“ISIM KANA”
MENGENAL DASAR DARI ILMU NAHWU DAN SHARAF
Dosen Pengampu :
Yaspardi, S.Pd, M.Pd
Di Susun Oleh :
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masi banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan. baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku penulis makalah ini.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan di harapkan kritikan yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
1. Pengertian isim kaana 5
2. Isim kaana dan saudaranya 6
3. Macam – macam kaana dan saudaranya 6
4. Pengertian kaana taam dan kaana naqhis 6
5. Amalnya isim kaana dan saudaranya8
6. Contoh kaana dalam al qur’an 8
BAB III PENUTUP 9
1. Kesimpulan 9
2. Saran 9
BAB IV DAFTAR PUSTAKA 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu nahwu merupakan salah satu bagian dasar dari ilmu tata bahasa dalam bahasa arab
untuk mengetahui jabatan atau kata dalam kalimat dan bentuk huruf atau harkat terakhir dari
suatu kata. serta dapat memahamkan kita dalam mengkaji kitab – kitab karangan ulama pada
zaman dahulu maupun zaman sekarang. Ilmu nahwu dan sharaf di ibaratkan bagaikan perahu
dan pendayung yang di gunakan untuk menuju ke sebuah tempat. Tanpa itu semua akan terasa
tidak lengkap dan tidak akan tercapai ke sebuah tempat yang di tuju.
Oleh karena itu, kita harus tau tentang ilmu alat (nahwu dan sharaf), dan tanpa itu pula
kita tidak dapat memahami al- qur’an dan hadist secara baik dan bener. Maka dari itu ilmu alat
sangat penting untuk di pelajari supaya kita paham tentang kontes bahasa arab.
Dalam makalah ini akan di jelaskan sebagian kecil dari ilmu nahwu yaitu tentang Isim
Kaana Dan Saudara – Saudaranya
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian isim kaana dan saudaranya?
2. Bagaimana penggunaan isim kaana dan saudaranya?
3. Apa pengertian Kaana Taam Dan Kaana Naqhis?
C. TUJUAN
Tujuan penulis makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunan isim kaana
dan sudara-saudaranya yang baik dan bener sesuai kaidahnya. Dan untuk melengkapi tugas
Bahasa Arab dan menambah nilai.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Isim Kaana Dan Saudaranya
Isim kana ( َ ) َكانdan saudaranya adalah Amil yang masuk ke mubatada’ dan khabarnya
serta beramal merafa’kan mubtada’ dan menashabkan khabar. Atau mubtada’ yang telah di
masuki kaan dan saudaranya serta beri’rab rafa’ karena kedudukannya sama halnya dengan fail.
Isim kaan bisa berupa isim mabni atau isim mu’rab.
Menurut kesepakatan ahli nahwu kaana dan saudaranya merupakan fiil, kecuali lafadz
laisa. Kebanyakan ahli nahwu berpendapat bahwa laisa adalah fiil. Akan tetapi al farisi dan abu
bakar ibnu syukair mengatakan bahwa laisa adalah huruf.
Contoh :
Jumlah di atas merupakan jumlah ismiyyah yang tersusun dari mubtada dan khabar.
Ketika kemasukan kaana dan saudaranya pada jumlah tersebut maka menjadi
Dari hal ini, I’rab dari kalimat ُم َح َّمدadalah marfu’ dengan tanda dhommah, karena isim
mufrad sebagai isim kaana.
Kaana mempunyai 3 arti yang berbeda – beda, sesuai konteks yang di inginkan,
yakni :
5
c. Madhi (dulu)
Contoh :
6
8. Ma zaala, bermakna senantiasa atau masih. “ َما َزا َل زَ ْي ٌد قَائِ ًماzaid masih berdiri”
َ “ َمابَ ِر َح َز ْي ٌدzaid masih puasa”
9. Ma bariha, bermakna senantiasa atau masih. صائِ ًما
ْ َمافَتِ َئ زَ ْي ٌد ِفى ْال َم “zaid masih di mesjid”
10. Ma fatia, bermakna senantiasa atau masih. س ِج ِد
11. Ma infaka, bermakna senantiasa atau masih. “ َمابَ ِر َح َز ْي ٌد ُمقِ ْي ًماzaid masih bermuqim”
12. Ma daama, bermakna tetap dan terus menerus. ص ْيبًا ِد ْر َه َما ِ “ اَعberilah selagi
ِ ْط َما ُد ْمتَ ُم
kamu masih tetap memperoleh dirham”
“Fiil yang tam ialah fiil yang merasa cukup dengan lafadz (fail) yang di rafa’kannya.
Selain tam di sebut fiil naqhis. Dalam lafadz fati’a, laisa, dan zaala. Fiil naqhis yang selalu
di berlakukan dalam beramal”
Maksud bait di atas ialah bahwa fiil jenis ini terbagi dua bagian yaitu : fiil taam dan fiil
naqhis. Yang di maksud fiil taam ialah fiil yang cukup dengan lafadz fail yang di rafa’kan.
