Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Fikih Muamalah

Disusun oleh : Kelompok 1


1.Siti Maysyaroh
2.Sukma Winnata Saputri
3.Lilis Susanti

Program Studi Akuntansi Syari’ah


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Institut Agama Islam Tazkia Bogor
Jl.Raya Dramaga, Kecamatan Bogor,Kabupaten Bogor,jawa Barat
KATA PENGANTAR

              Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dalam   bentuk dan isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dan petunjuk bagi pembaca dalam memahami pembelajaran fikih
muamalah.

              Harapan kami semoga makalah   ini membantu   menambah


pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk dan   isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.

            Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan


dan referensi yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami
mengharapkan para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang   membangun untuk kesempurnaan   makalah ini.

Bogor, Oktober
2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

 Kata Pengantar...........................................................................................1
 Daftar Isi......................................................................................................2

Bab 1 Pendahuluan......................................................................................3
     Latar Belakang .......................................................................................3
     Rumusan Masalah...................................................................................4
     Tujuan Penulisan.....................................................................................4

 Bab II Pembahasan ....................................................................................5


1.Pengertian Syari’ah, Fiqih Dan Hukum Islam..........................................................5
2.Perbedaan Fiqih Ibadah Dan Fikih Muamalah........................................................6
3.Sejarah Madzhab Fiqih Dan Metode Perumusan
Masalah Hukum Islam............................................................................................7
4.Peranan Maqashid Syari’ah Dalam Penetapan Hukum Islam.................................9
5.Urgensi Kajian Fiqh Muamalah Dan Komitmen Jihad Ekonomi..............................12

 Bab III Penutup ..........................................................................................12


       Kesimpulan ...........................................................................................12
        Saran ....................................................................................................12

Daftar Pustaka ............................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan teknologi sudah semakin berkembang, sehingga cara
berfikir manusia juga semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini
berimplikasi pada proses keberagamaan seseorang terutama dalam masalah fiqh yang
meliputi fiqh ibadah dan fiqh mu’amalah. Hal ini tidak terlepas dari aspek tauhid atau
akidah (keyakinan) yang sangat berpengaruh pada dua hal tersebut.

Fiqh ibadah merupakan aspek yang sangat penting untuk membangun


silaturrahim seorang hamba dengan Allah SWT sehingga lebih dekat kepada-Nya. Untuk
membangun dan menumbuhkan nilai-nilai terhadap setiap muslim terutama mahasiwa,
maka perlu pembelajaran tentang rukun Islam yang merupakan pilar-pilar Islam yang
akan memperkokoh aspek ibadah setiap muslim kepada Allah SWT. Pilar-pilar Islam
tersebut adalah syahadat, salat, zakat, puasa dan haji ke baitullah bagi yang sudah
mampu melaksanakannya.

Nilai-nilai fiqh ibadah dapat diimplementasikan dalam ranah fiqh mu’amalah yang
merupakan hubungan antara manusia dalam usaha mendapatkan alat-alat kebutuhan
jasmaniyah dengan cara sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran dan tuntutan agama Islam.
Mu’amalah dapat bersifat umum mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh setiap
muslim untuk mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Di antara mu’malah
yang dilakukan dan dibutuhkan manusia adalah jual beli, pernikahan, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut, begitu pentingnya kajian fiqh Islam dalam konteks
kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara untuk menciptkan
kehidupan yang aman, damai, tenang dan tertram, selamat dunia dan akhirat. Selain itu,
menciptakan kehidupan yang Islami di kalangan dosen, karyawan dan mahasiswa Institut
Agama Islam Tazkia Bogor.

3
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. pengertian Syari’ah, Fiqih dan hukum islam
2. perbedaan fiqih ibadah dan fikih muamalah
3. Sejarah madzhab fiqih dan metode perumusan masalah hukum islam
4. peranan maqashid syari’ah dalam penetapan hukum islam
5. Urgensi Kajian Fiqh Muamalah dan Komitmen Jihad Ekonomi

I.3 TUJUAN PENULISAN


1.Memahami pengertian syari’ah, Fiqih dan Hukum Islam
2.Mengetahui perbedaan fiqih ibadah dan fikih muamalah
3.Memahami Sejarah madzhab fiqih dan metode perumusan masalah hukum islam
4.Mengetahui peranan maqashid syari’ah dalam penetapan hukum islam
5.Memahami Pentingnya Fiqh Muamalah dan Komitmen Jihad Ekonomi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.pengertian Syari’ah, Fiqih dan hukum islam


Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti hukum-
hukum yang diadakan oleh Allah untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik
hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah. 
Syari’ah adalah setiap hukum yang disyari’atkan oleh Allah kepada hamba-hamba
nya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah yang berkaitan dengan tata cara
beri’tiqad (Akidah) yang secara khusus menjadi kajian ilmu kalam, ilmu tauhid, dan tata
cara beramal yang secara khusus menjadi kajian ilmu fiqh.
Fiqh secara etimologi berasal dari kata Faqaha-Yafqahu, fiqhan yang berarti
memahami, mengerti. Jadi fiqh adalah pengertian atau pengetahuan.Fiqh secara
terminologi adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkaitan
dengan perbuatan-perbuatan amaliyah manusia (para mukallaf yang dikeluarkan
(diambil)dari dalil-dalil yang terperinci atau kumpulan hukum-hukum syara’ tentang
tentang perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.

Fiqh juga dapat diartikan sebagai pengetahuan yang bersumber dari Allah dan
rasul-Nya berupa al-Qur’an dan hadis, atsar shahabat, ijma dan qiyas dengan syarat tidak
ada keterangan dari nash (Quran dan hadis). Sedangkan Al-Juwaini menambahkan dan
mengatakan secara singkat, bahwa fiqh adalah pengetahuan tentang hukum-hukum
syari’ah.
  Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib
diturut (ditaati) oleh seorang muslim. hukum Islam adalah syariat yang  berarti hukum-
hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik
hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).

5
B. perbedaan fiqih ibadah dan fikih muamalah
1.Fiqih Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Berikut di bawah ini adalah pengertian dari Ibadah, menurut Ustadz Yazid
bin Abdul Qadir Jawas:
Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-
Nya.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.Ibadah
adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla,
baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah
definisi yang paling lengkap.

2. Fiqih Muamalah
Secara Etiomologi: Muamalah dari kata (‫ )العمل‬yang merupakan istilah yang digunakan
untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. muamalah mengikuti
pola (‫ ) ُم َفا َعلَة‬yang bermakna bergaul (‫)ال َّت َعامُل‬. Secara Terminologi: Muamalah adalah istilah yang
digunakan untuk permasalahan selain ibadah.

Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah
mu’amalah (hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan), masalah-masalah
dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas
dari Allah dan Rasul-Nya.

6
C. Sejarah madzhab fiqih dan metode perumusan masalah hukum
islam

Sejarah Perkembangan Madzhab

A.Periode Pertumbuhan(Abad ke 0-1 H)

1.Madzhab Pada Masa Rasulullah

Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman Rosulullah
SAW( abad 0-1 H ), Madzhab pada zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad (pendapat)
para sahabat dalam memahami agama, karena pada zaman itu sumber hukum islam
adalah hanya al-Quran dan Hadits, sehingga ketika para sahabat terjadi perselisihan dan
berijtihad masing-masing; maka mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada
Rosulullah.

2.Madzhab Pada Masa Shahabat

Setelah meninggalnya Rosulullah SAW; karena ketika di zaman Rosulullah para


Sahabat menemukan sebuah masalah, akan tetapi setelah wafatnya Rosulullah, Para
sahabat masing-masing memiliki pendapatnya. Masing-masing memiliki kaidah tersendiri
dalam memahami nash Al-Qur’an Al-Karim dan sunnah, sehinga terkadang pendapat Ibn
Umar tidak selalu sejalan dengan pendapat Ibn Mas’ud atau Ibn Abbas. Tapi semua itu
tetap tidak bisa disalahkan karena masing-masing sudah melakukan ijtihad.

3. Madzhab Pada Masa Tabiin

Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh orang
yaitu; Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn Muhammad, Kharijah ibn Zaid,
Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan Ubaidillah. Termasuk juga Nafi’ maula Abdullah ibn
Umar. Di kota Kufah kita mengenal ada Al-Qamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i guru
al-Imam Abu Hanifah. Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan Al-Bashri dan Imam
Sufyan as sauri.

