Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Prinsip – Prinsip Hukum Islam

Dosen Dr. H. AHMAD JUNAIDI, S.Pd, M.Ag.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

Disusun Oleh

1. Abdul Mu’as (S20191084)


2. M. Ridwan Aryanto (S20191057)
3. M. Syifaul Khoir (S20191061)
4. Silvi Eka Safitri (S20191066)
5. Indah Nur Aini (S20191085)

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PRINSIP – PRINSIP
HUKUM ISLAM ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penuisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Dr. H. AHMAD JUNAIDI, S.Pd, M.Ag. pada Filsafat Hukum Islam. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pendidikan bagi para pembaca dan juga
para penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. AHMAD JUNAIDI, S.Pd,
M.Ag. , selaku dosen Filsafat Hukum Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini

Jember, 12 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4

A. Latar Belakang....................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 5

C. Tujuan Makalah........................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 6

A. Pengertian Hukum Islam....................................................................... 6

B. Bagaimana Pandangan Tokoh Tentang Hukum Islam ......................... 6

C. Keterkaitan Hukum Islam Dengan Filsafat .......................................... 7

BAB III PENUTUP..................................................................................... 8

A. Kesimpulan............................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum kita berbicara tentang  prinsip-prinsip hukum islam sebagai yang menjadi
pusat kajian kita harus memahami terlebih dahulu makna Islam (sebagai agama) yang
menjadi induk hukum Islam itu sendiri. Kata Islam terdapat dalam Al-qur’an, kata benda
yang berasal dari kata kerja salima, arti yang dikandung kata Islam adalah kedamaian,
kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri) dan kepatuhan.
Sedangkan arti Islam sebagai agama adalah Islam adalah agama yang telah diutuskan
oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW untuk membahagiakan dan menguntungkan
manusia.
Orang yang secara bebas memilih Islam untuk patuh atas kehendak Allah SWT
disebut Muslim, arti seorang muslim adalah orang yang menggunakan akal dan kebebasannya
menerima dan mematuhi kehendak atau petunjuk Tuhan. Seorang muslim yang
sudah baligh maka disebut mukallaf, yaitu orang yang sudah dibebani kewajiban dalam
artian menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangannya.
Ketentuan-ketentuan Allah SWT atas manusia terdapat dalam Syariah, sedangkan arti
dari syariah sendiri dari segi harfiah adalah jalan kesumber (mata) air yaitu jalan lurus yang
harus diikuti oleh setiap muslim. Sedangkan dari segi ilmu hukum adalah norma dasar yang
ditetapkan Allah, yang wajib diikuti oleh seorang muslim.

A. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari hukum islam ?
2. Bagaimana pandangan tokoh tentang hukum islam ?
3. Apa keterkaitan hukum islam dengan filsafat ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam


Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaida hkaidah yang didasarkan
pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang
yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi
semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul
untuk melaksanakannya secara total. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum
yang diperintahkan Allah Swt untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik
yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan
amaliyah.
Syariat islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk
menuju kepada allah Ta’ala dan ternyata islam bukanlah hanya sebuah agama yang
mengajarkan tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada Tuhannya saja.
Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah swt untuk mengatur hubungan
manusia dengan allah Ta’ala dan hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan
tersebut bersumber pada seluruh ajaran Islam, khususnya Al-Quran dan Hadits.
Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh
Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan
dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslim semuanya.

B. Pandangan Tokoh Tentang Hukum Islam


Perkembangan hukum Islam Indonesia sebelum abad ke 20 M, memang dalam
wacana Syafi’iyyah, hal ini terjadi karena proses islamisasi di Indonesia sejak abad 12
dan 13 merupakan saat saat di mana perkembangan hukum Islam berada pada masa
krisis dengan penutupan pintu ijtihad
sebagai titik terendahnya, walaupun pada fase berikutnya banyak tokoh yang
menggugat hal tersebut. Namun pada awal abad ke 20 muncul gerakan pembaharuan
Islam.
Pemikiran hukum islam di Indonesia dapat terlihat mulai Abad ke 17 M.,
Pemikiran ini berada berada dalam keseimbangan baru tasawuf-fiqh, dan wacana
Syafii’yyah, hal ini terjadi karena pemikiran hukum merupakan perwujudan dari

