Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAHASA ARAB

OLEH :

Rindi Ramadhani 2030307008

DOSEN PEMBIMBING :

Drs.H. AL BAIHAQI ANAS

DAN

AHMAD HUSAINI M.A

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) BATUSANGKAR


TA.2020/2021

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pendidikan bahasa arab, banyak ilmu-ilmu yang perlu diketahui, seperti: ilmu
Nahwu,ilmu Sharaf, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab. Dalam ilmu
nahwu banyak materi-materi yang disajikan, oleh karena itu penulis mengangkat
sebuah materi yang berjudul “Amil Nawasikh’”, yang mana materi ini salah satu
materi penting yang harus diketahui dalam Ilmu nahwu. Materi ini juga merupakan
materi yang penting ketika kita ingin mempelajari ilmu tafsir,ilmu hadits dan ilmu-
ilmu yang berkaitan dengan ilmu islam yang lain.Makalah ini juga disusun karena
merupakan tugas kelompok yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dalam
mata kuliah ini.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dari amil nawasikh?


C. Tujuan Penulisan
Mengetahui konsep dari Amil Nawasikh
BAB II
PEMBAHASAN
‘Amil nawasikh (reksi yang masuk pada frasa predikatif/ klausa nominal)
adalah adalah ‘amil yang yang dapat merusak atau menghilangkan hukumnya
mubtadā’ khobar dan menetapkan hukum yang lain. ‘Amil nawāsikh terdiri atas kāna
wa akhowātuhā, inna wa akhowātuhā, dan dzanna wa akhowātuhā.

Kāna wa akhowātuhā merupakan salah satu ‘amil nawāsikh yang berupa fi’il
(Kafrawi tanpa tahun : 71).

Kāna Wa Akhowātuhā

Pengamalan Kāna Wa Akhowātuhā

Merafa’kan mubtadā’ dan menashabkan khobar (Al-Fakihi tanpa tahun: 47).


Mubtadā’ setelah dimasuki kāna disebut ismnya kāna dan khobar setelah dimasuki
kāna disebut khobarnya kāna (Al-Ghulayaini 2006: 319).

Makna Kāna Wa Akhowātuhā

‫ = كان‬mensifati ism dengan khobar dalam zaman yang telah lewat (zaman
madli), ada kalanya beserta faedah terus menerus atau tidak.

‫ = ظ ّل‬mensifati ism dengan khobar dalam waktu siang

‫ = بات‬mensifati ism dengan khobar dalam waktu malam

‫ = أضحى‬mensifati ism dengan khobar dalam waktu dluha

‫ = أصبح‬mensifati ism dengan khobar dalam waktu pagi

‫ = أمسى‬mensifati ism dengan khobar dalam waktu sore

‫ = صار‬pindah dari satu sifat ke sifat yang lain (Al-Hamidi tanpa tahun:
72)

2
‫ = ليس‬menafikan zaman hal (sekarang) ketika dimutlakkan (tidak
diqoyyidi dengan zaman madli atau istiqbal)

‫ مازال‬dan saudaranya = mensifati ism dengan khobar secara terus menerus


(Al-Hamidi tanpa tahun: 73)

‫ = مادام‬tetap dan terus menerus (Ibnu Malik tanpa tahun: 40)

Pembagian Kāna Wa Akhowātuhā

Pembagian kāna dari segi pengamalannya

Pembagian kāna dari segi pengamalannya dibagi menjadi tiga, yaitu:

Fi’il yang dapat mengamalkan dengan tanpa syarat, meliputi:

‫كان = كان زَ ْي ٌد قَاِئ ًما‬

‫ظ ّل = ظَ َّل زَ ْي ٌد قَاِئ ًما‬

‫بات = بَاتَ زَ ْي ٌد َسا ِهرًا‬

‫أضحى = َأضْ َحى ْالفَقِ ْيهُ َو ِرعًا‬

l‫أصبح = َأصْ بَ َح ْالبَرْ ُد َش ِد ْي ًدا‬

‫أمسى = َأ ْم َسى زَ ْي ٌد َغنِيًّا‬

‫ار ال َّس ْع ُر َر ِخ ْيصًا‬


َ ‫ص‬َ = ‫صار‬

َ ‫ليس = لَي‬
‫ْس َز ْي ٌد قَاِئ ًما‬

Fi’il yang mengamalkan dengan syarat didahului nafi atau syibhul nafi
(nahi dan do’a), meliputi:

‫زال = َما َزا َل زَ ْي ٌد قَاِئ ًما‬

3
‫برح = الَ تَ ْب َرحْ َك ِر ْي ًما‬

َ‫فَتَِئ = اَل يَ ْفتَُئ هللا ُمحْ ِسنَا اِلَ ْيك‬

َّ َ‫ك = َماا ْنف‬


‫ك َع ْمرٌو َجالِسًا‬ ّ ‫انف‬

Fi’il yang mengamalkan dengan syarat didahului ‫ ماالمصدريةالظرفية‬yaitu


‫دام‬

Contoh:

ِ ‫ص ْيبًا ِدرْ هَ ًما أى اَ ْع ِط ُم َّدةَ َد َوا ِمكَ ُم‬


‫ص ْيبًا ِدرْ هَ ًما‬ ِ ‫اَ ْع ِط َما ُد ْمتَ ُم‬

Pembagian kāna dari segi ketashrifannya

Fi’il yang ketashrif dari kāna wa akhowātuhā dapat beramal


sebagaimana pengamalan fi’il madlinya. Kāna wa akhowātuhā dalam
segi ketashrifannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Fi’il yang sempurna tashrifannya (‫)كامل التصريف‬

Yaitu fi’il yang dapat ketashrif menjadi fi’il madli, mudlori’ dan
amar, meliputi: ‫ صار‬,‫ أمسى‬,‫ أصبح‬,‫ أضحى‬,‫ بات‬,‫ ظ ّل‬,‫كان‬

Fi’il yang kurang tashrifannya (‫)ناقص التصريف‬

Yaitu fi’il yang hanya dapat ketashrif menjadi fi’il madli dan
ّ ‫ ماانف‬,‫ مافتئ‬,‫ مابرح‬,‫مازال‬
mudlori’, meliputi: ‫ك‬

Fi’il yang tidak dapat ketashrif

Yaitu fi’il yang hanya dalam bentuk fi’il madli , meliputi: ‫ ليس‬,‫دام‬

Pembagian kāna dari segi butuh atau tidaknya khobar

4
Kāna Wa Akhowātuhā dilihat dari segi butuh atau tidaknya khobar
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Fi’il tam dan naqish

Fi’il tam adalah fi’il yang cukup dengan ism yang dibaca rafa’.
Contoh: ‫بَاتَ فُالَ ٌن بِ ْالقَوْ ِم‬. Fi’il naqish adalah fi’il yang tidak cukup dengan
ism yang dibaca rafa’, akan tetapi butuh pada khobar yang dibaca
nashob. Contoh: ‫ا ِهرًا‬ll‫ ٌد َس‬llْ‫اتَ َزي‬llَ‫ب‬. Kāna dan semua saudaranya dapat
َ ‫ لَي‬dan ‫ َزا َل‬yang
digunakan sebagai fi'il tam dan naqish kecuali ‫ فَتَى‬,‫ْس‬
mudlori’nya ‫يزال‬.

ii. Fi’il naqish saja

َ ‫ لَي‬danُ‫( زَ ا َل يَزَال‬Ibnu Malik tanpa tahun: 41)


Meliputi: ‫ فَتَى‬,‫ْس‬

‫( كان الزائدة‬Kāna Tambahan)

Kāna dapat ditambahkan di antara dua sesuatu yang saling menetapi,


seperti:

Mubtadā’ dan khobar, contoh: ‫زَ ْي ٌد كان قَاِئ ٌم‬

َ ُ‫لَ ْم يُوْ َج ْد كان ِم ْثل‬


Fi’il dan fa’il, contoh: ‫ك‬

Shilah dan maushul, contoh: ُ‫َجا َء الَّ ِذىْ كان َأ ْك َر ْمتُه‬

ُ ْ‫َم َرر‬
Sifat dan maushuf, contoh:‫ت بِ َر ُج ٍل كان قَاِئ ٍم‬

Mā dan fi’il ta’ajjub, contoh:‫ص َّح ِع ْل َم َم ْن تَقَ َّد َم‬


َ َ‫َماكان ا‬

Huruf jar dan majrurnya, akan tetapi jarang terjadi,

ِ ‫ َعلَى كان ْال ُم َس َّو َم ِة ْال ِع َرا‬# ‫َس َراةُ بَنِ ْى َأبِ ْى بَ ْك ٍر تَ َسا َمى‬
Contoh: ‫ب‬