Sedangkan fiil naqhis adalah fiil yang cukup dengan lafadz yang di rafa’kan, membutuhkan
lafadz yang di nashabkan.
7
semua fiil jenis ini boleh di gunakan dalam keadaan taam kecuali lafadz fati’a dan zaala
yang fiil mudhari’nya berbentuk yazaalu bukan berbentuk yazuulu, karena mudharia’ yang
kedua ini berasal dari fiil yang taam seperti dalam contoh berikut :
زالت الشمس (matahari telah tenggelam)
Dikecualikan pula dari fiil ini lafadz laisa karena lafadz laisa tidaklah di gunakan selain
dalam keadaan naqhisah.
Contoh :
Fungsi waktu
ْ َ( أassbaha) – waktu subuh
- صبَ َح
- ض َحى ْ َ( أadhha) – waktu dhuha
- ض َّل
َ (dholla) – waktu siang
- َ( بَاتbaata) – waktu malam
Fungsi perubahan
- صا َر
َ (shooro) – menjadi
8
Contoh : ًّاSّار ُم َح َّم ٌد شَاًب
َ صَ (shooro muhammadun syaabban)
Artinya : “Muhammad telah menjadi seorang pemuda”
ُم َح َّم ٌدmarfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim صا َر َ
Contoh : ( الَ ت َْخ ُر ْج َمادَا َم ا ْليَ ْو ُم ُم ْم ِط ًراlaa takhruj maadama alyaumu mumthiron)
Artinya : “Jangan keluar selama hari masih hujan”
ْاليَوْ ُمmarfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim َمادَا َم
Catatan :
1) Ketentuan isim kaana atau saudara-saudaranya dan khobar kaana atau saudara-
saudaranya sebagai ketentuan pada mubtada dan khobar.
2) Jika isim kaana dan saudara-saudaranya berupa isim muannats, maka kaana dan
saudara-saudaranya juga berbentuk muannats. Hal ini karena kaana dan saudara-
saudaranya merupakan fi’il.
َ ُ شة
Contoh : ًصالِ َحة َ ِ( كَانَتْ عَائkaanat ‘aisyatu sholihatan)
9
ت ۡال َخبَ ِر لِاۡل ۡس ِم فِي الضُّ َحى ن َۡح ُو( :أَ ۡ
ض َحى الطَّالِبُ ن َِشيطًا) .الرَّابِ ُع( :أَ ۡ
ض َحى ) َو ِه َي تَدُلُّ َعلَى ثُبُو ِ
ض َحى ض َحى yang menunjukkan tetapnya khabar untuk isim pada waktu dhuha, contoh:أَ ۡ
أَ ۡ
.الطَّالِبُ ن َِشيطًا
ار) َو ِه َي تَدُلُّ َعلَى التَّ َح ُّو ِل َوااۡل ۡنتِقَا ِل ن َۡح ُو َ( :
صا َر الطِّينُ إِ ۡب ِريقًا) ص َ.السَّابِ ُعَ ( :
ار
ص َ صا َر الطِّينُ إِ ۡب ِريقًا َ yang menunjukkan perubahan dan perpindahan, contoh: َ
10
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kaana dan akhwatnya merupakan salah satu dari amil nawasikh, yaitu amil yang dapat
merusak susunan jumlah ismiyah.
Kaana mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang di inginkan
yakni :
o Terus menerus (istimror)
o Menjadi
o Madhi (dulu)
Kaana dan akhwatnya amalnya yaitu merafa’kan mubtada yang menjadi isimnya, dan
menashabkan khabar mubtada yang menjadi khabarnya.
Amalnya kaana dan akhwatnya terbagi dua macam yaitu :
Bisa Beramal Tanpa Syarat, Yatu : Kaana, Zhalla, Baata, Adh-Ha, Ashbaha, Amsa,
Shara, Dan Laisa.
Bisa Beramal Dengan Syarat, Yaitu :
Harus Di Dahului Dengan Lafadz Naafi Atau Syibih Naafi, Yaitu : Zaala,
Bariha, Fatia, Dan Infaka.
Harus Di Dahului Oleh Maa Masdariyah Zhorfiyah, Yaitu : Daama.
Fiil Kaana Terbagi Dua Bagian, Yaitu : Kaana Taam Dan Kaana Naqhis
2. SARAN
Dengan sangat menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami menyarankan kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritikan dalam memperbaiki
makalah kami untuk yang akan datang.
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Tahlib, Muhammad (1997) Pengajaran Basaha Arab. Bandung: Gema Risalah Press Bdg.
Abu Bakar, Bahrun, Terjemahan Alfiyah Syarah Ibnu Aqil, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010.
Anwar, Moch, Tarjamah Matan Alfiyah, Bandung: Alma’arif, 1972.
Shofwan, M. Sholihuddin, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik, Jombang: Darul Hikmah, 2007.
Abdul rahman, Najmuddin (2010)Bahasa Arab Super Lengkap. Yogyakarta. Sendangadi
Melati.
12