Anda di halaman 1dari 5

Kalam atau kalimat terbagi menjadi 3, yaitu kalimat isim, kalimat fi’il dan kalimat huruf.

Hal
ini sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Ajurumiyah;

‫ َو َح ْر ٌف‬،‫ َو ِفْعٌل‬، ‫ ِاْس ٌم‬: ‫َو َأْقَس اُم ُه َثاَل َثٌة‬


Artinya, “Pembagian kalam ada tiga: Isim, Fi’il, dan Huruf”.
1. Isim
Pengertian isim adalah sebagai berikut:
‫ َو َلْم ُتْقَتَر ْن ِبَز َمٍن َو ْض ًعا‬،‫ َو ُهَو َك ِلَم ٌة َد َّلت َع َلى َم ْع ًنى ِفي َنْفِس َها‬، ‫اِال ْس ُم‬
Artinya, “isim adalah kata yang menunjukkan terhadap makna yang ada pada dirinya tanpa
dibarengi dengan penempatan waktu.”
Jadi isim itu selalu memiliki makna tersendiri. Hal ini berbeda dengan huruf yang tidak
memiliki makna kecuali sudah bersanding dengan kalimat lain.
Isim pun tidak bisa dibarengi dengan penempatan waktu yang jumlahnya ada 3. Yaitu waktu
yang sudah berlalu (zaman madli), waktu yang sedang berlangsung (zaman hal), dan waktu
yang akan datang (zaman mustaqbal). Beda dengan fi’il yang selalu dibarengi dengan
penempatan waktu tersebut.
Contoh kalimat isim:
– ‫ ِكَتاٌب‬/ Kitaabun / Buku
– ‫ َز ْيٌد‬/ Zaidun / Zaid (Nama orang)
– ‫ َبْيٌت‬/ Baytun / Rumah
– ‫ َأَنا‬/ Ana / Saya
– ‫ َهَذ ا‬/ Hadza / Ini
Dalam contoh di atas lafadz memiliki makna tersendiri, yaitu artinya sebuah buku. Dan
lafadz kitaabun tidak bisa dibarengi penempatan zaman yang tiga, tidak bisa dikatakan
misalnya, “telah buku”, “sedang buku” dan “akan buku”.
Begitu pun dengan contoh-contoh isim yang lainnya, seluruhnya memiliki makna sendiri,
tanpa pernah bisa dibarengi dengan penempatan waktu.
2. Fi’il
Pengertian fi’il adalah sebagai berikut:
‫ َو اْقُتِر َنْت ِبَز َمٍن َو ْض ًعا‬،‫ َو ُهَو َك ِلَم ٌة َد َّلت َع َلى َم ْع ًنى ِفي َنْفِس َها‬،‫الِفْعُل‬
Artinya, “Fi’il adalah kalimat yang menunjukkan terhadap makna yang ada pada dirinya dan
dibarengi dengan penempatan waktu.”
Sebagaimana isim, fi’il pun selalu memiliki makna sendiri. Hal ini berbeda dengan huruf
yang tidak memiliki makna kecuali sudah bersanding dengan kalimat lain.
Namun fi’il dibarengi dengan penempatan waktu yang jumlahnya ada 3, yaitu waktu yang
sudah berlalu (zaman madli), waktu yang sedang berlangsung (zaman hal), dan waktu yang
akan datang (zaman mustaqbal).
Jika fi’il menunjukan makna yang sudah berlalu, maka fi’il tersebut dinamakan fi’il madhi.
Contohnya:
– ‫ َقاَم‬/ Qooma / Telah berdiri
Jika fi’il menunjukan makna yang sedang berlangsung atau akan berlangsung, maka fi’il
tersebut dinamakan fi’il mudhori. Contohnya:
– ‫ َيُقْو ُم‬/ Yaquumu / Sedang berdiri / Akan berdiri
Dan jika fi’il yang mutlak menunjukan makna yang belum terjadi dan baru akan
dilaksanakan serta berupa perintah, maka fi’il tersebut dinamakan fi’il amar. Contohnya:
– ‫ ُقْم‬/ Qum! / Berdirilah!
3. Huruf

Pengertian huruf adalah sebagai berikut:

‫ َو ُهَو َك ِلَم ٌة َد َّلت َع َلى َم ْع ًنى ِفي َغْيِر َها‬، ‫الَح ْر ُف‬

Artinya, “Huruf adalah kalimat yang menunjukkan terhadap makna di selainnya”.

Maksud dari pengertian ini kurang lebih menunjukkan bahwa huruf itu tidak memiliki
makna. Adapun huruf dapat menunjukkan makna bila sudah bersanding dengan kalimat
lainnya, yakni kalimat isim maupun fi’il.

Contoh kalimat huruf:

‫ ك‬،‫ ب‬،‫ في‬،‫ هل‬،‫ و‬، ‫ل‬

Huruf-huruf tersebut belum bisa menunjukan makna selagi belum disandingkan dengan
kalimat lain, yakni isim dan fi’il.

Misal jika kita menemukan huruf ‫ ل‬saja sendirian, kita akan kebingungan untuk tahu
maknanya. Namun jika ‫ ل‬sudah disandingkan dengan kalimat lain, maka maknanya akan
ketahuan. Sebagai contoh:

‫الِكَتاُب ِلَز ْيٍد‬

Artinya, “Buku itu milik Zaid”

Makna ‫ ل‬dalam lafadz ‫ ِلَز ْيٍد‬mengandung arti “milik”.

‫َك َتْبَنا ِلَنْح َفَظ‬

Artinya, “Kami menulis agar kami hafal”.

Makna ‫ ل‬dalam lafadz ‫ ِلَنْح َفَظ‬mengandung arti “agar”.

‫الِع ْلُم َلَك اَن الَّناُس َك الَبَهاِئِم‬

Artinya, “Seandainya tiada berilmu niscaya manusia itu seperti binatang”.

Makna ‫ ل‬dalam lafadz ‫ َلَك اَن‬mengandung arti “niscaya”.

Cara Membedakan Kalimat Isim, Fi’il dan Huruf

Mengetahui mana kalimat isim, fi’il dan huruf dalam sejumlah kalimat bahasa arab adalah
kunci agar bisa membaca, memahami dan menerjemahkan bahasa arab.

Agar kita bisa tahu sebuah kalimat adalah isim, fi’il atau huruf adalah dengan tanda atau ciri-
ciri.
A. Ciri-ciri Kalimat Isim
Dalam kitab al-Ajurumiyah disebutkan:
‫ (ِم ْن ) َو (ِإَلى) َو (َع ْن ) َو (َع َلى) َو (ِفْي ) َو‬: ‫ َو ِهَي‬،‫َفاِإل ْس ُم ُيْع َر ُف ِبالَخ ْفِض َو الَّتْنِو ْيِن َو ُد ُخ ْو ِل اَألِلِف َو الَّالِم َو ُحُرْو ِف الَخ ْفِض‬
) ‫ (الَو اُو ) َو (الَباُء ) َو (الَّتاُء‬: ‫ َو ِهَي‬، ‫ َو ُحُرْو ُف الَقَس ِم‬،) ‫(ُرَّب ) َو (الَباُء ) َو (الَكاُف ) َو (الَّالُم‬
Artinya, “Isim bisa diketahui dengan adanya khofad, tanwin, masuknya alif dan lam,
masuknya huruf-huruf khofad berupa min, ila, ‘an, ‘ala, fii, rubba, ba, kaf, dan lam serta
huruf-huruf qosam berupa wawu, ba, dan ta“.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kalimat isim adalah sebagai berikut:
1. Khofad / Kasrah / Jer
Setiap kalimat yang i’rabnya khofad, sederhananya huruf terakhirnya dibaca kasrah/jer
karena pengaruh amil, maka hampir bisa dipastikan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat
isim. Sebab kalimat fi’il tidak menerima khafad dan harakat kasrah, begitu pun kalimat huruf
tidak ada yang dibaca kasrah sebab pengaruh amil.
Contoh:
ٍ‫َم َر ْر ُت ِبَز ْيد‬
Artinya, “Aku melewati sebuah masjid”.
Kata madrasah dalam lafadz di atas merupakan kalimat isim. Cirinya karena khafadz dengan
kasrah disebabkan masuknya amil, yakni huruf jer.
2. Tanwin
Apabila suatu kalimat yang huruf terakhirnya dibaca tanwin, baik tanwin fatah (), tanwin
kasrah () atau tanwin dlommah (), maka bisa dipastikan kalimat tersebut merupakan kalimat
isim. Contohnya:
‫ َم َر ْر ُت ِبُمَح َّمٍد‬،‫ َر َأْيُت ُمَح َّم دًا‬،‫ُمَح َّم ٌد َر ُسْو ُل ِهللا‬
Lafadz ‫ ُمَح َّم ٌد‬dalam contoh di atas seluruhnya menggunakan tanwin. Ini menunjukan bahwa
lafadz tersebut termasuk kalimat isim.
3. Adanya alif dan lam (‫)ال‬
Selain tanwin, apabila suatu kalimat memiliki alif lam (‫ )ال‬di awalnya, maka kalimat tersebut
merupakan kalimat isim. Contoh:
– ‫ الَّرُجل‬/ ar-Rojuul / Laki-laki
– ‫ الُغ اَل م‬/ al-Ghulaam / Anak muda
– Dan lain sebagainya.
4. Dimasuki huruf khofadl (huruf yang menjerkan)
Setiap kalimat yang di dahului oleh huruf khofadl, maka kalimat tersebut adalah isim.
Adapun huruf khofadl diantaranya adalah:
– ‫ ِم ن‬/ min / dari , Contoh:
‫ِس رُت ِم ن الَبْص َر ِة ِإَلى الُك ْو َفِة‬
Artinya, “aku berjalan dari Basrah ke Kufah
– ِِِ‫ ِالى‬/ ila / ke, contoh:
‫ِس رُت ِم ن الَبْص َر ِة ِإَلى الُك ْو َفِة‬
Artinya, “aku berjalan dari Basrah ke Kufah”.
– ‫ َعن‬/ ‘an / dari, contoh:
‫َر َم ْيُت الَّسْهَم َعن الَقْو ِس‬
– ‫ َع َلى‬/ ‘ala / diatas / pada, contoh:
‫َر ِكْبُت َع َلى الَفْر ِس‬
Artinya, “aku berkendara di atas kuda”.
– ‫ في‬/ fii / didalam, contoh:
‫الَم اُء ِفي الُك ْو ِز‬
Artinya, “Air itu di dalam kendi”.
– ‫ ُرَّب‬/ rubba / sedikit, contoh:
‫ُرَّب َر ُج ٍل َك ِر يٍم َلَقْيُتُه‬
Artinya, “Sedikit lelaki mulia yang aku temui”.
– ‫ اْلَباُء‬/ ba / dengan, contoh:
ِ‫َض َر ْبُت الَّش َجَر َة ِبالَّسْيف‬
Artinya, “aku memukul pohon dengan pendang”.
– ‫ اْلَكاُف‬/ kaf / seperti, contoh:
‫َز ْيٌد َك الَبْد ِر‬
Artinya, “Zaid seperti purnama”.
– ‫ اَّلالُم‬/ lam / milik /untuk, contoh:
‫الَم اُل ِلَزْيٍد‬
Artinya, “Harta itu milik Zaid”.
– ‫ ُحُروف اْلَقَس ِم‬/ huruf-huruf yang digunakan untuk bersumpah yaitu: wawu, ba, ta / demi,
contoh:
‫ َتاِهلل‬،‫ ِباِهَّلل‬،‫َو ِهَّللا‬
Artinya, “demi Allah”.
B. Ciri-ciri Kalimat Fi’il
Dalam kitab al-Ajurumiyah disebutkan:
‫ وَتاء الَتأِنيث الَس اِكنة‬، ‫ وَس ْو َف‬،‫ والِّسين‬،‫ ِبقد‬: ‫والِفْعُل ُيعَر ُف‬
Artinya, “Fi’il bisa dikenali dengan adanya Qod (harfiyah), sin (tanfis), saufa
(taswif), dan ta tanis sakinah“.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kalimat isim adalah sebagai berikut:
1. Qad (‫)َقْد‬
Apabila suatu kalimat didahului oleh ‫ َقد‬maka kalimat tersebut bisa dipastikan merupakan
kalimat fi’il. Contohnya:
‫َقْد َقاَم َز ْيٌد‬
Artinya, “Zaid telah berdiri”.
‫َقْد َيُقْو ُم َز ْيٌد‬
Artinya, “Zaid terkadang berdiri”.
Dalam dua contoh di atas, lafadz ‫ قاَم‬dan ‫ يقوُم‬merupakan kalimat fi’il cirinya didahului oleh
lafadz ‫ قد‬.
2. Sin (‫)س‬
Apabila suatu kalimat didahului oleh ‫ س‬tanfis maka kalimat tersebut bisa dipastikan
merupakan kalimat fi’il. Contohnya:
‫َسَيُقْو ُم َز ْيٌد‬
Artinya, “Zaid akan berdiri”.
Lafadz ‫ يقوُم‬merupakan kalimat fi’il sebab didahului oleh sin tanfis.
3. Saufa (‫)سوف‬
Apabila suatu kalimat didahului oleh ‫ سوف‬taswif maka kalimat tersebut bisa dipastikan
merupakan kalimat fi’il. Contohnya:
‫َسَيُقْو ُم َز ْيٌد‬
Artinya: “Zaid akan berdiri”.
Lafadz ‫ َيُقْو ُم‬merupakan kalimat fi’il sebab didahului oleh saufa taswif.
4. Ta Tanis Sakinah (‫)تاء التأنيث الساكنة‬
Ta tanis sakinah adalah ta sukun ( ‫ )ْت‬yang selalu menempel pada di ujung fi’il madli.
Contohnya
‫َقاَم ْت ِهْنٌد‬
Artinya, “Hindun telah berdiri”.
Lafadz ‫ َقاَم‬merupakan kalimat fi’il sebab diujungnya menempel ta tanis sakinah.
3. Ciri-ciri Kalimat Huruf
Adapun ciri kalimat huruf adalah tidak adanya ciri isim dan ciri fi’il. Dengan kata lain, ciri
kalimat huruf adalah dengan tidak adanya ciri. Ibarat kita ingin mengetahui antara jim (‫)ج‬,
kha (‫)خ‬, dan ha (‫)ح‬. Untuk mengetahui jim cirinya ada titik di bawah, untuk mengetahui kho
cirinya ada titik di atas, dan untuk mengetahui ha adalah dengan tidak adanya ciri jim
maupun kha.

Anda mungkin juga menyukai