Artinya adalah sebuah kata yang menunjukan terhadap arti tersendiri yang dibarengi dengan waktu kejadiannya.
• Huruf :
ْ ََّكلِ َمةٌ َدل
ت َعلَى َم ْعنَى فِي َغي ِْرهَا
Artinya sebuah kata yang menunjukan arti ketika disandingkan dengan kata lain (isim dan fi’il).
Huruf tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri akan tetapi ia memiliki arti ketika menyatu dengan kata lain misalnya :
ُ َر َجع
ْت ِمنَ ال َم ْد َر َس ِة
pada contoh di atas yang menjadi contoh hurufnya adalah kata منartinya “dari” yang termasuk ke dalam huruf jar. sebagaimana kita fahami bahwa kata “dari” ini tidak
memiliki arti apa-apa jika dia hanya berdiri sendiri akan tetapi kata “dari” ini akan memiliki makna ketika disandingkan dengan kata lain seperti pada contoh di atas.
Ada tiga jenis kalimat fiil dalam bahasa arab yaitu :
1. Madli
Pengertian kalimat fiil madhi secara bahasa adalah “kata kerja yang lampau”, maksudnya adalah sebuah kata kerja yang menunjukan masa lampau.
Pengertian fiil madhi secara bahasa ini sejalan dengan pengertiannya menurut istilah ilmu nahwu dalam bentuk bahasa arab yaitu :
قَ َرْأ ُ ا
ت ل ِكت ََاب
2. Mudhari
ىح د ٍَثيَ ْقبَ ُلا ْل َحا َ ل َوا ِاْل ْس ِتقْبَا َ ل
َ ََماد ََّلعَ ل
Artinya : lafadz yang menunjukan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang.
Mkasudnya ia sebuah lafadz dimana lafadz tersebut menunjukan kejadian yang sedang berlangsung, namun adapula yang menunjukan kejadian yang akan datang misalnya lafadz تَ ْأ ُك ُل yang berarti “kamu sedang makan”. Kata تَ ْأ ُك ُل
diigunakan manakala anda sedang makan atau akan melangsungkan kegiatan makan, jika proses makannya sedah selesai maka tidak menggunakan fiil mudhari lagi akan tetapi menggunakan fiil madli.
Amr
Dalam bahasa indonesia, kata perintah sering diakhiri dengan kata akhiran “lah” misalnya tulislah, makanlah, tidurlah dan sebaginya. Sedangkan definisi fiil amr secara istilah ilmu nahwu adalah :
Artinya : lafadz yang menunjukan perbuatan pada masa yang akan datang.
Lafadz yang mengandung makna amar pasti kejadiannya belum terjadi dan tidak sedang terjadi misalnya kata “tulislah” seperti pada contoh di atas, ketika seorang guru memerintahkan untuk menulis kepada muridnya dengan kata
berkata “tulislah” berarti murid tersebut dalam keadaan belum menulis samasekali, jika perbuatan menulisnya sudah selesai maka itu disebut dengan fiil madhi dan jika perbuatan menulisnya sedang terjadi maka itu disebut dengan fiil
mudhari.
Isim mufrod
يس ُمثَنَّي َواَل َمج ُمو ًعاً َواَل ُمل َحقًاً بِ ِه َما َواَل ِم َنا َألس َما ِء ا لخَم َس ِة
َ ََما ل
Artinya : isim yang bukan mutsana (Tatsniyah), bukan jamak, bukan mulhak jamak atau mulhaq tatsniyah, dan bukan pula dari asmaul khamsah (isim-isim yang lima).
Jamak taksir
Artinya : lafad yang dijamakkan dengan memakai alif dan ta yang ditambahkan.
Fiil mudhari
Artinya : lafadz yang menunjukan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang.
Artinya : Lafadz yang menunjukan bentuk jamak dengan memakai wawu dan nun pada huruf akhirnya bila dalam keadan rafa’, dan ditambahkan iya dan nun bila
dalam keadaan nashab dan jar.
Isim lima
ُك< ُّلا<سْ ٍم< ُي<< َح ُّد ِب<<<ا َ ٍب َواَ< ٍخ َو َح ٍم< َو َف ٍم< َوذِى َم ٍا<<ل
Artinya : Setiap kalimat isim yang dibatasi oleh kalimat ذو+ < ف<<<م+ < حم+ ا<خ+ا<ب
Isim tatsniyah
Artinya : lafadz yang menunjukan dua dengan memakai alif dan nun pada huruf akhirnya bila dalam keadaan rafa’, dan menggunakan iya dan nun bila dalam keadaan
nashab dan jar.
1. I’rab
Arrtinya : berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya perbedaan ‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat
tersebut, baik dalam segi lafadznya atau pun kira-kiranya.
Jadi, yang dimaksud dengan i’rab itu adalah harakat akhir pada sebuah kalimat dalam bahasa arab. Adapun kalimat yang suka berubah-ubah
akhirnya itu dinamakan “Mu’rab”. Ada lagi istilah lain dalam bahasa arab yang terkadang anda jumpai yaitu MABNI dan BINA. Mabni adalah suatu
kalimat yang tidak akan berubah harakat akhirnya sedangkan bina adalah harakat akhir yang tidak akan berubah.
Istilah ilmu nahwu di atas hanya kebalikannya saja, jika kita petakan maka akan seperti ini :
A .Adapaun pembagian i’rab itu sendiri dalam kaidah ilmu nahwu ada 4 bagian, yaitu :
B. Adapun isim-isim yang dijarkan tersebut jumlahnya ada tiga macam, yaitu :
Apa itu huruf jar, lihat pada materi sebelumnya tentang huruf Jar.
Contoh :
ِ = َز ْي ٌد فِ ىا ل َّدZaid (Ada) di rumah
ار
= َك تَب ُْتبِ ا ْلقَلَ ِمAku menulis dengan (menggunakan) pena.
Contoh :
ِ عَ ْب ُد هللا
ِ بَ ي ُْتهللا
Ini terjadi pada tawabi’ yang jumlahnya ada empat, yaitu : na’at, ‘athaf, taukid dan badal. Sebagaimna telah dijelaskan pada pembahasan-pembahasan
sebelumnya.
Contoh :
= َم َررْ ُتبِ َز ْي ٍد ا ل َع اق ِلAku melewati Zaid yang berakal
Yang menjadi contohnya adalah lafadz ا ل َع اق ِلdimana ia kedudukannya jadi Na’at (sifat) yang menyifati lafadz َز ْي ٍدyang i’rabnya jar karena didahului huruf jar.
C. Adapun anggota dari isim yang dinashabkan tersebut ialah sebagai berikut :
5 Haal (keadaan)
Contoh : = َج ا َء زَ ْي ٌد َرا ِكبًاZaid telah datang dengan berkendara
6 Tamyiz
Contoh : = اِ ْشت ََري ُْت ِع ْش ِري َْن ِك تَابًاAku telah membeli dua puluh kitab
7 Mustatsna (pengecualian)
Contoh : = َج ا َء ا لقَوْ ُم اِ َّالزَ ْيدًاKaum itu telah datang kecuali Zaid
8 Isim laa
ِ ال ُغاَل َم زَ ْي ٍد َح
Contoh : اض ٌر َ = Tidak ada pelayan Zaid yang hadir
9 Munaada (seruan)
Contoh : = يَ ا اَخَ ا زَ ْي ٍدWahai saudara Zaid