DISUSUN OLEH
NUR ZAKIYATUN NUFUS
GURU:
USTAD MISBAHUL MUNIR
PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG
Tahun ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di ponpes asshiddiqiyah.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari ust misbahul munir mengenai tentang
ilmu fiqih. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada siswa yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi siswa yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
I. Latar Belakang.............................................................................................................4
III. Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
I. KESIMPULAN.............................................................................................................15
II. SARAN.......................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis
dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih
merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam
lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab,
dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik
dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman
modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang membutuhkan
kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar ilmu
dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar.1
Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat
mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli melaksanakan dan
mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.2 Fiqih merupakan sebuah
cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan memiliki obyek dan
kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati
dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-
ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk
pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak
masalah-masalah muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh
karena itu, peserta didik membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk
menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar. Dengan adanya fakta tersebut,
guru harus mencoba mengunakan model pembelajaran kooperatif model TGT
karena tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang
berkemampuan akademik lebih rendah juga ikut aktif belajar.
III. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Sejarah tentang ilmu fiqih
2. Untuk memahami mengenai fiqih sebagai sumber hukum islam
3. Untuk memahami hukum pernikahan dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Fiqih
Fiqh (( فقهsecara bahasa artinya pemahaman yang benar tentang apa yang
diharapkan. Hadis berikut menggunakan kata fikih sesuai makna bahasanya
“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia
terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang
memberi. Dan senantiasa umat ini akan tegak di atas perintah Allah, mereka
tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga
datang keputusan Allah.”( HR Bukhari ). Fiqh adalah mashdar dari bab َهيفقَ قِه ف
faqiha - yafqahu, yang berarti "paham". faquha (dengan qaf berharakat
dhammah) artinya fiqh menjadi sifat alaminya. faqaha (dengan fathah) artinya
lebih dulu paham dari yang lain. Secara pengetahuan “معرفة باألحكام الشرعية العملية
يليةWWW بأدلتها التفصartinya fikih ,istilah tentang hukum-hukum syariat praktis
berdasarkan dalil-dalil rincinya.” Yang dimaksud ”معرفةpengetahuan” mencakup
ilmu pasti dan dugaan. Hukum-hukum syariat ada yang diketahui secara pasti
dari dalil yang meyakinkan dan ada yang diketahui secara dugaan. Masalah-
masalah ijtihad yang menjadi bahan perbedaan pendapat di kalangan ulama
adalah masalah dugaan karena jika diketahui secara yakin, maka pasti tidak ada
perbedaan pendapat.
٤ َوِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخ َلْقَنا َز ْو َج ْيِن َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Ilmu fikih merupakan sebuah disiplin keilmuan yang berkaitan dengan
hukum-hukum syariat yang digali dari sumber-sumbernya. Sumber-sumber
tersebut terdiri dari beberapa hal, namun yang paling fundamental dan utama
adalah al-Qur’an itu sendiri. Sedangkan dari berbagai sumber hukum tersebut,
setidaknya ada lima hukum yang biasanya dihasilkan. Lima hukum tersebut
terdiri dari wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Hukum-hukum inilah
yang kemudian disebut dengan hukum takli>fi>.1 Pada koteks QS. al-Nūr [24]:
32, yang di dalamnya terdapat sebuah disimpulkan dapat maka ,]َو َأْنِك ُحْو ا اْألَ َیاَم ى
] ِم ْنُك ْمberbunyi yaitu ,)amr-al (perintah bahwa: 1. Perintah untuk menikahkan al-
aya>ma> pada ayat tersebut bermakna wajib. Karena, sebagaimana menurut
kaidah dasar, tidak ada illat yang bisa memalingkan maknanya dari wajib.
Kewajiban di sini tidak bermakna bahwa para wali memiliki otoritas untuk
memaksa orang-orang yang berada dalam pengayomannya untuk menikah,
tetapi sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Qutb, para wali memastikan bantuan
untuk membantu mereka yang ingin menikah dan ingin menjaga kesucian diri.
Kewajiban ini merupakan kewajiban yang berkaitan dengan kemampuan.
Karena itu, pada konteks ini berlaku sebuah kaidah [ وبWWق الوجWWتطاعة یتعلWWباالس
berkaitan yang kewajiban “yaitu ,]رورةWع الضWW وال محرم م، فال واجب مع العجزdengan
kemampuan, maka menjadi tidak wajib dalam kondisi keterbatasan (lemah), dan
juga tidak terlarang untuk dilakukan ketika darurat. 2. Adapun implementasi
atau bentuk implementasi serta manifestasi perintah menikahkan al-aya>ma>
pada QS. al-Nūr [24]: 32 tersebut dipahami sebagai perintah untuk
mengkondisikan pernikahan bagi orang-orang yang tidak memiliki pasangan
hidup. Berdasarkan teori dila>lat al-nass, yaitu menemukan makna substantif
(ru>h) atau yang analog (ma’qu>l) dengan sebuah teks, yang mekanismenya
adalah terkait dengan kesamaan illah (sebab hukum), maka di antaranya sebagai
berikut; a. Sulitnya menemukan jodoh. Jika kesulitan seseorang untuk menikah
adalah sulitnya menemukan jodoh, maka perintah pada QS. al-Nūr [24]: 32
tersebut dipahami sebagai perintah untuk membantu mereka untuk menemukan
jodohnya. b. Biaya terlalu tinggi. Biaya disini bisa berkaitan dengan banyak hal,
seperti mahar atau hal-hal yang berkaitn dengan budaya lokal tertentu, seperti
uang hantaran atau panaik yang sangat besar, sehingga menjadi kendala bagi
para pemuda untuk menikah. Maka pada konteks ini, perintah pada QS. al-Nūr
[24]: 32 tersebut dipahami sebagai perintah untuk membayarkan biaya mahar,
hantaran, panaik, dan sebagainya, atau mengecilkan jumlahnya sehingga tidak
lagi menjadi kendala bagi terjadinya pernikahan. c. Kurangnya perhatian orang
tua terhadap perkembangan anaknya. Orang tua terkadang tidak antisiatif
sekaligus tidak sensitif terhadap perkembangan kedewasaan anaknya.
Terkadang, hal ini membuat seorang anak menjadi malu untuk megutarakan
keinginannya untuk menikah. Maka pada konteks ini, perintah pada QS. al-Nūr
[24]: 32 tersebut dipahami sebagai perintah kepada orang tua agar antisipatif
dan sensitif terhadap perkembangan kehidupan anaknya. Bentuk lain misalnya,
orang tua tidak terlalu memaksakan pilihannya terhadap anaknya. d. Serta
kendala-kendala lainnya.
II. SARAN
Dengan penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan
gagasan dalam kajian hukum Islam, khususnya terkait dengan hukum
menikahkan al-aya>ma> dalam perspektif hukum Islam. Tema pokok penelitian
ini merupakan sebuah kajian yang masih terbilang langka dibicarakan dan
disosialisasikan di realitas umat Islam, meskipun ternyata sudah cukup banyak
dibahas dalam literatur-literatur. Meskipun demikian, penulis menemukan
pembahasan tersebut masih didominasi oleh tafsir-tafsir klasik, sedangkan
buku-buku khusus dalam disiplin ilmu fikih, bisa dikatakan masih sangat sedikit
untuk tidak mengatakannya belum ada sama sekali. Karena itulah, penelitian
terhadap persoalan ini sangat membutuhkan kajian atau penelitian lebih lanjut
sebagai upaya untuk pengembangannya.
DAFTAR PUSAKA
Muhammad Rafa’i, Ilmu Fiqih Lengkap (Semarang : CV Toha Putra, 1978) Fauzan
Shalaih bin Fauzan, al Mulakkhash (Jakarta : Pustaka Azzam) Hhtp : Nurannbawiy.
Menurut Pendapat Jamhur Ulama Wordpress. Com Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid,
(Jakarta : Pustaka Azzam) 2006. jilid I. Shalaih Fauzan,Ringkasan Fikih Syaikh Fauzan,
Khusus Fikih Ibadah. Jakarta : Pustaka Azzam, 2006 Jilid Ke III. Muhali, Ahmad Mujab,
Hadist-hadist Riwayat Asy-Syafi’i, Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2003 SabiqSayyid, Fikih
Sunnah (Jakarta : Cakrawala Publishing, 2011), jid I. Al MalibariZainuddin, Fathul Mu’in,
(Beirut: Dar al Fikr), juz I. Muhammad bin’ AbdurrahmanSyaikh Al-Alamah, Fikih Empat
Mazhab, Dimasyqi, 2001. Ahmad FaridSyaikh, 60 Biografi Ulama Salaf, Penerj. Masturi
Irham, Asmu’i Taman, (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2006), Cet. Ke-1.
YanggoTahidoHuzaimah, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta : Logos, 1997), Cet.
Ke-I. M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1996),
Cet. Ke-2. Asy-Shiddeqy Muhammad Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang ; Pustaka
Rizki Putra, 1997), Cet Ke-I. DahlanAbdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta :
Ichtiar Baru Van Hoeven, 1970), Cet. Ke-I, Jilid 4. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,
Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve,1997), Jilid 3, Cet. Ke-4. Proyek
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta : 1981)