Anda di halaman 1dari 62

TUGAS BAHASA ARAB

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Bahasa Arab

Dosen Pengampu : Ruhamah, M.Ag

Disusun Oleh :

Mahasiswa Mata Kuliah Bahasa Arab

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS


AHMAD DAHLAN JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

Kalimat dan Pembagiannya .................................................................................................. 1

Isim Berdasarkan Jenisnnya .................................................................................................. 5

Predikat Subyek dan Objek ................................................................................................. 17

Dhamir ................................................................................................................................ 20

Huruf Jar ............................................................................................................................. 29

Jumlah Fi’liyah dan Jumlah Ismiyah .................................................................................. 33

Mubtada dan Khabar ........................................................................................................... 39

Kana dan Saudaranya .......................................................................................................... 47

Inna dan Saudaranya ........................................................................................................... 55

Nakirah dan Makrifah .............................................................................................................

Na’at Manut ............................................................................................................................


‫الكلمة وانواعها‬
(KALIMAT DAN PEMBAGIANNYA)

Oleh:

Wenny Nila Sari (2016353630) & Evaria Lestari (2016353576)

1. Definisi Kalimah
Terdapat perbedaan terhadap penyebutan istilah “kata” dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Arab. Jika dalam bahasa Indonesia disebut “kata”, maka dalam bahasa Arab
disebut “kalimah”. Kumpulan kata dalam bahasa Indonesia disebut “kalimat”, sedangkan
kumpulan kata dalam bahasa Arab disebut “jumlah”.
Seperti yang kita ketahui, kalimat merupakan susunan dari beberapa kata yang
memiliki makna. Dalam Bahasa Indonesia banyak digunakan definisi kata, seperti kata
kerja, kata benda, kata sifat, kata sambung, kata hubung, kata tanya, dan sebagainya.
Begitupun dengan Bahasa Arab, memiliki banyak istilah kata yang kurang lebih sama
dengan Bahasa Indonesia. Hanya saja, dalam Bahasa Arab, seluruh kata yang ada bisa
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu fi’il (kata kerja), isim (kata benda, kata
sifat), dan huruf (kata sambung, kata hubung). Perhatikan contoh kalimat berikut ini:

ْ َ ٌ َ َ َ
‫اﻟمد َر َسة‬ ‫ذه َب زْيد إﻟَﻰ‬

(Zaid telah pergi ke sekolah)

Kalimat di atas memiliki tiga unsur penyusun:


1) Fi’il (kata kerja)
2) Isim (kata benda)
3) Huruf Arab yang memiliki makna

َ ‫ َذ َه‬adalah kata kerja (fi’il), ‫ َزْي ٌد‬dan ‫اﻟم ْد َر َسة‬


Untuk contoh kalimat di atas, ‫ب‬ َ

adalah kata benda (isim) berupa nama orang dan nama tempat, dan ‫( اﻟَﻰ‬ke) adalah huruf.
Hanya ketiga unsur ini yang ada pada kalimat Bahasa Arab meskipun setiap unsur ini
memiliki jenis dan pembagian yang bermacam-macam.

1
2. Jenis dan Pembagian Kalimah
2.1. Fi’il (Kata Kerja)
Umumnya fi’il dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai kata kerja. Fi’il secara
bahasa adalah peristiwa. Adapun fi’il dalam istilah ahli nahwu adalah kata yang
menunjukkan suatu makna pada waktu tertentu dari tiga waktu. Tiga waktu itu
adalah:
1) Fi’il Madhi (lampau)
Fi’il Madhi adalah kata kerja untuk masa lampau yang memiliki arti telah
melakukan sesuatu.
َ ‫( َك َت‬telah menulis) atau ‫( َعل َم‬telah mengetahui).
Contohnya: ‫ب‬
2) Fi’il Mudhari (Sedang atau akan datang)
Fi’il Mudhari’ adalah kata kerja yang memiliki arti sedang atau akan melakukan.
ُْ َ َ َ
ُ ‫( يكت‬sedang menulis) atau ‫( ف ْعل ُم‬sedang mengetahui).
Contohnya: ‫ب‬
3) Fi’il Amar (perintah)
Fi’il Amar adalah kata kerja untuk perintah.
ُُْ َْ
ْ ‫( اكت‬tulislah!) atau ‫( اعل ْم‬ketahuilah!)
Contohnya: ‫ب‬

Berikut ini tabel contoh ketiga jenis fi’il untuk berbagai kata kerja:

2
2.2. Isim (Kata Benda)
Isim secara bahasa memiliki arti “yang dinamakan” atau “nama” atau “kata benda”.
Semua kata yang memiliki kandungan makna yang tidak terkait dengan waktu (telah,
sedang, akan datang), maka kata tersebut termasuk isim. Karena tidak dibatasi
dengan waktu, maka isim termasuk kata yang paling banyak jenisnya. Beberapa
contoh kata yang termasuk jenis isim:
ٌ َ
» ‫ زْيد‬artinya Zaid (isim ‘alam: nama orang)
َ ٰ
» ‫ هذا‬artinya “ini” (isim isyarah: kata tunjuk)
َ
» ‫ أنا‬artinya “saya ”(dhamir: kata ganti)
Bagi pemula, setidaknya harus memahami pembagian Isim sebagai berikut:
1) Isim berdasarkan jumlah (Mufrad, Tatsniyah, Jamak)
2) Isim berdasakan jenis (Mudzakkar dan Muannats)
3) Isim ditinjau dari keumuman dan kekhususan (Ma’rifah dan Nakirah) Isim
ditinjau dari Keberterimaan tanwin (Munsharif dan Ghairu Munsharif)
4) Isim ditinjau dari perubahan akhir kata (Mu’rab dan Mabniy)

2.3. Huruf
Huruf secara bahasa memilki arti huruf seperti yang kita kenal dalam Bahasa
Indonesia yang ada 26 huruf. Sedangkan dalam Bahasa Arab kita mengenal ada 28
huruf yang kita kenal dengan huruf hijaiyah. Akan tetapi, huruf yang dimaksud disini
bukan setiap huruf hijaiyah melainkan huruf hijaiyah yang memiliki arti seperti:

َ
‫( َو‬dan), ‫( ف‬maka), ‫( ب‬dengan),

َ َ
‫( ل‬untuk), ‫س‬ (akan), ‫( ك‬seperti)

Huruf yang dimaksud di sini tidak berarti harus huruf yang disusun dari satu huruf
saja, tetapi juga disusun dari dua atau lebih huruf yang memiliki makna, contohnya:

‫( م ْن‬dari), ‫( اﻟَﻰ‬ke), ‫( عن‬dari) ,

‫( عل‬di atas), ْ‫( فﻲ‬di dalam)

3
Bagi pemula, setidaknya harus menghafal dan memahami kelompok huruf:
1) Huruf Jar; Huruf jar adalah huruf yang menyebabkan isim yang ada setelahnya
wajib dalam keadaan jar / khafadh. Bentuk asal jar adalah kasrah. Huruf-huruf
jar antara lain:

‫( م ْن‬dari), ‫( اﻟَﻰ‬ke), ‫( عن‬dari) , ‫( عل‬di atas),

ْ‫( فﻲ‬di dalam), ‫( ُرب‬sedikit/jarang), ‫( ب‬dengan),

َ ْ ُْ
‫( ل‬untuk), ‫( ك‬seperti), ‫( ُمذ‬sejak), ‫( ُمنذ‬sejak)

2) Huruf Nashab
3) Huruf Jazm

DAFTAR PUSTAKA

Razin, Abu dan Ummu Razin. 2015. Ilmu Nahwu Untuk Pemula (Depok: Pustaka BISA).

www.programbisa.com.