5
gerakan pemikiran tasawuf yang telah dahulu ada dan akibat langsung dari
keberadaan mazhab Syafi’i yang dianut oleh penyebar Islam pertama di Nusantara
abad ke 12 dan 13 M. Dua karakteristik espimologi inilah yang menjadi langgam yang
menonjol bagi gerakan pemikiran hukum Islam di Indonesia ketika itu. Tidak adanya
karya yang dibilang original dan otentik yang terlahir dari para pemikir disebabkan
oleh situasi yang kurang menguntungkan dari proses, waktu, dan karakter Islam
pertama tersebut.
Abdul Ghani Abdullah mengemukakan bahwa berlakunya hukum Islam di
Indonesia telah mendapat tempat konstitusional yang berdasar pada tiga alasan, yaitu:
Pertama, alasan filosofis, ajaran Islam merupakan pandangan hidup, cita moral dan
cita hukum mayoritas muslim di Indonesia, dan ini mempunyai peran penting bagi
terciptanya norma fundamental negara Pancasila); Kedua, alasan Sosiologis.
Perkembangan sejarah masyarakat Islam Indonesia menunjukan bahwa cita hukum
dan kesadaran hukum bersendikan ajaran Islam memiliki tingkat
aktualitas yang berkesiambungan; dan Ketiga, alasan Yuridis yang tertuang
dalam pasal 24, 25 dan 29 UUD 1945 memberi tempat bagi keberlakuan hukum Islam
secara yuridis formal.

C. Keterkaitan Hukum Islam Dan Filsafat

Filsafat pada awalnya dikenal pada kisaran tahun 700 SM, di Yunani. Filsafat
yang dalam bahasa Yunani disebut philoshopia, pada dasarnya terkontruksi dari dua
suku kata, philos atau philia dan sophos. Philos diartikan sebagai cinta persahabatan.
Sedangkan sophos berarti hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, dan inteligensi. Oleh karena itu, philosophia dapat diartikan
sebagai cinta kebijaksaan atau kebenaran.

Pengistilahan philosophia sendiri untuk pertama kali dalam sejarah menjadi


sesuatu yang diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa philosopi diperkenalkan
pertama kali oleh Heraklitos (540-480 SM). Ada pula yang mengatakan bahwa
Phytagoras lah yang pertama kali (Aburaera S. P., hal. 20). Akan tetapi terlepas dari
perdebatan siapa yang pertama kali memperkenalkan nomenclature philosophia
(filsafat), maka yang terpenting bahwa filsafat telah menjadi bagian dari peradaban
dunia (Aburaera S. P., hal. 20).

6
Hatta mengemukakan pengertian filsafat itu lebih baik tidak dibicarakan lebih
dulu (Tafsir, 2013, hal. 9). Nanti, bila orang telah banyak membaca atau mempelajari
filsafat, orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut konotasi
filsafat yang ditangkapnya. Langeveld juga berpendapat begitu. Katanya, setelah
orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, dan makin dalam ia
berfilsafat, akan makin mengerti ia apa filsafat itu (tafsir,2013,hal.9).

hukum islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan


sunah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku
dan mengikat untuk semua umat beragama Islam.

Istilah hukum Islam tidak ditemukan sama sekali di Al-Qur’an, hadits dan
literatur hukum islam lainnya. Kata yang ada adalah syari’ah, fikih, hukum Allah, dan
yang seakar dengannya. Kata hukum Islam merupakan terjemahan dari term “islamic
law” dari literatur Barat (Nasution S. M., 2014, hal. 19). Ini menunjukkan bahwa yang
dimaksud dengan hukum Islam itu keseluruhan bangunan dari peraturan agama Islam
baik lewat syari’ah, fikih, dan pengembangannya seperti fatwa, qanun, siyasah, dan
lain-lain.

Filsafat hukum Islam atau filsafat al-tasyri’ al-islami, seperti halnya hukum
filsafat dalam pengertian yang dikenal dilingkungan fakultas hukum di Indonesia.
Filsafat hukum Islam dapat dinyatakan sebagai bagian dalam kajian filsafat hukum
secara umum atau dengan kata lain suatu ilmu yang mengkaji hukum islam dengan
pendekatan filsafat. Filsafat hukum islam adalah pengetahuan tentang hakikat,
rahasia, dan tujuan hukum islam yang baik, yang menyangkut materinya, maupun
proses penetapannya (Nasution, 2014, hal. 24), atau filsafat yang digunakan untuk
memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum Islam, sehingga sesuai dengan
maksud dan tujuan Allah menetapkannya dimuka bumi, yaitu untuk kesejahteraan
umat seluruhnya.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan filsafat hukum Islam adalah setiap
kaidah, asas, atau mabda’, aturan-aturan pengendalian masyarakat: pemeluk agama
Islam. Kaidah-kaidah itu dapat berupa ayat Alqur’an, hadis pendapat sahabat dan
tabi’in, ‘ijma ulama, fatwa lembaga keagamaan. Filsafat hukum Islam diartikan pula
dengan istilah hikmah as-tasyri’. Dalam sejarah pembinaan hukum Islam dapat
ditemukan bahwa para ahli ushul telah mewujudkan falsafah al-tasyri’ sehingga

