Anda di halaman 1dari 16

OBJEK PEMBAHASAN, RUANG LINGKUP SERTA

TUJUAN MEMPELAJARI ILMU FIQIH

Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

PengantarIlmu Fiqih Program Studi Hukum Tata Negara

Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN BONE

Oleh

KELOMPOK 3

1) AMRIANA (742352020010)

2) YULIA RESKY FAJRIANI (742352020012)

3) NURHAYATI SIRIH (742352020023)

FAKLUTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) BONE TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT sebab kerena

limpahan rahmat hidayahnya kami mampu untuk menyelesaikan Makalah ini

dengan judul “OBJEK PEMBAHASAN, RUANG LINGKUP SERTA

TUJUAN MEMPELAJARI ILMU FIQIH” ini. Shalwat serta salam tidak lupa

kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai “King of

the King, King of the World” yang telah menggulung tikar - tikar kejahiliaan dan

mampu membentangkan tikar – tikar kebenaran. Berdasarkan petunjuk dan

hidayah dari sang Pencipta yaitu Allah SWT yang maha pemurah lagi maha

penyayang.

Selanjutnya dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari

pembaca apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat kami revisi

kembali. Karena kami menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta

yaitu Allah SWT. Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak – banyaknya kepada

setiap pihak yang telah mendukung serta membatu kami selama proses

menyeleseikan makalah kami hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah

yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Dan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Wallahul Muaffieq Ila Aqwamith Thariq.

Watampone, 2 November 2020

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. OBJEK PEMBAHASAN ILMU FIQH..........................................................3

B. RUANG LINGKUP ILMU FIQH...................................................................5

C. TUJUAN MEMPELAJARI ILMU FIQH......................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

A. SIMPULAN...................................................................................................12

B. SARAN..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat Islam secara garis besar

mengandung dasar-dasar tentang aqidah, akhlak, dan syariah atau hukum

bagi keberlangsungan kehidupan makhluk di jagat raya ini. Penjelasan

tentang isi Al-Qur’an dijabarkan oleh Rasulullah SAW osebagai penafsir

kalamullah sepanjang hidupnya. Semasa beliau hidup setiap kasus yang

timbul dapat segera diketahui jawabannya berdasarkan nash Al-Qur’an

serta penjelasan dan interpretasi yang kemudian dikenal menjadi

sunnahnya. Namun, pada masa berikutnya, kehidupan masyarakat

mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring berkembangnya Islam

ke antero dunia. Kontak antara bangsa Arab dengan corak budaya yang

beragam menimbulkan berbagai kasus baru yang mengharuskan untuk

segera dicari solusi dan alternative untuk menjawabnya. Disinilah

urgensitas ijtihad untuk mengkontekstualisasikan nash Al-Qur’an dan

panduan hukum bagi alam semesta. Fiqh yang notabene sebagai ilmu

tentang hukum-hukum Syariat yang bersifat praktis (‘amaliyah),

merupakan sebuah “jendela” yang dapat digunakan untuk melihat perilaku

budaya masyarakat Islam.

Definisi fiqh sebagai sesuatu yang digali (al-Muktasab)

menumbuhkan pemahaman bahwa fiqh lahir melalui serangkaian proses

sebelum akhirnya dinyatakan sebagai hukum praktis. Proses yang umum

kita kenal sebagai ijtihad ini bukan saja memungkinkan adanya perubahan,
tetapi juga pengembangan tak terhingga atas berbagai aspek kehidupan

yang selamanya mengalami perkembangan. Maka dari itulah diperlukan

upaya memahami pokok-pokok dalam mengkaji perkembangan fiqh agar

tetap dinamis sepanjang masa sebagai pijakan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis perlu merumuskan

masalah-masalah yang akan dibahas dalam dalam makalah ini, diantaranya:

1. Apa saja objek pembahasan ilmu fiqh?

2. Apa ruang lingkup ilmu fiqh?

3. Apa tujuan pembahasan ilmu fiqh?

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui objek pembahasan ilmu fiqh.

2. Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu fiqh.