4
ISIM DILIHAT BERDASARKAN JENISNYA

Oleh:
Suci Amalia (2016353584) & Risma Asmarwati (2016353627)

A. Mengenal Isim
Isim secara bahasa memiliki arti “yang dinamakan” atau “nama” atau “kata benda”.
Sedangkan menurut ulama nahwu, isim adalah :

“Kata yang mengandung sebuah makna pada dirinya dan tidak berkaitan dengan waktu”
Dari definisi di atas, kita bisa mengetahui bahwa Isim merupakan lawan dari fi’il dari sisi
keterkaitannya dengan waktu. Semua kata yang memiliki kandungan makna yang tidak
terkait dengan waktu (telah, sedang, akan datang), maka kata tersebut termasuk isim.
Karena tidak dibatasi dengan waktu, maka isim termasuk kata yang paling banyak
jenisnya. Beberapa contoh kata yang termasuk jenis isim:

B. Apa Tanda-tanda Isim?


Isim memiliki banyak tanda. Sebagian tanda isim yang mudah dikenali adalah:
1. Dilekati alif lam
Semua kata dalam Bahasa Arab yang didahului oleh alif lam ( ‫ ) ال‬merupakan
isim. Contohnya:

5
2. Bertanwin
Semua kata dalam Bahasa Arab yang berharakat tanwin baik dhammatain,

fathatain, maupun kasratain, sudah pasti isim. Contohnya


3. Bertemu dengan huruf jar
Bila suatu kata didahului oleh huruf jar, maka kata tersebut pasti isim. Di antara

huruf jar adalah ْ‫ ِمن‬dan ‫ ِْإﻟَﻰ‬Contohnya:


(Aku telah berjalan dari masjid ke rumah)
Maka kata “ ْ ‫ ”اﻟ َمس ِج ِد‬dan “ ْ ‫ت‬
ِ ‫ “اكَي‬merupakan isim. Penjelasan apa itu huruf jar
akan dibahas selanjutnya pada pembahasan tentang huruf.

C. Isim Berdasarkan Jumlah (Mufrad, Tatsniyah, Jamak)


Dalam bahasa Indonesia, kita hanya mengenal kata tunggal dan kata jamak.
Dalam Bahasa Arab, selain dikenal kata tunggal dan kata jamak, juga dikenal kata ganda.
Berdasarkan jumlah/bilangan ( ُْ‫)اﻟعَ َدد‬, isim dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Isim Mufrad ( ‫) ِاِلس ُمْاﻟمُف َر ُْد‬
Isim mufrad adalah kata tunggal. Contohnya: ْ ٌ‫ ُمس ِل َْمة‬, ْ‫( ُمس ِل ٌم‬seorang muslim,
seorang muslimah) dan ْ‫ َق َل ٌم‬,ْ‫اب‬
ٌ َ ‫( ِكت‬sebuah kitab, sebuah pulpen).
2. Isim Tatsniyah ( ُ‫)اكَّﺤثنِيَّ ْة‬
Ini adalah suatu istilah yang agak sulit untuk ditemukan padanannya dalam
Bahasa Indonesia. Karena dalam bahasa kita, hanya didapati istilah tunggal dan
jamak. Tunggal adalah satu dan setiap yang lebih dari satu adalah jamak. Namun
tidak demikian dengan Bahasa Arab. Pada Bahasa Arab, ada istilah untuk yang
bermakna dua. Barangkali istilah Indonesia yang mendekati maksud istilah
tatsniyah adalah ganda. Jadi istilah jamak dalam Bahasa Arab bukan sesuatu yang
lebih dari satu, akan tetapi lebih dari dua. Sesuatu yang bermakna dua atau ganda
َْ ‫) ُم‬. Contohnya:
disebut dengan tatsniyah atau mutsanna ( ْ‫ثنَّﻰ‬

6
3. Jamak ( ‫)اﻟجَم ُْع‬
Jamak dalam Bahasa Arab ada tiga jenis, yaitu:
 ُْ ‫سا ِﻟ ٌْم ُمذَكَّرْ ﺟَم‬
Jamak Mudzakkar Salim ( ‫ع‬ َ )
Yaitu bentuk jamak bagi isim-isim yang mudzakkar. Contohnya: َْ‫ُمس ِل ُمون‬
atau ‫( ُمس ِل ِْمين‬keduanya memiliki arti orang-orang muslim)
 ُْ ‫سا ِﻟ ٌْم ُم َؤنَّثْ ﺟَم‬
Jamak Muannats Salim ( ‫ع‬ َ )
Yaitu bentuk jamak bagi isim-isim yang muannats. Contohnya: ٌْ‫ُمس ِل َمات‬
(orang-orang muslimah)
 ْ ِ ‫)ﺟَمعُْتَك‬
Jamak Taksir (‫سير‬
Ini adalah jamak yang tidak memiliki aturan baku. Jamak ini biasanya
digunakan untuk kata benda mati seperti pulpen, buku, pintu dan
sebagainya. Contohnya: ْ ‫( ُكت ٌُب‬kitab-kitab), ْ ‫( اَقالَ ٌم‬pulpen-pulpen). Akan
tetapi, ada juga jamak taksir yang bukan dari kata benda karena jamak
taksir ada dua jenis:
a) Jamak Taksir Lil ‘Aqil:
Jamak taksir untuk yang berakal. Contohnya:

7
b) Jamak Taksir Lighairil ‘Aqil:

Jamak taksir untuk kata benda. Contohnya :

Catatan:
a) Jamak Mudzakkar Salim hanya berlaku untuk isim-isim mudzakkar sedangkan Jamak
Muannats Salim hanya berlaku untuk isim-isim muannats.
b) Asalnya, nama benda mati, jamaknya adalah jamak taksir akan tetapi untuk nama benda
yang mengandung huruf ta marbuthah (muannats), bisa diubah ke jamak muannats
salim. Contohnya: ٌْ‫شج ََرة‬
َ (pohon) 􀃆 ْ ٌ‫شج ََرات‬
َ (pohon-pohon)
c) Asalnya, isim-isim yang mudzakkar, jamaknya adalah jamak mudzakkar salim, akan
Tetapi ada beberapa isim mudzakkar yang jamaknya jamak taksir. Contohnya:

D. Adakah Rumus Perubahan dari Bentuk Mufrad ke Tasniyah dan ke Jamak?


Bentuk perubahan dari mufrad ke tatsniyah dan ke jamak mudzakkar salim dan jamak
muannats salim adalah perubahan yang teratur dan memiliki rumus tertentu. Adapun
jamak taksir tidak memiliki aturan yang baku. Agar mudah memahaminya, bisa dilihat
aturan rumus perubahan dari mufrad:

1. Rumus Tatsniyah
Rumus perubahan mufrad ke tatsniyah ada dua:
 Mufrad + ْ‫(ان‬aani)
ِ untuk keadaan rafa’9
 Mufrad + ْ‫(ي ِن‬aini) untuk keadaan nashab dan jar
2. Rumus Jamak Mudzakkar Salim
Rumus perubahan mufrad ke jamak mudzakkar salim ada dua:
 Mufrad + ْ َ‫(ون‬uuna) untuk keadaan rafa’
 Mufrad + ْ َ‫(فن‬iina) untuk keadaan nashab atau jar

8
3. Rumus Jamak Muannats Salim
Rumus perubahan mufrad ke jamak muannats salim:
 Mufrad mudzakkar + ْ ٌ‫(ات‬aatun)
Agar lebih mudah untuk memahaminya, mari kita terapkan rumus di atas ke
beberapa kata dalam tabel berikut:

Keterangan:
Pada contoh 1 dan 2 kita hendak membandingkan perbedaan perubahan antara
bentuk mudzakkar dan muannats. Contoh 1 merupakan bentuk mudzakkar,
sehingga tidak didapati bentuk jamak muannats salim-nya. Contoh 2
merupakan bentuk muannats sehingga tidak didapati jamak mudzakkar salim-
nya. Pada contoh 3 dan 4 kita hendak membandingkan tentang kedua jenis
perubahan dari dua kata benda yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa jamak
taksir tidak memiliki rumus perubahan, dengan kata lain tidak teratur.