7
hukum terus terbina dengan baik. Oleh karena itu filsafat hukum Islam dapat dibagi
menjadi 3 macam, yaitu:

1. Falsafah Asy-syariah, yang mengungkapkan masalah ibadah, muamalah,


jinayah, dan uqubah dari materi hukum islam. Filsafat syari’ah mencakup asrar al-
ahkam, dan tawabi’ al-ahkam.

2. Falsafah tasyri’, yaitu filsafat yang memancarkan hukum Islam,


menguatkan dan memeliharanya. Falsafah tasyri’ meliputi ushul al-ahkam, maqashid
al-ahkam, dan qawaid al-ahkam.

3. Hikmah at-tasyr’ iwa falsafahatuh yaitu kajian yang mendalam dan radikal
tentang perilaku mukallaf dalam mengamalkan hukum islam sebagai undang-undang
dan jalan kehidupan yang lurus.

Filsafat hukum Islam merupakan pengetahuan tentang rahasia hukum yang


digali secara filosofis, baik dengan pendekatan antologis, maupun epistemologis.
Filsafat hukum islam dapat diartikan pula sebagai pengetahuan tentang hukum Islam
dan asal-muasalnya, proses pencarian rahasia dan ‘illah hukum serta tujuan
diberlakukan sebagai prinsip-pronsip dasar untuk berperilaku. Usaha yang
diperlakukan dalam pemikiran mendalam tentang hakikat, sumber, dan tujuan hukum
Islam tidak sebatas menggunakan semata-mata rasio, tetapi memaksukkan pendekatan
kewahyuan dengan raasio, sehingga ada keseimbangan metodologis untuk mencapai
kebenaran tertinggi (Nasution S. M., Filsafat Hukum Islam, cet. 2, 2014, hal. 4-20)

8
BAB III

KESIMPULAN

Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah – kaidah yang didasarkan pada
wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah
dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya.
Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya
secara total. Dengan demikian, yang dimaksud dengan filsafat hukum Islam adalah setiap
kaidah, asas, atau mabda’, aturan-aturan pengendalian masyarakat : Pemeluk agama Islam.
Kaidah-kaidah itu dapat berupa ayat Al - qur’an, hadis pendapat sahabat dan tabi’in, ‘ijma
ulama, fatwa lembaga keagamaan. Filsafat hukum Islam diartikan pula dengan istilah hikmah
as-tasyri’. Dalam sejarah pembinaan hukum Islam dapat ditemukan bahwa para ahli ushul
telah mewujudkan falsafah al-tasyri’ sehingga hukum terus terbina dengan baik. Oleh karena
itu filsafat hukum Islam dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Falsafah Asy-syariah, yang mengungkapkan masalah ibadah, muamalah, jinayah, dan


uqubah dari materi hukum islam. Filsafat syari’ah mencakup asrar al-ahkam, dan
tawabi’ al-ahkam.
2. Falsafah tasyri’, yaitu filsafat yang memancarkan hukum Islam, menguatkan dan
memeliharanya. Falsafah tasyri’ meliputi ushul al-ahkam, maqashid al-ahkam, dan
qawaid al-ahkam.
3. Hikmah at-tasyr’ iwa falsafahatuh yaitu kajian yang mendalam dan radikal tentang
perilaku mukallaf dalam mengamalkan hukum islam sebagai undang-undang dan
jalan kehidupan yang lurus.

9
Daftar pustaka

Eva iryani.2017.Pengertian Hukum Islam. Jurnal Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi
Manusia. Vol.17 (No.2): hal 24

Nasution, S. M. (2014). fIlsafat Hukum Islam, Cet. 2. Dalam S. Amir, Pengertian dan Sumber
Hukum Islam (Dalam Falsafah Hukum Islam, (Jakarta Bumi Aksara dan Departemen agama,
1992, hlm. 16) (hal. 24). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. M. (2014). Filsafat hukum Islam, Cet. 2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. M. (2014). Filsafat Hukum Islam, cet. 2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. M. (2014). Filsafat Hukum Islam, Cet. 2. Dalam Juhaya, Filsafat Hukum Islam,
(Bandung: Pusat Penerbitan LPMM-Universitas Islam, 1955), hlm. 14 (hal. 10). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai