Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TUJUAN MEMPELAJARI USHUL FIQH DAN PERBEDAAN ANTARA


USHUL FIQH DAN FIQH

Oleh:
Rina Puspita Sari
(2011680020)

Dosen Pengampu:
Dr. Iim Fahimah, Lc, MA

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (AHWAL


AYAKHSHIYAH)
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BENGKULU
2021 M/1442
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

            Segala Puji Bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw beserta
keluarga dan para sahabat beliau, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
            Alhamdulillah, atas karunia dan rahmat yang diberikan kepada penulis,
sehingga makalah ini dapat disusun dan diselesaikan berdasarkan waktu yang
telah diberikan. Makalah ini berjudul “Tujuan Mempelajari Ushul Fikih Dan
Perbedaan Antara Ushul Fikih Dan Fikih”.
            Penulis  menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penulis berharap pembaca bisa memberikan kritik dan saran-
saran yang membangun dan memotivasi penulis untuk lebih baik lagi dalam
membuat makalah.
            Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun yang menulis.
Amin yarabbal a’lamiin.

                                                                                   

 Bengkulu,  Maret 2021

                                                                                                     Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................

Daftar Isi...............................................................................................................

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................

Bab II Pembahasan

A. Tujuan Mempelajari Ushul Fiqh...............................................................


B. Perbedaan Antara Ushul Fiqh dan Fiqh.....................................................

Analisis Penulis....................................................................................................

Bab III Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an dan Hadis yang sampai kepada kita masih otentik dan
orisinal. Orisinalitas dan otentisitasnya didukung dengan penggunaan bahasa
asli (arab) dalam Al-Qur’an dan Hadis. Kedua hal tersebut telah menjadi dasar
atau sumber hukum bagi umat islam dalam mengambil dan menentukan
hukum. Untuk mengetahui bagaimana cara penetapan dan pengambilan
hukum, maka ada cara khusus yang disebut dengan metode. Metodologi inilah
yang akan berperan dalam memahami hukum islam dari petunjuk-petunjuknya
itu yakni ushul fiqh.
Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa
yang  menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai
perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan
ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat
diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data  dan
menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh. Ilmu usahul fiqh dan ilmu fiqh
merupakan dua ilmu yang merujuk kepada dalil meskipun berbeda di dalam
konsentrasinya. Ada titik kesamaan antara ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh yakni
merujuk kepada dalil, Namun tentu dua ilmu ini memiliki perbedaan.
Perbedaan mengenai dua bidang ini akan dibahas dalam makalah ini.
Setiap ilmu mempunyai tujuan dalam penciptaan ilmu tersebut. Suatu
ilmu akan menjadi penting dalam kehidupan ketika banyak problematika dan
persoalan yang muncul dalam kehidupan ini. Demikian pula halnya dengan
Ilmu ushul fiqh. Mengetahui ilmu ushul fiqh merupakan suatu hal yang wajib
karena dengan demikian kita akan tahu bagaimana cara menerapkan suatu
pada dalil untuk menghasil sutu hukum syara’. Artinya Ilmu ushul fiqh
memiliki tujuan dalam pembentukan suatu hukum. Terkait tujuan dalam
mempelajari ilmu ushul fiqh ini juga akan diuraikan penulisan dalam makalah
ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi tujuan dalam mempelajari ilmu ushul fiqh?
2. Apa perbedaan antara ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tujuan memeplajari Ilmu Ushul Fiqh.
2. Untuk mengetahui Perbedaan Ushul Fiqh dan Fiqh.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Mempelajari Ilmu Ushul Fiqh