9
E. Isim Berdasarkan Jenis (Isim Mudzakkar dan Isim Muannats)
Dalam Bahasa Arab, dikenal pembagian kata berdasarkan jenis seperti kata jenis laki-laki
(maskulin) dan kata jenis wanita (feminin) baik untuk manusia maupun untuk benda.
Pembahasan ini termasuk pembahasan yang sangat penting karena selalu dijadikan
persyaratan dalam membuat kalimat Bahasa Arab. Isim berdasarkan jenisnya dibedakan
menjadi dua:

1. Isim Mudzakkar (ْ‫)ا ِِلْس ُمْاﻟ ُمذَك َُّر‬


Mudzakkar secara bahasa memiliki arti laki-laki. Secara istilah, isim mudzakkar
adalah istilah atau terminologi untuk kata-kata yang masuk ke dalam jenis laki-
laki. Semua nama manusia untuk laki-laki dan nama benda yang tidak
mengandung huruf ta marbuthah ( ‫ )ة‬termasuk isim mudzakkar. Contoh isim
mudzakkar:
 Nama orang: ُْ‫ْا َﺣمَد‬, ٌْ‫ َزيْد‬, ْ‫ف‬ ُ ‫يُو‬, ٌْ‫( نُوح‬dan semua nama lakilaki)
ُ ‫س‬
 ٌ َ‫) ِكت‬, pulpen ( ْ ‫)قَلَ ٌم‬, baju ( ْ ‫ب‬
Nama benda: buku ( ْ ‫اب‬ ٌ ‫ )ثَو‬dan semua nama
benda yang tidak mengandung huruf ta marbuthah.
ُ َّ‫)ا ِِلْس ُمْاﻟ ُم َؤن‬
2. Isim Muannats (ْ‫ث‬
Muannats secara bahasa memiliki arti wanita. Jadi, isim muannats adalah istilah
untuk semua isim yang masuk ke dalam jenis wanita. Semua nama wanita dan
isim-isim yang mengandung huruf ta marbuthah adalah isim muannats.
Contohnya:

Selain kata yang mengandung huruf ta marbuthah, ada juga kata yang tidak
mengandung ta marbuthah akan tetapi termasuk muannats, seperti nama anggota

tubuh yang berpasangan seperti Sebagian

nama benda langit seperti (matahari) juga dianggap


muannats. Hal-hal semacam ini memang seringkali terjadi dalam Bahasa Arab.
Sampai sampai ada ungkapan, dalam setiap kaidah selalu ada pengecualian. Oleh

10
karena itu, penting untuk mempelajari Bahasa Arab atas bimbingan guru yang
memahami hal-hal semacam ini. Semoga Allah memberikan kemudahan dan
keistiqamahan.

F. Isim Ditinjau dari Keumuman dan Kekhususan (Isim Ma’rifah dan Isim Nakirah)
Ditinjau dari keumumam dan kekhususan kata, Isim dibedakan menjadi 2:
1. Isim Ma’rifah (Kata Khusus)
2. Isim Nakirah (Kata Umum)
Kata khusus (Isim Ma’rifah) adalah kata yang obyek pembicaraannya telah
ditentukan. Sebaliknya, Kata umum (Isim Nakirah) adalah kata yang obyek
pembicaraannya tidak ditentukan. Artinya mencakup semua kriteria yang masuk
dalam cakupan pembicaraan. Misalkan contoh kalimat:

Maka buku dalam kalimat ini masih umum. Karena tidak dijelaskan apakah ini
buku matematika atau buku bahasa arab atau buku milik siapa. Berbeda jika
dikatakan:

Maka dua contoh di atas termasuk kata khusus, karena telah ditentukan obyeknya.
Contoh pertama telah ditentukan jenisnya dan contoh kedua telah ditentukan
kepemilikannya. Lalu bagaimana kita mengetahuai suatu isim itu ma’rifah atau
nakirah? Isim Ma’rifah dalam Bahasa Arab ada enam:

11
1. Dhamir (Kata Ganti)
Seluruh dhamir yang jumlahnya 14 termasuk isim ma’rifah. Keempat

belas dhamir tersebut adalah:


Dhamir termasuk ma’rifah karena ketika kita menggunakan dhamir, maka
orang yang menjadi obyek pembicaraan telah ditentukan.

2. Isim ‘Alam (Nama)


Semua bentuk penamaan baik nama orang atau nama tempat termasuk
Isim Ma’rifah. Contohnyaْ ‫َزي‬ (Zaid),

(Jakarta).

3. Isim Isyarah (Kata Tunjuk)


Isim Isyarah adalah kata tunjuk yang kita kenal dalam bahasa Indonesia
seperti ini dan itu. Dalam Bahasa Arab, kata tunjuk yaitu:

12
4. Isim yang dilekati alif dan lam (Al)
Semua kata dalam Bahasa Arab yang dilekati alif lam merupakan isim
ُ َ ‫( اﻟ ِكت‬buku),
ma’rifah. Contohnya:ْ ‫اب‬ ْ‫( اﻟ َقلَ ُم‬pulpen), ْ ‫اﻟر ُﺟ ُل‬
َّ (seorang laki-
laki)

5. Isim Maushul
Isim maushul adalah kata sambung. Isim maushul ada 2 kelompok. Isim
maushul yang umum dan khusus.

a) Isim maushul yang umum ada 2:


b) Isim maushul yang khusus ada 6 yang disesuaikan dengan jenis
dan bilangan isim:

6. Isim yang di-idhafah-kan (disandarkan) kepada salah satu dari 5 isim


ma’rifat di atas.