5
Inna wa akhowātuhā
Inna wa akhawatuha adalah: sekelompok harf (kata depan) yang mendahului isim.
Serta inna dan saudara-saudaranya beramal(bekerja) menashabkan isim dan
merafa’kan khabar
Contoh Inna dan saudara-saudaranya :
‫(ان‬inna) artinya : sesungguhnya
Yaitu: huruf taukid(penguatan). yang bekerja menasabkan isim dan
merafa’kan khbar.
‫(ان‬anna) artinya: bahwa.
Juga disebut huruf taukid (penguatan) yang juga berfungsi menasabkan
isim dan merafa’kan khabar.
c. ‫( لعل‬la’alla) artinya: semoga, barangkali, mudah-mudahan.
Disebut huruf tarjiy yaitu: mengharapkan sesuatu yang mungin terjadi.
‫( ليت‬laita) artinya: seandainya, semoga, mudah-mudahan.
disebut huruf tamanny, maksudnya adalah: mengharapkan sesuatu yang
tak mungkin terjadi (mustahil).
‫(كان‬kaanna) artinya: seolah-olah, seakan-akan, seperti, seumpama.
kaanna disebut huruf tasybih (menyerupakan) maksudnya yaitu:
menyamakan suatu benda atau orang dengan sesuatu yang lain, yang
sama karakter atrau sifatnya.
‫( لكن‬lakinna) artinya: tetapi, namun, bagaimanapun
Disebut huruf istidrak (susulan), maksudnya adalah: kata yang menyusul
kalimat sebelumnyadengan kalimat sesudahnya. contoh: Zaid seorang
yang pemberani tapi ia bakhil.
‫ ( ال‬Laa) Laa adalah huruf, nafikan jenis (harfun linafiyyil jinsi)

Tanda ‫( نصب‬nasab)
Untuk ‫ اسم مفرد‬adalah: ‫فته‬
Untuk ‫ مثنئ‬adalah: ‫ين‬

6
Untuk ‫ جمع مدكر سالم‬adalah: ‫ين‬
Untuk ‫ جمع مؤنث سالم‬adalah: ‫كسر‬
Untuk ‫ تكسر جمع‬adalah: ‫فته‬

2.3 Tanda ‫( رفع‬rafa’)


Untuk ‫اسم مفرد‬ adalah: dhammah
Untuk ‫ مثنئ‬adalah: ‫ان‬
Untuk ‫ جمع مؤنث سالم‬adalah:‫ات‬
Untuk ‫جمع مدكر سالم‬ adalah:‫ون‬

2.4 Tempat- tempat harus dibaca Inna.


Dipermulaan kalimat, sesudah Alla huruf tambih, sesudah Kalla.
Bila menempati jawab sumpah.
Sesudah kata Qala dan tasrif kata Qa-la.
Bila pada khabarnya terdapat Lam ibtida’.
Bila jumlah sesudahnya menjadi Ha-lun.
Bila menempati tempat Na’at.
Bila menempati tempat khabar dari isim ’Ain.
Bila menempati tempat shilat mawshul.

2.5 Tempat- tempat dibaca Anna.


bila menempati tempat Fa’il
Bila menempati tempat Naibul Fa’il
Bila menempati tempat Maful bih.
Bila menempati tempat Mubtada’
Bila menjadi khabar dari mubtada’.
Bila menjadi Mathuf
Bila menepati tempat khabar Ka-na dan saudar-saudaranya.
Bila menjadi Mathuf.

7
Bila sesudah huruf jar.
Bila menempati tempat Mudhof ilaih.
Bila menempati tempat Mathuf.
Sesudah La. Maa dan illa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

8
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa ada 18 amil yang
menjazmkanfi’ilmudhari’. Amil-amil tersebut diabagi menjadi dua, karena ada yang
menjazmkan satu fi’ilfanadapula yang menjazmkan dua fi’il, fi’il yang dijazm
pertama disebut syarat dan yang kedua disebut jawabnya syarat atau balasannya
syarat. Fi’ildijazmkan karena dimasuki oleh salah satu amil-amil jazm.
B. Saran
Kami dari tim penyusun makalah sadar sebagai manusia biasa yang tak terlepas dari
kesalahan dan kekhilafan. Tentunya dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan dari pembaca sebagai pelajaran buat kami, agar nantinya dipenysusunan
makalah selanjutnya kami dapat meminimalisir kesalahan di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai