Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KAIDAH ILMU FIQH DAN SEJARAHNYA

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Islam

Dosen Pengampu : Muhammad Faisal Azmi S.Ag., M.Ag.

Di susun oleh :

Nama : Ketemi
Nim : 210101013

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAMUDRA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Kaidah Ilmu Fiqih dan Sejarahnya” dapat
selesai dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Hukum Islam dari
Bapak Muhammad Faisal Azmi S.Ag., M.Ag. , selain itu, penyusunan makalah ini bertjuan
menambah wawasan kepada pembaca mengenai Ilmu Fiqih dan sejarahnya .

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak, berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis meyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalah dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Langsa, 23 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3

A. Pengertian Fiqih dan Ilmu Fiqih.....................................................................................3


1. Secara bahasa...........................................................................................................4
2. Pendapat para Ulama...............................................................................................4
B. Ruang Lingkup dan Karakteristik fiqih.........................................................................5
1. Hubungan antar manusia dengan tuhannya.............................................................5
2. Hukum antar manusia dengan manusia...................................................................6
3. Hukum antar manusia dengan alam ghaib...............................................................6
C. Tujuan Fiqih...................................................................................................................6
D. Objek Kajian Fiqih........................................................................................................7
E. Sejarah Ushul Fiqih.......................................................................................................8
1. Sejarah dan perkembangannya...............................................................................9
a) Masa Rasulullah SAW......................................................................................9
b) Pada masa sahabat (khulfaur rasyidin).............................................................10
c) Pada masa Tabi’in............................................................................................11
d) Pada masa kemunduran ..................................................................................12
e) Pada masa kebangkitan...................................................................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................................13

A. Kesimpulan..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang di ridai oleh Allah SWT dan sebagai rahmat bagi seluruh alam
semesta melalui Nabi Muhammad SAW. Fiqih merupakan salah satu bidang studi Islam yang
paling dikenal oleh masyarakat. Hal ini antara lain karena Fiqih terkait langsung dengan
kehidupan masyarakat. Dari sejak lahir sampai dengan meninggal dunia manusia selalu
berhubungan dengan Fiqih. Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum syariah yang bersifat
amaliyah yang diperoleh dari dalil dalil terperinci.
Aspek fiqih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah
yang benar dan baik. Seluruh ulama yang berbeda madzhab bersepakat bahwa seluruh
perbuatan manusia ( ucapan, perbuatan , ibadah dan muamalah) terdapat hukumnya. Hukum
– hukum tersebut sebagian telah di selesaikan di dalam nash-nash al-Qur’an dan as-sunnah.
Meskipun sebagian yang lain belum terdapat penjelasan, namun syariat islam telah
memberikan dalil-dalil dan isyarat tersebut.
Fiqih sebagai ilmu, yang merupakan interperetasi para ulama terhadap garis hukum yang
di fahami dari sumbernya yaitu Al-Qur’an dan hadist, ijma’dan qiyas adalah merupakan hasil
ijtihat para ulama yang telah disusun secara sistematis dalam bentuk buku teks yang
merupakan bangunan pengetahuan dan berbagi madzhab.
Dalam fiqih sebagi ilmu, oleh ulama mengkategorikan hukum perbuata manusia
(mukallaf) kepada lima kategori yaitu:
1. Wajib atau fardhu artinya segala sesuatu yang bila dikerjakan mendapat pahala,
sedang bila ditinggalkan akan mengakibatkan dosa
2. Mandhub atau sunna’ mushtahab adalah segalaq sesuatu yang bila dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan bila tidak dikerjakan tidak berimplikasi dosa.
3. Ibaha’ dan muba’ berarti [erbuatan yang tidak mendatangkan pahala bila dilakukan
dan tidak berdosa bila melakukannya

iv
4. Karaha’ atau makruh adalah sesuatu yang diberi pahala orang yang
meninggalkannya dan diberi dosa yang melakukannya.
5. Haram adalah sesuatu yang diberi pahala kepada orang yang meninggalkannya dan
diberi dosa apabila melakukannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, saya mengambil beberapa rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana pengertian ilmu Fiqih yang sesungguhnya ?