G. Isim Ditinjau dari Keberterimaan Tanwin (Isim Munsharif dan Isim Ghairu
Munsharif)
Hukum asalnya semua isim adalah bertanwin sampai ada sebab lain yang menjadikan
tanwinnya hilang seperti kemasukan alif dan lam atau menjadi idhafah (sandaran). Isim
yang dilekati alif dan lam, maka tanwinnya wajib dihilangkan. Contohnya ٌ‫(كتَاب‬buku).
ِ
Ketika ada alif dan lam, maka wajib dibaca ُ‫ال ِكتَاب‬dengan dhammah saja, bukan dengan
dhammatain seperti ٌ‫ال ِكتَاب‬. Sebaliknya, Kata ٌ‫ ِكتَاب‬ketika berdiri sendiri tanpa alif dan lam,
maka wajib dibaca tanwin, dan tidak boleh hanya dhammah saja seperti . ُ‫ ِكتَاب‬Begitupun
juga ketika kata ٌ‫ ِكتَاب‬menjadi idhafah (sandaran) seperti ‫( ِكتَابُ زَ ْي ٍد‬bukunya Zaid) maka

13
tidak boleh dibaca tanwin seperti . ‫ ِكتَابٌ زَ ْي ٍد‬Isim yang bisa bertanwin ini disebut dengan
Isim Munsharif dan kebanyakan isim termasuk jenis ini. Contohnya: ٌ‫( َمس ِْجد‬masjid), ٌ‫َباب‬
(pintu), ٌ ‫(زَ ْيد‬Zaid), ٌ‫(قَ ﻴْﻦ‬mata), dan sebagainya. Namun ada beberapa isim yang tidak
boleh bertanwin ketika berdiri sendiri, apalagi ketika kemasukan alif dan lam atau
idhafah. Isim yang termasuk jenis ini disebut dengan isim ghairu munsharif. Contohnya
dalam Al Qur’an:

“dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang
aman sentosa ….” (Al Baqarah: 126)
Bila kita periksa dalam seluruh ayat Al Qur’an yang mengandung nama Nabi “Ibrahim”
maka akan kita dapati bahwa seluruhnya tidak bertanwin. Berbeda dengan Nabi Nuh,
seluruhnya bertanwin, salah satu contohnya:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah


memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (An Nisa:
163)
Perhatikanlah bahwa nama Nabi Nuh disebutkan dalam keadaan bertanwin, akan tetapi
nama nabi-nabi lain yang disebutkan di atas mulai dari Nabi Ibrahim hingga Nabi Daud
tidak ada satupun yang bertanwin. Ini dikarenakan nama nabi Ibrahim, Ismail, Ishak,
Ya’qub, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, Sulaiman dan Daud termasuk isim ghairu munsharif,
yaitu isim yang tidak boleh bertanwin. Selain tidak bertanwin, isim ghairu munsharif juga
tidak menerima harakat kasrah. Oleh karena itu kata “ibrahim” pada ayat di atas tidak
dibaca kasrah sekalipun didahului oleh huruf jar.

14
H. Isim Ditinjau dari Perubahan Akhir Kata (Mu’rab dan Mabniy)
Ada kata yang harakat terakhirnya berubah-ubah seiring dengan perbedaan kedudukan
kata tersebut dalam kalimat. Ada juga kata yang harakat akhirnya tetap, akan tetapi
hurufnya yang berubah. Sebagian lagi, ada yang harakat terakhir maupun huruf
terakhinya tidak berubah sama sekali. Karena bila ditinjau dari keadaan akhir kata ini,
isim dibagi menjadi dua:
 Berubah (Mu’rab)
Mu’rab adalah kelompok kata yang bisa berubah keadaan akhir katanya seiring
perbedaan kedudukan kata tersebut. Contohnya lafal Allah yang telah disebutkan
sebelumnya. Lafal Allah bisa berharakat dhammah, fathah, maupun kasrah
tergantung kedudukannya dalam kalimat. Mu’rab sendiri ada dua:
a) Berubah Harakat
Ada kata yang perubahannya dari sisi harakatnya. Kelompok kata yang
masuk jenis ini ada 3 yaitu:
1. Isim mufrad
2. Jamak taksir
3. Jamak muannats salim
Ketiga kata di atas, bila menempati kedudukan yang berbeda-beda dalam
kalimat, maka yang berubah adalah harakatnya. Contohnya:

Perhatikanlah bahwa ketiga jenis kata di atas berubahubah sesuai


kedudukannya dalam kalimat (berbeda ketika menjadi subjek, menjadi
objek, dan ketika didahului oleh huruf jar). Kadang dhammah, fathah,

15
atau kasrah sesuai kedudukannya dalam kalimat. Pembahasan tentang
rafa’, nashab, dan jar serta kedudukan kata dalam kalimat akan dibahas
lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya.

b) Berubah Huruf
Kelompok kata ini yang berubah bukan harakatnya, melainkan hurufnya.
Kelompok kata yang masuk jenis ini adalah:
1. Tatsniyah
2. Jamak Mudzakkar Salim
3. Isim-isim yang lima
Ketiga jenis kata tersebut, ketika menempati kedudukan yang
berbeda-beda dalam kalimat, maka yang berubah adalah
hurufnya.

 Tetap (Mabniy)
Mabniy adalah lawan dari mu’rab. Ini adalah kelompok kata yang tidak akan
berubah selamanya. Artinya, bentuknya akan selalu seperti itu. Contoh kata yang
masuk kelompok kata ini adalah isim isyarah (kata tunjuk). Misalkan kata .‫ٰهذِه‬
Bentuknya akan seperti ini selamanya apapun kedudukannya. Ketika kita
berbicara tentang mu’rab dan mabniy, sebetulnya ini tidak hanya berlaku untuk
isim saja. Pembahasan ini juga berlaku untuk fi’il dan huruf.

16
‫ َم ْفعُو ٌل ِب ِه‬± ‫ فَا ِع ٌل‬+ ‫فِ ْع ٌل‬
(FI’IL, FA’IL WA MAF’UL BIH)

Oleh:
Aida Maudi (2016353546) & Fazria Sidiqiyah (2016353556)

MENGENAL ATAU PENGERTIAN FI’IL FA’IL WA MAF’UL BIH

1. Pengertian Fi’il dan Jenisnya


Fi’il umumnya dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai
kata kerja. Dalam istilah Fi’il yaitu seluruh lafadz yang menunjukkan tercapainya
pekerjaan pada waktu tertentu. Adapun dalam Bahasa Arab, kata kerja ada 3 jenis,
yaitu:
a. Fi’il Madhi adalah kata kerja untuk masa lampau yang memiliki arti telah
melakukan sesuatu.
Contoh:
1. Buku itu hilang
2. Anak perempuan itu datang
3. Anjing itu berlari
b. Fi’il Mudhari adalah kata kerja yang memiliki arti sedang atau akan melakukan.
Contoh:
1. Saya mencuci tangan
2. Saya memakai pakaian
3. Kami bermain bola
c. Fi’il Amar adalah kata kerja untuk perintah.
Contoh:
1. Bermainlah dengan bola itu
2. Tutuplah pintu itu
3. Bersihkan kamarmu

2. Pengertian Fa’il dan Jenisnya


Fa’il adalah pelaku dalam bahasa indonesia kita mengenalnya dengan sebutan “subjek”.
Sedangkan yang dimaksud istilahnya Fa’il berdasarkan ilmu disini ialah isim marfu
(i’irabnya rafa) yang mana ia disebutkan sesudah Fi’il nya, jadi posisinya itu ialah setelah
Fi’il.
17
Dalam tata Bahasa Indonesia susunan sebuah kalimat ialah subjek+predikat+objek,
namun lain halnya dengan bahasa arab dimana susunan kalimatnya ialah predikat (Fi’il) +
subjek (Fa’il)+ objek (Maf’ul bih).