3. Untuk mengetahui tujuan ilmu fiqh.


BAB II

PEMBAHASAN

A. OBJEK PEMBAHASAN ILMU FIQH

a. Objek pembahasan dalam ilmu fiqh adalah perbuatan mukallaf dilihat dari

sudut hukum syara’. Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga

kelompok besar : ibadah, muamalah, dan ‘uqubah.

Pada bagian ibadah tercakup segala persoalan yang pada pokoknya

berkaitan dengan akhirat. Artinya, segala perbuatan yang dikerjakan dengan

maksud menekatkan diri kepada Allah, seperti shalat, puasa, haji, dan lain

sebagainya.

Bagian muamalah mencakup hal-hal yang berhubungan dengan harta,

seperti jual-beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, amanah, dan harta

peninggalan.pada bagian ini juga dimasukkan persoalan munakahat dan

siyasah.

Bagian ‘uqubah mencakup segala persoalan yang menyangkut tindak

pidana, seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, pemberontakan dan

lain-lain. Bagian ini juga membicarakan hukuman-hukuman, seperti qisas,

had, diyat dan ta’zir.

b. Objek dan ruang lingkup kajian fiqh hukum-hukum juz’i dan dalil-dalil

tafshily.

Pertama, Hukum juz’i adalah hukum partikular yang sudah menunjuk

pada objek tertentu. Misalnya hukum haram tentang meminum kamr, makan
daging babi, bangkai dan sebagainya. Lawannya hukum juz’i adalah hukum

kulli, yaitu hukumdalam pengertian masih global dan belum menunjuk pada

objek tertentu. Misalnya tema pembahasan hukum wajib yang dibagi berbagai

macam. Jika hukum juz’i adalah bahasan ilmu fiqh,maka hukum kulli

termasuk bahasan dalam ilmu ushul fiqh.

Kedua, dalil-dalil tafshilyadalah dalil yang sudah merujuk pada hukum

tertentu. Misalnya dalil wala taqrabuz zina sebagai dalil tafshily hukum

keharaman perbuatan yang mendekati zina. Dan dalil tafshily ini yang menjadi

domain dalam ilmu fiqh. Jika dalil itu masih bersifat global, misalnya dalil Al-

Qur’an dengan bahasan yang beraneka ragam dan belum merujuk pada hukum

tertentu, maka demikian ini menjadi objek kajian ilmu ushul fiqh juga.

Objek pembahasan fikih berhenti ketika kita bicara tentang hal-hal yang

menyangkut aqidah, seperti kajian tentang sifat-sifat Allah, sifat para nabi,

malaikat, atau hari kiamat, surge dan neraka.

Objek pembahasan fikih juga keluar dari wilayah hati serta perasaan

seorang manusia, seperti rasa rindu, cinta dan takut kepada Allah. Termasuk

juga rasa untuk berbaik sangka, tawakkal dan menghamba kepada-Nya dan

seterusnya.

Objek pembahasan fikih juga keluar dari pembahasan tentang akhlak

mulia atau sebaliknya. Fikih tidak membicarakan hal-hal yang terkait dengan

menjaga diri dari sifat sombong, riya’, ingin dipuji, membanggakan diri,

hasad, dengki, iri hati, atau ujub.


B. RUANG LINGKUP ILMU FIQH

Para ulama fikih telah mencoba mengadakan pembidangan ilmu fikih.

Namun demikian, di antara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam

pembidangannya atau ruang lingkupnya.

1) Ada yang membaginya menjadi dua bagian, yaitu:

a. Ibadah,

b. Muamalah.

2) Ada yang membaginya menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Ibadah,

b. Muamalah,

c. Uqubah (pidana Islam).

3) Ada yang membaginya menjadi empat bagian, yaitu:

a. Ibadah,

b. Muamalah,

c. Munahakat,

d. Uqubah (pidana Islam).

