Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para Mukhatab
pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu
bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?” apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang)
Arab?” [Fushilat: 44 ]

Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim, Fi’il, dan
Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim adalah kata yang bermakna
namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata kerja. Dan Huruf adalah kata
penghubung.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini
adalah “Isim dan Macam-Macamnya”.

Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka


dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :

1. Apakah pengertian dari Isim?


2. Apakah ciri-ciri dari Isim?
3. Apa saja pembagian dari Isim?
4. Apakah pengertian dari Fi’il?
5. Apakah ciri-ciri dari Fi’il?
6. Apa saja pembagian dari Fi’il?
7. Apakah pengertian dari Harf?
8. Apakah ciri-ciri dari Harf?
9. Apa saja pembagian dari Harf?

1.3. Tujuan Penulisan

Pada dasarnya tujuan penulisan karya tulis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas mata kulian Bahasa Arab.

Adapun Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari Isim.


1
2. Mengetahui ciri-ciri dari Isim.
3. Mengetahui pembagian dari Isim.
4. Mengetahui pengertian dari Fi’il.
5. Mengetahui ciri-ciri dari Fi’il.
6. Mengetahui pembagian dari Fi’il
7. Mengetahui pengertian dari Harf.
8. Mengetahui ciri-ciri dari Harf.
9. Mengetahui pembagian dari Harf

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Isim

‫َك ِلَم ٌة َد َّلْت َعلَى َم ْع ًنى َو َل ْم َيْقَتِر ْن ِبَز َمٍن‬

Artinya : “Jenis kata yang mengandung makna yang tidak terikat dengan waktu

(tenses)”.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa isim adalah semua jenis kata benda atau
segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa
berkaitan dengan masalah waktu. Di sisi lain, isim (kata benda) ada yang bersifat konkrit
(dapat dijangkau indera) dan ada pula yang bersifat abstrak (tidak dijangkau diindera).

2.2. Ciri-ciri Isim

Isim memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:

1. Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran kasroh, maka
bisa dikatakan ia adalah isim.

Contoh :

‫َرِض ْيُت ِباِهلل َر ًّبا َو ِباِْإلْس َالِم ِد ْيًنا‬

Kata yang di garis bawah (‫ ِهلل‬dan ‫ )ِْإلْس َالِم‬di atas termasuk isim, dikarenakan akhiran katanya
berupa harokat kasroh.

2. Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.

Contoh :

‫َضَر َب ُهللا َم َثًال َك ِلَم ًة َطِِّيَبًة‬

Kata bergarisbawah (‫ )َم َثًال َك ِلَم ًة َطِِّيَبًة‬di atas merupakan isim, terlihat dari adanya tanwin pada
akhirannya.

3. Terdapat ‫ ال‬pada awal kata

Contoh :

3
‫الَم ِلُك الُقُّد ْو ُس الَّس َالُم‬

Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan isim, karena bergandengan
dengan ‫ال‬.

Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan ‫ال‬, maka isim tersebut tidak
boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda ‫ ال‬dan
tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas, baik
itu ‫ ال‬saja atau tanwin saja.

4. Terletak setelah huruf jer

Diantara huruf-huruf jer adalah : (‫ِم ْن – ِإَلى – َع ْن – َع َلى – ِفي – ُرَّب – ِبـ – َك ا – ِلـ‬.. )

‫ِم ْن‬ : Dari ‫َع ْن‬ : Dari ‫ِبـ‬ : Dengan

‫ِإَلى‬ : Ke ‫ِلـ‬ : Milik, Kepunyaan ‫َك ا‬ : Seperti

‫َع َلى‬ : Di atas ‫ُرَّب‬ : Betapa banyak, acapkali ‫ِفي‬ : Di dalam

Contoh :

‫ِفي َبْيٍت ِم ْن ُبُيْو ِت ِهللا‬

Dari contoh di atas, kata ‫ َبْيٍت‬dan ‫ ُبُيْو ِت‬, termasuk isim karena terletak setelah huruf jer.

5. Idhofah (penyandaran) = Mudhof mudhof ‘ilaih : Jika terdapat dua kata yang
bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh, maka kedua kata
tersebut kemungkinan besar adalah isim.

Contoh : ‫ِكَتاُب ُمَحَّمٍد‬ : Kitabnya Muhammad

‫ِد ْيُن اِإل ْس َالِم‬ : Agama Islam

Kata pertama sebagai mudhof (yg disandarkan) dan kata kedua sebagai mudhof ilaih
(yang menyandarkan). Kata yang kedua di atas adalah isim, karena idhofah, dan terlihat pada
kata kedua mempunyai akhiran kasroh.

2.3. Pembagian Isim

Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan jumlah
benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf
akhir dan sakal (tanda) akhirnya.