Adapun dalam Bahasa Arab, jenis-jenisnya yaitu:


a. Fa’il Isim dzahir adalah fa’il yang menunjukkan kepada yang disebutkannya
tanpa ikatan. Sederhananya adalah subjek (Fa’il) yang bukan kata ganti, jadi
yang menjadi subjek (Fa’il pada kalimat itu bukan isim mudhmar).
Contoh: Seorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat
b. Fa’il Isim Dhamir adalah lafaz fa’il yang menunjukkan kepada pembicara
(muttakallim/orang pertama), atau yang diajak bicara (mukhattab/orang kedua)
atau yang dibicarakan (ghaib/orang ketiga).
Contoh: Dan Allah, Dialah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat

3. Pengertian Maf’ul Bih dan Jenisnya


Maf’ul Bih isim manshub yang menunjukkan sesuatu yang dikenai pekerjaan.
Pengertian mudahnya adalah objek yang dikenai pekerjaan. Adapun pembagian
Maf’ul Bih, antara lain :

a. Maf’ul Bih Isim Dzahir adalah Maf’ul Bih yang terdiri atas isim Dzahir.
Contoh:
Aku telah memukul Zaid, (yang menjadi sasaran perbuatannya “memukul” adalah kata
“zaid”, maka kata zaid itu menjadi Maf’ul Bih.

b Maf’ul Bih Isim Dhamir adlaha Maf’ul Bih yanmg terdisi dari isim dhamir.
Contoh:
Dia (laki- laki) telah memukulku.

A. CONTOH FI’IL FA’IL WA MAF’UL BIH

a. Fi’il
 makan (ُ)َ ‫لكأي‬-ُ‫لكأ‬
 minum (ُ)َ ‫برشي‬-ُ‫برش‬
 menyapu (ُ)َ ‫سنكي‬-ُ‫سنك‬

b. Fa’il
(Air menggerakkan kincir air) ‫يُ َح ِركُ ال َما ُء د ُْو ََلبًا َمائِﻴًا‬ 
َّ ‫اطي ال‬
(Daun menyimpan cadangan makanan) ‫ط َع ِام‬ ِ ‫الو َر ُق ا ِْختِ َﻴ‬
َ ُ‫َيحْ ُزن‬ 

18
(Matahari menghasilkan cahaya) ‫س النُّ ْو َر‬ َّ ‫ت ُ ْنتِ ُج ال‬
ُ ‫ش ْم‬ 

Dari tiga contoh di atas tiga kata yang bergaris bawah


merupakan fa’il atau pelaku pada setiap kalimat
(matahari).‫س‬ َّ ‫( ال‬daun) dan ‫الو َر ُق‬
ُ ‫ش ْم‬ َ (air), ‫ء‬
ُ ‫ا‬ ‫م‬
َ ‫ال‬yaitu

c. Maf’ul Bih
(Air menggerakkan kincir air) ‫يُ َح ِركُ ال َما ُء د ُْو ََلبًا َما ِئﻴًا‬ 
َّ ‫اطي ال‬
(Daun menyimpan cadangan makanan) ‫طعَ ِام‬ ِ َ‫الو َر ُق ا ِْختِﻴ‬
َ ُ‫يَحْ ُزن‬ 
(Matahari menghasilkan cahaya) ‫س النُّ ْو َر‬ َّ ‫ت ُ ْنتِ ُج ال‬
ُ ‫ش ْم‬ 

Dari tiga contoh di atas tiga kata yang bergaris bawah merupakan maf’ul bih atau
objek yang dikenai sebuah pekerjaan pada setiap kalimat
َ ْ
ِ َ‫( اِختِﻴ‬cadangan), dan ‫( النُّ ْو َر‬cahaya).
yaitu ‫( د ُْوَلبًا‬kincir), ‫اطي‬

B. HUKUM FA’IL DAN MAF’UL BIH

Ringkasnya, setiap fa’il adalah marfu’ dan setiap maf’ul bih adalah manshub.
Berikut ini adalah rumus penting:

Hukum Fa’il = Marfu’ = Dhummah/Dhummatain


Hukum Maf’ul Bih = Manshub = Fathah/Fathatain

DAFTAR PUSTAKA

Abu Razin dan Ummu Razin. (2015). Ilmu Nahwu Untuk Pemula. Pustaka Bisa.
(ebook)

https://norkandirblog.wordpress.com/2016/08/30/tutorial-bahasa-arab-mengenal-pola-
kalimat-fiil-fail-dan-maful-bih/

https://sepuluh-social.blogspot.com/2013/11/pengerian-fiil-fail-dan-maful-bih.html

https://adinawas.com//pengertian-fail-dan-contohnya.html

19
َّ ‫)اَﻟ‬
(ْ‫ض ِمي ُر‬
Kata Ganti Orang

Oleh:
Izzah Hayati (2017111350057) & Meda Ary Thiofanny (2016353550)

I. Pengertian Dhomir
Dhomir itu bahasa Indonesia nya ‘kata ganti’. Seperti ‘aku’, ‘kamu’, ‘kita’
dan ‘dia’. Dhomir dalam bahasa arab ada 14. Dhomir adalah Isim Mabni, yaitu Isim
yang tidak berubah harokat akhirnya baik dalam keadaan rofa,
nashob maupun jarr sehingga kalau di i’rob nanti begini: “Fii mahalli
rof’in/jarrin/nashbin” [menempati kedudukan rofa’/ jarr/ nashob]. Hanya menempati
kedudukan, tapi harokat akhir tidak berubah.
Dhomir ada yang terpisah/ berdiri sendiri yaitu dhomir munfashil ( ‫ض ِمﻴ ٌْر‬
َ
َ ‫ ُه َو‬. Ada juga dhomir yang bersambung dengan kalimat
ِ َ‫ ) ُم ْنف‬misalnya ٌ‫ط ِبﻴْب‬
‫ص ٌل‬
yaitu dhomir muttasil (‫ص ٌل‬ ِ َّ ‫ض ِمﻴ ٌْر ُمت‬
َ ) baik dengan fiil (cth: ُ‫ ) َكتَبْت‬isim (cth: ‫ ) ِكتَا ِب ِه‬atau
huruf (cth: ‫) ِفﻴ ِه‬.
Dhomir dapat melekat pada semua kata (isim, fi’il dan huruf). Dhomir yang
melekat pada fi’il dapat berupa dhomir mustatir (tersembunyi) dapat juga dhomir
baariz yang berupa dhomir muttasil (bersambung).
Dhomir minimal terdiri dari satu huruf atau bisa juga lebih. Kalau hanya satu
huruf saja dia harus bersambung (muttasil) seperti dhomir mukhothob ‘‫’ك‬
atau dhomir ghaib ‘‫’ه‬. Kalau mau dia dhomir munfashil yang berdiri sendiri, harus ada
setidaknya dua-tiga huruf. Misalnya dhomir ‘‫’هو‬, ‘‫’أنا‬, dan lainnya.
Dhomir ada yang menempati kedudukan rofa’, nashob dan jarr. Rofa’
sebagai mubtada’ khobar, fa’il atau naibul fa’il, isim kaana; Nashob sebagai maf’
ulbihi dan isim inna; dan jarr sebagai mudhof ilayhi dan majrur karena didahului
huruf jar. Tidak ada dhomir yang menempati kedudukan Jazm karena dhomir
َ ‫ض ِمﻴ ٌْر‬
adalah isim dan isim tidak ada yang majzum. Dhomir bisa tampak (‫ظاه ٌِر‬ َ )
misalnya ُ‫ َكتَبْت‬ada juga yang tidak tampak (‫ض ِمﻴ ٌْر ُم ْستَتِ ٌر‬ َ ‫ َكت‬.
َ ) contohnya ‫َب‬

20
II. Macam-Macam Dhomir

A. Dhomir Mustatir

Bagian yang berwarna ungu adalah fiil yang fa’ilnya adalah dhomir
mustatir (‫ )ضمي مستتر‬tersembunyi.

21
1. Wajib Mustatir ‫واﺟب‬ ‫اِلستتار‬

Dhamir Wajib Mustatir adalah Isim Dhamir Mustatir dimana posisinya tidak bisa
digantikan oleh Isim Zhahir pun oleh Isim Dhamir Munfashil. contoh:

ِ ‫أَقُو ُْمْ ِب َو‬


ْ‫اﺟبِيْنَﺤ َوْقَ َرابَتِي‬
aku menunaikan kewajibanku pada keluargaku

Contoh ‫ أقوم‬pada kalimat diatas, mempunyai Fa’il (subjek) yang berupa Isim

Dhamir Mustatir yang wajib. takdirannya adalah ‫( أنا‬saya), maka posisi dhamir ini

tidak bisa digantikan isim zhahir semisal ‫خالد أقوم‬. Atau tidak bisa digantikan isim

dhamir munfashil semisal ‫ أنا أقوم‬dengan maksud sebagai Fa’ilnya, bisa juga
dilafalkan demikian, akan tetapi ia bukan Fail tapi sebagai taukid bagi damir
mustatir.
Isim Dhamir wajib mustatir menempati pada 10 kategori kalimah. lihat tabel
berikut :

ISIM DHAMIR WAJIB MUSTATIR


NO TEMPAT WAJIB MUSTATIR CONTOH
1 Fi’il Amar untuk satu mufrad
(laki-laki) َْ‫فَــاست َ ِقمْْ َك َماْأ ُ ِمرت‬
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan kepadamu
2 Fi’il Mudhari’ yang diawali
Hamzah Mudhara’ah untuk ‫ضْأَم ِريْإِﻟَﻰْهللا‬ ُْ ‫َوأُفَ ّ ِو‬
Mutakallim (aku lk/pr) Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah
3 Fi’il Mudhari’ yang diawali Nun
Mudhara’ah untuk Mutakallim ِْ ‫ص‬
‫ص‬ َ َ‫س َنْاﻟق‬ َ ‫علَيكَْأَﺣ‬ َ ْْ‫نَﺤنُْْنَقُص‬
Ma’al Ghair (kami lk/pr) Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling
baik
4 Fi’il Mudhari’ yang diawali Ta’
Mudhara’ah untuk Mukhatab ‫تُؤ ِتيْاﻟ ُملكَ ْ َمنْتَشَا ُْء‬
Mufrad (kamu satu laki-laki) Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki
5 Isim Fi’il Amar
َ ُ‫علَيكُمْْأَنف‬
ْ‫سكُم‬ َ ‫يَاْأَي َهاْاﻟَّذ‬
َ ْ‫ِينْآ َمنُوا‬
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu

22
6 Isim Fi’il Mudhari’
ّ ُ ‫فَ َالْتَقُلْﻟَ ُه َماْأ‬
ْ‫ف‬
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah”
7 Fi’il Ta’ajub
ْ‫ق‬
َ ‫اﻟصد‬
ّ ِ ْ‫ن‬ َ ‫َماْأَﺣ‬
َْ ‫س‬
Alangkah indahnya kenyataan ini
8 Isim Masdar yang menggantikan
tugas Fi’ilnya ‫سانًا‬
َ ‫نْإِﺣ‬
ِْ ‫َو ِباﻟ َوا ِﻟدَي‬
Dan kepada kedua orang tua, berbuat baiklah!
9 Fi’il-Fi’il Istitsna’ seperti ،‫ خال‬،‫عدا‬
‫حاشا‬ ْ ‫فْ َخ‬
ِ ‫الَْ َو‬
ً ‫اﺣدْا‬ َ ‫َﺣ‬
ُْ ‫ض َرْاﻟضيُو‬
Tamu-tamu sudah hadir selain satu orang
10 Perangkat Istitsna semisal ‫لﻴس‬
َْ ‫علَي ِهْفَكُلْْﻟَي‬
ّ ِ ‫سْاَﻟ‬
ْ‫س َّن‬ َ ِْ‫َْللَا‬ َ ‫َماْأُن ِه َرْاَﻟ َّد ُم‬
َّ َ ‫ْوذُ ِك َرْاِس ُم‬
ْ‫َواﻟظف َر‬
Apa yang dapat menumpahkan darah dengan
diiringi sebutan nama Allah, makanlah, selain gigi
dan kuku

2. Jaiz Mustatir ‫ﺟائز‬ ‫اِلستتار‬


Pengertian dhamir yang Jaiz Mustatir adalah: Isim Dhamir mustatir dimana posisinya
bisa digantikan oleh Isim Zhahir pun oleh Isim Dhamir Munfashil. yaitu kalimah Fi’il
untuk Mufrad Ghaib (subjek orang ketiga tunggal male) contoh:

َ َ‫ْوأُد ِخ َْلْاﻟ َجنَّةَْفَقَدْْف‬


ْ‫از‬ َْ ‫فَ َمنْْ ُزﺣ ِز‬
َ ‫حْع َِنْاﻟْنَّ ِار‬
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka
sungguh ia telah beruntung.
kalimah Fi’il untuk Mufrad Ghaibah (subjek orang ketiga tunggal female) contoh:

ّ ِ ُ‫َوقَاﻟَتْْ ِِلُختِ ِهْق‬


ْ‫صي ِه‬
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan
kalimah Isim Fi’il Madhi. contoh:

َْ‫قْ َهي َهات‬


ُْ ‫صدِي‬
َّ ‫اﻟ‬
jauh sekali dari kebenaran.
Isim Sifat yang murni, semisal Isim Fa’il. Contoh:

ْ‫قْ ِﻟ َماْ َم َع ُْهم‬


ٌْ ‫ص ِ ّد‬
َ ‫َِْللَاِْ ُم‬
َّْ ‫ْمنْ ِعند‬
ِ ‫سو ٌل‬ َ ‫َوﻟَ َّماْ َﺟا َء ُهم‬
ُ ‫ْر‬
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang
membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka

23
ٌ ‫ص ِد‬
Maka lafazh ‫ق‬ َ ‫ ُم‬terdapat dhamir Mustatir Jaiz takdirannya adalah ‫ ُه َو‬tertuju
ٌ ‫سو‬
kepada lafazh ‫ل‬ ُ ‫َر‬

B. Dhomir Bariz (tampak)

ِ َ‫ض ِمﻴ ٌْر ُم ْنف‬


1. Dhomir Munfashil (‫ص ٌل‬ َ ) yaitu dhomir yang terpisah, berdiri sendiri.

Org III (Pi): Yaitu perempuan(Pi) yang tidak tampak, orang yang tidak

hadir dihadapan kita. Dan orang yang tidak hadir dihadapan kita
ِِ ِ‫ ~ ِل ْلغاَئ‬lil-ghaa-ibi.
disebut juga dengan ‫ب‬

Kata Ganti Orang


Org III Org III
(Dhomir Munfashil) (Pa) (Pi)
Mufrad (dia) ‫ُه َو‬ ‫ي‬
َ ‫ِه‬
Mutsanna (mereka berdua) ‫ُه َما‬ ‫ُه َما‬
Jamak (mereka) ‫ُه ْم‬ ‫ُه َّﻦ‬

Org II (Pa) : Yaitu orang laki-laki(Pa) yang diajak berbicara, orang yang
hadir dihadapan kita. Dan orang yang diajak berbicara ini disebut juga

ِ ‫ ~ ِل ْل ُم َخا َط‬lil-mukhaathab.
dengan ِ‫ب‬
Org II (Pi): Yaitu orang perempuan(Pi) yang diajak berbicara, orang yang
hadir dihadapan kita. Dan orang yang diajak berbicara ini disebut juga
ِِ ‫ ~ ِل ْل ُم َخا َط‬lil-mukhaathab.
dengan ‫ب‬

24
Kata Ganti Orang
(Dhomir Munfashil) Org III (Pa) Org III (Pi)
Mufrad (kamu) ‫ت‬َ ‫أ َ ْن‬ ‫ت‬ ِ ‫أ َ ْن‬
Mutsanna (kamu berdua) ‫أ َ ْنت ُ َما‬ ‫أ َ ْنت ُ َما‬
Jamak (kalian) ‫أ ْنت ُ ْم‬ ‫أ َ ْنت ُ َّﻦ‬
Org I(Pa/Pi): Yaitu orang yang berbicara atau si pembicara. Orang yang

ُ ‫ ~ ِل ْل‬lil-mutakallim :
berbicara ini disebut juga dengan ‫متَك َِلم‬

Kata Ganti Orang


(Dhomir Munfashil) Org I
Mufrad (saya, aku) ‫أَنَا‬
Mutsanna (kami berdua) ‫ن َْح ُﻦ‬
Jamak (kami semua) ‫ن َْح ُﻦ‬

Contoh:

ٌ‫ُه َو أ ُ ْستاَذ‬ = Dia adalah seorang Ustadz. Dhomir ‫ ُه َو‬terpisah penulisannya dari
ْ ُ‫أ‬
kata ٌ ‫ستاَذ‬

‫أَنَا م ْس ِل ٌم‬ = Aku adalah seorang muslim. Dhomir ‫ أَنَا‬terpisah penulisannya dari

kata ‫م ْس ِل ٌم‬

25
ِ َّ‫ض ِمﻴ ٌْر ُمت‬
2. Dhomir Muttasil (‫ص ٌل‬ َ ) yaitu dhomir yang selalu bersambung dengan kata
(‫ )الكلمة‬setelahnya.

Penjelasan:
Kata Ganti Orang
Org III Org III
(Dhomir Muttashil) (Pa) (Pi)
Mufrad (dia) ُ‫ه‬ ‫هَا‬
Mutsanna (mereka berdua) ‫ُه َما‬ ‫ُه َما‬
Jamak (mereka) ‫ُه ْم‬ ‫ُه َّﻦ‬

OrgIII(Pa)

ُ‫ ~ ِكتَابُ ْه‬kitaabu-hu = Buku-nya(Buku milik seorang laki-laki itu)

َ ‫~ ِكتاَبُ ُهمْا‬kitaabu-humaa = Buku mereka(Buku milik dua orang laki-laki itu)

ْ‫ِكتاَبُ ُهم‬ ~ kitaabu-hum = Buku mereka (Buku milik para lelaki itu)

OrgIII(Pi):

َ ‫ ~ ِكتاَبُهْا‬kitaabu-haa = Buku-nya(Buku milik seorang perempuan itu)

َ ‫ ~ ِكتاَبُ ُهمْا‬kitaabu-humaa = Buku mereka(Buku milik dua orang perempuan

itu)

ْ‫ ~ ِكتاَبُ ُه َّن‬kitaabu-hunna = Buku mereka (Buku milik para perempuan itu)

26
Kata Ganti Orang
Org II Org II
(Dhomir Muttashil) (Pa) (Pi)
Mufrad (kamu) ‫َك‬ ‫ِك‬
Mutsanna (kamu berdua) ‫ُك َما‬ ‫ُك َما‬
Jamak (kalian) ‫ُك ْم‬ ‫ُك َّﻦ‬

OrgII(Pa):

َْ‫ ~ ِكتاَبُك‬kitaabu-ka = Buku kamu(Buku milik kamu, seorang laki-laki)

َ ‫ ~ ِكتاَبُكُمْا‬kitaabu-kumaa = Buku kalian (Buku milik kalian, dua orang laki-


laki)
ْ‫ ~ ِكتاَبُكُم‬kitaabu-kum = Buku kalian(Buku milik kalian, para lelaki)

OrgII(Pi):

ْ‫ ~ ِكتاَبُ ِك‬kitaabu-ki = Buku kamu (Buku milik kamu, seorang perempuan)

َ ‫ ~ ِكتاَبُكُمْا‬kitaabu-kumaa = Buku kalian(Buku milik kalian, dua orang

perempuan)

ْ‫ ~ ِكتاَبُك َُّن‬kitaabu-kunna = Buku kalian(Buku milik kalian, para perempuan)

Kata Ganti Orang


(Dhomir Muttashil) Org I(Pa/Pi)

Mufrad (saya, aku) ‫ي‬


Mutsanna (kami berdua) ‫نَا‬
Jamak (kami semua) ‫نَا‬

OrgI(Pa/Pi):

‫ِكتاَبِي‬ ~ kitaabi-y = Bukuku (Buku milik-ku, seorang laki-laki/perempuan)

27
َ ‫ِكتاَبُنْا‬ ~ kitaabu-naa = Buku kami (Buku milik kami, dua orang laki-

laki/perempuan)

َ ‫ِكتاَبُنْا‬ ~ kitaabu-naa = Buku kami(Buku milik kami, para laki/perempuan)

Contoh dalam kalimat :

(Namanya Aisyahْ(ٌْ‫ إِس ُم َهــاْعَــائِشَة‬-


ْْْْْْْْ

(Apakah ini bukumu? Ya, ini bukuku ) ==‫ َهذَاْ ِكتَا ِبﻰ‬،‫ َهلْ َهذَاْ ِكتَابُكَْْ؟ْنَعَم‬-
ْْْْْْْْ

(Masjid mereka besar ) ==‫ َمس ِج ُْدْ ُهمْْ َك ِبي ٌْر‬-


ْْْْْْْْ

ِ ‫ْفَصلُنَـــاْ َو‬.ٌ‫ نَﺤنُْتَالَ ِميذ‬-


(Kami adalah murid-murid. Kelas kami luas) ==‫سي ٌْع‬ ْْْْْْْْ

(.‫ ذَا ِﻟكَ ْاُم َها‬-


ْْْْْْْْ

28
‫حرف الخر‬
(HURUF JAR)