Ruang lingkup fikih secara umum mencakup dua bidang, yaitu pertama

fikih ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, seperti

shalat, zakat, haji, memenuhi nazar, dan membayar kafarat terhadap

pelanggaran sumpah. Kedua, fikih muamalah yang mengatur hubungan

manusia dengan manusia lainnya. Kajiannya mencakup seluruh bidang fikih

selain persoalan ubudiyah, seperti ketentuan-ketentuan jual beli, sewa

menyewa, perkawinan, jinayah dan lain-lain.

Sementara itu, Musthafa A.Zarqa membagi kajian fikih menjadi enam

bidang, yaitu:
1) Fikih ibadat, ialah cara-cara menjalankan tata cara peribadatan kepada

Allah SWT. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan

bidang ubudiyah, seperti shalat, puasa, dan ibadah haji, inilah yang

kemudian disebut fikih ibadat.

2) Fikih munakahat, ialah hukum-hukum kekeluargaan dalam hukum

nikah dan akibat-akibat hukumnya. Ketentuan-ketentuan hukum yang

berkaitan dengan kehidupan keluarga, seperti perkawinan, perceraian,

nafkah, dan ketentuan nasab. Inilah yang kemudian disebut ahwal as-

syakhsiyah atau fikih munakahat.

3) Fikih muamalat, ialah tata tertib hukum peraturan hubungan antar

manusia sesamanya. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan

dengan hubungan social antara umat islam dalam konteks hubungan

ekonomi dan jasa. Seperti jual beli, sewa menyewa, dan gadai. Bidang

ini kemudian disebut fikih muamalat.

4) Fikih jinayat, ialah tindak pelanggaran atau penyimpangan dari aturan

hukum Islam sebagai tindak pidana kejahatan yang dapat

menimbulkan bahaya bagi pribadi, keluarga, masyarakat, dan Negara.

Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan sanksi-sanksi

terhadap tindak kejahatan criminal. Misalnya qiyas, diat, dan hudud.

Bidang ini disebut dengan fikih jinayat.

5) Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hubungan warga negara

dengan pemerintahnya. Misalnya, politik dan birokrasi. Pembahasan

ini dinamakan fikih siyasah.

6) Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur etika perrgaulan antara

seorang muslim dengan lainnya dalam tatanan kehidupan sosial.

Bidang ini disebut Ahkam khuluqiyah.


C. TUJUAN MEMPELAJARI ILMU FIQH

Kegunaan mempelajari ilmu figh dirumuskan sebagai berikut:

  Mempelajari figh berguna dalam memberi pemahaman tentang berbagai aturan

secara mendalam. Dengan itu kita tahu aturan-aturan secara rinci mengenai

kewajiban dan tangung jawab manusia terhadap tuhannya, hak dan kewajiban

dalam rumah tangga dan bermasyarakat mengetahui cara bersuci, shalat, zakat,

puasa, haji, nikah, talak, rujuk, warisan dan lain-lain.

  Mempelajari ilmu figh berguna sebagai patokan untuk brsikap dalam

menjalani hidup dan kehidupan dengan mngetahui figh kita tahu perbuatan

wajib, sunnah, mubah, makruh, haram, sah, batal. Dengan memahami ilmu figh

kita brusaha untuk bersikap dan bertingkah laku menuju pada rizha allah

Tujuan mempelajari fiqih ialah

1) Penerapan hukum syariat kepada amal perbuatan manusia, baik

tindakan maupun perkataannya, seperti rujukan seorang hakim dalam

keputusannya, rujukan seorang seorang Mufti dalam fatwanya, dan

rujukan seorang mukallaf untuk mengetahui hukum syariat dalam

ucapan dan perbuatannya.

2) Merealisasikan dan melindungi kemaslahatan umat manusia, baik

kemaslahatan individu maupun masyarakat. Kemaslahatan yang ingin

diwujudkan dalam hukum Islam menyangkut seluruh aspek

kepentingan manusia. Aspek-aspek kepentingan manusia itu, menurut

para ulama dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu:

dharuriyyat (primer), hajjiyat (sekunder), dan tahsiniyyat (stabilitas

sosial).
3) Menjadi batasan-batasan pemahaman umat tentang hukum-hukum

syara’ yang berlaku dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Yang biasanya berpautan dengan masalah-masalah amaliah, yang

dikerjakan oleh para mukkalaf sehari-hari. Karena itu, ketentuan-

ketentuan itulah yang dipergunakan untuk memutuskan segala perkara

dan yang menjadi dasar fatwa, dan bagi setiap mukallaf akan

mengetahui hukum syara’ pada setiap perkataan dan perbuatan yang

mereka lakukan.

