Di susun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pembaca, serta menjadi
langkah awal yang bermanfaat dalam menjelajahi dunia ilmu pengetahuan Islam
lebih lanjut.
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................... 11
B. Saran ................................................................................... 11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usul Fiqih merupakan salah satu cabang utama dalam studi ilmu
Islam yang memiliki peran penting dalam menetapkan hukum-hukum
syariat Islam. Untuk memahami latar belakang Usul Fiqih, perlu melihat
konteks sejarah dan perkembangan pemikiran dalam tradisi keilmuan Islam.
Konteks Sejarah Ushul Fiqih memiliki akar yang dalam dalam
sejarah perkembangan Islam. Pada awalnya, hukum-hukum Islam
diturunkan langsung dari wahyu Allah SWT melalui Al-Qur'an dan Sunnah
Rasulullah SAW. Namun, setelah wafatnya Nabi Muhammad, muncul
kebutuhan untuk merumuskan hukum-hukum baru yang tidak secara
eksplisit terdapat dalam teks-teks suci tersebut. Inilah awal mula munculnya
kebutuhan akan metodologi untuk menafsirkan hukum Islam, yang
kemudian dikenal sebagai Ushul Fiqih. Pengaruh Kultural dan Filosofis:
Perkembangan Usul Fiqih juga dipengaruhi oleh konteks kultural dan
filosofis pada masa-masa awal Islam. Kekayaan intelektual dari berbagai
budaya dan peradaban yang dikuasai oleh umat Islam pada masa itu, seperti
Yunani, Persia, dan India, turut memberikan sumbangan penting dalam
pembentukan metodologi dan prinsip-prinsip dalam Usul Fiqih.
Pertumbuhan Madzhab: Perkembangan Ushul Fiqih juga terkait erat
dengan munculnya berbagai madzhab (persekolahan hukum) dalam tradisi
Islam. Masing-masing madzhab memiliki metodologi dan pendekatan
tersendiri dalam menetapkan ilmu ushul fiqih. Syariat, yang kemudian
menjadi salah satu fokus utama dalam studi Ushul Fiqih.
Dengan demikian, latar belakang Ushul Fiqih melibatkan
kompleksitas sejarah, kultural, filosofis, dan ilmiah dari perkembangan
intelektual umat Islam. Pemahaman terhadap latar belakang ini penting
1
untuk mengapresiasi peran serta relevansi Usul Fiqih dalam konteks
keilmuan Islam secara lebih komprehensif.
Ilmu Ushul Fiqh adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang
metode yang dipakai oleh para imam mujtahid dalam menggali dan
menetapkan hukum syar’i dari nash yaitu dari Al Qur’andan Sunnah Nabi.
Kandungan Ushul Fiqh menguraikan dasar-dasar serta metode
penetapanhukum taklif yang bersifat praktis yang menjadi pedoman bagi
para faqih dan mujtahid untukdapat beristinbat (mengambil hukum) dengan
tepat.Pertumbuhan Ushul Fiqh tidak lepas dari perkembangan hukum islam
sejak zaman RasulullahSAW. Sampai pada zaman tersusunnya Ushul Fiqh
sebagai salah satu bidang ilmu pada abad ke-2 Hijriyah. Di zaman
Rasulullah SAW. Menunggu turunnya wahyu yang menjelaskan
hukumkasus tersebut melalui sabda-Nya, yang kemudian dikenal dengan
hadist atau sunnah.
Ilmu ushul fiqh bersamaan munculnya dengan ilmu fiqh meskipun
dalam penyusunannya ilmu fiqh dilakukan lebih dahulu dari ushul fiqh.
Sebenarnyakeberadaan fiqh harus didahului oleh ushul fiqh, karena ushul
fiqh itu adalah ketentuanatau kaidah yang harus diikuti mujtahid pada waktu
menghasilkan fiqhnya. Namundalam perumusannya ushul fiqh datang
belakangan.
Menurut sejarahnya, fiqh merupakan suatu produk ijtihad lebih dulu
dikenal dandibukukan dibanding dengan ushul fiqh. Tetapi jika suatu
produk telah ada maka tidakmungkin tidak ada pabriknya. Ilmu fiqh tidak
mungkin ada jika tidak ada ilmu ushulfiqh. Oleh karena itu, pembahasan
pada makalah ini mengenai sejarah perkembangandan alirann-aliran ilmu
ushul fiqh. Sehingga kita bisa mengetahui bagaimana dan kapanushul fiqh
itu ada. Penelitian ini menyelidiki sejarah perkembangan Ushul fiqh,
alirandalam ushul fiqh, serta karya ilmiah pada bidang ushul fiqh.
2
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Ushul Fiqih?
2. Apa Saja Objek-Objek Ushul Fiqih?
3. Apa Tujuan mempelajari Ushul Fiqih?
4. Bagaimana Ruang Lingkup Ushul Fiqih?
5. Apa Perbedan Ushul Fiqih dan fiqih?
C. Tujuan
Untuk memberikan jawaban yang lebih tepat, saya membutuhkan
konteks lebih lanjut tentang topik atau judul makalah yang dimaksud.
Apakah Anda bisa memberikan informasi tambahan tentang topik atau
tujuan spesifik dari makalah tersebut? Dengan informasi tambahan tersebut,
saya dapat memberikan jawaban yang lebih sesuai dan relevan.
3
BAB II
PEMBAHASAAN
4
Antara ilmu ushul fiqih dan fiqih seperti hubungan ilmu
manthiq dengan filsafat, bahwa manthiq merupakan kaedah berfikir
yang memelihara akal agar tidak adakerancuan dalam berfikir. Juga
seperti hubungan ilmu nahwu dalam bahasa arab, dimana ilmu nahwu
merupakan gramatikal yang menghindarkan kesalahan seseorang
didalam menulis dan mengucapkan bahasa arab. Demikian juga ushul
fiqih adalah merupakan kaidah yang memelihara fuqaha agar tidak
terjadi keslahan di dalam mengistimbatkan (menggali) hukum.
Hubungan ushul fiqih dengan fiqih adalah seperti hubungan
ilmu mantiq (logika) dengan filsafat; mantiq merupakan kaidah berfikir
yang memelihara akal agar tidak terjadi kerancuan dalam berpikir. Juga
seperti hubungan ilmu nahwu dengan bahasa arab; ilmu nahwu sebagai
gramatika yang menghindarkan kesalahan seseorang didalam menulis
dan mengucapkan bahasa arab. Demikian ushul fiqih diumpamakan
dengan limu mantiq atau ilmu nahwu, sedangkan fiqih seperti ilmu
filsafat atau Bahasa arab, sehingga ilmu ushul fiqih berfungsi menjaga
agar tidak terjadi kesalahan dalam mengistinbatkan hukum.
5
2. Hadis: Hadis atau sunnah Nabi Muhammad merupakan sumber
hukum kedua setelah Al-Quran. Studi dalam ushul fiqih
meliputi masalah klasifikasi hadis, metodologi kritik hadis, dan
prinsip-prinsip penarikan hukum dari hadis.
3. Ijma (Kesepakatan): Ijma merujuk pada kesepakatan para ulama
dalam suatu masalah hukum Islam setelah masa Nabi dan para
sahabatnya. Objek ini meliputi kajian tentang kriteria validitas
ijma, proses terbentuknya ijma, dan relevansinya dalam
menetapkan hukum Islam.
4. Qiyas (Analogi): Qiyas adalah metode analogi yang digunakan
untuk menetapkan hukum baru berdasarkan prinsip-prinsip
yang ada dalam Al-Quran, hadis, atau ijma. Studi dalam ushul
fiqih mencakup klasifikasi qiyas, syarat-syarat qiyas yang sah,
dan aplikasinya dalam kasus-kasus hukum.
5. Maslahah Mursalah (Kepentingan Umum): Konsep ini mengacu
pada penilaian hukum yang berdasarkan pada kepentingan
umum atau kemaslahatan. Studi dalam ushul fiqih
memperhatikan prinsip-prinsip maslahah mursalah, kriteria
penggunaannya, dan kontroversi seputar penerapannya.
6. Sadd al-Dzara'i (Mencegah Sarana yang Menyebabkan
Kemudaratan): Objek ini berkaitan dengan prinsip yang
digunakan untuk mencegah terjadinya perbuatan yang
membawa dampak buruk atau merugikan. Kajian dalam ushul
fiqih mencakup prinsip-prinsip sadd al-dzara'i, aplikasinya
dalam hukum Islam, dan perdebatan seputar batasan-
batasannya.
7. Istislah (Kemaslahatan): Istislah adalah penalaran hukum yang
didasarkan pada kemaslahatan atau kepentingan yang dianggap
baik oleh masyarakat. Studi dalam ushul fiqih meliputi prinsip-
prinsip istislah, aplikasinya dalam menetapkan hukum, dan
perbedaan pendapat di antara para ulama.
6
C. Tujuan Mempelajari Ushul Fiqih
7
5. Mengantisipasi Perubahan dan Inovasi: Dengan memahami
prinsip-prinsip dasar dalam ushul fiqih, individu dapat lebih
mudah mengantisipasi perubahan dan inovasi dalam hukum Islam
serta menghadapi perkembangan baru dalam masyarakat dan
kehidupan modern.
6. Mengedepankan Keadilan dan Kemaslahatan: Salah satu tujuan
utama dari mempelajari ushul fiqih adalah untuk memastikan
bahwa penemuan hukum Islam dilakukan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip keadilan dan kemaslahatan
umum. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai
etis dan moral yang mendasari hukum Islam.
8
makruh, dan mubah. Ini melibatkan pemahaman tentang konsep-
konsep tersebut serta kriteria yang digunakan untuk menentukan
status hukum suatu perbuatan atau keadaan.
3. Metode Penarikan Hukum (Istidlal): Studi ushul fiqih mencakup
pemeriksaan berbagai metode yang digunakan untuk menarik
hukum dari sumber-sumber hukum Islam, termasuk qiyas,
istihsan (preferensi), istislah (kemaslahatan), maslahah
mursalah, dan sadd al-dzara'i (mencegah sarana yang
menyebabkan kemudaratan). Ini melibatkan pemahaman tentang
kriteria validitas dan aplikasi metode-metode ini.
4. Perkembangan Historis: Ushul fiqih juga memperhatikan
perkembangan historis ilmu ini dari masa awal Islam hingga
masa kontemporer. Ini melibatkan studi tentang kontribusi-
kontribusi ulama-usul fiqih terkemuka, perkembangan metode-
metode penarikan hukum, dan perdebatan-perdebatan teoritis
yang terjadi sepanjang sejarah.
5. Kontroversi dan Perdebatan Teoritis: Ruang lingkup ushul fiqih
mencakup analisis terhadap kontroversi-kontroversi dan
perdebatan-perdebatan teoritis yang ada dalam ilmu ini. Ini
melibatkan penelusuran berbagai pendekatan dan pemikiran
yang berbeda serta upaya untuk memahami argumen-argumen
yang digunakan dalam mempertahankan posisi tertentu.
9
b. Fokus: Ushul fiqih lebih fokus pada analisis metodologi, prinsip-
prinsip, dan teori-teori yang digunakan untuk menafsirkan dan
menetapkan hukum Islam.
c. Tujuan: Tujuan utama dari ushul fiqih adalah untuk memberikan
dasar pemahaman yang kokoh tentang cara menarik hukum
Islam dari sumber-sumbernya serta memberikan landasan
teoritis bagi fiqih.
2. Fiqih
a. Definisi: Fiqih adalah ilmu yang mempelajari aplikasi
praktis dari hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk dalam ibadah, muamalah, akhlak, dan lain-lain.
b. Fokus: Fiqih lebih fokus pada penerapan praktis dari hukum
Islam dalam berbagai konteks kehidupan, serta penafsiran
dan aplikasi hukum-hukum yang telah ditetapkan.
c. Tujuan: Tujuan dari fiqih adalah untuk memberikan
pedoman dan panduan kepada umat Islam dalam menjalani
kehidupan mereka sesuai dengan ajaran Islam, serta
memastikan pemahaman dan aplikasi yang benar terhadap
hukum-hukum Islam dalam praktek sehari-hari.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ushul fiqih umumnya mencerminkan pemahaman mendalam
tentang prinsip-prinsip metodologis yang digunakan dalam menetapkan
hukum Islam, serta pentingnya memahami landasan teoritis yang
mendasari proses pengambilan keputusan hukum. menekankan
pentingnya metodologi yang tepat dalam menetapkan hukum Islam dari
sumber-sumber primer seperti Al-Quran, hadis, ijma, dan qiyas. Ini
melibatkan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip
penarikan hukum dan kriteria validitas dalam mengambil keputusan
hukum. mungkin juga mencakup kritik terhadap pendekatan-
pendekatan tertentu dalam menetapkan hukum Islam, serta
perbandingan antara pendekatan tradisional dengan pendekatan
kontemporer.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan Penulisakanmemperbaiki
makalahtersebut dengan berpedomanpada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
11
DAFTAR PUSTAKA
12