 Isim Berdasarkan Jenisnya

4
Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu isim mudzakkar (laki-laki)
dan isim muannats (perempuan), masing-masing bagian tersebut ada yang faktanya berjenis
kelamin laki-laki (hakiki) dan perempuan (hakiki) dan ada yang hanya lafadznya saja,
sedangkan faktanya sama sekali tidak diketahui jenis kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki
dan muannats hakiki sangat mudah dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri khusus,
sedangkan yang lafdzi untuk membedakannya diperlukan ciri-ciri serta cakupannya.

 diakhiri dengan ta’ marbuthoh (‫)ة‬Ciri Muannats Lafdzi:

Contoh : ‫ الَم ْد َر َس ُة‬، ‫الَّناِفَذُة‬

Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :

 Alat tubuh yang berpasangan

Contoh: ‫ ِر ْج ٌل‬، ‫ ُأُذ ٌن‬، ‫ َيٌّد‬، ‫َع ْيٌن‬

 Benda yang tidak dapat dihitung


Contoh: ‫ الَّناُر‬، ‫ ِر ْيٌح‬، ‫َسَح اٌب‬
 Oleh orang Arab digolongkan muannats (sima’i)
‫ْف‬
Contoh: ‫ َاْر ٌض‬، ‫ َسْم ٌش‬، ‫ َقَم ٌر‬، ‫ َداٌر‬، ‫ َطِرْيٌق‬، ‫ ُسْو ٌق‬، ‫ الَّسَم اُء‬، ‫الَّن ُس‬
 Seluruh benda yang jumlahnya lebih dari dua satuan (jamak).
‫َّنٌث‬
Kaidahnya: ‫( ُك ُّل َجْم ٍع ُم َؤ‬setiap jamak adalah muannats)

Contoh: ‫( َاْبَو اٌب‬pintu-pintu) ‫( َنَو اِفُذ‬jendela-jendela)

Apabila tidak terdapat ciri muannats dan tidak tercakup dalam isim muannats seperti
di atas, maka isim tersebut adalah Mudzakkar.

 Isim Berdasarkan Jumlah Benda

Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga, yaitu isim mufrod, isim
mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim yang jumlah bendanya satu satuan (satu
biji, satu helai, satu pohon dan sebagainya), biasanya ditandai dengan dhommah, fathah,
kasroh. Isim mutsanna adalah isim yang jumlah bendanya dua satuan. Tanda khas yang
mudah diketahui dari isim ini adalah akhirannya …َ ‫اِن‬atau …َ ‫ ْيِن‬untuk mudzakkar dan ‫ َتاِن‬atau ‫َت‬
‫ ْيِن‬untuk muannats. Isim jamak adalah isim yang jumlah bendanya lebih dari dua satuan.
Isim jamak ini dibagi tiga bagian, yaitu jamak mudzakkar salim ( ‫)َجْم ُع اْلُم َذَّك ِر الَّس ِلِم‬, jamak
muannats salim ( ‫ )َجْم ُع اْلُم َؤ َّنِث الَّس ِلِم‬dan jamak taksir ( ‫)َجْم ُع الَّتْك ِس ْيِر‬.

 Isim jamak mudzakkar salim berasal dari isim mudzakkar mufrod dan rangkaian
hurufnya tidak ada yang diubah hanya ditambah ( ‫ )ُـْو َن‬atau ( ‫ )ِـْيَن‬di akhirnya.

Contoh : ‫ ُم ْس ِلُم ْو َن‬atau ‫ ُم ْس ِلِم ْيَن‬berasal dari ‫ُم ْس ِلٌم‬

5
 Isim jamak muannats salim berasal dari isim muannats mufrod dan rangkaian
hurufnya tidak ada yang dirubah hanya ta’ marbuthoh di akhir kata yang menjadi ciri
isim muannats dipisahkan dulu dengan menambah alif mati menjadi ‫ َـاٌت‬atau ‫َـاٍت‬.

 Isim jamak taksir dapat berasal dari isim mudzakkar mufrod atau isim muannats
mufrodah, akan tetapi rangkaian hurufnya terjadi pemecahan baik ditambah atau
dikurangi. Isim ini tidak memiliki aturan dan tanda khas, sehingga harus dihafal.

Contoh : ‫ َاْبَو اٌب‬berasal dari ‫ َنَو اِفُذ‬, ‫ َباٌب‬berasal dari ‫َناِفَذٌة‬

 Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)

Berdasarkan umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim nakiroh
(umum) dan isim ma’rifat (khusus).

 Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ‫ ـٌـ‬، ‫ ـٍـ‬، ‫) ًــ‬

Contoh : ‫ ِكَتاٌب‬، ‫ُهٌد ى‬

 Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :

 Isim yang diawali dengan Al (‫)ال‬

Contoh : ‫ الِكَتاُب‬، ‫الُهَدى‬

a. Isim Dhomir

Kata ganti ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk
menggantikan isim tertentu.

Berdasarkan penampakkannya dalam tulisan, isim dhomir dibagi dua, yaitu isim
dhomir bariz (tampak dalam tulisan) dan isim dhomir mustatir (tidak tampak dalam tulisan).
Pada bab ini hanya dibahas isim dhomir bariz, sedangkan isim dhomir mustatir dibahas
setelah membahas kalimat sempurna.

Isim dhomir bariz dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu isim dhomir bariz muttashil
(tersambung dengan kata lain) seperti : ‫ َل‬+ ‫ َلُك ْم = ُك ْم‬dan isim dhomir bariz munfashil (berdiri
sendiri) seperti : ‫ ُهَو‬، ‫َاْنَت‬

b. Isim isyaroh ( ‫) ِاْس ُم اِال َش اَرِة‬

Kata tunjuk digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk menunjuk
isim-isim tertentu.

6
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan
jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha
tanbih ( ‫ ) َهـ‬di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( ، ‫ُك َم ا‬
‫ َك‬atau ‫) ُك ْم‬. Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada
juga isim isyaroh yang dikaitkan dengan letaknya saja.

Seperti : ‫ ُهَناِلَك‬، ‫ ُهَناَك‬، ‫ُهَنا‬

c. Isim Maushul ( ‫) ِاْس ُم اْلَم ْو ُصْو ِل‬

Isim maushul ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk
mengkhususkan suatu isim tertentu dengan kalimat yang ada sesudahnya.

Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan isim berdasarkan jenis
dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum (tidak dilihat mudzakkar atau
muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal atau yang tidak. Yaitu ‫( َم ا‬apa-apa, apa
saja) digunakan untuk isim yang tidak berakal ( ‫ ) ِاْس ُم الَم ْو ُص ْو ِل ِلَغْي ِر ِاْلَع اِق ِل‬dan ‫( َم ْن‬siapa
saja/barang siapa) digunakan untuk isim yang berakal ( ‫) ِاْس ُم الَم ْو ُصْو ِل ِِلْلَع اِقِل‬.

d. Isim Alam ( ‫) ِاْس ُم اْلَع َلِم‬

Isim alam adalah isim yang digunakan untuk nama tertentu tanpa membutuhkan
penjelasan. Isim ini ma’rifat karena setiap nama menunjukkan isim tertentu. Pada bagian ini
akan dikhususkan pada kata yang digunakan untuk nama manusia. yang dibagi menjadi 3
golongan, yaitu :

 Isim khos (nama asli)

Contoh : ‫ ُع َم ُر‬، ‫َعاِئَش ُة‬

 Kunyah ( ‫ ) ُكْنَيٌة‬: julukan

Adalah nama yang diawali dengan kata : ‫ َاٌب‬، ‫ ُاٌّم‬، ‫ِاْبٌن‬dan ‫ِبْنٌت‬

Contoh : ‫ َاُبْو َح ْفٍص‬، ‫ ِاْبُن اْلَخ َّطاِب‬، ‫ ُاُّم اْلمؤمنين‬dan lain-lain.

 Laqob ( ‫ ) َلَقٌب‬: gelar

Diberikan khusus kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam suatu


perkara.

Contoh : ‫ الَفاُرْو ُق‬، ‫ الَّر ِش ْيُد‬، ‫ الِّص ِّدْيُق‬dan lain-lain

e. Isim Munada ( ‫) ِاْس ُم اْلُم َناَدى‬

7
Adalah isim yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma’rifat karena setiap
objek yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si penyeru. Huruf nida terdiri dari
huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan untuk dekat dan jauh.

Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah, mudhofan, sibhul
mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah. Pada bagian ini hanya dibahas
tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu
isim munada mufrod (satu kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.

 Isim munada mufrod

Yaitu isim munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh, akan tetapi tidak
boleh pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda akhirnya tetap rofa (salah satu tandanya
dhommah).

Contoh : ‫َيا ُم ْس ِلُم‬

 Isim munada mudhofan

Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan). Tanda akhir untuk kata yang
disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).

Contoh : ‫َيا َر ُسْو َل ِهللا‬

Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a


seperti : ‫ َيا َر َّبَنا‬menjadi ‫َر َّبَنا‬

 Isim munada khusus lafdzul jalalah (‫)ُهللَا‬

Sebenarnya termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada ini ada
pengkhususan yaitu : bentuknya ma’rifat ‫ َيا ُهللَا‬dan huruf nida bisa diganti dengan huruf mim
yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : ‫َالّلُهَّم‬

Catatan :

Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” ‫ ” ال‬ataupun isim
maushul, maka setelah ‫ يا‬tidak dapat langsung tersambung dengan isim tersebut, tetapi harus
diselingi dengan lafadz ‫( َاُّيَها‬untuk isim mudzakkar) dan ‫( َاَّيُتَها‬untuk isim muannats).

Contoh : ‫ َيا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن‬، ‫َياَاَّيُتَها الَّنْفُس‬

f. Isim Idhofat (kata yang disandarkan) ( ‫) ِاْس ُم ْاِإل َض اَفِة‬

Penyandaran (idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil dan tidak juga
huruf) Isim yang pertama yang disandarkan disebut mudhof ( ‫ ) ُمَض اٌف‬sedangkan isim yang

8
disandari disebut mudhof ilaihi ( ‫) ُمَض اٌف ِإَلْيِه‬, yang merupakan isim ma’rifat adalah isim yang
menjadi mudhof, sedangkan yang menjadi mudhof ilaihi dapat ma’rifat dapat pula nakiroh
tergantung bentuknya. Yang perlu dipahami bahwa mudhof ilaihi itu tidak boleh kata sifat,
dan bentuknya tetap majrur (salah satu tandanya kasroh).

Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :

 Tidak boleh ada ” ‫“ ال‬


 Tidak boleh tanwin
 Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada di akhirnya
dibuang.

Contoh : ‫ َر ُسْو ٌل‬+ ‫= ُهللا‬ ‫َر ُسْو ُل ِهللا‬

‫ َو اِلَد ْيِن‬+ ‫= ـِه‬ ‫َو اِلَد ْيِه‬

‫ َبِنْيَن‬+ ‫= ِاْس َر اِئْيَل‬ ‫َبِنْي ِاْس َر اِئْيَل‬

 Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya

Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu isim shohih
akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.

1. Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri dari isim
mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim.
2. Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat yaitu alif mati
atau ya’ mati ( ‫ ْى‬atau ‫) ْي‬. Jika akhirnya alif mati disebut isim maqshur ( ‫) اِال ْس ُم الَم ْقُصْو ُر‬
seperti : ‫ ُهَدى‬، ‫ ُم ْو َس ى‬, dan jika akhirnya ya’ mati disebut isim manqus ( ‫) اِال ْس ُم الَم ْنُقْو ُص‬
seperti : ‫ الَقاِضْي‬، ‫الَهاِد ْي‬
3. Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah, yaitu : ، ‫َاٌب‬
‫ ُذ‬، ‫ ُف‬، ‫ َح ٌم‬، ‫ َاٌخ‬.

Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika rofa’ seperti : ، ‫َاُبْو َك‬
‫ ُذ ْو َم اٍل‬، ‫ ُفْو َك‬، ‫ َحُم ْو َك‬، ‫َاُخ ْو َك‬

Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : ‫ َذ ا َم اٍل‬، ‫ َفاَك‬، ‫ َح َم اَك‬، ‫ َاَخ اَك‬، ‫َاَباَك‬

Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : ‫ ِذ ْيَم اٍل‬، ‫ ِفْيَك‬، ‫ َحِم ْيَك‬، ‫ َاِخ ْيَك‬، ‫َاِبْيَك‬

 Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).

Ada beberapa isim yang tidak ber ” ‫ ” ال‬dan bukan sebagai mudhof, akan tetapi tidak
dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru munshorif. Yang termasuk
isim ghoiru munshorif adalah :

9
 Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti : ، ‫ ُع ْثَم اُن‬، ‫َفاِط َم ُة‬
‫ ُع َم ُر‬dll.
 Shighot muntahal jumuk ( ‫) صغة منتهى الجموع‬, bentuk jamak yang sama dengan ‫َم َفاِع ُل‬
dan ‫َم َفاِع ْيُل‬, seperti : ‫َم َس اِج ُد‬
 Mengandung alif ta’nits mamdudah ( ‫ ) الف التأنيث الممدودة‬seperti : ‫ َحْمَر اُء‬، ‫ َس ْو َداُئ‬، ‫َص ْح َر اُء‬

2.4 Cara Mengenal Isim

Isim bisa dikenali dengan sangat mudah seperti dikutip dalam kitab jurumiyyah

‫فاالسم ُيعَر ُف بالَخ ْفِض َو الَّتْن ِويِن َو ُد ُخ وُل الألِل ِف َو ااَّل ِم َو ُح ُر وُف الَخ ْفِض وهى ِم ن َو ِاَلى َو َع ْن َو َع َلى َو ِفي َو ُرَّب َو‬
‫الَباء َو الَكاُف َو الاَل ُم َو حروف الَقَس ِم وهى الَو اُو َو الَباء َو الَّتاء‬

maka adapun isim dikenali dengan adanya khofad ( garis bawah ‫ ) ــِــــ‬dan tanwiyn
dan kemasukan huruf alif dan lam dan kemasukan huruf khofad ( yaitu huruf yang membuat
suatu kalimat menjadi baris dibawah/kasroh ; nanti aka saya jelaskan ) dan kemasukan huruf
qosam.

Tanda-tanda Isim :

 adanya tanda khofad : khofad adalah baris harokat yang dituliskan kebawah ( ‫) ـِــــ‬
sering disebut dengan harokat kasroh yang ada di akhir kalimat, seperti contoh : ‫في‬
‫الَبيِت‬
 adanya tanda tanwin ( ‫ ) ـًــٍــٌـ‬setiap fi'il tidak mempunyai tanda tanwin hanya isim
yang mempunyai tanwin.
 adanya alif lam di depannya ( ‫ ) ال‬contoh : ‫الِكَتاُب‬
 dimasuki oleh salah satu dari huruf kofad yaitu ( ‫ الكاُف‬, ‫ الَباء‬, ‫ ُرَّب‬, ‫ ِفي‬, ‫ َع َلى‬, ‫ َع ْن‬, ‫ ِاَلى‬, ‫ِم ْن‬
‫ الَالُم‬, )

contoh lihat pada gambar :

10
 dan yang terakhir yaitu dimasuki huruf qosam , huruf qosam yaitu huruf yang
menunjukan arti sumpah dan hanya bisa masuk pada kalimat tertentu, huruf qosam
ada tiga yaitu : ‫ التاء‬, ‫ الواو‬, ‫الباء‬

( ‫ ) الواو‬hanya masuk pada isim yang dzohir , contoh : ‫والَع ْص ِر‬


( ‫ ) الباء‬hanya masuk pada isim yang mudmar / berupa dhomir , contoh : ‫ِب َك‬
( ‫ ) التاء‬hanya masuk pada kalimat ‫ هللا‬, contoh : ‫تاهلل‬

2.2 PENGERTIAN FI’IL

Di dalam Bahasa Arab, Kalimah Fi’il biasa dituliskan dengan: ‫َك ِلَم ُة اْلِفْع ِل‬.

A. Secara bahasa
Pengertian kalimah fi’il secara bahasa adalah kata kerja.

Kalimah = kata.

Fi’lun = pekerjaan.

Jadi kalimatul fi’li adalah kata kerja.

Secara istilah

Di dalam kitab Jami’ud Durus Al Arabiyah, definisi kalimatul fi’li adalah sebagai berikut:

‫الفعل ما دّل على معنًى في نفسه مقترن بزمان كجاء ويجيُء وجيَء‬

11
Fi’il adalah kalimat yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri berkaitan dengan waktu
(yang ada 3: lampau, sekarang, akan datang), .

Atau dengan bahasa lain, bisa juga didefinisikan, bahwa kalimat fi’il adalah kalimat yang
bisa menunjukkan arti dengan sendirinya dan terkait dengan 3 zaman yaitu zaman lampau,
sekarang, dan akan datang.

Berbeda dengan isim, yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri, tapi tidak terkait
dengan waktu.

B. Ciri-ciri Kalimat Fi’il

Untuk mengetahui suatu kata termasuk kalimat fi’il atau tidak, bisa dengan cara:

 tahu artinya, misalkan ‫ كتب‬artinya menulis, dan menulis adalah kata kerja, berarti
‫ كتب‬termasuk kalimah fi’il.
 tahu tanda-tanda kalimah fi’il.

Dengan mengetahui tanda-tanda kalimah fi’il, maka kita bisa tahu, bahwa kalimah tersebut
termasuk kalimatul fi’li.

Berikut ini tanda-tanda kalimah fi’il yang ada di kitab Jami’ud Durus Al Arabiyah:

1. Didahului oleh huruf Qod (‫)َقْد‬

Ciri-ciri fi’il yang pertama yaitu didahului oleh ‫َقْد‬.

Contohnya yang sering kita dengar:

‫َقْد َقا َم ِت الَّص اَل ُة‬

“Sungguh Shalat Akan Segera Didirikan”

Kalimah ‫ َقا َم‬di situ termasuk kalimatul fi’li, diketahui dari tandanya, yaitu ada lafadz ‫َقْد‬
didepannya.

Lafadz ‫ َقْد‬bisa masuk ke dalam fi’il madhi serta fi’il mudhari’:

 Jika masuk pada fi’il madhi, maka fungsinya adalah tahqiq atau kepastian/sungguh (
‫)تحقيق‬.
 Jika masuk pada fi’il mudhari’, maka fungsinya adalah taqlil (‫ )تقليل‬yang bermakna
terkadang. Namun, pada keadaan tertentu, bisa juga bermakna tahqiq, jika ada

12
kesesuaian arti kalam dengan tahqiq tersebut, seperti firman Allah Subhanahu
Wata’ala dalam Al Quran: ‫قد يعلم هللا ما انتم عليه‬, qad di situ bermakna tahqiq.

2. Didahului oleh sin ( ‫)َس‬

Tanda-tanda fi’il yang kedua yaitu bisa didahului oleh sin:

Sin dan saufa (poin 3 di bawah) merupakan huruf istiqbal yang berarti akan.

Bedanya, sin menujukkan bahwa kejadiannya terjadi tidak lama lagi (jaraknya dekat)
sedangkan saufa untuk jarak waktu yang lama (biasa diartikan dengan kelak).

Sin dan saufa hanya masuk ke fi’il mudhari’.

Contohnya ‫َس َتْذ َهُب‬.

‫ َتْذ َهُب‬di situ termasuk kalimah fi’il karena didahului oleh sin..

3. Didahului oleh Saufa ( ‫)َسْو َف‬

Saufa yang biasa diartika kelak, hanya masuk ke fi’il mudhari’.

Contohnya di dalam Al Quran Surat At-Takatsur ayat 3:

‫َك اَّل َسْو َف َتْع َلُم ْو َن‬

Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

‫ َتْع َلُم ْو َن‬di sini termasuk kalimah fi’il karena didahului oleh ‫ َسْو َف‬.

4. Ciri kalimat fi’il bisa kejatuhan Ta’ Ta’nits Sakinah

Ta ta’nis sakinah adalah huruf ta sukun yang jatuh setelah kalimah fi’il yang menunjukkan
makna perempuan.

Ta ta’nis sakinah ini menjukkan bahwa pelaku pekerjaan adalah perempuan tunggal atau
jamak yang tidak berakal, atau isim-isim yang orang arab mengklasifikasikannya sebagai
muannats (seperti tangan).

Jamak yang tidak berakal dihukumi sebagai muannats.

Contohnya di Surat Al Lahab ayat 1:

13
‫َتَّبْت َيَدآ َاِبْي َلَهٍب َّو َتَّب‬

(Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia)

‫ َتَّبْت‬adalah kalimah fi’il karena terdapat ta’ ta’nits sakinah di sana.

Atau di contoh yang telah disebutkan sebelumnya:

‫ َقْد َقا َم ِت الَّص اَل ُة‬yang aslinya adalah ‫َقْد َقا َم ْت الَّص اَل ُة‬, lalu karena ada dua huruf mati berjejeran,
maka ta’ ta’nis sakinahnya di kasih harakat kasrah.

Jika pekerjaan dilakukan oleh dua orang perempuan, maka ta’ ta’nis sakinah dikasih
harakat fathah dan ditambahkan alif setelahnya, contohnya: ‫َقاَم َتا‬.

5. Dhamir Fa’il

Dhamir Fa’il yaitu kata ganti yang berfungsi sebagai fa’il (subjek).

Contohnya:

 ‫( ُقْم ُت‬aku telah berdiri), tu di situ adalah dhamir fa’il.


 ‫( ُقْم َت‬kamu laki-laki telah berdiri).
 ‫( ُقْمِت‬kamu perempuan telah berdiri).

6. Nun Taukid

Nun taukid dibedakan menjadi dua:

Nun taukid khafifah

Nun Taukid Khofifah yang ringan yang dituliskan tanpa adanya tasydid.

Contohnya di dalam Al Quran surat Al Alaq:

‫َلَنْس َفَع ْن ِبالَّناِصَيِة‬

Sungguh akan Kami tarik ubun-ubunnya.

Nun taukid tsaqilah

Nun Taukid Tsaqilah yang dituliskan dengan menggunakan tasydid.

Contoh di dalam Al Quran:

‫َلُنْخ ِر َج َّنَك َيا ُش َع ْيُب‬


14
Sunggah kami akan mengeluarkanmu wahai Syu’aib.

Kalimah fi’il berdasarkan waktunya dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Fi’il Madhi

Fi’il madhi adalah kalimah yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri dan berkaitan
dengan masa lampau.

Biasa diartikan: telah.

Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan past tense.

Contoh: ‫ َتَع َّلَم‬،‫ اْج َتَهَد‬، ‫َج اَء‬

Tanda-tanda fi’il madhi:

 menerima ta’ ta’nis sakinah seperti: ‫كتبْت‬.


 menerima ta’ dhamir seperti:
1. ‫( َكَتْبَت‬kamu laki-laki telah menulis).
2. ‫( َكَتْبُتَم ا‬kamu berdua telah menulis).
3. ‫( َكَتْبُتْم‬kamu semua [lebih dari 2 orang] telah menulis]
4. ‫( َكَتْبِت‬kamu perempuan telah menulis)
5. ‫( َكَتْبُتَّن‬kamu [perempuan lebih dari dua] telah menulis)
6. ‫( َكَتْبُت‬aku telah menulis)

b. Fi’il Mudhari’

Fi’il mudhari’ adalah kalimat yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri dan terkait
dengan waktu sekarang dan akan datang.

Contohnya: ‫ َيَتَع َّلُم‬،‫ َيْج َتِهُد‬، ‫َيِج يُء‬.

Ciri-ciri dari fi’il mudhari’ yang paling kentara adalah, terdapat huruf mudhara’ah (‫ا ن‬
‫ ي ت‬yang disingkat ‫)َاَنْيُت‬.

Contoh:

 ‫ َاْكُتُب‬yang artinya aku sedang/akan menulis.


 ‫ َنْكُتُب‬yang artinya kita sedang/akan menulis.
 ‫ َيْكُتُب‬yang artinya dia laki-laki sedang/akan menulis.
 ‫ َتْكُتُب‬yang artinya kamu laki-laki sedang/akan menulis.

Tanda-tada fi’il mudhari’ selanjutnya:

15
 menerima sin, contohnya ‫َس َيُقْو ُل‬.
 menerima saufa, contohnya ‫َسْو َف َتْع َلُم ْو َن‬
 menerima lam, contohnya ‫َلْم َيِلْد وَلْم ُيْو َلْد‬
 menerima lan, contohnya ‫َلْن َيْنَفَع ُك ْم‬.

c. Fi’il Amr

Fi’il amr adalah kalimah yang menunjukkan makna meminta terjadinya perbuatan kepada
Fa’il Mukhattab (yang diajak bicara) tanpa menggunakan Lam Amr.

Fi’il amr diterjemahkan dengan kata perintah.

Contohnya:

‫ َتَع َّلْم‬، ‫ اْج َتِهْد‬،‫ِج يْء‬

2. Pembagian Kalimah Fi’il berdasarkan perubahan huruf akhirnya

Berdasarkan perubahan huruf akhirnya, fi’il dibedakan menjadi:

a. Fi’il mabni

Fi’il mabni yaitu fi’il yang harakat huruf akhirnya tidak berubah-ubah meskipun ada ‘amil
yang masuk kepadanya.

Fi’il mabni terbagi menjadi 3 jenis:

 Fi’il madhi:
1. mabni ‘alal fathi (harakat huruf akhirnya tetap fathah), contoh: ‫( َكَتَب‬dia laki-
laki telah menulis).
2. mabni ‘ala al-dhammi, contohnya ‫( َكَتُبْو ا‬mereka telah menulis).
3. mabni ‘ala al-sukun, contohnya: ‫ َك َتْبِت‬، ‫ َكَتبُت‬، ‫َكَتْبَت‬.
 Fi’il Amr
1. mabni ‘ala al-sukun, contohnya ‫اْكُتْب‬.
2. mabni dengan membuang huruf ‘illat (‘ala hadzhi harfil ‘illat), contohnya: ‫إْر ِم‬.
3. mabni ‘ala hadzfi al-nun (membuang nun), contoh: ‫ اْكُتبا‬.
4. mabni ‘ala al-fathi (tetap fathah), contoh: ‫اْكُتَبَّن‬.
 Fi’il Mudhari’:
1. mabni ‘alal fathi, contoh: ‫َيْض ِرَبَّن‬.
2. mabni ‘alas sukun, contoh: ‫َيْض ِرْبَن‬.

16
b. Fi’il mu’rab

Fi’il mu’rab adalah fi’il yang harakat huruf akhirnya bisa berubah-ubah menyesuaikan
dengan ‘amil yang masuk padanya.

Fi’il mudhari’ dihukumi mu’rab jika dia tidak bertemu dengan nun taukid atau nun niswah.
Jika bertemu keduanya, maka dihukumi mabni seperti contoh di atas.

Berikut ini penjelasan i’rab fi’il mudhari’ mu’rab:

 rafa‘: saat tidak ada amil nashab dan ‘amil jazem, contohnya: ‫َيْض ِر ُب‬. Tanda rofa’nya
dengan dhommah.
 nashab, jika ada ‘amil nasab yang masuk padanya (،‫ اَل ُم اْلُجُحْو د‬، ‫ اَل ُم َك ْي‬، ‫ َك ْي‬، ‫ ِاَذْن‬، ‫ َلْن‬، ‫َاْن‬
‫ َاْو‬، ‫ اْلَج َو اُب ِبالَو اِو‬، ‫ الَج َو اُب َباْلَفاِء‬،‫)َح َّتى‬, contohnya: ‫َاْن َيْض ِر َب‬. tanda nasabnya dengan fathah.
 jazem, jika ada ‘amil jazm yang masuk padanya (‫ َلَّم ا‬، ‫ َلْم‬dan saudaranya), contoh: ‫َلْم‬
‫َيْض ِر ْب‬.

Itulah pembagian jenis fi’il berdasarkan perubahan huruf akhirnya.

3. Jenis Kalimat Fi’il berdasarkan aktif pasifnya

Pembagian kalimah fi’il berdasarkan aktif atau pasifnya:

a. Fi’il ma’lum

Fi’il ma’lum diterjemahkan menjadi kata kerja aktif, yang jika diterjemahkan berarti me-.

Contohnya: menulis ( ‫)َكَتَب‬.

b. Fi’il majhul

Fi’il majhul diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kerja pasif, yang artinya
di-.

Fi’il majhul dibentuk dari fi’il ma’lum, dengan memberikan harakat dhammah pada huruf
awalnya dan memberikan harakat kasrah pada hurus sebelum akhir.

Contohnya: ‫ ُك ِتَب‬yang berarti ditulis.

Huruf awalnya berharakat dhammah.

Huruf sebelum akhir yaitu huruf ta, berharakat kasrah.

17
4. Macam-macam Kalimat Fi’il berdasarkan butuh tidaknya objek

Pembagian kalimah fi’il berdasarkan butuh tidaknya terhadap maf’ul bih atau objek,
dibedakan menjadi

a. Fi’il Lazim

Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan objek atau maf’ul bih.

Contohnya: . ‫( َقاَم ُمَحَّم ٌد‬Muhammad berdiri).

Di situ kalimatnya sudah lengkap.

b. Fi’il Muta’addi

Pengertian fi’il muta’addi yaitu fi’il yang membutuhkan objek atau maf’ul bih.

Contohnya: ‫َكَتَب ُمَحَّم ٌد الِّر َس الَة‬. (Muhammad telah menulis surat).

‫( الِّر َس الَة‬surat) berkedudukan sebagai maf’ul bih (objek) sedangkan ‫ ُمَحَّم ٌد‬berkedudukan
sebagai Fa’il (Subjek).

Fi’il muta’addi ini ada yang membutuhkan:

 satu objek.
 dua objek.
 tiga objek.

5. Pembagian Fi’il berdasarkan ada tidaknya huruf tambahan

Pembagian kalimah fi’il berdasarkan ada tidaknya huruf tambahan dibedakan menjadi:

a. Fi’il Mujarrad

Fi’il mujarrad adalah fi’il yang belum mendapatkan tambahan, bentuknya masih asli terdiri
dari fa’ fi’il, ‘ain fi’il, dan lam fi’il.

Contohnya: ‫ َك ُر َم‬، ‫ َع ِلَم‬، ‫َغ َفَر‬.

Fi’il mujarrod bersifat sama’iy yang artinya harakat ‘ain fi’ilnya dan juga bentuk mashdarnya
harus melihat kamus karena itu berasal dari pengucapan orang arab.

18
b. Fi’il Mazid

Fi’il mazid adalah fi’il mujarrad yang telah mendapatkan huruf tambahan, bisa satu huruf
tambahan, dua, atau tiga.

Contohnya:

 ‫ ِاْسَتْغ َفَر‬dari kata asal ‫َغ َفَر‬.


 ‫ َتَع َّلَم‬dari kata asal ‫َع ِلَم‬.
 َ ‫ َاْك َر َم‬dari kata asal ‫َك ُر َم‬.

Penjelasan lebih detil lagi insya Allah akan kita bahas di lain kesempatan.

6. Pembagian kalimat Fi’il berdasarkan huruf pembentuknya

Macam kalimah fi’il dilhat dari jenis huruf yang membentuknya dibedakan menjadi:

a. Fi’il shohih (tidak ada huruf ‘illat)

Fi’il shahih adalah fiil yang unsur fa’, ‘ain, dan lam fi’ilnya tidak berupa huruf ‘illat (wawu,
alif, ya).

Fiil shahih terbagi menjadi fiil salim, mudha’af, dan mahmuz.

Contohnya:

 fiil salim: ‫َغ َفَر‬.


 fiil mudha’af: ‫َم َّد‬.
 fiil mahmuz: ‫َاَم َل‬.

b. Fi’il mu’tal (ada huruf ‘illat)

Fi’il mu’tal adalah fiil yang satu atau dua unsur fa, ‘ain, dan lam fiilnya berupa huruf ‘illat.

Fi’il mu’tal dibagi menjadi 4 jenis:

 Fi’il mitsal, contoh: ‫َو َعَد‬.


 Fi’il ajwaf, contoh: ‫َباَع‬.
 Fi’il naqish, contoh: ‫َغَز ا‬.
 Fi’il lafif, contoh: ‫ َش َو ى‬،‫َو َقى‬.
 Pengertian harf.1

1
ttp://santriclumut.blogspot.com/2015/01/penjelasan-huruf-dalam-bahasa-arab.html

19
 Kalimah harf/huruf adalah lafadz yang tidak layak disertai tanda isim atau tanda fi’il.
Ada pula yang mengartikan bahwa huruf adalah setiap kalimah yang tidak dapat
memiliki makna kecuali apabila bersanding dengan kata lainnya. Kaidahnya:
 ِ ‫َو الَح ْر ُف َم ا َال َيْص ُلُح َم َع ُه َد ِلْيُل اِال ْس ِم َو اَل َد ِلْيُل الِفْعل‬
2

 (Huruf itu ialah lafadz yang tidak layak disertai tanda isim atau tanda fi’il)
 ‫َا‬3‫الَح ْر ُف ُهَو ُك ّل َك ِلَم ة َلْيَس َلَها َم ْع ًنى ِااَّل َم َع َغْيره‬
 (Huruf adalah setiap kalimah yang tidak dapat memiliki makna kecuali bersama
kalimah lainnya)
 2.2 Pembagian harf.4
 Kalimah huruf itu semuanya mabni, tidak dapat dirubah, tetap katanya dalam setiap
keadaan. Kalimah huruf dibangun atas beberapa dasar dengan melihat harakat
akhirnya, yaitu:
 1.Dengan sukun. Contoh: ‫ َلْم‬, ‫ َبْل‬, ‫ َاْم‬, ‫ َاْو‬,‫ ِفى‬,‫ َك ى‬, ‫ َهْل‬, ‫َلْن‬
 2.Dengan fathah. Contoh: ‫ َلْيَت‬, ‫ َلِكَّن‬, ‫ َاَّن‬, ‫ ِاَّن‬, ‫ُثَّم‬
 3.Dengan dhammah. Contoh: ‫ُم ْنُذ‬
 4.Dengan kasrah. Contoh: ‫ اَل ُم الَج ِّر‬,‫َباُء الَج ِّر‬
 Dalam hubungannya dengan kalimah lain (baik itu kalimah fi’il ataupun isim)
maka kalimah harf dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
 1.Harf yang masuk pada kalimah isim (‫)حروف تدخل على االسم‬
 a.Harf jar (‫)حروف الجر‬. Yaitu huruf yang men-jar-kan isim sesudahnya
 b.Inna dan saudara-saudaranya (‫)ان و اخواتها‬
 c.Harf nida’ (‫)حروف النداء‬
 d.Harf istisna’ (‫)حرف االستثناء‬
 e.Wawu ma’iyah (‫)واو المعية‬
 f. Laamul ibtida’ (lam yang ditempatkan di awal kalimah) (‫)الم االبتداء‬
 2.Harf yang masuk pada kalimah fi’il (‫)حروف تدخل على الفعل‬
 a.Harf nashab (‫)حروف النصب‬
 b.Harf jazm (‫)حروف الجزم‬
 c.Maa dan laa (‫)ما و ال‬
 d.Qad (‫)قد‬
 e.Al-siin dan saufa (‫)السين و سوف‬
 3.Harf yang bisa masuk pada kalimah fi’il dan isim (‫)حروف تدخل على اإلسم و على الفعل‬
 a. Harf ‘athaf (‫)حروف العطف‬
 b.Dua harf istifham, yaitu hamzah dan hal (‫الهموة و هل‬:‫) حرفا االستفهام‬
 c.Wawu haal (‫)واو الحال‬
 d.Laam qasam (‫)الم القسم‬
 2.3 Pengertian jumlah ismiyah5

2Nurul mutmainnah,2017,Terjemahan Al-Jurumiyah,Surabaya,Rinneza

3Mualif Ahmad,2019,"Metodologi pembelajaran ilmu nahwu dalam pendidikan bahasa Arab",AL-HIKMAH(Jurnal pendidikan agama islam)1.1

4 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://haloedukasi.com/harf-dalam-bahasaarab/

amp&ved=2ahUKEwiUqr_73LT5AhUiRmwGHQyXCZ0QFnoECAgQAQ&usg=AOvVaw30WP6nD4WRXxnHtGx3Lvve

20
 Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda).
Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari
mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak
diawal jumlah. Sifat dari mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat. Khobar adalah
isim yang berfungsi untuk
 melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain,
mubtada’ adalah subyek, sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).
 Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila
mubtada’nya isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula
apabila mubtada’ berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim
mufrod.
 Contoh : ‫ = ُمَحَّم د َر ُسْو ٌل‬Muhammad adalah Rasul.
 ‫ = َزْيٌُد ُأْستَاٌُذ‬Zaid adalah seorang guru.
 ‫ = َزْيٌُد َبْيُتُه َك ِبْيٌُر‬Zaid rumahnya besar.
 ‫قلم َجِد يٌد‬
ُ = Pulpen itu baru

DAFTAR PUSTAKA
5 Abu Razin & Ummu Razin,2019,"Ilmu Nahwu UntuK Pemula",Jakarta barat,Pustaka Bisa

21
Ibrah. “Pembagian Isim”. pada
http://ibrah78gorut.blogdetik.com/category/nahwu-i/pembagian-isim.html, diakses pada 09
November 2011

Ryper. “Pengenalan Isim dan Tanda-Tandanya”.

http://ponpes-online.blogspot.com/2012/03/bab-2-pengertian-dan-penjelasan-isim.html

Abu Bakar, Bahrun, Terjemahan Alfiyah Syarah Ibnu Aqil, Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2010.

http://santriclumut.blogspot.com/2015/01/penjelasan-huruf-dalam-bahasa-arab.html

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://haloedukasi.com/

harfdalambahasaarab/

amp&ved=2ahUKEwiUqr_73LT5AhUiRmwGHQyXCZ0QFnoECAgQAQ&usg=AOvVaw30

WP6nD4WRXxnHtGx3Lvve

Abu Razin & Ummu Razin,"Ilmu Nahwu Untuk Pemula",Jakarta Barat,Pustaka Bisa,2019

Mualif, Ahmad. "Metodologi pembelajaran ilmu nahwu dalam pendidikan bahasa Arab." AL-

HIKMAH (Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam) 1.1 (2019): 26-36.

22
23

Anda mungkin juga menyukai