2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu Fiqih ?

C. TUJUAN
Makalah ini dibuat bertujuan untuk
1. Untuk lebih memahami bagaimana sebenarnya ilmu Fiqih itu .
2. Untuk memperluas wawasan mengenai ilmu Fiqih dan agar mengetahui sejarahnya.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih dan Ilmu Fiqih


1. Pengertian secara bahasa

Fiqih menurut bahasa berarti al-fahm (pemahaman), yang pada hakikatnya adalah
pemahaman terhadap ayat-ayat ahkam yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadist-hadist
ahkam. Fiqih merupakan interpreretasi ulama terhadap ayat-ayat dan hadist-hadist
ahkam.Fiqih dalam pengertian sederhana adalah ketentuan-ketentuan hukum syariat
mengenai perbuatan manusia dan alam, digali dari dalil-dalil terperinci. Hukum yang dibahas
dalam fiqih meyangkut “amaliyyiatau hukum mengenai perbuatan manusia.

Kalau kita memperhatikan kitab-kitab fiqih yang mengandung hukum-hukum syari’at


yang bersumber dari Kitab Allah, Sunnah Rasulnya, serta Ijma‟ (kesepakatan) dan Ijtihad
para ulama kaum muslimin, niscaya kita dapati kitab-kitab tersebut terbagi menjadi tujuh
bagian, yang kesemuanya membentuk satu undang-undang umum bagi kehidupan manusia
baik bersifat pribadi maupun bermasyarakat yang perinciannya sebagai berikut:

a. Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah. Seperti wudhu, shalat,
puasa, haji dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Ibadah.

b. Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan. Seperti pernikahan,


talaq, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini disebut dengan
Fikih Al Ahwal As sakhsiyah.

c. Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan diantara


mereka, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya. Dan
ini disebut Fiqih Mu‟amalah.

vi
d. Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala
negara). Seperti menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan menerapkan
hukum-hukum syari‟at, serta yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat
yang dipimpin. Seperti kewajiban taat dalam hal yang bukan ma‟siat, dan yang
lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Siasah Syar‟iah.

e. Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelakupelaku kejahatan,


serta penjagaan keamanan dan ketertiban. Seperti hukuman terhadap pembunuh,
pencuri, pemabuk, dan yang lainnya. Dan ini disebut sebagai Fiqih Al „Ukubat.

f. Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya. Yang
berkaitan dengan pembahasan tentang perang atau damai dan yang lainnya. Dan ini
dinamakan dengan Fiqih As Siyar.

g. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun yang
buruk dan ini disebut dengan adab dan akhlak.

2. Pendapat para ulama

Berikut pengertian Fiqih menurut para ulama :

 Menurut imam Al-Syathibi , Fiqih adalah pemahaman tentang Syari’ah dan


penyelidikan tentang syari’ah / menegakkan arti syari’ah dan aturan-aturan
rinci sangat di perlukan1 .

 Al-Utsaimin ,Fiqih adalah Mengenal hukum-hukum syar’i yang bersifat

amaliyyah dengan dalil-dalilnya yang terperinci.

 Muhammad Baqir al-Shadr dan Murtadla Muthahhari ,menyatakan bahwa

fiqh adalah pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai perintah-Nya dan

tidak memiliki relevansi khusus dengan bagian ilmu tertentu. Oleh karena itu,

menurutnya fiqh memiliki cakupan yang sangat luas


 Imam Syafi’i berpendapat bahwa , Ushul fiqih ialah istilah untuk (seperangkat)
dalil-dalil dari hukum-hukum syariat sekaligus pengetahuan tentang metode
penunjukan dalilnya atas hukum-hukum syariat secara global, bukan terperinci

1
Muhammah khalid, Of Git

vii
Fiqih merupakan koleksi besar para ulama (pendapat yuridis) yang diturunkan Allah,
berbagai mahzab pemikiran utnuk penerapan syari’ah dalam kehidupan nyata. Ilmu fiqih
ialah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan perbuatan
manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari syariat Islam dalam arti luas. Syariat Islam dalam
arti luas meliputi hukumhukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia.

Fiqih sebagai ilmu yang digali dari dalil-dalil secara terperinci, dalam membahas
setiap masalah hukum selalu ada unsur-unsur berikut:

1. Dalil/ayat dan hadist yang menjadi landasan hukum dari suatu permaslahan hukum.
2. Sebab atau sebab yaitu sesuatu yang keberadaanya dijadikan sebagai penanda
keberadaan suatu hukum bagi sesuatu, misalnya sebab wajibnya sholat adalah
masuknya waktu sholat, seperti fajar atau terbenamnya matahari sebab wajib sholat
subuh dan maghrib.
3. Syarat, yaitu sesuatu yang tergantung padanya kebradaan hukum syara’ dan ia berada
diluar hukum itu sendiri , yang ketiadaannya mengakibatkan tiadanya hukum. Misal
syarat shalat adalah wudhu, shalat dianggap tidak dilakukan bila tidak berwudhu
sebelumya, namun wudhu bukan bagian dari shalat
4. Rukun, yaitu sesuatu yang harus ada dalam melakukan perbuatan huuku, bila tidak
ada maka perbuatan menjadi tidak sah. Misalnya seseorang lupa atau sengaja tidak
membaca Al-fatihah maka shalatnya menjadi tidak sah.
5. Azima dan rukhsha , azima adalah kewajiban dan rukhsha adalah keringanan
meninggalkan kewajiban karena ada uzhur/halangan
6. Sah, batal dan fasad. Sah adalah terlaksanya perbuatan sejalan dengan aturan . batal
dan Fasad artinya perbuatan yang dalam pelaksanaanya tidka memmenuhi ketentuan
yang telah ditetapkan, atau tidak memenuhi syarta dan rukunnya.

B. Ruang Lingkup dan Karakteristik Fiqih

Seperti yang kita ketahui, ilmu fiqih memiliki cakupan yang luas dalam konteks
ilmunya. Ruang lingkup fiqih yang ada ada beberapa macamnya. Bentuk perbedaannya
adalah amaliyah yang diamalkan oleh setiap mukallaf. Mukallaf adalah orang yang sudah
baligh dan berakal sehat dan harus  menjalankan syari’at Islam. Di dalam fiqih terdapat

viii
beberapa hukum yang sifatnya wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Selain itu ada pula
hukum yang sah, batal, benar, dan salah. Diantara hukum-hukum tersebut, ada beberapa
penjabaran yang mengatur satu hal tertentu. Diantaranya adalah:

1. Hubungan antar Manusia dengan TuhanNya

Hukum ini lebih membahas tentang masalah ibadah. Kualitas ibadah, syarat beribadah,
dan larangan dalam ibadah. Lebih detailnya lagi hal yang dibahas adalah; Bersuci,
sembahyang, puasa, Zakat, Haji, Janazah, Jihad, Nadzar, Kurban, Penyembelihan, Perburuan,
Aqiqah, Makanan, dan minuman.

2. Hukum antar Manusia dengan Manusia

Dalam  hukum ini, ada beberapa kelompok hukum yang berbeda. Pertama adalah hukum
keluarga. Caranya adalah dengan membentuk karakter keluarga sebaik mungkin dari awal.
Kedua adalah hukum perdata tentang hak kepemilikan. Terakhir adalah hukum lain yang
berhubungan dengan keuangan dan perekonomian. Dalam hukum dengan antar manusia,
terdapat pembahasan yang lebih detail. Diantaranya adalah hubungan antar tetangga, dengan
orang yang beda agama, dan warisan. Bahkan ada hukum yang mengatur hubungan antar satu
negara dengan negara lainnya dan juga hukum dalam menegakkan keadilan

3. Hukum antar manusia dengan alam ghaib

Tidak hanya mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan Manusia akan tetapi
hubungan dengan alam ghaib pun termasuk dalam ruang lingkup fiqih. Alam ghaib disini
adalah malaikat, jin, dan shaiton, dan sihir. Dengan kata lain adalah, ruang lingkup fiqih
merupakan hukum yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan. Seperti misalnya hukum
ibadah yang tentu saja harus anda pahami dengan benar. Apabila anda rajin beribadah namun 
tidak sah, akan sangat mubazir. Sementara hukum antar manusia bertujuan untuk mengatasi
perbedaan karakter yang ada dalam diri setiap manusia.

ix
C. TUJUAN FIQIH

Tujuan dari fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syari’at terhadap perbuatan dan
ucapan manusia. Karena itu, ilmu fiqih adalah tempat kembalinya seorang hakim dalam
keputusannya, tempat kembalinya seorang mufti dalam fatwanya, dan tempat kembali
seorang mukallaf untuk dapat mengetahuihukum-hukum syara’ yang berkenan dengan
ucapan dan perbuatan yang muncul dari dirinya, yang menjadi dasar dan pemdorong bagi
umat islam untuk mempelajari fiqih ialah :

a. Untuk mencari kebiasaan faham dan pengertian agama Islam


b. Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan
manusia
c. Kaum muslimin harus bertafaqquh baik dalam bidang aqaid dan akhlak maupun dlam
bidang muamalat
d. Oleh karena demikian seluruh kaum muslimin harus menuntu ilmu pengetahuan
agama Islam guna disampaikan pula kepada saudara-saudaranya.
e. Fiqih dalam Islam sangat penting fungsinya karena ia menuntu manusia kepada
kebaikam dan bertaqwa kepada Allah SWT. Setiap saat mausia itu mencari atau
mempelajari keuatamaan fiqih, karena fiqih menunjukkan kita kepada sunnah rasul
serta memelihara manusia dai bahaya-bahaya dalam kehidupan. Seseorang yang
mengetahui dan mengamalkan fiqih akan dapat menjaga diri dari kecemaran dan lebih
takut dan disegani musuh.
D. OBJEK- OBJEK KAJIAN FIQIH

Objek dan ruang lingkup kajian fiqh hukum-hukum juz’i dan dalil-dalil tafshily.
Pertama, Hukum juz’i adalah hukum partikular yang sudah menunjuk pada objek tertentu.
Misalnya hukum haram tentang meminum khamr, makan daging babi, bangkai dan
sebagainya. Lawannya hukum juz’i adalah hukum kulli, yaitu hukum dalam pengertian masih
global dan belum menunjuk pada objek tertentu. Misalnya tema pembahasan hukum wajib
yang dibagi berbagai macam. Jika hukum juz’i adalah bahasan ilmu fiqh, maka hukum kulli
termasuk bahasan dalam ilmu Ushul Fiqh.

x
Kedua, dalil-dalil4 tafshily adalah dalil yang sudah merujuk pada hukum tertentu.
Misalnya dalil wala taqrabuz zina sebagai dalil tafshily hukum keharaman perbuatan yang
mendekekati zina. Dan dalil tafshily ini yang menjadi domain dalam ilmu Fiqh. Jika dalil itu
masih bersifat global, misalnya dalil al-Qur’an dengan bahasan yang beraneka ragam dan
belum merujuk pada hukum tertentu, maka demikian ini menjadi objek kajian ilmu Ushul
Fiqh juga.

E. SEJARAH USHUL FIQIH


1. Sejarah dan Perkembangannya

sejarah fikih islam, pada hakekatnya, tumbuh dan berkembang dimasa Nabi sendiri,
karena Nabi lah yang mempunyai wewenang untuk mentasyri‟kan hukum, dan berakhir
dengan wafatnya Nabi. Dan yang dimaksud masa kenabian yaitu masa dimana hidup Nabi
Muhammad saw, dan para sahabat yang bermula dari diturunkannya wahyu sampai berakhit
dengan wafatnya Nabi pada tahun 11H. Era ini merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan fikih islam. Suatu masa turunnya syariat islam dalam pengertian yang
sebenarnya. Turunnya syariat dalam proses munculnya hukum-hukum syariyah hanya terjadi
pada era kenabian ini Sebab syariat itu turun dari Allah dan itu berakhir degan turunnya
wahyu setelah nabi wafat.

Nabi sendiri tidak punya kekuasaan untuk membuat hukum-hukum syar‟iyah karena
tugas seorang rosul hanya menyampaikan hukum-hukum syar‟iyah itu kepada umatnya. Dari
sini kita dapat memahami bahwa kerja para Fuqoha‟ dan mujtahidin bukan membuat hukum
tapi mencari dan menyimpulkannya dari sumber-sumber hukum yang benar. Sumber-sumber
hukum islam2 yang menjadi rujukan para mujtahidin dalam mencari hukum-hukum syariyah
adalah wahyu, baik dari al-Quran19 maupun as Sunnah. 3Sedangkan yang dimaksud dengan
sejarah perkembangan fikih islam (tasyri‟) adalah ilmu yang membahas tentang keadaan
fiqih islam pada masa Rasulullah dan masa-masa sesudahnya, untuk menentukan masa-masa
terjadinya terjadinya hukum itu dan segala yang merupakan hukum, baik berupa naskh,
takhshis dan lain-lain, serta tentang keadaan fuqoha‟ dan mujtahidin beserta hasil karya
mereka terhadap hukum-hukum itu.

2
Fariq Bin Gasmi Anuz, Fikih Nasehat, Pustaka Azzam, Cirebon, 1999, H.31

3
20 Abdullah Bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, Pustaka Azza, Jakarta, 2001, H.126

xi
2. Periodesasi Fiqih Islam
a) Masa Rasulullah SAW

Fase ini bermula saat Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa wahyu
berupa Al-quran ketika baginda sedang berada dalam Gua Hira pada hari jumat 17 Ramadhan
tahun ketiga belas sebelum hijrah bertepatan dengan tahun 610 M. wahyu terus turun pada
baginda Rasulullah di Makah selama 13 tahun dan terus berlangsung ketika beliau berada di
Madinah21 . Terkadang wahyu turun kepada Nabi dalam bentuk Al-Quran yang merupakan
kalam Allah dengan makna dan lafalnya, dan terkadang dengan wahyu yang hanya berupa
makna sementara lafalnya dari Nabiatau yang kemudian termanifestasi dalam bentuk hadits.

Dengan dua pusaka inilah perundang-undangan islam ditetapkan dan ditentukan.Atas


dasar ini, fiqh pada masa ini mengalami dua periodesasi, yaitu

1) Fase Mekah

Periode ini terhitung sejak diangkatnya baginda Rasulullah sebagai Rasul samapai
beliau hijrah ke Madinah. Periode ini berlangsung selama 13 tahun.Perundangundangan
hukum Islam atau Fiqh pada periode ini lebih terfokuskan pada upaya mempersiapkan
masyarakat agar dapat menerima hukum-hukum agama, membersihkan aqidah dari
meyembah berhala kepada menyembah Allah. Oleh sebab itu, wahyu pada periode ini turun
untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada manusia atas dua perkara utama: a)
Mengokohkan aqidah yang benar dalam jiwa atas dasar iman kepada Allah, dan bukan untuk
yang lain, beriman kepada malaikat, kitabkitab, Rasul,takdir Allah dan hari akhir. b)
Membentuk akhlak manusia agar memiliki sifat yang mulia dan menjauhkan dari sifat yang
tercela.

2) Fase Madinah

Periode ini berlangsung sejak hijrah Rasulullah dari mekkah hingga beliau wafat.
Periode ini berjalan selama 10 tahun.Pada periode ini fiqh lebih menitikberatkan pada aspek
hukum-hukum praktikal dan dakwah islamiyah pada fase ini membahas tentang akidah dan
akhlak. Oleh sebab itu perlu adanya perundang-undangan yang mengatur tentang kondisi
masyarakat dari tiap aspek, satu persatu ia turun sebagai jawaban terhadap semua
permasalahan, kesempatan, dan perkembangan.Dalam masa inilah umat islam berkembang
dengan pesatnya dan pengikutnya terus menerus bertambah. Sehingga timbullah keperluasan
untuk mengadakan syari‟at dan peraturanperaturan, karena masyarakat membutuhkannya

xii
untuk mengatur perhubungan antara anggota masyarakat satu dengan lainnya, baik dalam
masa damai ataupun dalam masa perang.

Pada periode Madinah inilah turun ayat-ayat4 menerangkan hukum-hukum syar‟iyah


dari semua persoalan yang dihadapi manusia, baik ibadat seperti salat, zakat29 , puasa30,
haji, dan muamalat seperti aturan jual-beli, masalah kekeluargaan, kriminalitas hingga
persoalan-persoalan ketata negaraan. Dengan kata lain, periodeMadinah dapat pula disebut
periode revolusi social dan politik. Rekontruksisosial ini ditandai dengan penataan pranata-
pranata kehidupan masyarakat Madinah yang layak dan dilanjutkan dengan praktek-praktek
pemerintahan yang dilakukan oleh Nabi saw, sehinngga menampilkan islam sebagai suatu
kekuatan politik.31 Karena itulah surat-surat Madaniyah, seperti surat-surat Al-Baqarah, Ali
Imran, An-Nisa‟, Al-Maidah32, AlAnfal, At-Taubah, An-Nur, Al-Ahzab, banyak
mengandung ayat-ayat hukum disamping megandung ayat-ayat aqidah33, akhlak, sejarah, dll.
Dalam proses perkembangan periode Madinah ini ada tiga aspek syaria‟at yang perlu
dijelaskan, yaitu :

 Pertama metode Nabi saw. kedua kerangka hukum syari‟at. Ketiga turunnya
syari‟at secara bertahap (periodik). Adapun aspek pertama yaitu metode Nabi
saw. dalam menerangkan hukum, Nabi sendiri tidak banyak menerangkan
apakah perbuatannya itu wajib atau sunnah, sebagaimana syarat dan rukunnya
dan lain sebagainya.Misalnya ketika Nabi salat dan para sahabat melihat serta
menirukannya tanpa menanyakan syarat dan rukunnya.
 Kedua, kerangka hukum syariat. Ada hukum yang disyari‟atkan untuk suatu
persoalan34 yang dihadapi oleh masyarakat, seperti bolehkah menggauli
istri35 yang sedang udzur (haid)[4]. Ada juga hukum yang disyariatkan tanpa
didahului oleh pertanyaan dari sahabat atau tidak ada kaitannya dengan
persoalan yang mereka hadapi, seperti masalah ibadah dan hal-hal yang
berkaitan dengan muamalat.
 Ketiga, turunnya syari‟at secara bertahap (periodik). Dalam tahap periodic ini
syari‟at terbagi dalam dua hal, yaitu tahpan dalam menetapkan kesatuan
hukum islam, seperti salat disyari‟atkan pada malam isra‟ mi‟roj (satu tahun
sebelum hijrah), adzan pada tahun pertama hijrah dan seterusnya. Yang
kedua, tahapan itu tidak sedikit terjadi pada satu perbuatan.Misalnya, salat
awalnya diwajibkan dua rakaat saja, kemudian setelah hijrah keMadinah
4
Amir Said Az-Zibari, Bagaimana Menjadi Ahli Fikih?, Pustaka Azzam, Jakarta,2001,H.129

xiii
empat rakaat, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim38 bahwa A‟isyah berkata : ”Salat diwajibkan dua rakaat, kemudian
Nabi hijrah maka menjadi empat rakaat”.
b) Pada Masa Sahabat ( khulfaur rasyidin)

Dengan wafatnya Rasulullah saw, maka berarti wahyu yang diturunkan pun ikut
berhenti. Kedudukan beliau diganti oleh khulafaur Rasydin. Adapun tugas dari seorang
khalifah adalah menjaga kesatuan umat dan pertahanan negara. Masa mulai dari periode
khulafaur Rasyidin dan sahabat-sahabat yang senior , hingga lahirnya Imam Madzhab yaitu
dari tahun 11-132 H. Ini meliputi periode khulafaur Rasyidin (11-40 H = 632-661 M). Pada
masa ini daerah kekuasaan Islam semakin luas , meliputi beberapa daerah di luar
semenanjung Arabia, seperti Mesir, Syria, Iran (Persia) dan Iraq. Dan bersamaan dengan itu
pula, agama Islam berkembang dengan pesat mengikuti perkembangan daerah tersebut. Di
periode sahabat ini, kaum muslimin telah memiliki rujukan hukum syari‟at yang sempurna
berupa Al-qur‟an dan Hadits Rasul. Kemudian dilengkapi dengan ijma‟ dan qiyas, diperkaya
dengan adat istiadat dan peraturanperaturan berbagai daerah yang bernaung dibawah naungan
Islam. Dapat kita tegaskan bahwa di zaman khulafaur Rasyidin lengkaplah dalil-dalil tasyri
Islami (dasar-dasar fiqih Islam) yang empat, yaitu: Al-Kitab, As Sunnah, Al-Qiyas atau
ijtihad, atau ra‟yu dan Ijma‟ yang bersandar pada Al-Kitab, atau As-Sunnah, atau
Qiyas(Djafar, 1992). Sahabat-sahabat besar dalam periode ini menafsirkan nash-nash hukum
dari Al Qur‟an maupun dari Al Hadits, yang kemudian menjadi pegangan untuk menafsirkan
dan menjelaskan nash-nash itu. Selain itu para sahabat besar memberi pula fatwa-fatwa
dalam berbagai masalah besar memberi pula fatwa-fatwa dalam berbagai masalah terhadap
kejadian-kejadian yang tidak ada nashnya yang jelas mengenai hal itu, yang kemudian
menjadi dasar ijtihad.

c) Pada Masa Tabi’in

Pada masa tabi‟in, tabi‟-tabi‟in dan para imam mujtahid, di sekitar abad II dan III
Hijriyah wilayah kekuasaan Islam telah menjadi semakin luas, sampai ke daerahdaerah yang
dihuni oleh orang-orang yang bukan bangsa Arab atau tidak berbahasa Arab dan beragam
pula situasi dan kondisinya serta adat istiadatnya. Banyak diantara para ulama yang
bertebaran di daerah-daerah tersebut dan tidak sedikit penduduk daerah-daerah itu yang
memeluk agama Islam. Dengan semakin tersebarnya agama Islam di kalangan penduduk dari
berbagai daerah tersebut, menjadikan semakin banyak persoalan-persoalan hukum yang

xiv
timbul. Yang tidak didapati ketetapan hukumnya dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Untuk itu
para ulama yang tinggal di berbagai daerah itu berijtihad mencari ketetapan
hukumnya.Periode ini disebut juga periode pembinaan dan pembukuan hukum islam. Pada
masa ini fiqih Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat sekali. Penulisan dan
pembukuan hukum Islam dilakukan dengan intensif, baik berupa penulisan hadits-hadits nabi,
fatwa-fatwa para sahabat dan tabi‟in, tafsir alQur‟an, kumpulan pendapat imam-imam fiqih,
dan penyususnan ushul fiqih.

d) Pada Masa Kemunduran

Periode ini lahir pada abad ke 4 H (tahun ke 12 M), yang berarti sebagai penutupan
periode ijtihad atau periode tadwin (pembukuan). Mula-mula masa kemunduran dalam
bidang kebudayaan Islam, kemudian berhentilah perkembangan hukum Islam atau Fiqih
Islam. Pada umumnya, ulama yang berada di masa itu sudah lemah kemauannya untuk
mencapai tingkat mujtahid mutlak sebagiamana dilakukan oleh para pendahulu mereka pada
kejayaan seperti disebut diatas. Situasi kenegaraan yang barada dalam konflik, tegang, dan
lain sebagainya itu ternyata sangat berpengaruh kepada kegairahan ulama yang mengkaji
ajaran Islam langsung dari sumber aslinya Alqur‟an dan Hadits. Mereka telah puas hanya
dengan mengikuti pendapat-pendapat yang telah ada, dan meningkatkan kepada tingkat
tersebut kedalam madzhab-madzhab fiqhiyah. Sikap seperti inilah yang mengantarkan Dunia
Islam ke alam taklid, kaum Muslimin terperangkap ke alam pikiran yang jumud dan statis .
islam menyadari kemunduran dan kelemahan mereka yang sudah berlangsung semakin lama
itu. Gerakan pembaharuan ini cukup berpengaruh terhadap perkembangan fiqih. Banyak
diantara pembaharuan itu juga adalah ulama‟-ulama‟ yang berperan dalam perkembangan
fiqih itu sendiri.

e) Pada Masa Kebangkitan

Fase ini dimulai dari akhir abad ke-13 H sampai pada hari ini. Oleh karena itu fase ini
mempunyai karakteristik dan corak tersendiri, antara lain dapat menghadirkan fiqh ke zaman
baru yang sejalan dengan perkembangan zaman, dapat memberi saham atau masukan dalam
menentukan jawaban bagi setiap permasalahan yang muncul pada hari ini dari sumbernya
yang asli, menghapus taqlid, dan tidak terpaku dengan mazhab atau kitab tertentu.Indikasi
kebangkitan fiqh pada zaman ini dapat dilihat dari dua aspek pertama pembahasan fiqh islam
dan kedua kodefikasi fiqh islam.

xv
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diantara ulama tersebut5 sayyid syarih al-jurjani dalam kitabnya At-Ta‟rifat mengatakan
fikih secara bahasa adalah memahami tujuan perkataan si pembicara. Menurut istilah, fikih
diartikan sebagai ilmu tentang hukum syariat yang bersifat amaliyah yang diambil dari
terperinci. Ia merupakan ilmu dari hasil pemikiran dan ijtihad. Setelah pemaparan para ulama
tentang devenisi fiqih, At-Tahanawi menuturkan bahwa kalangan Syafi‟iya mendevenisiskan
fikih dengan ilmu tentang hukum syariah yang bersifat amaliya dan membaginya menjadi 4
bagian. Ungkapan bahwa ibadah hanya berkaitan dengan urusan akhirat perlu ditelaah lagi.
Sebab ibadah memiliki dampak yang luar biasa baik individu maupun masyarakat dalam
kehidupan ini. Ritual shalat yang mengikuti gerakan-gerakan shalat, serta ritual yang
dilakukan sebelum shalat seperti mandi dan berwudhu didalamnya bermanfaat bagi kesehatan
tubuh serta pendidikan jiwa.
Perkembangan ilmu Fiqih bermuls dari masa Rasulullah SAW , karena Nabi lah yang
mempunyai wewenang untuk mentasyri‟kan hukum, dan berakhir dengan wafatnya Nabi.
5
0 Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih Dan Ushul Fiqih,Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, H.127

xvi
Dan yang dimaksud masa kenabian yaitu masa dimana hidup Nabi Muhammad saw, dan para
sahabat yang bermula dari diturunkannya wahyu sampai berakhit dengan wafatnya Nabi pada
tahun 11H. Era ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan fikih islam. Suatu masa
turunnya syariat islam dalam pengertian yang sebenarnya. Turunnya syariat dalam proses
munculnya hukum-hukum syariyah hanya terjadi pada era kenabian ini Sebab syariat itu
turun dari Allah dan itu berakhir degan turunnya wahyu setelah nabi wafat. Dan perkembagan
ilmu Fiqih berlansunng dengan dua fase yaitu fase Mekah dan fase Madinah.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.iainpare.ac.id/3009/1/Ilmu%20Fiqih%20%28Suatu%20Pengantar
%20Dialektika%29.pdf
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/sejarah-perkembangan-ilmu-ushul-fiqih-
0EbOf
http://digilib.uin-suka.ac.id/27451/
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih Dan Ushul Fiqih,Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Fariq Bin Gasmi Anuz, Fikih Nasehat, Pustaka Azzam, Cirebon, 1999
Abdullah Bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, Pustaka Azza, Jakarta, 2001

xvii

Anda mungkin juga menyukai