B.Periode Pembentukan (Abad ke 2-3 H )

a). Mazhab Imam Abu Hanifah

b). Madzhab Imam Malik

7
c). Mazhab Imam Syafii

d). Mazhab Imam Ahmad

e). Mazhab lainnya

C.Periode Keemasan (Abad ke 3-9 H )

              Pada  periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang menisbatkan diri ke
madzhab tertentu di antaranya : Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam An Nawawi, Imam
a-Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al haistami dan lain-lain. Dari Kalangan
Hanafiyyah seperti Imam Abu Yusuf, Imam As syaibani, Imam al Maruzi dan lain lain. Dari
kalangan Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim, Ibnu taimiyyah, Ibnu Rojab dan lain lain.
Dari kalangan Malikiyyah seperti Imam Ibnu Qosim, Imam Syahnun, Imam Ibnu Rusyd dan
lain lain.

D.Periode Kemunduran ( Abad ke 10 – 13 H )

            Pada periode ini, Madzhab mengalami kemunduran karena faktor penjajahan di
dunia islam, dan tidak kuatnya kekuasaan muslim pada saat itu di bawah kepemimpinan
daulah usmaniyyah pada periode akhir.

E.Periode Kebangkitan ( Abad ke 14 – Sekarang )

            Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan kembali, di mulai dengan
munculnya para ulama dengan kitab-kitabnya yang terkenal seperti Syekh Wahbah
Zuhaili, Syekh Muhammad bin Sholeh al Usaimin, Syekh Yusuf al Qordhowi, Syekh Ali
Jum’ah dan lain lain, ada yang masih mengukuti dan selaras dengan metodologi para
Imam madzhab yang empat, adapula yang mulai berusaha keluar dari metodologi para
ulama terdahulu karena pertimbangan zaman

  Lahirnya berbagai aliran atau madzhab dalam ilmu fiqih dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor antara lain disebabkan oleh :

1. Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang Lafadz Nash


2. Perbedaan Dalam Masalah Hadits
3. Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash
4. Perbedaan Dalam Mentarjihkan Dalil-dalil yang berlawanan ( ta’rudl al-adillah)

8
5. Perbedaan Tentang Qiyas
6. Perbedaan dalam Penggunaan Dalil-dalil Hukum
7. Perbedaan dalam Pemahaman Illat Hukum
8. Perbedaan dalam Masalah Nasakh

1. Madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam,


yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan
(ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh.
2. Latar belakang timbulnya madzhab karena Perbedaan Pemahaman (Pengertian)
Tentang Lafadz Nash, Perbedaan Dalam Masalah Hadits serta Perbedaan dalam
Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash dan lain-lain

D.peranan maqashid syari’ah dalam penetapan hukum islam

Arti maqashid adalah jamak dari “maqshod”. Menurut bahasa, maqshod berarti
tujuan. Sedangkan dalam istilah ilmu fiqih, maqashidus syari’ah adalah tujuan-tujuan
yang ingin diwujudkan oleh syariat Islam. merupakan aspek yang akrab dan sangat
penting bagi kalangan ahli fiqih untuk membantu menetapkan sebuah hukum.

Ilmu Maqashidu Syari’ah adalah disiplin ilmu yang sangat dibutuhkan oleh para
ulama’ dalam menyimpulkan hukum syar’i. Ketika suatu perkara tidak terdapat dalam Al
Qur’an maupun As Sunnah, maka para mujtahid kembali kepada Maqashid Syari’ah yang
sudah dipadukan dengan istihsan, istihlah, istishaab, dan sebagainya untuk istinbatul
ahkaam asy syar’iyyah.

Maqashid adalah illah, hikmah dibalik pensyari’atan suatu hukum. Sedangkan maslahah
adalah hasil mengamalkan maqashid ataupun dampaknya. Jadi, setiap maqashid pasti
mendatangkan maslahat menurut syari’at, akan tetapi tidak setiap maslahat mengandung
maqashid.

9
E.Urgensi Kajian Fiqh Muamalah dan Komitmen Jihad Ekonomi
Manusia zaman modern seolah dituntut untuk mengumpulkan dan menumpuk
harta sebanyak-banyaknya agar bisa hidup layak dan tenang menghadapi masa depan,
baik untuk dirinya maupun anak cucunya. Pada kondisi inilah manusia tidak peduli lagi
dari mana harta yang dia dapatkan.
Sebagian manusia tidak pernah peduli kaidah rabbani dalam mencari harta, yang
dijelaskan dalam fikih muamalat. Mereka tak acuh mempelajarinya dan tidak pernah
bertanya kepada para ulama tentang hukum Allah mengenai transaksi yang akan mereka
lakukan. Manusia jenis ini disarankan memeriksa kembali akidahnya.
Karena ketidak-tahuan seseorang akan fikih muamalat, mau tidak mau, sadar atau
tidak, ia akan jatuh ke dalam lembah harta haram, petaka besar abad modern ini. Allah
berfirman, yang artinya, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”—QS Al-Baqarah: 168
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan seluruh manusia agar memakan harta
yang didapatkan secara halal. Karena makan, mencari serta mendapatkan harta dengan
jalan yang haram adalah jalan yang dirintis oleh musuh bebuyutan anak cucu Adam, yaitu
setan. Orang yang tidak mengerti fikih muamalat akan melanggar perintah ini dan lambat
laun akan bergabung dalam kelompok pengikut setan tanpa diduga.
Perintah ini akan sangat sulit terealisasi bagi orang tidak mengerti fikih muamalat.
Karena ketidaktahuan akan fikih muamalat dia tidak dapat memastikan apakah harta
yang dia dapatkan dan dia makan itu halal ataukah tidak halal.
Orang yang tidak memahami fikih muamalat tanpa disangkan bisa terjerumus ke
dalam kebiasaan orang Yahudi, yaitu memakan harta haram. Ini diakibatkan ketidak-
tahuannnya akan syariat Allah dalam mencari harta. Orang yang tidak mengerti fikih
muamalat bisa jadi akan memasukkan api neraka ke dalam perutnya, karena ketidak-
tahuannya bahwa transaksi yang dia lakukan adalah haram.
Orang yang tidak mengerti fikih muamalat akan terperangkap ke dalam jerat riba
tanpa dia nyana. Padahal riba sebab utama kehinaan dan kebinasaan umat. Nabi
bersabda, “Apabila perzinahan dan riba merajalela di sebuah kampung, sungguh mereka

10
telah mengundang azab menimpa mereka.”—HR Al Hakim, menurut Al Bani bahwa
derajat hadist ini hasan li ghairi
Realitas masyarakat menuntut secara aksiomatis bahwa mempelajari fikih
muamalat merupakan fardhu a’in, dalam rangka menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan dalam mengais rezeki. Hanya saja fikih muamalat cakupannya amat luas, bagai
lautan tak bertepi, terutama muamalat kontemporer.
Andaikan semua pembahasan fikih muamalat wajib kita pelajari, tentu kita tidak
mampu memikul kewajiban tersebut. Allah memberikan kemudahan bagi kita. Kita hanya
dituntut untuk mempelajari hukum Allah tentang muamalat yang sedang atau akan kita
geluti, sehingga memungkinkan  untuk kita lakukan.
Setelah ini, tidak ada lagi celah untuk mengelak. Apa pun keadaannya, kita harus
menyisihkan waktu untuk mempelajari kasus transaksi yang akan kita hadapi. Jika tidak,
kemungkinan besar kita akan terjerumus ke dalam maksiat.

11
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Fiqih Mumalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang
berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya
yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci. Ruang lingkup fiqih muamalah adalh
seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan hukum-hukum islam yang berupa
peraturan-peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunnah, haram,
makruh dan mubah. hukum-hukum fiqih terdiri dari hokum hukum yang menyangkut
urusan ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertical antara manusia dengan Allah
dan hubungan manusia dengan manusia lainnya.

III.2 Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini yaitu penyusun
menyadari bahwa penyusun hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari sifat
khilaf, salah dan dosa. Oleh karenanya penyusun mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca apabila terdapat kekeliruan dalam memberikan penjelasan materi mengenai
fiqh muamalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://stisalmanar.ac.id/artikel/madzhab-dan-sejarah-perkembangannya.html
http://repository.uinsu.ac.id/2914/1/Maqasid%20Syariah%20-%20Copy.pdf
https://www.stiesyariahbengkalis.ac.id/kolompikiran-20-sepenggal-kisah-abu-hanifah-dengan-
muridnya-urgensi-memahami-fiqh-muamalah.html
https://digipro.id/muamalah/pentingnya-mempelajari-fikih-muamalah/
https://studihukum.wordpress.com/2013/07/22/pengertian-hukum-islam/

13

Anda mungkin juga menyukai