Secara etimologi, kata Ushul fiqh terdiri dari dua kata: ushul dan fiqh.
Ushul adalah jamak dari kata ashlun yang berarti sesuatu yang menjadi
pijakan segala sesuatu. Sekedar contoh, pondasi rumah disebut asal karena ia
menjadi tempat pijak bangunan di atasnya. Sementara, al-fiqh sebagaimana
dijelaskan di atas, secara etimologi berarti mengerti atau memahami. Menurut
Abdul Wahab Khollaf, ilmu ushul fiqh adalah Kaidah-kaidah dan pembahasan
yang digunakan untuk menggali hukum-hukum syar’i yang bersifat amali
yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Dalam masyarakat muslim di mana berkembang budaya taklid kepada
salah seorang imam pendiri mazhab, studi Ushul Fiqh kurang mendapat
perhatian. Sebab, dalam mengamalkan hukum Islam, bisa jadi mereka merasa
cukup dengan apa yang telah tersedia dalam buku-buku fiqh klasik. Studi
Ushul Fiqh baru terasa penting bilamana dihadapkan kepada masalah-masalah
baru yang hukumnya tidak terdapat dalam pembendaharaan fiqh lama. Di
samping itu, dengan maraknya peminat hukum Islam melakukan
perbandingan mazhab bahkan untuk mengetahui mana pendapat yang lebih
kuat serta adanya upaya untuk memperbaharui hukum Islam akan semakin
terasa betapa pentingnnya melakukan studi Ushul Fiqh.
Tujuan ilmu ushul fiqh ialah penerapan kaidah-kaidahnya dan
pembahasan-pembahasannya pada dalil-dalil yang terperinci untuk mencapai
hukum-hukum syariat yang ditunjuknya. Dengan kaidah-kaidah dan
pembahasan-pembahasan ini, maka nash-nash syariat dapat dipahami dengan
sempurna dan hukum-hukum yang ditunjuk oleh nash-nash itu dapat diketahui
dengan saksama. Bahkan, peristiwa-peristiwa yang tidak ada ketentuan
hukumnya dalam nash dapat ditetapkan hukumnya melalui qiyas, istihsan,
istishhab atau yang lain dan dapat dibandingkan hasil ijtihad pada mujtahid
satu sama lain. Hal-hal semacam ini tidak akan dapat dicapai secara sempurna
jika tidak mengetahui ilmu ushul fiqih.
Adapun bagi umat yang datang kemudian tujuan mengetahui ilmu
ushul fiqh adalah:
Pertama, apabila kita telah mengetahui metode ushul fiqh yang
dirumuskan ulama terdahulu, maka bila suatu ketika kita menghadapi suatu
masalah baru yang tidak mungkin ditemukan hukumnya dalam kitab-kitab
fiqh terdahulu, maka kita akan mencari jawaban hukum terhadap masalah baru
itu dengan cara menerapkan kaidah-kaidah hasil rumusan ulama terdahulu.
Kedua, apabila kita menghadapi masalah hukum fiqh yang terurai
dalam kitab-kitab fiqh, tetapi mengalami kesukaran dalam penerapannya,
karena sudah begitu jauh perubahan yang terjadi, dan kita ingin mengkaji
ulang rumusan fuqaha lama itu dan ingin merumuskan hukum yang sesuai
dengan kemaslahatan dan tuntunan kondisi yang menghendakinya, maka
usaha yang harus ditempuh adalah merumuskan kaidah baru yang
memungkinkan timbulnya rumusan baru dalam fiqh. Kaji ulang terhadap suatu
kaidah atau menentukan kaidah baru itu tidak mungkin dapat dilakukan bila
tidak mengetahui secara baik usaha dan cara ulama-lama dalam merumuskan
kaidahnya. Hal ini akan diketahui secara baik dalam ilmu ushul fiqh.1
Beberapa kegunaan penting bagi studi Ushul Fiqh adalah sebagai
berikut:2
1. Dengan mempelajari Ushul Fiqh akan memungkinkan untuk mengetahui
dasar-dasar para mujtahid masa silam memformat bangunan dari pendapat
fiqhinya. Dengan demikian, akan dimengerti betul secara mendalam,
sehingga dengan itu bisa diketahui sejauh mana kebenaran pendapat-
pendapat fiqhi yang berkembang di Dunia Islam.
2. Dengan studi Ushul Fiqh seseorang akan memperoleh kemampuan untuk
untuk memahami ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an dan hadist-hadist
hukum dalam sunnah Rasulullah, kemudian mengistinbatkan hukum dari
dua sumber tersebut. Dalam Ushul Fiqh, seseorang akan memperoleh

Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 16


1

Misbahuddin, Ushul Fiqh I, (Makassar: Allauddin University Press, 2013), h. 6


2
pengetahuan bagaimana cara mengembangkannya dari kedua sumber
ajaran itu.
3. Dengan mendalami Ushul Fiqh seseorang akan mampu secara benar dan
lebih baik melakukan muqaranat al-mazahib al-fiqhiyah atau studi
komparatif antar pendapat ulama fiqh dari berbagai mazhab, sebab Ushul
Fiqh merupakan alat untuk melakukan perbandingan mazhab fiqhi.
Kegunaan Ushul Fiqh terutama baru akan terasa bilamana keyakinan
bahwa pintu ijtihad sudah tertutup dapat disingkirkan dari benak umat Islam.
Jika benar pintu ijtihad pernah ditutup dalam sejarahnya, hal itu tidak lain
dimaksudkan ijtihad tidak dimanifulasi oleh orang-orang yang tidak
berkompeten untuk tidak melakukannya. Bagi orang-orang yang mampu,
pintu ijtihad tidak seorang pun yang berhak menutupnya.
Kegunaan Ilmu Usul Fiqh juga dapat digunakan untuk mengetahui
alasan-alasan, argumentasi dari pendapat para ulama itu. Ini juga mempunyai
arti yang penting, karena jika mungkin seseorang akan dapat memilih
pendapat yang dipandang lebih kuat atau setidak-tidaknya seseorang dalam
mengikuti pendapat ulama mengetahui alasan-alasan dan argumennya. Dan
hal ini yang terpenting usul fiqh dapat mengontrol jalan dan metodologi
dalam ijtihad dan menghindari kesalahan dalam menerapkan hukum hasil
analisis masalah yang dipakai fuqaha’. Menurut Suwarjin dalam bukunya
“Ushul Fiqh” bahwa tujuan ilmu ushul fiqh adalah untuk menerapkan kaidah
pada dalil-dalil untuk menghasilkan hukum syara’ terapan.3
Para Ulama ushul menyepakati bahwa ushul fiqh merupakan salah
satu sarana untuk mendapatkan hulum-hukum Allah sebagaimana yang
dikehendaki oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, baik yang berkaitan dengan
masalah aqidah, ibadah, muamalah, ‘uqubah maupun akhlak. Artinya ushul
fiqh bukanlah sebagai tujuan melainkan sebagai sarana. Secara rinci ushul
fiqh berfungsi sebagai berikut:
a. Memberikan pengertian dasar tentang kaidah-kaidah dan metodologi para
ulama mujtahid dalam menggali hukum.
3
Suwarjin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 6
b. Menggambarkan persyaratan yang harus dimiliki oleh mujtahid, agar
mampu menggali hukum syara’ dengan tepat, sedangkan bagi orang
awam supaya lebih mantap dalam mengikuti pendapat yang dikemukakan
oleh para mujtahid setelah mengetahui cara yang mereka gunakan untuk
berijtihad.
c. Memberi bekal untuk menentukan hukum melalui berbagai metode yang
dikembangkan oleh para mujtahid, sehingga dapat memecahkan berbagai
persoalan baru.
d. Memelihara agama dari penyimpangan dan penyalahgunaan dalil. Dengan
berpedoman pada ushul fiqh, hukum yang dihasilkan melalui ijtihad tetap
diakui syara’.
e. Menyusun kaidah-kaidah umum (asas hukum) yang dapat dipakai untuk
menetapkan berbagai persoalan dan fenomena sosial yang terus
berkembang di masyarakat.
f. Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid, sejalan dengan
dalil yang digunakan. Dengan demikian, para peminat hukum Islam (yang
belum mampu berijtihad) dapat memilih pendapat mereka yang terkuat
disertai dengan alasan-alasan yang tepat.
Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan mempelajari ilmu ushul fiqh
adalah untuk mengaplikasikan kaidah-kaidah dan teori-teori ushul fiqh
terhadap dalil-dalil yang spesifik untuk menghasilkan hukum syara’ yang
dikehendaki oleh dalil tersebut. Berdasarkan kaidah-kaidah ushul fiqh dan
pembahasannya, maka nash-nash syara’ akan dapat dipahami dan hukum-
hukum yang terkandung di dalamnya dapat diketahui, serta sesuatu yang
dapat menghilangkan ketidakjelasan lafaz yang samar. Di samping itu
diketahui pula dalil-dalil yang dimenangkan ketika terjadi pertentangan antara
satu dalil dengan dalil yang lainnya.4 Termasuk menetapkan metode yang
paling tepat untuk menggali hukum dari sumbernya terhadap sesuatu kejadian
konkrit yang tidak ada nashnya dan mengetahui dengan sempurna dasar-dasar

4
Abdul Wahab Khallaf, ’Ilmu Ushul al-Fiqh, Cet. Ke-12 (Kairo, Dar al-Qalam, 1978),
h.14
dan metode yang digunakan para mujtahid dalam mengambil hukum sehingga
terhindar dari taklid. Ilmu ushul fiqh juga membicarakan metode penerapan
hukum bagi peristiwa-peristiwa atau tindakan-tindakan yang tidak ditemukan
secara eksplisit nashnya, yaitu dengan menggunakan metode qiyas, istishab,
dan lain sebagainya.
Menurut Al-Khudhari Baik dalam kitab ushul fiqhnya, tujuan
mempelajari ilmu ushul fiqh adalah sebagai berikut:5
a. Mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid,
agar mampu menggali hukum syara’ secara tepat.
b. Sebagai acuan dalam menentukan dan menetapkan hukum syara’ melalui
metode yang dikembangkan oleh para mujtahid, sehinggga dapat
memecahkan berbagai persoalan baru yang muncul.
c. Memelihara agama dari penyimpangan penyalahgunaan sumber dan dalil
hukum. Ushul fiqh menjadi tolok ukur validitas kebenaran sebuah ijtihad.
d. Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid, dilihat dari dalil
yang mereka gunakan.
e. Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan dalil
yang digunakan dalam berijtihad, sehingga para pemerhati hukum Islam
dapat melakukan seleksi salah satu dalil atau pendapat tersebut dengan
mengemukakan pendapatnya.
Tujuan utama mempelajari ushul fiqh ialah, untuk menerapkan
kaidah-kaidah ushul fiqh pada dalil-dalil syara’, baik Al-Qur’an maupun
Sunnah sehingga menghasilkan hukum-hukum syara’. Keberhasilan seorang
ulama yang menerapkan ilmu ushul fiqh untuk menghasilkan hukum-hukum
syara’ itu sendiri mengandung tiga kemungkinan sebagai berikut.
Kemungkinan pertama, hukum-hukum yang dihasilkan itu pada
hakikatnya merupakan pengulangan dari apa yang telah dihasilkan para ulama
mujtahid terdahulu. Dalam hal ini, penerapan ilmu ushul fiqh yang
dilaksanakan mengandung makna, memahami cara-cara menemukan hukum
melalui ushul fiqh yang dipraktikan para ulama mujtahid yang lalu.

Muhammad al-Hudhari Beik, Ushul Fiqh I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hlm. 17.
5
Kemungkinan kedua, dengan menerapkan ilmu ushul fiqh, dapat
menghasilkan hukum-hukum yang berbeda dengan apa yang ditemukan
ulama terdahulu. Kemungkinan ini dapat terjadi, disebabkan adanya
perbedaan waktu atau tempat atau keadaan dari peristiwa hukum yang terjadi
pada masa ulama yang dahulu dengan waktu atau tempat atau keadaan yang
dialami sekarang ini. Dengan demikian, meskipun secara sepintas terlihat
bahwa peristiwanya sama, tetapi hukum yang dihasilkan dapat berbeda.
Kemungkinan ketiga, hukum-hukum yang dihasilkan itu sama sekali
baru, dan belum pernah dihasilkan oleh para mujtahid dahulu. Dalam konteks
ini, ushul fiqh digunakan untuk menjawab persoalan hukum atas peristiwa-
peristiwa yang baru muncul dewasa ini, di mana pada masa lalu sama sekali
belum pernah terjadi peristiwanya, sehingga terhadap peristiwa itu tidak
ditemukan hukumnya dalam kitab kitab fiqh warisan para ulama sebelumnya.
Misalnya, hukum-hukum fiqh yang berkaitan dengan bidang kedokteran,
ekonomi, dan politik.
Disamping tiga kemungkinan di atas, maka dengan mempelajari
ilmu ushul fiqh, kita dapat pula menggunakan ushul fiqh sebagai alat untuk
melakukan perbandingan (muqaranah, comparative) terhadap hukum-hukum
fiqh yang telah ada. Pada gilirannya langkah ini dapat pula menghasilkan
pendapat yang dianggap paling kuat dan relevan dengan kebutuhan hukum
masa kini.6
B. Perbedaan Antara Fiqh dan Ushul Fiqh
Dari segi obyeknya, obyek kajian ilmu ushul fiqih adalah dalil yang
dijadikan dasar hukum, hukum itu sendiri dan kaidah dan metode instinbath.
sedangkan obyek kajian fiqh adalah perbuatan orang mukallaf ditinjau dari
segi hukumnya. misalnya, apakah perbuatan tertentu itu hukumnya wajib,
haram dan seterusnya. Dari segi tujuannya, tujuan ilmu ushul fiqh adalah
menerapkan kaidah pada dalil-dalil untuk menghasilkan hukum syara’ terapan
seperti pada bagian di atas. Sedangkan tujuan ilmu fiqh adalah mengetahui

