FIQHIYAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih
Dosen Pengampu: Ari Dwi Widodo,S.Pd.I.,M.Pd.I
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang benderang, yakni addinul islam.
Makalah yang berjudul “ILMU FIQIH, USHUL FIQIH DAN QAWAID FIQHIYAH ”
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fiqih. Kami ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga serta pikirannya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini kami telah mengacu pada referensi-referensi valid
yang sudah kami baca. Namun kami sebagai penulis juga tidak membtasi pembaca untuk
memberikan kritik dan saran.
Jember,21 Februari
Penulis
i
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.6 Tujuan Yang Hendak Dicapai Dari Ilmu Fiqih, Ilmu Ushul Fiqh
dan Qawaid Fiqhiyah......................................................................................5
BAB III.................................................................................................................7
PENUTUP............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.............................................................................................7
3.2 Saran........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................8
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Fikih merupakan peraturan pelaksanaan hukum syara‘ dan sangat berkaitan
erat dengan kajian syariat Islam. Kaidah dalam memahami dan merumuskan hukum
syara‘ ini disebut dengan ushul fiqh. Sedangkan al-qawaid al-fiqhiyyah adalah
himpunan kaedah-kaedah fikih yang umum yang meliputi seluruh cabang masalah-
masalah fikih yang menjadi pedoman untuk menetapkan hukum setiap masalah-
masalah fikih baik yang telah ditunjuk oleh nash maupun yang sama sekali belum ada
nashnya.
Makalah ini merupakan kajian literatur yang bertujuan untuk menjelaskan
secara ringkas tentang pengertian fikih, ushul fiqh, dan al-qawaid al-fiqhiyyah, serta
proses terbentuk, ruang lingkup pembahasan dan objek kajiannya masing-masing.
Fikih, ushul fiqh, dan al-qawaid al-fiqhiyyah tidak akan bisa dipisahkan dari
pembelajaran pendidikan agama islam, terutama dalam menghadapi perkembangan
zaman seperti saat ini. Bahkan ketiga disiplin ilmu tersebut merupakan landasan bagi
terjadi aktivitas ekonomi syari‘ah agar berjalan sesuai kehendak Allah Swt.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian fiqih
1.3.2 Mengetahui karekteristik fiqih
1.3.3 Mengetahui pengertian ilmu ushul fiqih
1.3.4 Mengetahui al-qawaid al-fiqhiyah
1.3.5 Mengetahui obyek ilmu fiqih dan ushul fiqih
1.3.6 Mengetahui tujuan yang hendak dicapai dari ilmu fiqh, ushul fiqih dan qawaid
fiqhiyah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
istilah, ashl mempunyai beberapa arti, diantaranya: Dalil (landasan hukum). Dan
secara istilah, Fiqih berarti pengetahuan tentang Syari’ah Islam yang berhubungan
dengan perbuatan seorang mukalaf.
Ushul Fiqh adalah Pengetahuan tentang dalil-dalil fiqh secara menyeluruh dan
tata cara memperoleh kesimpulan hukum darinya serta tentang kondisi yang
mengambil kesimpulannya (al-mustanbit atau al-mujtahid).
Kita juga bisa menengok pemaparan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-
Mustashfa:
ث ُ َأنَّ ُأ
ُ ام ِمنْ َح ْيEِ صو َل ا ْلفِ ْق ِه ِعبَا َرةٌ عَنْ َأ ِدلَّ ِة َه ِذ ِه اَأْل ْح َك ِام َوعَنْ َم ْع ِرفَ ِة ُو ُجو ِه َداَل لَتِ َها َعلَى اَأْل ْح َك
صي ُل ُ ا ْل ُج ْملَةُ اَل ِمنْ َح ْي
ِ ث التَّ ْف
“Ushul fiqih ialah istilah untuk (seperangkat) dalil-dalil dari hukum-hukum syariat
sekaligus pengetahuan tentang metode penunjukan dalilnya atas hukum-hukum
syariat secara global, bukan terperinci,” (Lihat Imam Al-Ghazali, Al-Mustashfa,
Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 2002 M, halaman 5).
