Anda di halaman 1dari 11

Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:

1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:


Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, sebelum masa pembicara.
Seperti َ‫“ َق َرأ‬Telah membaca”. Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’
Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti ‫ت‬ُ ‫“ َق َر ْأ‬Aku telah membaca” dan ‫ت‬
ْ َ‫َق َرا‬
“Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan bentuk kejadian saat berlangsung atau akan
berlangsung, di masa pembicara atau setelahnya.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan
dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:

‫َقا َل إِ ِّني َل َيحْ ُز ُننِي أَنْ َت ْذ َهبُوا ِب ِه‬


Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat
menyedihkanku…

ٍ ْ‫َو َما َت ْد ِري َن ْفسٌ َم َاذا َت ْكسِ بُ َغ ًدا َو َما َت ْد ِري َن ْفسٌ ِبأَيِّ أَر‬
ُ ‫ض َتم‬
‫ُوت‬
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan
dimasukkannya ‫ ان‬,‫ أن‬,‫ لن‬,‫ سوف‬,‫س‬. Seperti :
َ ‫َس َيصْ َلى َنارً ا َذ‬
ٍ ‫ات َل َه‬
‫ب‬
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

َ ‫َوأَنَّ َسعْ َي ُه َس ْو‬


‫ف ي َُرى‬
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).

‫ْك َقا َل َلن َت َرانِي‬ ُ َ‫َقا َل َربِّ أَرنِي أ‬


َ ‫نظرْ إِ َلي‬ ِ
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali
tidak sanggup melihat-Ku

َ ‫َوأَنْ َتصُومُوا َخ ْي ٌر َل ُك ْم إِنْ ُك ْن ُت ْم َتعْ َلم‬


‫ُون‬
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

‫ مِّن َس َع ِت ِه‬78ًّ‫َوإِن َي َت َفرَّ َقا ي ُْغ ِن هَّللا ُ ُكًال‬


Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada
masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.

Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki seperti contoh: ‫َل ْم‬ ‫َل ْم َي ْق َر ْأ‬
artinya: tidak membaca. Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai
dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu ‫ أ – ن – ي – ت‬disingkat
menjadi ‫أنيت‬.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang
pertama tunggal/Aku. contoh ‫أضرب‬
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al
Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh ‫نضرب‬
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male,
tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh ,‫ يضربان‬,‫يضرب‬
‫ يضربن‬,‫يضوبون‬
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua
male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual.
contoh ‫ تضربن‬,‫ تضربين‬, ‫ تضربون‬,‫ تضربا‬,‫تضرب‬
3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah sesuatu yang dihasilkan setelah masa
pembicara. contoh:
ْ ‫ = ا ْق‬bacalah.
‫رأ‬
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan
perintah. contoh َّ‫ = ا ْق َرأَن‬sungguh bacalah.
Pelajaran terkait
Pembahasan Kata Kerja
* Fiil Madhi, Fiil Mudhori’, Fiil Amar
* Isim Fiil
* Isim Aswat
* Mujarrod dan Mazid
* Jamid dan Mutashorrif
* Hamzah Washal dan Hamzah Qotho’
* Shahih dan Mu’tal
* Tam dan Naqis
* Lazim dan Muta’addi
* Mabni Ma’lum dan Mabni Majhul
* Pembahasan Taukid dan Hubungannya
* Mu’rob dan Mabni
* Fi’il Nashab dan letaknya
* Fi’il Jazm dan letaknya
* Fi’il Rofa’ dan letaknya
* I’rob Takdir Kalimah Fiil
Fi’il Mudhari’ Manshub sebab Amil Nawashib LAN, KAY, AN ( ‫» )لن كي أن‬
Alfiyah bait 677-678
13 April 2012Ibnu TohaMeninggalkan komentarGo to comments

–·•Ο•·–

ْ ‫ال َب ْعدَ عِ ْل ٍم َوا ّلتِي‬ ¤ ‫ص ْب ُه َو َك ْي َك َذا ِبأَ ْن‬


‫مِن َب ْعدِ َظ ِن‬ ِ ‫َو ِب َل ْن ْان‬
Nashabkanlah terhadap Fi’il Mudhari’ sebab dimasuki Lan atau Kay, atau juga dimasuki
AN yg tidak berada setelah Ilm (Fi’il makna yaqin). Adapun An yg berada setelah Zhann
(Fi’il makna sangkaan)… <lanjut bait seterusnya> 

ْ‫مِن أنَّ َف ْه َو ُم َّط ِرد‬


ْ ‫ َت ْخفِي َف َها‬ ¤  ْ‫اع َتقِد‬ َ ‫الر ْف َع‬
ْ ‫ص ِّح ْح َو‬ ِ ‫َف ْان‬
َّ ‫ص ْب ِب َها َو‬
maka bolehlah menashabkannya atau lebih baik tetap merofa’kannya. Dan nyatakanlah
(bahwa AN yg tetap merofa’kan Fi’il Mudhari’ tsb) sebagai Takhfif dari ANNA, demikian
ini yg “Muththarid” (yg banyak ditemukan dalam Kalam Arab). 
–·•Ο•·–
Menerangkan bagian kedua dari keadaan I’rob Fi’il Mudhari’, yaitu Fi’il Mudhari’ Manshub/dinashabkan
sebab dimasuki oleh salah satu Amil dari Amil-amil Nawashib yang berupa :

1. LAN Nafi Mustaqbal.


2. KAY Mashdariyah.
3. AN Mashdariyah.
4. IDZAN Mashdariyah. (dijelaskan pada bait selanjutnya)
1. LAN (tidak akan)
Adalah huruf Nafi Mustaqbal berfungsi meniadakan peristiwa/pekerjaan akan datang, yakni apabila
masuk pada Fi’il Mudhari’ maka tertentu pada zaman Istiqbal (akan datang).

Contoh Ayat dalam Al-Qur’an :

َ ‫َقالُوا َل ْن َن ْب َر َح َع َل ْي ِه َعا ِكفِينَ َح َّتى َي ْر ِج َع ِإ َل ْي َنا ُم‬


‫وسى‬
Qooluu LAN NABROHA ‘alaihi ‘aakifiina hattaa yarji’u ilainaa muusaa = ” Mereka menjawab:
“Kami AKAN TETAP menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada
kami.” (QS. Thoha : 91)
I’rob

Lafazh LAN NABROHA (artinya: tidak akan berhenti / akan tetap):


LAN = huruf Nafi Istiqbal dan Amil Nashab.
NABROHA = Fi’il Mudhari Manshub, tanda nashabnya Fathah zhahir. Termasuk dari saudara Kaana.
Isimnya berupa dhamir mustatir wujuban takdirnya “Nahnu”, dan khobarnya adalah lafazh “Aakifiina”.
Terkadang pada LAN tsb dimasuki Hamzah Istifham yg berfaidah Ingkar, contoh dalam Ayat Al-Qur’an
:

َ‫َأ َل ْن َي ْك ِف َي ُك ْم َأ ْن ُيمِدَّ ُك ْم َر ُّب ُك ْم ِب َثاَل َث ِة آاَل فٍ مِنَ ا ْل َماَل ئ َِك ِة ُم ْن َزلِين‬


ALAN YAKFIYAKUM an yumiddakum robbukum bi tsalaatsati aalaafin minal-malaa’ikati
munzaliin = “APAKAH TIDAK CUKUP BAGI KAMU Allah membantu kamu dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (QS. Ali Imran : 124).
I’rob :

LAN = Huruf Nafi, dan Amil Nashob.


YAKFIYA = Fi’il Mudhari’ Manshub.
KUM = Huruf “Kaf” Dhamir Muttashil mahal Nashab menjadi Maf’ul Bih, huruf “Mim” tanda jamak.
AN YUMIDDAKUM = ta’wil mashdar mahal rofa’ manjadi Faa’il.
2. KAY (supaya)
Termasuk dari huruf Mashdariyah, tanda Kay Masdariyah disini adalah diawali dengan Lam Ta’lil (lam
yg berfungsi sebagai penjelasan/alasan/agar), contoh:

َ‫تعلم لكي تفيدَ وتستفيد‬


TA’ALLAM LIKAY TAFIIDA WA TASTAFIIDA = belajarlah agar supaya kamu dapat memberi manfa’at
dan mengambil manfaat.

Contoh Ayat dalam Alqur’an :

‫ل َِك ْياَل َت ْأ َس ْوا‬


LIKAYLAA TA’SAW = agar supaya kamu jangan berduka cita (QS. Al-hadiid 23)
I’rob :

LIKAYLAA = LI huruf jar, KAY huruf mashdariyah dan amil nawashib, LAA huruf Nafi.
TA’SAW = Fi’il Mudhari’ Manshub sebab dimasuki KAY, tanda nashabnya dengan membuang Nun
karena termasuk dari Af’alul Khomasa/Fi’il yg Lima. Waw adalah dhamir jamak muttashil marfu’
manjadi Faa’il. Jumlah KAY berikut kalimat sesudahnya adalah jumlah takwil mashdar majrur sebab
huruf jar LI. Takdirannya “LI ‘ADAMI ASAAKUM”
Berbeda dengan KAY Ta’liliyah sebagai Amil Jarr bukan sebagai Amil Nashab, dimana telah dijelaskan
keterangannya pada Bab Huruf-huruf Jar, yakni Fi’il Mudhari’ yg nashab setelah KAY ta’liliyah tsb
sebenarnya dinashabkan oleh AN yg disimpan ataupun yg dizhahirkan. Tanda-tanda KAY Ta’liliyah
adalah apabila setelahnya ada AN atau Lam-nya yg diakhirkan.

Contoh mengakhirkan Lam :

‫جئت كي ألتعلم‬
JI’TU KAY LI ATA’ALLAMA = aku datang untuk belajar
Contoh setelahnya ada AN :

‫جئت كي أن أتعل َم‬


JI’TU KAY AN ATA’ALLAMA = aku datang untuk belajar
Apabila sebelum KAY tidak ada Lam atau setelahnya tidak ada AN, maka boleh sebagai KAY
Mashdariyah dengan pertimbangan mentakdir Lam di sebelumnya, atau boleh dijadikan sebagai KAY
Ta’liliyah dengan mentakdir AN di sesudahnya.

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :


َ‫َف َردَدْ َنا ُه ِإ َلى أُ ِّم ِه َك ْي َت َق َّر َع ْي ُن َها َواَل َت ْح َزن‬
FARODADNAAHU ILAA UMMIHII KAY TAQORRO ‘AINUHAA WALAA TAHZANA = Maka kami
kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita (QS. Al-
Qashash 13)
I’rob :
KAY TAQORRO = KAY: boleh sebagai Kay Mashdariyah atau Kay Ta’liliyah. TAQORRO: Fi’il Mudhari’
boleh dinashabkan oleh Kay Mashdariyah. Atau boleh dinashobkan oleh AN yg ditakdir, susunan
AN+Fi’il Mudhari disini adalah Takwil mashdar dijarkan oleh KAY Ta’liliyah.
Apabila sebelum KAY ada Lam atau setelahnya ada AN, maka boleh juga sebagai KAY Mashdariyah yg
menashabkan Fiil Mudhari dan AN sebagai Taukid, atau yg lebih baik dijadikan sebagai KAY Ta’liliyah
sebagai taukid bagi Lam sebelumnya, dan yg menashabkan Fi’il Mudhari’ tsb adalah AN.

3. AN
Adalah huruf Mashdariyah. Termasuk Amil Nashab yg paling kuat, sebab dapat beramal baik secara
Zhahir maupun Taqdir. Juga Amil Nashab yg paling banyak ditemukan di dalam Al-Qur’an. Konsepsi
dari AN Masdariyah ini adalah : bahwa AN berikut Shilahnya ditakwil mashdar yg menempati posisi
I’rob pada susunan kalam, seperti contoh:

‫الغيبة أن تذكر أخاك بما يكره‬


Al-ghiibatu AN TADZKURO akhooka bimaa yukrohu = Ghibah adalah menyebut perilah
saudaramu dengan suatu yg dibenci.
I’rob:
AN = huruf masydariyah dan amil nashab
TADZKURO = fiil mudhari manshub.
AN + TADZKURO = takwil mashdar dalam posisi menjadi khobar, takdirannya adalah :

‫الغيبة ذكرك أخاك بما يكره‬


Al-Ghiibatu DZIKRUKA akhooka bimaa yukrohu.
Perlu juga diketahui perihal tiga keadaan pada lafazh AN yg dalam hal ini:

1. AN yg diawali dengan Kalimah yg menunjukkan makna yaqin, semisal ALIMA dkk. AN disini disebut
AN mukhaffafah dari ANNA yg termasuk dari amil nawasikh menashabkan isimnya dan merofa’kan
khobarnya. Maka AN dalam hal ini mempunyai tiga hukum

 Isimnya berupa Dhamir Syaen yg terbuang.


 Fi’il Mudhari’ yg ada setelahnya tetap Rofa’.
 Umumnya ada Fashl/pemisah antara Fi’il Mudhari dan AN, dengan salah-satu huruf pemisah
yg empat sebagaimana telah disebutkan pada Bab INNA dan saudara-saudaranya. Pemisahan ini
bertujuan untuk membedakan antara AN mukhaffafah dengan AN Mashdariyah. Contoh:

‫أيقنت أن سيندم الظالمون‬


Ayqantu AN SAYANDAMU azh-Zhaalimuun = Aku meyakini bahwa orang-orang yg zalim
pasti akan menyesal.
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
ْ ُ‫َع ِل َم َأ ْن َس َي ُكون‬
َ ‫مِن ُك ْم َم ْر‬
‫ضى‬
Alima AN SAYAKUUNU minkum mardhoo = Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu
orang-orang yang sakit (QS. Al Muzammil 20)
I’rob :
AN = Mukhaffafah dari ANNA, Isimnya berupa dhamir syaen yg dibuang.
SA = huruf tanfis (huruf istiqbal) sebagai fashl.
YAKUUNU = Fi’il Mudhari’ Marfu’ tanda rofa’nya dengan dhammah, termasuk Fi’il Naqish (tidak tamm)
yakni merofa’kan isimnya dan menashabkan khobarnya.
MINKUM = Khobarnya Yakuunu yg muqoddam.
MARDHOO = Isimnya Yakuunu yg muakhkhor.
Jumlah Yakuunu+Isim+khobar = Khobarnya AN Mukhoffafah.
2. AN yg diawali dengan Kalimah yg menunjukkan makna zhann/rujhaan, semisal ZHONNA, KHOOLA,
HASIBA dkk. Boleh AN disini disebut AN mukhaffafah dari ANNA yg menetapkan Fi’il Mudhari’ Marfu’
berikut ketiga hukum diatas. Dan yg banyak digunkan dan rojih adalah sebagai AN mashdariyah yg
menashobkan Fi’il Mudhari’ demikian ini untuk menetapkan asal Zhann pada batasannya. Sedangkan
menetapkan merofa’kan Fi’il Mudhari’ dapat memastikan pada makna Yakin.

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

‫َو َحسِ ُبوا َأاَّل َت ُكونَ ف ِْت َن ٌة‬


WAHASIBUU ALLAA (AN LAA) TAKUUNA FITNATUN = Dan mereka mengira bahwa tidak
akan terjadi suatu bencanapun (QS. Al-Maidah 71).
I’rob :
TAKUUNA =
(1). Qiro’at Abu Amr dan Hamzah berikut Al-Kasaa’i merofa’kan TAKUUNU dg menjadikan AN
mukhaffafah dan HASIBUU bermakna Yakin karena AN Takhfif berfungsi Taukid sedang Taukid tidak
terjadi kecuali bersamaan dg makna Yakin.

(2). Qiro’at yg empat selain Abu Amr dan Hamzah menashabkan TAKUUNA sebagai Amil Nashab pada
Fiil Mudhari’ dan HASIBUU bermakna Zhann/sangkaan. Karena AN yg menashobkan bukanlah sebagai
Taukid bahkan sesuatu yg diawali dg AN ini boleh saja akan terjadi ataupun tidak terjadi.

