Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KONSEP PENGANTAR ILMU FIQIH”

Dosen Pengampu :

Yahdi Dinul Haq, S.HI.,MH

Di Susun Oleh :

ALIF FATHURRAHMAN (1322114)

ANGGI MUSPITA (1322104)

HAIYUNNAS FIQRA (1322099)

OSCAR SAPUTERA (1322118)

RIKA APRIANDA (1322102)

SYANIA AULIA PUTRI (1322128)

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
(UIN BUKITTINGGI)
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat – Nya , yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
kepada kami. Sehingga hami dapat menyelesaikan masalah tentang “ Konsep Pengantar Ilmu
Fiqih”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari bapak “Yahdi Dinul Haq, S.HI.,MH”
pada mata kuliah “ Pengantar Ilmu Fiqih” di UIN Sjech M. Djamil Jambek Bukittinggi. Selain
itu, pemakalah juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan pemakalah terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 15 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4

A. Latar Belakang .............................................................................................4


B. Rumusan Masalah ........................................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................6

A. Pengertian Ilmu Fiqih ...................................................................................6


B. Pengertian Ushul Fiqih .................................................................................6
C. Pengertian Qawaid Fiqhiyah ........................................................................9
D. Perbedaan Antara Syari’at, Fiqih Dan Hukum Islam ..................................10

BAB III PENUTUP .................................................................................................12

A. Kesimpulan .................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam menurut satu-satumya agama yang mengatur berbagai aspek dalam kehidupan,
sehingga melahirkan banyak disiplin ilmu salahsatunya adalah ilmu ushul fiqih, pada zaman
rasulullah belum ada pembagian khusus tentang ilmu ushul fiqih karena pada zaman rasulullah
menjawabnya melalui wahyu dan ilham dari Allah, tanpa memerlukan dasar-dasar dan kaidah-
kaidah untuk ,menginstimbatkan hukum.
Namun, seiring perkembangan islam semakin meluas keseluruh penjuru dunia tentunya
banyak sekali permasalahan-permasalahan kini para sahabat berfatwa menurut nash-nash yang
mereka pahami. Bila jawabannya tidak ditentukan dalam alqur’an dan hadits, mereka melakukan
ijtihad. Untuk melakukan ijtihad dibutuhkan ilmu khusus dalam mengijtihad suatu masalah, yaitu
dengan mengetahui ushul fiqih.
Memahami ushul fiqih merupakan modal utama dalam mengistimbatkan suatu perkara
fiqih muncul karena adanya ushul fiqih. Dengan demikian, ushul fiqih mempunyai peranan
penting dalam perkembangan fiqih mengambil hukum tanpa dasar hanyalah suatu kedustaan
yang nyata. Lain halnya dengan metode mujtahid dalam mengambil hukum.
Kebutuhan terhadap ushul fiqih ini senantiasa tidak padam, karena masyarakat senantiasa
bergerak dinamis terutama atas ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga seakan hukum islam
itu senantiasa berpacu dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian dari Ilmu Fiqih?
2. Apa yang di maksud dengan Ushul Fiqih?
3. Apa itu pengertian dari Qawaid Fiqhiyah?
4. Apa perbedaan antara Syariah Fiqh dan Hukum Islam?

4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ilmu Fiqih
2. Untuk mengetahui pengertian dari Ushul Fiqih
3. Untuk mengetahui pengertian dari Qawaid Fiqhiyah
4. Untuk mengetahui perbedaan antara Syariah Fiqih dan Hukum Islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU FIQH


Secara etimotologi fiqih berasal dari kata faqqaha, tufaqqihu fiqham yang berarti
pemahaman tentang agama islam. Dengan demikian fiqih pada arti memahami agama islam
secara utuh dan komperentif.
Kata fiqih secara bahasa berarti pemahaman atau pengertian ini diawali dari firman Allah
SWT.(QS.Hud 91) artinya”mereka berkata” hai sjuaib kami tidak banyak mengerti tentang apa
yang kamu seorang yang lemah diantara kami, kalaulah tidak karena keluargamu tentulah kami
telah cerajah kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa disisi kami”.secara
istilah fiah adalah” Ilmu tentang hukum. Hukum syar’i yang bersifat amali yang digali dari dalil-
dalil yang terperinci ”(Wahab Khalaf:1977”)
Pertama, al-ilmu. Pada ghalibaya. Memiliki dua pengertian. yaitu al-ilmu dalam arti
pengetahuan yang mencapai tingkatan keyakinan (Al-yaqin) dan al-ilmu dalam arti pengetahuan
yang hanya sampai pada tingkat dugaan (al-dlam) dalam deferensi diatas, al-ilmu yang dimaksud
lebih dimaknai dengan arti kata yang kedua yaitu pengetahuan yang hanya erat dugaan akan
asumsi.
Kedua, al-ahkam adalah kata samar dari al-hukm yang memiliki arti putusan. Berkata
dengan ketentuan-ketentuan syari’ah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang berasal dari
Allah, seperti wajib, sunnah,makhruh dan haram
Ketiga as-syariyyah merupakan sifat atau adjektif hukum. Hukum yang berarti bersifat
syar’i. Karena itu pengetahuan tentang hukum. Hukum yang bersifat aqli tidak disebut fiqih,
hukum yang sifatnya indrawi tidak disebut fiqih.
Keempat, al-adilfah at-tafshiliyyah berarti dalil-dalil yang terperinci. Dalil-dalil yang
bersifat ijwali (bersifat global) tidak termasuk fiqih, contoh dalil terperinci ”diharamkan atas
kamu (mengawini) ibu-ibumu anak-anakmu yang perempuan (QS.An-nisa’:23).

B. PENGERTIAN USHUL FIQH


Ushul fiqih merupakan gabungan dari dua kata yaitu ushu yang berarti pokok, dasar,
pondasi dan kata “fiqih” secara literal berarti paham atau mengerti tentang sesuatu. Kemudian

6
mendapat tambahan ya’ nisbah yang berfungsi mengkategori atau perjenisan. Antara lain
tersebut dalam QS At-taubah 122.
Adapun pengertian fiqih secara terminologis atau menurut istilah syara’ adalah fiqih ialah
pemahaman ilmu hukum-hukum syara’ yang kenaan dengan amaliah manusia yang diambil dari
dalil-dalil syarak yang terperinci.
Sebagai nama dari suatu bidang ilmu dalam khazanah studi keislaman, para ulama
mengungkapkan definisi ilmu ushul fiqih dalam berbagai redaksi menurut abdul wahab khallaf
ushul fiqih adalah Pengetahuan tentang kaidah-kaidah dan kajian yang digunakan untuk
menemukan hukum-hukum syara’ suatu perbuatan yang peroleh dari dalil-dalilnya yang
terperinci.
Sedangkan menurut Abdul Hamid Hakim ushul fiqih adalah dalil fiqih secara global,
seperti ucapan para ulama: sesuatu yang dikatakan sebagai perintah adalah menandakan sebuah
kewajiban, suatu yang dikatakan sebagai larangan adalah menandakan keharaman, dan suatu
yang dikatakan sebagai kumpulan perbuatan Nabi Muhammad saw, ijmak dan qiyas (analogi)
adalah sebuah hajjah.
Ushul fiqih juga dikatakan kumpulan kaidah atau metode yang menjelaskan kepada ahli
hukum islam (fuqaha) tentang cara menetapkan, mengeluarkan atau mengambil hukum dari
dalil-dalil syara’, yakni alqur’an dan hadits nabi atau dalil-dalil yang disepakati ulama.

1. Perbedaan antara syari’ah dengan fikih


a) Syariat, seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu terdapar di dalam alqur’an
dan kitab-kitab hadis. Kalau kita berbicara tentang syariat, yang dimaksud adalah
wahyu Allah dan sunnah nabi Muhammad sebagai RasulNya. Sedangkan apabila kita
berbicara tentang fikih, yang dimaksud adalah pemahaman manusia yang memenuhi
syarat pemahaman itu
b) Syariat bersifat fundamental dan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas karena ke
dalamnya, oleh banyak ahli, dimaksukkan juga akidah dan akhlak. Sedangkan fikih
bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur
perbuatan manusia, yang biasanya disebut sebagai perbuatan hukum.

7
c) Syariat adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, karena itu berlaku abadi
sedangkan fikih adalah karya manusia yang tida berlaku abadi, dapat berubah dari
masa ke masa.
d) Syariat hanya satu, sedangkan fikih mungkin lebih dari satu [misalnya] terlihat pada
aliran aliran hukum yang disebut dengan istilah mazahib atau mazhab-mazhab itu.
e) Syariat menunjukkan kesatuan dalam Islam, sedangkan fikih menunjukkan
keragamannya

2. Analisis dari sumber Hukum Islam


Ulama berpendapat bahwa akal merupakan sumber hukum fikih yang berkenaan dengan
sesuatu yang tidak tersebut dalam alqur’an atau sunnah , meskipun mereka mendefinisikan
sunnah dengan arti yang lebih luas tetapi menurut syi’ah imamiyah bahwa penerimaan akal
sebagai salah satu sumber fikih islam itu karena ada dasar syara’ dengan adanya izin syara inilah
kebenaran, menurut mereka dapat diperoleh melalui petunjuk akal. Sedang jumhur fuqaha tidak
menjadikan akal sebagai pembuat hukum dan mereka mengembalikan sesuatu yang tak ada
nashnya kepada sesuatu yang ada nashnya dengan beberapa jalan, baik dengan jalan qiyas,
istihsan, atau dikembalikan kepada kemaslahatan yang dibenarkan syara’ meskipun tidak ada
dalil khusus yang menunjukannya.
Menurut Muhammad Abu Zahrah perbedaan pendapat antara ulama syi’ah dengan
jumhur fuqaha tentang eksitensi akal (apakah bisa dianggap sebagai dalil atau tidak ketika tidak
ada nash adalah berpangkal dari adanya perbedaan dalam masalah tahsin aqliy (kebaikan
menurut akal) oleh karena itu dalam hal akidah golongan syi’ah imamiyah menganut mazhab
mu’tazilah, maka mereka memandang akal sebagai sumber hukum pada saat nash ditemukan”
Selain itu, pendapat para jumhur ulama yang berpegang pada sumber hukum adalah
Alqur’an, as-sunnah, ijma dan qiyas pada hakikatnya tidak menafikan peranan akal sebagai alat
untuk memahami sumber-sumber hukum islam. Dan jelas hal ini akan menyulitkan bagi orang-
orang yang memang kemampuan akalnya terbatas. Sedangkan pendapat ulama mu’tazilah ‘abd
al-jabbar yang berpegang bahwa urutan sumber hukum islam adalah akal, alqu’an, as-sunnah dan
ijma. Dimana eksistensi akal begitu penting, namun tentunya hanya orang-orang yang telah
memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai at-atauhid wa ‘adl (mengetahui dan memahami

8
kemaha adilan tuhan) yang berhak meggunakan akalnya sebagai sumber hukum. Disisi lain, nabi
muhammad shallallahu wa sallam bersabda,
‘aku telah tinggalkan pada aku pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya. (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-nya’.(Hadits Sahilah
Lighairihi H.R Malik;al-hakim,al-baihaqi,Ibnu Nashr Ibnu Hazm).

C. PENGERTIAN QAWAID FIQHIYAH


Qawaid Fiqhiyah adalah kata majemuk yang terbentuk dari dua kata, yakni kata qawaid
dan fiqhiyah, kedua kata itu memiliki pengertian tersendiri. Secara etimologi, berarti; asas,
landasan, dasar atau fondasi sesuatu, baik yang bersifat kongkret, materi, atau inderawi seperti
fondasi bangunan rumah, maupun yang bersifat abstrak, non materi dan non indrawi seperti
ushuluddin [dasar agama]. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kaidah yaitu rumusan asas
yang menjadi hukum; aturan yang sudah pasti patokan; dalil (Azhari,2015).
“Suatu perkara kulli yang bersesuaian dengan juziyah yang banyak yang dari padanya
diketahui hukum-hukum juziyat itu “Menurut mustafa az Zarqa, qowaidul fiqhiyah ialah : dasar-
dasar fikih yang bersifat umum dan bersifat ringkas berbentuk undang-undang yang berisi
hukum-hukum syara’ yang umum terhadap berbagai peristiwa hukum yang termasuk dalam
cakupam kaidah tersebut.
Imam mustafha al Zarqa’ Dasar-dasar hukum, fiqih yang bersifat kully yang diungkapkan
dalam teks-teks singkat yang bersifat undang-undang dan mengandung hukum-hukum syara
dalam berbagai kasus yang termasuk dalam cakupan kaidah tersebut.
Imam ali Ahmad al-Nadwi memberikan definisi sebagai berikut: Dasar hukum syara’
yang terdapat dalam permasalahan yang umum atau menyeluruh untuk mengetahui hukum-
hukum syara’ yang umum dari berbagai macam pembahasan dalam berbagai permasalahan-
permasalahan yang termasuk dalam cakupan kaidah tersebut.
Dari berbagai macam definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat dilihat bahwa para
ulama terdahulu berbeda-beda dalam mendefinisikannya namun dari semua definisi diatas
ternyata memiliki subtansi yang sama bahwa kaidah fikih itu adalah”dasar hukum fiqih yang
bersifat kully. Artinya kaidah fiqih tersebut bersifat umum yang dapat diterapkan pada cakupan
juz’i nya cakupan juz’i tersebut berlaku pada af’ aalu al mulallaf (perbuatan seseorang mukallaf).
(suparmin,2013).

9
D. PERBEDAAN ANTARA SYARIA`T,FIQH DAN HUKUM ISLAM
1. Syaria‘t
Terdapat istilah syarî’ah dalam hukum Islam yang harus dipahami sebagai sebuah
intisari dari ajaran Islam itu sendiri. Syarî’at atau ditulis juga syarî’ah secara etimologis (bahasa)
sebagaimana dikemukakan oleh Hasbi as-Shiddieqy adalah “Jalan tempat keluarnya sumber mata
air atau jalan yang dilalui air terjun” yang kemudian diasosiasikan oleh orang-orang Arab
sebagaiُ ِ ْ‫يَقة َ ّ لطر ا ُ ْ ُم ْ َستِ ْقي َمة ال‬at-thariqah al-mustaqîmah, sebuah jalan lurus10 yang harus diikuti
oleh setiap umat muslim. Pergeseran makna dari denonatif, sumber mata air, menjadi jalan yang
lurus tersebut memiliki alasan yang bisa dinalar. Setiap makhluk hidup pasti membutuhkan air
sebagai sarana menjaga keselamatan dan kesehatan tubuh, guna bisa bertahan hidup di dunia.
Secara terminologis (istilah) syarî’ah diartikan sebagai tata aturan atau hukum-hukum
yang disyariatkan oleh Allah kepada hamba-Nya untuk diikuti. Diperjelas oleh pendapat Manna’
alQhaththan, bahwa syarî’at berarti “segala ketentuan Allah yang disyariatkan bagi hamba-
hamba-Nya, baik menyangkut akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah”

2. Fiqh
Secara ringkas fiqih adalah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid dalam
usahanya menemukan hukum Tuhan.16 Fiqih memiliki keterkaitan dengan hukum-hukum syara’
yang bersifat praktis yang bersumberkan kepada dalil-dalil terperinci. Hukumhukum syara’
tersebutlah yang dinamai dengan fiqih; baik ia dihasilkan dengan jalan ijtihad ataupun tanpa
ijtihad. Sehingga jelas sekali bahwa hukum-hukum yang terkait dengan bidang akidah dan
akhlak tidak termasuk dalam pembahasan ilmu fiqih dan tidak pula dikatakan sebagai Ilmu Fiqih

3. Hukum Islam
Hukum Islam Al-Quran dan literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebutkan
kata hukum Islam sebagai salah satu istilah. Yang ada di dalam al-Quran adalah kata syarî’ah,
fiqh, hukum Allah, dan yang seakar dengannya. Istilah hukum Islam merupakan terjemahan dari
islamic law dalam literatur Barat. Istilah ini kemudian menjadi populer. Untuk lebih memberikan
kejelasan tentang makna hukum Islam maka perlu diketahui lebih dulu arti masing-masing kata.
Kata hukum secara etimologi berasal dari akar kata bahasa Arab, yaitu َ ْ‫ َم َحك‬-‫ َ ح ُك ُم ي‬hakama-
yahkumu yang kemudian bentuk mashdar-nya menjadi ‫ ُ ماًْحك‬hukman, yang memiliki arti
kebijaksanaan.

10
Arti lain yang muncul dari akar kata tersebut adalah “kendali atau kekangan kuda”,
yakni bahwa keberadaan hukum pada hakikatnya adalah untuk mengendalikan atau mengekang
seseorang dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Makna “mencegah atau menolak” juga menjadi
salah satu arti dari lafadz hukmu yang memiliki akar kata hakama tersebut. Mencegah
ketidakadilan, mencegah kedzaliman, mencegah penganiayaan, dan menolak mafsadat lainnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara etimotologi fiqih berasal dari kata faqqaha, tufaqqihu fiqham yang berarti
pemahaman tentang agama islam. Dengan demikian fiqih pada arti memahami agama islam
secara utuh dan komperentif.Sedangkan Ushul fiqih merupakan gabungan dari dua kata yaitu
ushu yang berarti pokok, dasar, pondasi dan kata “fiqih” secara literal berarti paham atau
mengerti tentang sesuatu. Kemudian mendapat tambahan ya’ nisbah yang berfungsi
mengkategori atau perjenisan.
Qawaid Fiqhiyah adalah kata majemuk yang terbentuk dari dua kata, yakni kata qawaid
dan fiqhiyah, kedua kata itu memiliki pengertian tersendiri. Secara etimologi, berarti; asas,
landasan, dasar atau fondasi sesuatu, baik yang bersifat kongkret, materi, atau inderawi seperti
fondasi bangunan rumah, maupun yang bersifat abstrak, non materi dan non indrawi seperti
ushuluddin [dasar agama]. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kaidah yaitu rumusan asas
yang menjadi hukum; aturan yang sudah pasti.
Serta perbedaan antara syria`h,fiqh,dan hukum islam, Terdapat istilah syarî’ah dalam
hukum Islam yang harus dipahami sebagai sebuah intisari dari ajaran Islam itu sendiri. Syarî’at
atau ditulis juga syarî’ah secara etimologis (bahasa) sebagaimana dikemukakan oleh Hasbi as-
Shiddieqy adalah “Jalan tempat keluarnya sumber mata air atau jalan yang dilalui air terjun”.
Secara ringkas fiqih adalah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid dalam
usahanya menemukan hukum Tuhan.16 Fiqih memiliki keterkaitan dengan hukum-hukum syara’
yang bersifat praktis yang bersumberkan kepada dalil-dalil terperinci. Hukumhukum syara’
tersebutlah yang dinamai dengan fiqih;
Hukum Islam Al-Quran dan literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebutkan kata
hukum Islam sebagai salah satu istilah. Yang ada di dalam al-Quran adalah kata syarî’ah, fiqh,
hukum Allah, dan yang seakar dengannya. Istilah hukum Islam merupakan terjemahan dari
islamic law dalam literatur Barat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Wahbah az – zuhaily, ushul fiqh al-islamy, jilid I, damaskus; darul fikri, 2005.

Wahab khallaf, ilmu ushul fiqh, Kuwait, darul qalam, 1977.

Muhammad abu Zahra, ushul fiqh, Beirut, darul fikri, 1958.

13

Anda mungkin juga menyukai