com/
NAHWU adalah kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-
keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Termasuk
didalamnya adalah pembahasan SHOROF. Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang
ditekankan kepada pembahasan bentuk kata dan keadaannya ketika mufrodnya.
Jadi secara garis besar, pembahasan Nahwu mencakup pembahasan tentang bentuk kata dan
keadannya ketika belum tersusun (mufrod) , semisal bentuk Isim Fa’il mengikuti wazan فاعل, Isim
Tafdhil mengikuti wazan أفعل, berikut keadaan-keadaannya semisal cara mentatsniyahkan,
menjamakkan, mentashghirkan dll. Juga pembahasan keadaan kata ketika sudah tersusun
(murokkab) semisal rofa’nya kalimah isim ketika menjadi fa’il, atau memu’annatskan kalimah fi’il
jika sebelumnya menunjukkan Mu’annats dll.
Satu kata dalam Bahasa Arab disebut Kalimah ( )ال َكلِ َمةyaitu satu lafadz yang menunjukkan satu
arti.
Kalimat atau susunan kata dalam Bahasa Arab disebut Murokkab ()ال ُم َر َّكب. Jika kalimat / susunan
kata tersebut telah sempurna, atau dalam kaidah nahwunya telah memberi pengertian dengan
suatu hukum ” Faidah baiknya diam” maka kalimat sempurna itu disebut Kalam ( )ال َكالَمatau
disebut Jumlah ()ال ُج ْملَة.
Kalimah-kalimah dalam Bahasa Arab, diringkas menjadi tiga macam:
Khusus untuk Kalimah Isim, bisa dimasuki: Huruf Jar, AL, Tanwin, Nida’, Mudhof, Musnad.
Khusus untuk Kalimah Harf, terlepas dari suatu yang dikhusukan kepada Kalimah Fiil dan
Kalimah Isim.
Menurut wazannya, asal Kalimah terdiri dari tiga huruf, 1. Fa’ fi’il, 2. ‘Ain Fi’il, 3. Lam Fi’il (َ)فَ َعل.
Apabila ada tambahan asal, maka ditambah 4. Lam fi’il kedua (َ)فَ ْعلَل. Apabila ada tambahan huruf
bukan asal. maka ditambah pula pada wazannya dengan huruf tambahan yang sama, semisal ٌ
ُم ْسلِمada tambahan huruf Mim didepannya, maka ikut wazan ُم ْف ِع ٌل
َق َر َأ
“Telah membaca”.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti :
َق َر ْأ ُت
QORO’TU = “Aku telah membaca” dan
َق َر َا ْت
QORO’AT = “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau setelahnya, pantas
digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan
Ma Nafi. Seperti:
ُ ض َت ُم
وت ٍ س ِبأَ ِّي َأ ْر
ٌ َن ْف دْري ُ س َم َاذا َت ْك
ِ سِب َغدًا َو َما َت ٌ َن ْف دْري
ِ َو َما َت
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya :
ُ َو َأ ْن َت
َ َخ ْي ٌر َل ُك ْم ِإ ْن ُك ْن ُت ْم َت ْع َل ُمون صو ُموا
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
َي ْق َر ْأ َل ْم
artinya: tidak membaca.
Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي
– تdisingkat menjadi أنيت.
أضرب
ADHRIBU = aku akan memukul
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama
jamak/Kami. contoh
نــضرب
NADHRIBU = kami akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau
jamak/dia atau mereka. contoh
يــضرب
YADHRIBU = dia (pr) akan memukul
يــضربان
YADHRIBAANI = dia berdua (lk-pr) akan memukul
يــضربون
YADHRIBUUNA = mereka (lk) akan memukul
يــضربن
YADHRIBNA = mereka (pr) akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female,
juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh
تــضرب
TADHRIBU = kamu (lk)/dia (pr) akan memukul
تــضربا
TADHRIBAA = kamu berdua (lk-pr)/dia berdua (pr) akan memukul
تــضربون
TADHRIBUUNA = kamu sekalian (lk) akan memukul
تــضربين
TADHRIBIINA = kamu (pr) akan memukul
تــضربن
TADHRIBNA = kamu sekalian (pr) akan memukul
3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah atau mengharap sesuatu yang dihasilkan setelah masa berbicara.
contoh:
ْ ا ْق
رأ
IQRO’ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. contoh
َّا ْق َر َأن
IQRO’ANNA = sungguh bacalah.
Pengertian Kalimah-kalimah kategori ISIM FI’IL adalah Lafadz yang menunjukkan arti
pekerjaan/Fi’il ( )الفعلakan tetapi tidak dapat menerima tanda-tanda Fi’il (kata kerja).
1. Isim Fi’il Madhi menunjukkan arti seperti Fi’il Madhi (Kata kerja bentuk lampau).
Contoh:
ْوي (Waeh)menunjukkan
َ arti “Saya heran/saya takjub/saya kagum”.
1. Isim Fi’il Murtajal adalah Kalimah yang mana pembawaan awal pemakaiannya sebagai
Isim Fi’il. Sebagaimana pada contoh-contoh diatas.
2. Isim Fi’l Manqul adalah Kalimah yang dipakai juga pada selain Isim Fiil, kemudian
ditukil menjadi Isim Fi’il.
Status Isim Fi’il adalah Sima’i ( )سماعيkalimah bangsa pendengaran, artinya bawaan dari orang
Arab. Kecuali ada Isim Fi’il berpola/berwazan فَ َع ا َلsemisal قَتَ ا َل, نَ زَا َلmaka yang seperti ini,
diqiyaskan kepada tashrif Fi’il Tsulatsi yang Mutashorrif tanpa Naqish.
Semua Isim Ashwat diserupakan hukumnya kepada Isim Fi’il, artinya tetap menggunakan satu
bentuk lafal dalam penunjukan suatu makna, beramal tapi tidak dapat diamali, baik untuk
tunggal, dual, jamak, male dan female.
1. Lafazh-lafazh yg ditujukan kepada Hewan yg tidak berakal atau tidak dapat berbicara (seperti
anak kecil). contoh:
“ هَ ْي ٌدHaid!” atau “ هَادHaad!” dipakai untuk membentak Unta yang lambat jalannya agar kencang.
2. Untuk menceritakan Bunyi/suara dari hewan atau benda mati dll. contoh:
“ غاقGhaaq” suara burung gagak.
Selanjutnya pada subpage “Pembahasan kata kerja” kali ini, adalah tentang Mujarrad dan
Mazid. Sebagian pembahasan ini, telah saya posting pada subpage belajar I’lal.
Kata kerja/kalimah fi’il terbagi menjadi Mujarrad dan Mazid. Fi’il Mujarrad adalah Fi’il yang
semua huruf-hurufnya asli. Fi’il Mazid adalah fi’il yang ditambahi satu haruf atau lebih pada
huruf-hurufnya yg asli.