3. AN yg tidak diawali kalimah makna Yakin ataupun makna Zhan, yaitu sebagai kalam yg
menunjukkan atas keraguan, harapan, atau keinginan. AN dalam penggunaan seperti ini adalah wajib
menashabkan Fi’il Mudori’, contoh :

‫أرجو أن ينتصر الحق‬


ARJUU AN YANTISHIRO AL-HAQQ = aku berharap yang benar akan menang.
Contoh Ayat dalam Al-Qur’an:

‫الدِّين‬
ِ ‫َوا َّلذِي َأ ْط َم ُع َأ ْن َي ْغف َِر لِي َخطِ ي َئتِي َي ْو َم‬
Walladzii athma’u AN YAGHFIRO lii khothii’atii yaumad-diin = dan Yang amat kuinginkan
AKAN MENGAMPUNI kesalahanku pada hari kiamat (QS. Asy-Syuaraa’ 82)
I’rob :
AN = Huruf Mashdariyah Amil Nashab
YAGHFIRO = Fi’il Mudhari’ Manshub oleh AN.
Para Nuhat Menyebut AN MASHDARIYAH untuk membedakan dengan AN Mukhoffafah/Takhfif, AN
Mufassiroh/Tafsiriyah dan AN Zaidah.
Pengertian AN Mashdariyah sebagaimana keterangan diatas.
AN Mufassiroh digunakan sebagai penafsiran atau penerangan kalam sebelumnya. AN dalam hal ini
bermakan AY Mufassiroh (Artinya/Tafsirannya/Yakni/). Biasanya diawali dengan jumlah yg didalamnya
mengandung makna Qaul yg bukan huruf Qaul (bukan dari ejaan lafazh Qoul), contoh dalam Ayat Al-
Qur’an:

‫ َأ ِن ا ْقذِ فِي ِه فِي ال َّتا ُبوتِ َفا ْقذِ فِي ِه فِي ا ْل َي ِّم‬,‫وحى‬
َ ‫ِإ ْذ َأ ْو َح ْي َنا ِإ َلى أُ ِّم َك َما ُي‬
Idz awhaynaa ilaa ummika maa yuuhaa, AN IQDZIFIIHI fit-tabuuti faqdzifiihi fil-yammi =
yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: “Letakkanlah
ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil) (QS, Thohaa 38-39)
I’rob :
IDZ AWHAYNAA = jumlah Qoul yg bukan dari ejaan Qoul.
MAA YUUHAA = bentuk dari Qoul
IQDZIFIIHI FIL-YAMMI = tafsir dari bentuk Qoul, adalah jumlah tafsir yg jatuh setelah AN tafsiriyah
di-I’rob sebagai Badal atau Athaf Bayan dari Kalimah yg ditafsiri.
AN Zaidah, yaitu jatuh sesudah lafazh LAMMA yg bermakna HIINUN (ketika/tatkala), contoh Ayat
dalam Al-qur’an :

ُ ‫َف َل َّما َأن َجاء ا ْل َب‬


‫شِير‬
Fa lammaa AN jaa’al-basyiiru = Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu (QS. Yusuf
96)

‫سِيء ِب ِه ْم‬
َ ً ُ‫سلُ َنا ل‬
‫وطا‬ َ ‫َو َل َّما َأ ْن َج‬
ُ ‫اء ْت ُر‬
Wa lammaa AN jaa’at rusulunaa luuthan sii’a bihim = Dan tatkala datang utusan-utusan
Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka (QS.
Al-‘Ankabut 33)
Atau bersambung dengan LAW, contoh :

ً ‫الط ِري َق ِة أَل َ ْس َق ْي َناه ُْم َم‬


‫اء َغدَ ًقا‬ ْ ‫َو َأ َّل ِو‬
َّ ‫اس َت َقا ُموا َع َلى‬
Wa ALLAW (AN+LAW) istaqoomuu ‘alath-thoriiqoti la asqoynaahum maa’an ghadaqoo. =
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam),
benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang
banyak). (QS. Al-Jin 16)
AN Zaidah dalam hal ini tetap mempunyai faidah makna yakni sebagai taukid.

Sebagaimana AN yg masuk pada Fi’il Mudhari’, AN juga bisa masuk pada Fi’il Madhi ataupun Fi’il
Amar, namun AN disini tidak memberi bekas I’rob pada kedua Fi’il tsb yakni tidak akan menjadi mahal
Nashab karenanya, dan juga tidak akan merubah Zamannya.

Contoh AN masuk pada Fi’il Madhi :


َ ‫َل ْواَل َأ ْن َمنَّ هَّللا ُ َع َل ْي َنا َل َخ َس‬
‫ف ِب َنا‬
Laulaa AN MANNA allahu ‘alainaa lakhosafa binaa = kalau Allah tidak melimpahkan
karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). (QS. Al-Qashash
82)
Contoh AN masuk pada Fi’il Amar :

ْ ‫َأ ِن‬
ٍ ‫اع َم ْل َس ِاب َغا‬
‫ت‬
AN I’MAL saabighaatin = (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar (QS. Saba’ 11).
About these ads
Share this:

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)

 34Bagikan pada Facebook(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk mengirim email pada teman(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)

Terkait
I'rab Fi'il Mudhari' Rofa' karena kosong dari Amil Nashob dan Amil Jazm » Alfiyah Bait
676dalam "Bait 676"
Huruf Jar dalam Bahasa Arab (‫» )من إلى حتى خال حاشا عدا في عن على مذ منذ رب ل كي و ت ك ب لعل متى‬
Alfiyah Bait 364-365dalam "Bait 364-365"
Fi'il Mudhari' Majzum oleh Amil Jawazim: LAA Nahi, LAM Amar, Huruf Syarat (IN,
IDZMA), Isim Syarat (MAN, MA, MAHMA, AYYUN, MATA, AYYANA, AINA, HAITSUMA,
ANNAA) ‫ » ال الم إن من ما مهما أي متى أيان أين إذما حيثما أنى‬Alfiyah Bait 696-697dalam "Bait 696-697"
Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:
 
1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, sebelum masa pembicara. Seperti َ‫“ قَ َرأ‬Telah
membaca”. Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti ‫ت‬ ُ ‫قَ َر ْأ‬
“Aku telah membaca” dan ‫ت‬ ْ َ‫“ قَ َرا‬Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
 
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan bentuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung, di masa
pembicara atau setelahnya.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma
Nafi. Seperti:
 
‫أَنْ ت َْذ َهبُوا بِ ِه‬ ‫لَيَ ْح ُزنُنِي‬ ‫قَا َل إِنِّي‬
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku…
 
ٍ ‫ي أَ ْر‬
ُ‫ض تَ ُموت‬ ِّ َ ‫س بِأ‬
ٌ ‫نَ ْف‬ ‫ب َغدًا َو َما تَ ْد ِري‬ ِ ‫س َما َذا تَ ْك‬
ُ ‫س‬ ٌ ‫نَ ْف‬ ‫َو َما تَ ْد ِري‬
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…
 
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya ‫ ان‬,‫ أن‬,‫ لن‬,‫ سوف‬,‫س‬.
Seperti:
 
‫ب‬ٍ ‫نَا ًرا َذاتَ لَ َه‬ ‫صلَى‬ ْ َ‫سي‬
َ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
 
‫س ْوفَ يُ َرى‬ َ  ُ‫س ْعيَه‬ َ َّ‫َوأَن‬
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
 
‫لَن تَ َرانِي‬ ‫قَا َل َر ِّب أَ ِرنِي أَنظُ ْر إِلَ ْي َك قَا َل‬
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku
 
َ‫ َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ‫صو ُموا‬ ُ َ‫َوأَنْ ت‬
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
 
‫س َعتِ ِه‬ َ ‫ًّ ِّمن‬NM‫يُ ْغ ِن هَّللا ُ ُكًال‬ ‫َوإِن يَتَفَ َّرقَا‬
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari
limpahan karunia-Nya.
 
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki ‫ لَ ْم‬seperti contoh: ‫ لَ ْم يَ ْق َر ْأ‬artinya: tidak membaca. Ciri-
ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu ‫أ – ن – ي – ت‬
disingkat menjadi ‫أنيت‬.

1. Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku.


contoh ‫أضرب‬
2. Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama
jamak/Kami. contoh ‫نضرب‬
3. Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau
jamak/dia atau mereka. contoh ‫ يضربن‬,‫ يضوبون‬,‫ يضربان‬,‫يضرب‬
4. Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau
female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh , ‫ تضربون‬,‫ تضربا‬,‫تضرب‬
‫ تضربن‬,‫تضربين‬

 
3.  Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
ْ ‫= ا ْق‬
Kata kerja untuk memerintah sesuatu yang dihasilkan setelah masa pembicara. contoh: ‫رأ‬
bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. contoh ‫= ا ْق َرأَ َّن‬
sungguh bacalah.

Anda mungkin juga menyukai