1. Memenuhi Perintah Allah dan Rasul-Nya.

Allah subhanahu wa Ta’ala melalui lisan Rasul-Nya telah

memerintahkan (baca: mewajibkan) kita untuk belajar dan terutama

mempelajari ilmu-ilmu agama.Ayat yang pertama kali diperkenalkan

kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sewaktu di gua

Hira’ jelas-jelas mengindikasikan hal ini. (lihat Surat Al-‘Alaq)

Bacalah. Ketahuilah. Pahamilah. Pelajarilah. Bahkan dalam banyak

kesempatan Rasulullah turut mendoakan beberapa sahabat secara

khusus agar dipahamkan dalam mendalami ilmu agama. Seperti doa

beliau terhadap ibnu Abbas; “Ya Allah pahamkanlah ia dalam

agama”Maka memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya dengan cara

mempelajari ilmu-ilmu agama ini akan menjadi nilai tambah tersendiri

bagi diri kita

2. Menyelesaikan Persoalan-Persoalan Agama

Seperti yang kita tahu bahwa ilmu fiqih adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana hukum suatu amalan dengan praktis. Di

dalamnya juga ada kaidah-kaidah atau rumus yang telah disusun oleh
ulama-ulama terdahulu untuk memudahkan dalam penentuan hukum

dan pencarian solusinya. Misalnya ada salah satu kaidah fiqhiyah yang

berbunyi, “Hukum Asal Dari Ibadah Adalah Haram”, maka kaidah ini

secara langsung telah menjawab pertanyaan tentang ibadah-ibadah

yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah. Jadi meskipun amalan

tersebut tampak sebagai suatu amalan ibadah, namun jika tidak ada

perintahnya dari Allah maupun rasul-Nya, maka hukumnya tetap

sebagai status awal, yaitu haram untuk dilakukan. Nah, penentuan

solusi seperti ini bisa dilakukan jika kita memahami ilmu-fiqih.

3. Mendapatkan Kebaikan dan Peningkatan Level dari Allah

 Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan imam

Muslim menyebutkan, “Siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah,

maka akan dipahamkan ia di dalam urusan agama.” Jika teorinya

dibalik, maka alur teknisnya akan menjadi seperti ini: Kita berusaha

mempelajari ilmu agama, lalu pada akhirnya kita akan memahaminya.

Maka kebaikan dari Allah akan turun kepada kita. Selain itu Allah juga

telah menjanjikan bahwa untuk orang-orang yang memiliki ilmu

berada beberapa derajat di atas orang-orang yang tidak memiliki

ilmu. Dan termasuk di dalam kebaikan ini adalah dimudahkan kita

menuju surganya. “Siapa yang meniti jalan di dalam menuntut ilmu

agama, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.”

(Hadits riwayat imam Muslim).

4. Selamat dari Amalan Yang Sia-Sia

 Amalan yang sia-sia berarti amalan tersebut tidak ada nilainya.

Dan percuma meski kita bersusah payah di dalam


mengerjakannya. Rasulullah pernah menyatakan bahwa setiap amalan

yang tidak memiliki dasar hukumnya, maka amalan tersebut tertolak

dan tidak bisa diterima. Namun dengan memahami fiqih dan

mengetahui dasar hukumnya, maka amalan yang kita kerjakan menjadi

bisa dipertanggung jawabkan.

5. Mencegah Perpecahan Umat

 Sebuah perbedaan pendapat pada umat yang besar ini adalah

sesuatu yang tidak terhindarkan. Perbedaan ijtihad dan cara

pengambilan hukum bisa menyebabkan terjadinya perbedaan dalam

menentukan hukum suatu amalan. Namun jika kita sama-sama

memahami alur di dalam ilmu fiqih ini, maka kita akan saling

menghormati pendapat orang lain yang berseberangan dengan

pendapat kita dalam hal Ibadah maupun Muamalah.

6. Menunda Datangnya Kiamat

 Meskipun datangnya kiamat tidak bisa diramalkan dan tidak

mungkin berubah, namun dengan banyaknya orang yang paham akan

ilmu agama, menjadikan kita sedikit lega bahwa kiamat kubro belum

akan terjadi. Hal ini berdasarkan hadits yang dibawakan oleh imam

Muslim “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ ِم ْن َأ ْش َرا ِط السَّا َع ِة َأ ْن يُرْ فَ َع ْال ِع ْل ُم َويَ ْثبُتَ ْال َجهْل‬ 

“Di antara tanda-tanda akan terjadinya Kiamat adalah hilangnya ilmu

dan merajalelanya kebodohan….dst”.


 (Shahiih al-Bukhari, kitab al-‘Ilmu bab Raf’ul ‘Ilmi wa Zhuhuurul

Jahli (I/178, al-Fath), dan Shahiih Muslim, kitab al-‘Ilmi bab Raf’ul

‘Ilmi wa Qabdhahu wa Zhuhuurul Jahli wal Fitan fi Aakhiriz Zamaan

(XVI/222, Syarh an-Nawawi).

Maka jika ada diantara keluarga kita yang tidak paham

akan ilmu agama, sepatutnya kita khawatir. Karena bisa jadi tanda-

tanda kiamat dimulai dari sana

7. Menjadi Benteng Dari Pemahaman-Pemahaman Yang Menyimpang

Mereka yang lemah di dalam ilmu agama akan mudah termakan

isu dan terprovokasi oleh gerakan-gerakan dan pemahaman -

pemahaman yang mengatas namakan Islam, padahal sebenarnya

bukan. Kita akan menjadi boneka yang mudah disetir karena kita tidak

memiliki pegangan dan patokan di dalam beragama. Maka fiqih yang

benar akan menjadikan kita memiliki prinsip dasar yang kuat sehingga

tidak mudah dibodohi oleh kelompok - kelompok yang ingin

menghancurkan Islam.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Objek pembahasan dalam ilmu fiqh adalah perbuatan mukallaf dilihat dari

sudut hukum syara’. Objek pembahasan fikih berhenti ketika kita bicara

tentang hal-hal yang menyangkut aqidah.

Para ulama fikih telah mencoba mengadakan pembidangan ilmu fikih.

Namun demikian, di antara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam

pembidangannya atau ruang lingkupnya, ada yang membaginya menjadi dua

bagian, tiga bagian, bahkan empat bagian. Ruang lingkup fikih secara umum

mencakup dua bidang, yaitu fikih ibadah yang mengatur hubungan manusia

dengan Tuhannya dan fikih muamalah yang mengatur hubungan manusia

dengan manusia lainnya.

B. SARAN

Demikianlah makalah sederhana ini kami susun. Terima kasih atas

antusiasme dari pembaca yang sudi menelaah isi makalah ini, tentunya masih

banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan

kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul

makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi

memberikan saran kritik konstruktif kepada penulis demi sempurnanya

makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khusunya juga para pembaca

budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://irmansiswantoaceh.blogspot.com/2019/10/manfaat-dan-kegunaan-

mempelajari-fiqh.html

https://morimanjusri.wordpress.com/2012/09/21/tujuan-mempelajari-fiqh-dan-

ushul-fiqh/

https://ensiklopedifiqih.com/pelajari-fiqih-anda-akan-mendapat-7-manfaat-ini/

https://slideplayer-info.cdn.ampproject.org

repository.usu.ac.id

Sarwat, Ahmad. 2011. Ilmu Fiqh. Jakarta: DU Publishing.

Harisudin, Noor. 2019. Pengantar Ilmu Fiqh. Surabaya: CV Salsabila Putra

Pratama.

Syafe’i, Rahmat. 2006. Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai