Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SYARIAH DAN FIQIH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Metodologi Stady Islam
Dosen Pengampu : D.r.Rimanto,S.Ag,.M.H.I

Oleh :
Lu’luatul Hasanah (2022506501003P)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI'AH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
(UMPRI)
LAMPUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul SYARIAH DAN FIQIH ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Dr.Rimanto,S.Ag.,M.H.I pada Metodologi Study Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Rimanto,S.Ag.,M.H.I selaku, Dosen


mata kuliah Metodologi Study Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 8 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFATAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 2
C. TUJUAN ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
1.1. Pengertian Syariah dan Fiqih ............................................................................. 3
a.) Pengertian Syariah ......................................................................................... 3
b.) Pengertian Fiqih ............................................................................................ 5
1.2. Ruang Lingkup Syariah dan Fiqih ....................................................................... 7
a.) Ruang Lingkup Syariah .................................................................................. 7
b.) Ruang Lingkup Fiqih ..................................................................................... 7
1.3 Perbedaan Syariah dan Fiqih ................................................................................ 8
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................11
A. KESIMPULAN ......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bagi umat Islam syari’ah adalah” tugas umat manusia secara menyeluruh” meliputi
moral, teologi, etika pembinaan umat, aspirasi spiritual, ibadah formal dan ritual yang rinci.
Syari’ah mencakup seluruh aspek hukum publik dan perorangan, kesehatan bahkan
kesopanan dan pembinaan budi. Mengingat syari’ah merupakan pedoman dalam
hubungannya dengan Allah, sesama, dan lingkungan hidupnya. Mahmud Syaltut bahwa
syari’at adalah hukum Allah atau peraturan yang diturunkan oleh Allah kepada manusia
untuk Memahami Konsep Syariah dan fiqih. dijadikan pedoman dalam hubungannya secara
tiiga dimensi.

Dengan demikian, syari’ah merupakan hukum integral yang meliputi aspek vertikal
dalam kaitannya dengan Tuhan, dan aspek horizontal yang berkenaan dengan sesama dan
lingkungan. bahwa syari’ah adalah hukum Allah yang paling efektif untuk membentuk
tatanan sosial dari segala macam gejolak politik.

Syari’ah yang telah menjadi system doktrin yang independen, akan menimbulkan
perpecahan atau konflik antara pemegang kekuasaan dengan para ulama, jika syari’ah
terabaikan dalam suatu negara Hal ini karena syari’ah secara teoritik berhak penuh terhadap
hak-hak sipil dan politik . Bagi umat Islam, telah menjadi kepercayaan yang mendalam
bahwa otoritas kedaulatan tertinggi terletak di tangan Allah.

Dengan demikian, keimanan pada Islam secara obyektif ditentukan oleh pemegang
kewenangan, bahkan secara subyektif ditentukan oleh orang yang bersangkutan . Walaupun
ada kebenaran politik dan sosiologis dalam aktualisasi syari’ah ke dalam dunia praktis,
namun demikian sosio-kultural tidak dapat diabaikan.

Suatu hal yang mustahil untuk memahami Islam tanpa memahami hukumnya.
Namun, patut disadari bahwa Islam yang tertuang dalam alQur’an dan hadis sebagai standar
hukum bersifat akomodatif terhadap dinamika sosio-kultural yang ada. Semangat legislasi
antara Nabi dan alQur’an di satu pihak, dan dengan perkembangan yang ada memperlihatkan
arah yang jelas menuju realisasi progresif dari nilai-nilai fundamental tersebut ke dalam

1
semangat legislasi baru, karena legislasi aktual dari al-Qur’an dan hadis sebagian telah
menerima kondisi sosial yang ada sebagai batasan rujukan.

Di Indonesia hukum Islam didefinisikan sebagai terjemahan dari al-fiqh al-islamy


atau dlam konten Dalam perkembangan selanjutnya lebih diasosiasikan sebagai fiqh, tetapi
realisasinya sebagai interpretasi dari syari’ah dan fiqh sekaligus. Pada awalnya fiqh syari’ah
lebih mendominasi masyarakat Islam Indonesia. Pada hakekatnya, hukum Islam di Indonesia
lahir dari asimilasi antara hukum Islam normatif dengan muatan-muatan lokal keindonesiaan.
Ia merupakan salah satu hukum adat. Paling tidak ada empat jenis produk hukum Islam yang
telah berkembang, dan berlaku di Indonesia, yaitu fiqh, fatwa ulama, keputusan pengadilan
dan perundang-undangan.

Fenomena umum dikalangan umat Islam memandang fiqh sebagai ekspresi kesatuan
hukum Islam yang universal daripada sebagai ekspresi keragaman partikuler. Fiqh telah
mewakili hukum dalam bentuk cita-cita dari pada sebagai respon atau refleksi kenyataan
yang ada secara realis, fiqh juga memilih stabilitas daripada perubahan. Demikian halnya
yang terjadi diIndonesia para ulama fiqh dalam memandang kitab-kitab fiqh klasik telah
diidentikkan dengan hukum Islam dan telah dijadikan rujukan utama mereka dalam
pengambilan keputusan hukum. Padahal kalau disadari bahwa kitab-kitab fiqh, lima atau
enam abad yang lalu lebih merupakan ekspresi kultur tertentu ditempat para penyusunnya
tinggal. Dari uraian latar belakang di atas maka, dapat dipecahkan menjadi beberapa masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini yakni\

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari syari’ah, dan fiqih?
2. Apa saja ruang lingkup syari’ah dan fikih?
3. Apa saja perbedaan antara syariah dan fiqih?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari syariah dan fiqih.
2. Mengetahui ruang lingkup syariah dan fiqih.
3. mengetahui perbedaan antara syariah dan fiqih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian syariah dan fiqih

A. Pengertian Syariah

Secara etimologis syariah berarti “jalan yang harus diikuti.” Kata syariah muncul dalam
beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalm surah Al-Maidah:48, asy-Syura: 13, yang mengandung
arti “ jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan.”(Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin,
Ushul Fiqih. Hal. 1). Dalam hal ini agama yang ditetapkan oleh Allah disebut syariah, dalam
artian lughawi karena umart islam selalu melaluinya dalam kehidupannya. Menurut para ahli,
syariah secara terminologi adalah “segala titah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku
manusia diluar yang mengenai akhlak”. Dengan demikian syariah itu adalah nama bagi
hukum-hukum yang bersifat amaliah. Karena memang syariah itu adalah hukum amaliah
yang berbeda menurut perbedaan Rasul yang membawanya dan setiap yang dating kemudian
mengoreksi yang datang lebih dahulu, Sedangkan dasar agama yaitu tauhid/aqidah.
Dr.Farouk Abu Zeid menjelaskan bahwa syariah itu adalah apa-apa yang ditetapkan Allah
melalui lisan Nabi-Nya. Allah adalah pembuat hukum yang menyangkut kehidupan agama
dan kehidupan dunia.
Fungsi syariah dalam lingkup hukum Islam adalah sebagai jalan atau jembatan bagi umat
manusia dalam berpijak dan berpedoman. Selain itu, syariah juga menjadi media dalam
menjalankan kehidupan di dunia agar sampai pada tujuan akhir dengan selamat.
Dengan kata lain, supaya manusia dapat membawa dirinya di atas jalur syariah sehingga
bisa hidup dengan teratur, tertib dan tentram. Ini bisa digambarkan dalam menjalin hubungan
baik dengan Sang Khalik yang disebut habluminallah dan hubungan dengan sesama manusia
atau hablumminannas.
Hubungan yang baik ini akan bernilai ibadah dan dianggap baik oleh Allah SWT. Hingga
pada akhirnya, seorang Muslim mampu mencapai tujuan hidup hasanah fi dunya dan hasanah
fil akhirat.
Mengutip buku Syariah Islamiyah oleh Dr. H. Sutisna, ada dua macam manusia jika
dilihat dari fungsi syariah secara garis besar, yaitu:

3
- Manusia sebagai seorang hamba yang harus mengabdikan dirinya kepada Allah SWT.
- Manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk mengurus dan mengatur tatanan
kehidupannya.
Maka, jika manusia ingin menjalankan fungsinya sebagai seorang hamba dan khalifah di
muka bumi, ia harus mematuhi syariah terlebih dahulu. Sebab Allah telah menurunkan
syariah Islam yang berguna untuk mengantarkan manusia menuju ridho-Nya.

Sehingga manusia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki sesuai dengan tuntunan
Alquran dan sunah. Fungsi syariah dapat membuat kehidupan manusia menjadi ma’rufat
(baik), serta mewujudkan keadilan sesuai dengan firmanNya.

Tujuan tertinggi ditegakkannya syariah adalah kebaikan (maslahah). Kebaikan tersebut


tidak hanya bagi kaum muslimin, tapi bagi semua manusia secara simultan. Alasannya,
karena syariah itu, secara etimologis, berarti “jalan”, “aturan”, “hukum”. Ketiganya
berkonotasi positif , yakni “jalan” yang baik, “aturan” yang menenteramkan, dan “hukum”
yang melindungi. Dengan kata lain, syariah sebagai common law of Islam itu tidak hanya
mengatur hukum-hukum ibadah manusia secara vertikal kepada Allah SWT, namun lebih
jauh mengatur juga hubungan manusia dengan sesamanya secara horisontal, seperti soal
perdata, pidana, dan siyasah (politik). Semuanya harus ditegakkan dengan syariah.

Namun karakter syariah itu tidak rumit, berat, dan melanggar hak-hak manusia yang asasi.
Allah SWT berfirman :

ِ I‫ف َويَ ْن ٰهىهُ ْم ع َِن ْال ُم ْن َك‬


‫ر‬I ِ ْ‫ال َم ْعرُو‬I ْ Iِ‫ْأ ُم ُرهُ ْم ب‬Iَ‫ي الَّ ِذيْ يَ ِج ُدوْ نَهٗ َم ْكتُوْ بًا ِع ْن َدهُ ْم فِى التَّوْ ٰرى ِة َوااْل ِ ْن ِج ْي ِل ي‬ َّ ِ‫ن ال َّرسُوْ َل النَّب‬Iَ ْ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَتَّبِعُو‬
َّ ‫ي ااْل ُ ِّم‬
ُ‫رُوْ ه‬I ‫َص‬ َ ‫ َّزرُوْ هُ َون‬I‫َت َعلَ ْي ِه ۗ ْم فَالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا بِ ٖه َو َع‬ ْ ‫ض ُع َع ْنهُ ْم اِصْ َرهُ ْم َوااْل َ ْغ ٰل َل الَّتِ ْي َكان‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ‫ت َويُ َح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخ ٰۤب ِٕى‬ِ ‫َويُ ِحلُّ لَهُ ُم الطَّيِّ ٰب‬
ٰۤ ُ ٓ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ي اُ ْن ِز َل َم َع ٗه ۙا‬ْٓ ‫َواتَّبَعُوا النُّوْ َر الَّ ِذ‬

Artinya : (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis)
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang
menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang
menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi
mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.
Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang
beruntung. (QS. Al-A’raf/7:157).

4
Meminjam pandangan pengarang Tafsir Jalalain, berdasar ayat ini, syariah membuat manusia
hidup sehat, karena Allah SWT melarang memakan bangkai. Begitu juga segala beban dan
belenggu dibuang seperti bertobat dengan cara membunuh diri sendiri dan memotong segala
benda yang terkena najis. Jadi syariah itu meringankan yang berat.

B. Pengertian Fiqih

Ilmu fiqih adalah ilmu yang bertugas (berusaha) memahami/ menentukan dan
menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat didalam Al-Qur’an dan ketentuan
umum yang terdapat dalam Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab hadist,
untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya (mukallaf),
yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam.
Hasil pemahaman tentang hukum Islam disusun secara sistematis dalam kitab-kitab fikih.
Fiqih secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan
potensi akal. Sedangkan secara terminologi fiqh merupakan bagian dari syari’ah Islamiyah,
yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan
manusia yang telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci.
Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin mengatakan fiqh adalah ilmu tentang
hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dengan dalil-dalil
yang tafsili.
Penggunaan kata “syariah” dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa fiqh itu
menyangkut ketentuan yang bersifat syar’I, yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah.
Kata “amaliah” yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan bahwa fiqh itu hanya
menyangkut tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian hal-hal yang
bersifat bukan amaliah seperti masalah keimanan atau “aqidah” tidak termasuk dalam
lingkungan fiqh dalam uraian ini. penggunaan kata “digali dan ditemukan” mengandung arti
bahwa fiqh itu adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan
tentang hukum. Fiqh itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal yang tdak dijelaskan oleh
nash.

Dari penjelasan diatas dapat kita tarik benang merah, bahwa fiqh dan syariah
memiliki hubungan yang erat. Semua tindakan manusia di dunia dalam mencapai kehidupan
yang baik itu harus tunduk kepada kehendak Allah dan Rasulullah. Kehendak Allah dan
Rasul itu sebagian terdapat secara tertulis dalam kitab-Nya yang disebut syari’ah. Untuk
mengetahui semua kehendak-Nya tentang amaliah manusia itu, harus ada pemahaman yang

5
mendalam tentang syari’ah, sehingga amaliah syari’ah dapat diterapkan dalam kondisi dan
situasi apapun dan bagaimanapun. Hasilnya itu dituangkan dalam ketentuan yang terinci.
Ketentuan yang terinci tentang amaliah manusia mukalaf yang diramu dan diformulasikan
sebagai hasil pemahaman terhadap syari’ah itu disebut fiqh.

Fiqh ialah mengetahui sesuatu memahaminya dan menanggapinya dengan sempurna.


Di dalam bahasa Arab, perkataan fiqih yang di dalam bahasa Indonesia ditulis fikih atau
fiqih atau kadang–kadang feqih, artinya faham atau pengertian. Kalau dihubungkan
perkataan ilmu tersebut di atas, dalam hubungan ini dapat juga dirumuskan, ilmu fikih adalah
ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan-
ketentuan umum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad yang
direkam dalam kitab-kitab Hadits. Dengan kata lain, ilmu fikih, selain rumusan di atas,
adalah ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan
Sunnah nabi Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa
yang sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum islam.

Fiqih merupakan hukum-hukum yang mengatur mengenai syariat Islam, contohnya


dalam kehidupan sehari-hari adalah berikut ini: Ketika terkena najis, boleh membersihkan
dengan memercikkan air atau berwudhu. Gerakan shalat dilakukan berdasarkan yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Fungsi dari fiqih itu sendiri adalah untuk memehamkan kepada kita sebagai umat
muslim agar dapat memahami, mengerti dan melaksanakan pokok-pokok hukum islam
(syariat islam) dan tata cara pelaksaannya agar dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Yang kemudian akan menjadikan kita sebagai muslim dan muslimah yang taat dalam
menjalankan dan melaksanakan syariat islam secara kaffah atau sempurna.

Fiqih dalam kehidupan umat muslim bertujuan untuk memberikan pengarahan agar
kita selalu berada pada jalan yang lurus atau benar. Maksud dari jalan yang lurus dan benar
yaitu hidup sesuai dengan syariat islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Ijma’
Ulama.

6
1.2 Ruang Lingkup Syariah dan Fiqih

a) Ruang Lingkup Syariah


 Ibadah, Adapun makna daripada ibadah adalah Tazkiyatun nafs atau mensucikan
diri, manusia diciptakan untuk beribadah yang harus menghasilkan pengaruh
kebaikan pada masyarakat social.
 Muamalah (mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hal tukar
menukar, contoh: jual beli, dsb).
 Munakahat (pernikahan), nikah sebagai ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama
 Jinayat (pidana), suatu hukum terhadap bentuk perbuatan kejahatan yang
berkaitan dengan pembunuhan, perzinahan, menuduh zina, pencurian, mabuk, dan
berbuatan-perbuatan kejahatan lainnya.
 Siyasat (politik), Suatu ilmu yang membahas tentang urusan ketatanegaraan Islam
dari sisi aturan perundang- undangan dan sistim yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam
 Akhlaq, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya
akan tercermin dari perilaku orang tersebut.

b) Ruang lingkup Fikih


Secara spesifik, ilmu fiqih memiliki ruang lingkup sebagai berikut.
 Manusia dengan Allah SWT
Bagian pertama adalah hukum yang berkaitan dengan hubungan manusia
dengan sang pemilik Hidup dan mati. Nah, ruang lingkup ini lebih fokus pada
hukum-hukum ibadah. Termasuk hukum ibadah yang sah dan tidak sah, atau yang
membatalkan ataupun tidak membatalkan. Termasuk juga ibadah-ibadah lain.
 Muamalat
Disini kita akan mempelajari masalah hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia. Baik itu bersifat pribadi maupun yang bersifat
kelompok. Baik itu yang fokus pada hal transaksi finansial maupun yang non
finansial.
 Hukum Walimatul Ursy

7
Ruang lingkup ketiga ini tidak hanya membicarakan aturan melakukan pesta
pernikahan saja. Tetapi juga masalah hukum kekeluargaan, dimana jika kita
breakdown lagi masih ada banyak kasus-kasus dalam kekeluargaan.

1.3. Perbedaan Syariah dan Fiqih

Dengan melihat pengertian syariah dan juga fiqih yang sederhana diatas, bisa kita
simpulkan bahwa syariah itu berbeda dengan fiqih. Sisi-sisi perbedaan tersebut bisa kita
himpun dalam beberapa poin berikut :

1. Syariah Tak Akan Pernah Salah


Syariah tak akan pernah salah, karena ia merupakan paket yang langsung diturunkan
olehAllah SWT. Itulah Al Qur’an dan juga As Sunnah yang secara ilmiah benar-benar
terbukti bersumber dari Nabi SAW. Keduanya adalah wahyu. Sedangkan fiqih mengandung
kemungkinan benar dan salah. Karena ia adalah pemahaman manusia terhadap syariah itu.
Fiqih adalah pemahaman akal manusia terhadap Al Qur’an dan As Sunnah itu.

2. Syariah Lebih Umum dan Luas


Syariah lebih umum dan luas cakupannya dari pada fiqih. Kalau syariah meliputi aqidah,
akhlak dan amaliyah. Sedangkan fiqih hanya mencakup sisi amaliyah saja.

3. Syariah Mengikat Semua Manusia


Syariah bersifat mengikat untuk semua manusia. Maka siapapun yang telah melengkapi
syarat-syarat taklif, wajib mengikuti aturan syariah. Baik aturan aqidah, akhlaq maupun
ibadah. Sedangkan fiqih yang merupakan pemahaman para mujtahid itu, maka tidaklah
mengikat. Hasil kesimpulan fiqih seorang mujtahid tidaklah mengikat mujtahid lain untuk
mematuhinya. Bahkan kesimpulan fiqih juga tidaklah mengikat seorangpun muqallid. Jika si
muqallid ini mendapati kesimpulan mujtahid lain yang ingin diikutinya, ia boleh
melakukannya

4. Syariah Bersifat Tetap dan Tak Berubah

Syariah bersifat tetap dan tak berubah. Sedangkan fiqih bisa berubah sesuai dengan
perubahan zaman, tempat, kondisi, dan lain-lain. Perlu dicatat disini, bahwa perubahan fiqih -
karena adanya salah satu atau beberapa faktor tadi- hanyaboleh terjadi atas rekomendasi
seorang mufti atau mujtahid.

8
 Contoh Aplikasi

Untuk memudahkan memahami perbedaan di atas, ada beberapa contoh kasus yang bisa
kita temukan dalam kitab-kitab fiqih para fuqaha. Sebagian kecil dari contoh-contoh itu
antara lain ;

1. Dalam Shalat
Shalat lima waktu dihukumi wajib adalah syariah. Jumlah rakaat masing-masing shalat
lima waktu tersebut juga syariah. Makanya kita tak mengenal madzhab-madzhab dalam
hukum shalat lima waktu. Semuanya sepakat bahwa hukumnya adalah fardhu.

Tidak boleh sama sekali menyebutkan bahwa shalat lima waktu itu wajib dalam
pandangan syafi’iyyah misalnya. Karena ini syariah, maka karakternya tidak pernah salah,
mengikat semua mukallaf, dan tidak akan pernah berubah. Begitu juga dengan jumlah rakaat
masing-masing shalatnya.

Akan tetapi ketika kita menelusuri lebih detail gerakan, bacaan shalat dan cara
melakukannya, kita akan menemukan setiap gerakan dan bacaan yang berbeda sesuai dengan
perbedaan madzhab yang ada.

Dimulai dari hukum niat shalat itu sendiri apakah syarat atau rukun. Membaca basmalah
sebelum al Fatihah dan pembacaannya secara pelan atau keras. Turun ke sujud apakah lutut
atau tangan terlebih dahulu. Qunut dalam shalat subuh, apakah sunnah atau bukan ? Dan lain
sebagainya yang jumlahnya jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan yang sudah
disepakati. Itu semuanya adala fiqih. Dan sesuai dengan karakternya, masing-masing
mengandung kemungkinan salah, kita boleh memilih yang menentramkan hati kita tanpa
paksaan dari siapapun, dan bisa jadi pilihan itu suatu saat berubah karena satu dan lain hal.

2. Dalam Ibadah Yang Lain


Sebenarnya dari masing-masing bab dalam fiqih bisa saja kita ambil contoh untuk
memudahkan penerimaan kita akan pemetaan fiqih dan syariah ini. Akan tetapi karena

9
keterbatasan ruang, beberapa contoh yang sudah ada dalam pembahasan fiqih shalat, -dan
sedikit tambahan berikut ini- kiranya sudah bisa dikatakan cukup.
Shalat dalam kondisi sudah berwudhu adalah syariah. Tidak boleh ada yang menyebut
bahwa syarat thaharah (suci) adalah syarat sah shalat dalam madzhab malikiyah misalnya.
Tapi tentang bagaimana cara bersucinya maka itu tergantung ijtihad masing-masing
madzhab.
Dan hasil kesimpulan ijtihad itulah yang kemudian disebut sebagai fiqih. Karenanya,
kewajiban berthaharahnya sama sekali tidak boleh ditentang. Akan tetapi tentang tata
caranya, masing-masing boleh meyakini madzhab fiqihnya dan sekaligus memberi kritik
kepada madzhab yang lain. Tentu saja yang terakhir ini hanya berlaku bagi yang ahli atau
para mujtahid.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Yang dimaksud dengan syariat atau ditulis dengan syari’ah, secara harfiah adalah
jalan ke sumber (mata air) yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim, syariat
merupakan jalan hidup muslim, ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik
berupa larangan maupun berupa suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan
manusia.

fiqih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma hukum
dasar yang terdapat di dalam al-Qur’an dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat
dalam Sunnah Nabi yang direkam dalm kitab-kitab hadis.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-syariah-lengkap-dengan-fungsi-dan-
kegunaannya-1wZVXLvdmgA/full/gallery/3

https://www.uinjkt.ac.id/syariah-adalah-maslahah/

https://deepublishstore.com/materi/ilmu-fiqih/

http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/01/30/makna-ibadah-dalam-islam/

http://repository.iainpare.ac.id/2777/1/Fiqh%20Munakahat1.pdf

https://www.google.com/search?q=akhlakdalam+islam&ei

12
13

Anda mungkin juga menyukai