Menurut Amir Syarifuddin, ushul-fiqh adalah ilmu tentang metode
(pemahaman). metode dan pembahasan yang dapat mengarah pada perolehan hukum
syariat perbuatan manusia dari dalil-dalilnya yang terperinci. Sementara itu ushul
fiqh secara istilah dalam hukum, ushul-fiqh adalah ilmu yang mengarah pada upaya
untuk merumuskan hukum Syara' dari dalilnya yang terperinci, atau dalam arti
paling sederhana adalah metode ilmu yang menjelaskan bagaimana caranya
mengeluarkan Hukum dari dalil dalilnya. Ini dapat ditemukan, misalnya, dalam kitab
kitab fiqih ungkapan melaksanakan sholat itu wajib, wajibnya melaksanakan sholat
itu disebut hukum syara'.4
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ushul-fiqh itu seperangkat
pedoman, ketentuan ketentuan yang membatasi dan menjelaskan tata cara yang
harus diikuti oleh seorang mujtahid ketika menggali, dan mengambil Hukum Syria
dari dalil-dalil yang sudah ada, baik dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah.
3
Dalam kamus Arab–Indonesia al-Munawwir selain al-asas, kaedah juga disebut al-
qanun (peraturan dan kaidah dasar), al-mabda’ (prinsip), dan al-nasaq (metode atau
cara).6
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy sebagaimana dikutip oleh Faturrahman Djamil dalam
bukunya Filsafat Hukum Islam menyebutkan bahwa sebagian ahli hukum
merumuskan mencakup yang dominan hukum Suatu( غلَبِيٌَّيَ ْنطَبِقَُ َعلَىَ َج ِم ْي َِع ُج ْزِئيَّاتِو
ْ ُح ْك ٌَمٲ
dengan) qawaid (kaedah seluruh bagiannya).7 Kaedah (qawaid) menurut Ahmad
Muhammad asy-Syafi‘i adalah hukum-hukum yang bersifat universal (kulli) yang
diikuti oleh satuan-satuan hukum juz’i yang banyak”.8
Dengan demikian metode fiqh (al-qawaid al-fiqhiyyah) dapat diartikan sebagai
berikut yaitu kumpulan aturan umum yurisprudensi, yang mencakup semua aspek
masalah yurisprudensi, dan berfungsi sebagai panduan untuk menentukan hukum
masalah yurisprudensi apa pun, serta yang terbukti tidak ada oleh Nash.
4
yang bersifat umum dan digunakan untuk menemukan kaidah-kaidah global dan
hukum-hukum syar'i yang digali dari dalil-dalil tersebut. Pendapat ini sedikit
berbeda dengan kebanyakan ulama yang cenderung hanya mengkualifikasikan dalil,
sedangkan Wahbah az-Zuhaili terkesan lebih teknis dan lebih
operasional. Pembahasan tentang dalil ini bersifat global baik tentang macam-
macamnya, rukun, kekuatan dan tingkatan-tingkatanya. Sementara itu, dalam ilmu
ushul fiqh, pembenaran setiap perbuatan tidak diatur secara individual.11
2.6Tujuan Yang Hendak Dicapai Dari Ilmu Fiqih, Ilmu Ushul Fiqh dan
Qawaid Fiqhiyah
Bagi orang yang masih bertaqlid, Ushul Fiqih kurang mendapat perhatian
karena merasa cukup mengetahui apa yang disajikan dalam karya klasik Fiqh.
Mempelajari ilmu ushul fiqh menjadi kebutuhan yang mendesak ketika menghadapi
masalah baru yang belum ada hukumnya dari khazanah kitab-kitab fiqh klasik, atau
dengan kata lain penguasaan ushul fiqh terkait dengan kebutuhan yang mendesak
untuk melakukan pembaharuan hukum Islam. Tanpa mereka, program pembaruan
Islam akan menjadi boomerang karena menciptakan cara berpikir yang ambigu yang
tidak didasarkan pada prinsip-prinsip pemikiran hukum yang benar.
Di bawah ini disajikan beberapa rumusan tujuan mempelajari ilmu Ushul Fiqh
oleh ulama Ushul yaitu Abdul Wahab Khallaf, Wahbah Zuhail dan Satria Effendi.
Menurut Abdul Wahab Khallaf, kajian ilmu Ushul fiqh memiliki tujuan sebagai
berikut: “Mampu menerapkan kaldah dalam dalil-dalil untuk memperoleh hukum
syariah dan memahami nas-nas syariat serta kandungan hukumnya”
Menurut Wahbah Zuhall, mempelajari ilmu ushul fiqh bertujuan: "memberikan
kemampuan kepada mujtahid untuk menerapkan kaidah ushul figh guna
memperoleh hukum syara` amali dari dalil-dalilnya yang terperinci. Dengan
demikian, seorang mujtahid akan mampu mema- hami nas-nas syariah baik yang
bersifat jali (jelas) dan khafi (tersem- bunyi) serta mampu menyimpulkan hukum
yang dikandungnya seba gaimana ia mampu memberlakukan qiyas, istihsan,
maslahah, istishab, dan sebagainya untuk memperoleh hukum dari kejadian yang
baru."
Tujuan al-qawaid al-fiqhiyyah adalah untuk memudahkan mujtahid dalam
mengistinbat-kan hukum yang sesuai dengan tujuan syara‘ dan kemaslahatan
manusia. Imam Abu Muhammad Izzuddin Ibnu ‘Abbas Salam menyimpulkan bahwa
11
Wahbah az-Zuhaili, op.cit., hlm.27
5
kaidah fikih adalah sebagai suatu jalan untuk mendapat kemaslahatan dan menolak
kerusakan serta bagaimana cara mensikapi kedua hal tersebut.12
Mukhtar Yahya dan Fatchur Rahman menyebutkan dua tujuan dari kaidah-
kaidah fikih. Pertama, sebagai tempat Kembali bagi para mujtahid dalam seluk-
beluk masalah fikih, dan Kedua, sebagai dalil untuk menetapkan hukum masalah-
masalah baru dalam fikih yang tidak ditunjuk oleh nash yang sharih13.
Adapun tujuan pembelajaran fikih ialah dapat memberikan bekal kemampuan
dasar kepada warga belajar untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi
muslim yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia dan warga negara yang
berkepribadian, untuk mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum
Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial, Melaksanakan dan
mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan baik dan benar, sebagai perwujudan
dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam dalam hubungan manusia
dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, sesama manusia dan makhluk lainnya
maupun hubungan dengan lingkungannya.
BAB III
PENUTUP
12
Asjmuni A. Rahman, Qoidah – Qoidah Fikih, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hal. 17
13
Yahya, Dasar, hal. 485
6
3.1 Kesimpulan
Fikih merupakan seperangkat aturan hukum atau yang menyangkut kegiatan
manusia dalam berinteraksi, bertingkah laku dan bersikap yang bersifat lahiriah dan
amaliah, yang merupakan hasil penalaran dan pemahaman yang mendalam terhadap
syariah yang dilakukan oleh para mujtahid berdasarkan pada dalil-dalil yang terperinci.
Ushul fiqh disini ialah seperangkat pedoman, aturan-aturan atau kaedah-kaedah
yang membatasi dan menjelaskan cara-cara yang harus diikuti oleh seorang mujtahid
dalam melahirkan hukum syara‘ dari dalil yang telah ada, baik dalam Alquran maupun
sunnah. Sedangkan yang dimaksud dengan al-qawaid al-fiqhiyyah dapat juga diartikan
sebagai himpunan kaedah-kaedah fikih yang umum yang meliputi seluruh cabang
masalah-masalah fikih yang menjadi pedoman untuk menetapkan hukum setiap masalah-
masalah fikih baik yang telah ditunjuk oleh nash maupun yang sama sekali belum ada
nashnya.
3.2 Saran
Berkaitan dengan kesimpulan yang diambil, penulis mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut :
1 Agama Islam adalah agama yang mempunyai toleransi yang tinggi dan hal ini
jangan sampai berpengaruh pada ishu-ishu yang negative khususnya dalam hal
memahami isi Al-qur’an, hal inilah yang akan mengakibatkan perdebatan yang
menimbulkan kesenjangan dalam hal ukhuwah Islamiyah.
2 Khusus terhadap penilaian kritik, ahli pikir Islam maupun non Islam hendaknya
memiliki penyelidikan secara seksama. Sehingga hasil pemikiran tersebut memberi
kesimpulan yang sama, agar tidak terjadi tumpang tindih pendapat.
DAFTAR PUSTAKA
7
Dedi. 2020. "Perbandingan ." Syariah dan Fiqih, Serta Ciri Khas Fiqih yang harus diketahui
seorang Mujtahid. 1.
Drs. H. Abd. Rasyid As'ad, M.H. 2013. "Fiqih Islam Dengan Pendekatan Kontekstual." Fiqih
Islam Dengan Pendekatan Kontekstual 1.
Rachmat Syafe’i, Ilmu Usul Fikih, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), hlm. 251
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir: Kamus Arab–Indonesia, Cet.XXV,
(Surabaya : Pustaka Progressif, 2002), hal. 1138
Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 76
Ahmad Muhammad asy-Syafi‘i, Ushul al-Fiqh al-Islam, (Iskandariyah : Muassasah
Tsaqofah alJami‘iyyah, 1983), hal. 4, sama dengan yang ditulis oleh Beni Ahmad
Saebani, Filsafat Hukum Islam (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hal. 277
Asjmuni A. Rahman, Qoidah – Qoidah Fikih, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hal. 17
Yahya, Dasar, hal. 485