis Ulama Indonesia selalu di pengaruhi oleh setting sosio kultural dan sosio politik, serta
fungsi dan status yang harus di mainkan oleh lembaga tersebut. Hasil penelitian tersebut di tuagkan
dalam 4 Bab, yaitu:

a. Bab pertama, Mengemukakan tentang latar belakang dan karakteristik Islam di indonesia serta
pengaruhnya terhadap corak hukum Islam. Karakteristik tersebut di lihat dalam 4 aspek, yaitu latar
belakag kultur, doktrin teologi, stuktur sosial dan ideologi politik. Dan pada bagian ini juga dikemukakan
tentang kondisi hukum islam di indonesia serta berbagai lembaga yang memegang kekuasaan hukum
tersebut mulai dari periode penjajahan sampai dengan periode merdeka. Berbagai muatan pemikiran
yang dikemukakan pada bagian pendahuluan ini digunakan sebagai alat untuk menganalisis berbagai
produk tafwa yang dikeluarkan majelis ulama. Dengan demikian Penelitian ini ingin melihat seberapa
jauh latar belakang budaya , doktrin teologi, struktur sosial, dan ideologi politik yang dianut masyarakat
dan pemerintah indonesia itu mempengaruhi terhadap produk fatwa Majelis Ulama Indonesia.

b. Bab Kedua, Dalam bab ini mengemukakan tentang Majelis Ulama Indonsia dari segi latar belakang
didirikanya, sosio politik yang mengitarinya, hubungan Majelis Ulama dengan pemetintahan dan
organisasi Islam serta organisasi non Islam lainya dan berbagai fatwa yang di keluarkannya.

c. Bab Ketiga, Penelitian dalam di sertai mengemukakan tentang isi produk fatwa yang di keluarkan
oleh MUI seta metod yang di gunakanya. Fatwa tersebut antaralain meliputi bidang ibadah riual,
masalah keluarga dan perkawinan, kebudayaan, masalah kedokteran, keluarga berencana, dan aliran
minoritas dalam Islam.
d. Bab keempat, Berisi kesimpulan yang di hasilkan dari studi tersebut. Dalam kesimpulan tersebut di
nyatakan bahwa fatwa MUI dalam kenyataanya tidak selalu konsisten mengikuti pola metodologi dalam
penetapan fatwa sebagaimana di jumpai dalam ilmu fikih. Ketidakkonsistenan MUI dalam mematuhi
metodologi penetapan hukum tersebut, menurut peneliti di sebabkan oleh sejumlah faktor, seperti
faktor politik. Diantara fatwa Mui yang di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah antara lain mengenai
fatwa penyembelihan binatang, keluarga berencana, ibadah ritual,serta pelbuhan udara jeddah atau
bandara king abdul Aziz sebagai tempat melakukan miqot bagi jamaah haji Indonesia yang
menggunakan pesawat terbang.

Produk–produk hukum yang sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan sosial banyak terjadi
pada masalah–masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial, ekonomi, kriminalitas, masalah
perkawinan dan lain sebagainya. Penelitian tersebut bermanfaat dalam upaya membuka pikiran dan
pandangan para ulama fikih di Indonesia yang cenderung kurang berani mengeluarkan fatwa, atau
kurang produktif dalam menjawab berbagai masalah aktual yang muncul di masyarakat sebagai akibat
dari kekurangfahaman dalam memahami sutuasi yang berkembang, dan bagaimana memanfatkan
situasi tersebut dalam rangka melahirkan produk hukum.

Penelitian tersebut pada intinya sejalan dengan penelitian yang di lakukan Coulson yang menggunakan
pendekatan historis dalam penelitianya. Dengan demikian,hukumIslambaik langsung maupun tidak
langsungmasuk kekategori sosial. Hal ini sama skali tidak mengganggu kesucian dan kesakralan ak
Qur’an yang menjadi sumber hukum Islam tersebut. Sebab yang di persoalkan di sini bukan
mempertanyakan releven dan tidaknya al Qur’an tersebut tetapi yang di persoalkan adalah apakah hasil
pemahanan terhadap ayat-ayat al Qur’an, khususnya mengenahi ayat–ayat ahkam tersebut masih
sejalan dengan tuntutan zaman atau tidak. Karena dengan cara inilah makna kehadiran al Qur’an secara
fungsional dapat di rasakan oleh masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ilmu fiqih adalah ilmu yang menjelaskan tentang aturan hukum amal-amal yang zahir bagi kalangan
mukalaf seperti ibadah dan muamalah, untuk mengetahui yang haram dan halal dari amalan tersebut,
dan yang disyariatkan serta yang tidak.kata fikih dipakai untuk segala hukum agama, baik yang
berhubungan dengan kepercayaan ataupun yang berhubungan dengan muamalah praktis.

Fiqih atau hukum islam tumbuh berangsur-angsur setapak demi setapak hingga sampai kepuncak
perkembangannya menuju kesempurnaan. Fikih islam tumbuh dari suatu yang telah ada yang terdapat
pertama kali menjadi pendukung hukum islam yang juga pengembangan kepenjuru dunia.
Fiqih islam meliputi pembahasan yang mengenai individual, masyarakat dan negara, melengkapi bidang
ibadah, muamalah, kekeluagaan, peerikatan kekayaan, warisan, kriminal, peradilan, acara pembuktian,
kenegaraan dan hukum-hukum internasional. Oleh karena itu, para ulama membagi ilmu fiqih pada garis
besarnya menjadi dua bagian pokok.

B. SARAN

Semoga dalam penulisan makalah ini menjadi stimulus bagi para pembaca dan bermanfaat bagi kita
semua. Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu dimohon kritik dan saran
yang membangun untuk proses kesempurnaan makalah ini.

[1] Al-Jurjani,Abuhasan, Altarifat,Mustafa Al-Baab Al-Halaabi,Mesir,1938,Hal. 121

[2] Mumukhtar Yahya Dan Fathurrahman,Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Islam,(Bandung


Almaarif,1986), Cet. Ke. 10 Hal. 15

[3] Lihat ibn al-qayyin, i’lam al-muwaqi’in,jilid i, hal. 178,289 dan 294

Anda mungkin juga menyukai