6
Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 18-20
status hukum orang mukallaf atau menetapkan hukum pada setiap perbuatan
mukallaf.7
Obyek kajian ushul fiqh selalu tentang dalil hukum sedangkan obyek
kajian fiqh selalu perbuatan mukallaf yang diberi status hukumnya. Ushul fiqh
memandang dalil dari sisi cara penunjukkan atas suatu ketentuan hukum,
sedangkan fiqh memandang memandang dalil hanya sebagi rujukan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dalil sebagai pohon yang melahirkan buah,
sedangkan fiqh sebagai buah yang lahir dari pohon tersebut.
Fiqh adalah ilmu yang membahas tentang hukum-hukum praktis yang
penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-
dalil syara’ yang terperinci (tafshili). Sedangkan ushul fiqh adalah ilmu
tentang kaidah-kaidah dan pembahasan-pembahasan yang dijadikan sarana
untuk menemukan hukum-hukum syara’ mengenai suatu perbuatan dari dalil-
dalilnya yang spesifik. Dengan demikian maka dapat diketahui perbedaan
antara ilmu fiqh dengan ilmu ushul fiqh. Ilmu fiqh berbicara tentang hukum
dari aspek perbuatan, sedangkan ilmu ushul fiqh berbicara tentang metode dan
proses bagaimana menemukan hukum.
Dilihat dari sudut aplikasinya, fiqh akan menjawab pertanyaan “apa
hukum suatau perbuatan”, sedangkan ushul Fiqh akan menjawab pertanyaan
“bagaimana cara menemukan atau proses penemuan hukum yang digunakan”.
Dengan kata lain, fiqh lebih bercorak produk, sedangkan ushul fiqh lebih
bercorak metodologis. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa fiqh merupakan
koleksi produk hukum, sedangkan ushul fiqh merupakan koleksi metodologis
yang sangat diperlukan untuk memproduk hukum.8

7
Suwarjin, Ushul Fiqh,..h. 9
8
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Sebuah Pengantar), (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004), Cet. Ke-3, h. 4-5
ANALISIS PENULIS
Tujuan mempelajari ilmu ushul fiqh adalah mengetahui dan menerapkan
dalil-dalil ijmaly untuk menggali hukum-hukum syar’i yang bersifat amaly
tersebut. Mempelajari ilmu ushul fiqh merupakan suatu hal yang penting untuk
digunakan guna merespon berbagai perkembangan dan perubahan sosial yang
setiap saat terjadi. Pintunya melalui ijtihad. Meskipun demikian kita tidak
melakukan ijtihad, maka tujuan kita mempelajari ushul fiqh adalah untuk
mengetahui nalar dan metode yang digunakan mujtahid. Semua orang bisa
mempelajari ilmu ushul fiqh meski mereka dari kalangan orang awam, namun
setidaknya dari belajar ushul fiqh dapat mengetahui apa itu haram, sunnah, wajib,
makruh dan mubah, mengetahui juga tentang ‘am, khas, mutlaq, muqayyad dan
lain sebagainya.
Ilmu Ushul Fiqh merupakan ilmu yang harus dimiliki oleh seorang
mujtahid untuk menggali hukum-hukum fiqh. Terutama sekali dalam menghadapi
berbagai problematika kehidupan modern yang tidak pernah ada di masa lampau,
maka ushul fiqh adalah alat untuk mendialogkan nash dengan kehidupan manusia
(an-naas) di masa kini. Namun, Para ulama ushul sepakat bahwa ilmu ushul fiqh
adalah sarana bukan suatu tujuan untuk medapatkan hukum-hukum Allah
sebagaimana apa yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul baik yang berkaitan
dengan masalah aqidah, ibadah, muamalah maupun uqubah.
Perbedaan antara ushul fiqh dan fiqh adalah Obyek kajian ushul fiqh
selalu tentang dalil hukum sedangkan obyek kajian fiqh selalu perbuatan mukallaf
yang diberi status hukumnya. Ushul fiqh memandang dalil dari sisi cara
penunjukkan atas suatu ketentuan hukum, sedangkan fiqh memandang
memandang dalil hanya sebagi rujukan. Artinya dalam ilmu fiqh, dalil itu hanya
sebagai rujukan. Perbedaan yang mendasar menurut penulis adalah ilmu ushul
fiqh lebih bersifat teori atau hanya sebatas teorinya saja sedangkan ilmu fiqh itu
bersifat praktis atau praktek. Dari ilmu ushul fiqh yang bersifat teori tersebut
kemudian melahirkan produk hukum yang disebut dengan ilmu fiqh yang sifat
lebih kepada mempraktekkan.
Ushul fiqh dan fiqh merupakan hasil daya nalar ulama atau fuqaha dalam
menganalisis dalil-dalil dan peristiwa-peristiwa yang muncul secara bersamaan.
Keberadaan ushul fiqh dan fiqh sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam menyesuaikan diri dengan kondisi zaman mereka. Jika ushul fiqh
dan fiqh tidak ada, maka mukallaf sangat sulit memenuhi perintah dan menjauhi
larangan Allah SWT bahkan beribadah dengan sempurna. Ketaatan dan
ketakwaan akan segera muncul dengan menyikapi fiqh dengan baik. Oleh karena
itu, antara fiqh dan ushul fiqh adalah 2 ilmu yang saling berhubungan dan 2 ilmu
yang penting untuk menjawab persoalan-persoalan hukum di masa kontemporer
yang bersifat dinamis ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam masyarakat muslim di mana berkembang budaya taklid kepada
salah seorang imam pendiri mazhab, studi Ushul Fiqh kurang mendapat
perhatian. Sebab, dalam mengamalkan hukum Islam, bisa jadi mereka merasa
cukup dengan apa yang telah tersedia dalam buku-buku fiqh klasik. Studi
Ushul Fiqh baru terasa penting bilamana dihadapkan kepada masalah-masalah
baru yang hukumnya tidak terdapat dalam pembendaharaan fiqh lama. Di
samping itu, dengan maraknya peminat hukum Islam melakukan
perbandingan mazhab bahkan untuk mengetahui mana pendapat yang lebih
kuat serta adanya upaya untuk memperbaharui hukum Islam akan semakin
terasa betapa pentingnnya melakukan studi Ushul Fiqh.
Tujuan ilmu ushul fiqh ialah penerapan kaidah-kaidahnya dan
pembahasan-pembahasannya pada dalil-dalil yang terperinci untuk mencapai
hukum-hukum syariat yang ditunjuknya.Kegunaan Ushul Fiqh terutama baru
akan terasa bilamana keyakinan bahwa pintu ijtihad sudah tertutup dapat
disingkirkan dari benak umat Islam. Jika benar pintu ijtihad pernah ditutup
dalam sejarahnya, hal itu tidak lain dimaksudkan ijtihad tidak dimanifulasi
oleh orang-orang yang tidak berkompeten untuk tidak melakukannya. Bagi
orang-orang yang mampu, pintu ijtihad tidak seorang pun yang berhak
menutupnya.
Dari segi obyeknya, obyek kajian ilmu ushul fiqih adalah dalil yang
dijadikan dasar hukum, hukum itu sendiri dan kaidah dan metode instinbath.
sedangkan obyek kajian fiqh adalah perbuatan orang mukallaf ditinjau dari
segi hukumnya. misalnya, apakah perbuatan tertentu itu hukumnya wajib,
haram dan seterusnya. Dari segi tujuannya, tujuan ilmu ushul fiqh adalah
menerapkan kaidah pada dalil-dalil untuk menghasilkan hukum syara’ terapan
seperti pada bagian di atas. Sedangkan tujuan ilmu fiqh adalah mengetahui
status hukum orang mukallaf atau menetapkan hukum pada setiap perbuatan
mukallaf.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hudhari Beik,Muhammad,Ushul Fiqh I, Beirut: Dar al-Fikr, 1988.

Khallaf,Abdul Wahab,’Ilmu Ushul al-Fiqh, Cet. Ke-12, Kairo: Dar al-Qalam, 1978.

Koto,Alaiddin, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Sebuah Pengantar),Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004, Cet. Ke-3.

Mardani, Ushul Fiqh, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Misbahuddin, Ushul Fiqh I, Makassar: Allauddin University Press, 2013.

Rahman Dahlan,Abd, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2010.

Suwarjin, Ushul Fiqh, Yogyakarta: Teras, 2012.

Anda mungkin juga menyukai