Oleh:
Ade Fani Farahita / 2016353583 & Rika Damayanti / 2016353619

Huruf jar merupakan salah satu tanda isim, yaitu kata yang dimasukinya. Huruf jar
menyebabkan harakat akhir isim yang dimasukinya berubah menjadi kasrah atau yang
menggantikan kasrah, seperti ya’ (‫)ي‬. Contoh ya’ (‫ )ي‬sebagai pengganti kasrah adalah pada
isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim.
Dimaksud dengan isim majrur karena huruf jar adalah isim yang mempunyai I’rob
majrur apabila didahului oleh salah satu dari huruf jar.
Berikut huruf jar beserta arti dan contohnya:
1. Min (‫)م ْﻦ‬
ِ Artinya dari, daripada, termasuk/bagian, berupa, karena/sebab.
Contoh:
َ ‫يَ ْر ِج ُع اَحْ َمد ُ ِمﻦَ ْال َمد َْر‬
‫س ِة‬
Artinya: Ahmad kembali dari sekolah
َ ‫ا َ ْل َمد َْر‬
‫س ِة ا َ ْكبَ ُر ِم ْﻦ بَ ْﻴتِ ْي‬
Artinya: Sekolah lebih besar daripada rumahku
َ‫َواَنَا ِمﻦَ ْال ُم ْس ِل ِمﻴْﻦ‬
Artinya: Dan saya termasuk orang-orang yang muslim
2. Ilaa (‫لى‬
َ ِ‫ )إ‬Artinya ke, kepada.
Contoh:
َ ‫َب اَحْ َمد ُ اِلَى ْال َمد َْر‬
‫س ِة‬ َ ‫ذَه‬
Artinya: Ahmad pergi ke sekolah
3. ‘An (‫ ) َع ْﻦ‬Artinya dari (melewati/menjauhi), tentang
Contoh:
َ ‫بَ ْﻴتِ ْي بَ ِع ْﻴد ٌ َع ِﻦ ْال َمد َْر‬
‫س ِة‬
Artinya: Rumahku jauh dari sekolah
4. ‘Ala (‫ ) َعلَى‬Artinya atas, di atas, kepada
Contoh:

29
َ ‫ا َ ْلقَلَ ُم‬
ِ َ‫علَى اْلَ َم ْكت‬
‫ب‬
Artinya: Pulpen di atas meja
5. Fii (‫ )فِي‬Artinya di, di dalam, pada, tentang
Contoh:
‫ص ِلى اَحْ َمد ُ فِي ْال َمس ِْج ِد‬
َ ُ‫ي‬
Artinya: Ahmad shalat di masjid
6. Rubba ( َّ‫)رب‬
ُ Artinya banyak
Contoh:
‫ان‬ ِ ْ ‫َاج ٌح فِي‬
ِ ‫اَل ْمتِ َح‬ ِ ‫ب نَاشِطٍ ن‬ َ َّ‫ُرب‬
ٍ ‫طا ِل‬
Artinya: Banyak siswa yang rajin itu sukses dalam ujian
7. Ba’ (‫ب‬
ِ ) Artinya dengan, menggunakan, di
Contoh:
‫سالَةَ ِب ْالقَ َل ِم‬ ِ ُ‫َكتَبْت‬
َ ‫الر‬
Artinya: Saya menulis surat dengan pulpen
ُ َ‫ُو ِلدْتُ بِق‬
َ‫ار ْوت‬
Artinya: Saya dilahirkan di Garut
8. Kaf ( َ‫ )ك‬Artinya seperti
Contoh:
‫ت ك َْال َو ْردَ ِة‬
ِ ‫أ َ ْن‬
Artinya: Kamu bagaikan mawar
9. Lam (‫ )ل‬Artinya milik, untuk, kepada, karena
Contoh:
َ‫َهذَا ْال ِكتَابُ َِلَحْ َمد‬
Artinya: Buku ini milik Ahmad
10. Mundzu (ُ ‫ ) ُم ْنذ‬Artinya sejak atau mulai dari
Contoh:
َّ ‫أ َ ْس ُكﻦُ فِ ْي بَ ْند ُْونج ُم ْنذ ُ ال‬
‫ش َوا ِل‬
Artinya: Saya tinggal di Bandung sejak bulan syawal
11. Huruf sumpah (Wau, Ta’, dan Ba’) Artinya demi
Contoh:
ِ‫َوللاِ – ت َاللِ – بِالل‬
Artinya: Demi Allah
Tambahan:

30
Dari segi penulisan, huruf-huruf jar di atas dibagi menjadi dua: yaitu ditulis
bersambung dengan majrurnya yakni Lam, Kaf, Ba’ dan huruf sumpah. Adapun sisanya
ditulis terpisah (dengan spasi) dari majrurnya.
Apabila majrurnya adalah isim dhamir maka penulisannya harus disambungkan. Khusus kata
(‫ ) َعلَى‬dan (‫لى‬
َ ‫ ) ِإ‬alif maqshurahnya menjadi ya’ sukun. Contoh:
‫ ِإلَ ْﻴ ِه‬- ‫َعلَ ْﻴ ُك ْم‬
Ternyata huruf jar juga jadi sandingan/pasangan dari fi’il sehinggga terjemahnya tidak
seperti di atas. Contoh:
‫صلَّى َعلَى‬ َ ‫ب – قَ ُر‬
َ – ‫ب ِم ْﻦ‬ َ ‫ي َع ْﻦ – أ َ ْغنَى‬
ِ َ‫ع ْﻦ – يَحْ ت َا ُج اِلَى – آ َمﻦ‬ َ ‫ض‬
ِ ‫َر‬

A. Preposisi Huruf Jar adakalanya:


1. Melekat dengan majrur (kata benda setelah)-nya seperti ‫ ِباْلقَلَ ِم‬dengan pena;
a. ‫ام َع ِة‬
ِ ‫ب ال َج‬ َ ‫ لَ ْستُ ِب‬Saya bukan mahasiswaَ
ِ ‫طا ِل‬
b. َ‫ ت‬ta dan (3) ‫ َو‬wa "demi" dalam sumpah, seperti ‫َالل‬
ِ ‫ ت‬dan ‫للا‬
ِ ‫" َو‬demi Allah"
c. ‫ ِل‬li "untuk, pada, karena" adalah konjungsi (kata sambung), contoh ‫أَقُو ُل ِلعُ َم َر‬
Saya berkata pada Umar
d. َ‫ ك‬ka "seperti", contoh ‫ ُمح َمد ٌ َكعُ َم َر‬Muhammad seperti Umar
َ ‫ ِمﻦَ الَمد َْر‬dari sekolah
2. Terpisah dengan majrur-nya seperti ‫س ِة‬
َ ila "pada, sampai, ke" seperti ‫إلي َم ِد ْي َن ِة َمالَنغ‬
a. ‫إلي‬ َ ٌ ‫ َجا َء ُمحمد‬Muhammad datang ke
kota Malang
b. ‫ َحتي‬hatta "sampai, sepanjang"
c. ‫' َعلَي‬ala "di atas, atas"
d. ‫' َع ْﻦ‬an, "dari, tentang, berkenaan dengan"
e. ‫ في‬fi "di"
f. ‫ َم َع‬ma'a "dengan"
ِ َ‫إلي ال‬
g. ‫ ِم ْﻦ‬min "dari‫مساء‬ َ ‫صبَاِح‬
َ ‫ " ِمﻦَ ال‬Dari pagi sampai petang”

B. Sekilas catatan penting tentang penggunaan beberapa macam Harf :


1. Beberapa Harf, seperti ‫=( ِبـ‬dengan) di dalam kalimat kadang mempunyai arti, dan
kadang hanya sebagai tambahan yang tidak mempunyai arti. Contoh:
a. ِ‫ = أَع ُْوذ ُ بِالل‬aku berlindung kepada Allah
b. َ ِ‫ = َكفَى بِالل‬cukuplah Allah (sebagai) saksi
‫ش ِه ْﻴدًا‬
2. Harf ‫ َو‬mempunyai dua fungsi:

31
a. ْ ‫ ) َع‬atau Kata Sambung (=dan). Contoh: ‫َب أَحْ َمد ُ َو َع ِلي‬
ATHAF (‫طف‬ َ ‫ذَه‬
Ahmad dan Ali telah pergi
b. ْ َ‫ = َو ْالع‬demi waktu
QASM (‫}قَسْم‬atau Kata Sumpah (=demi). Contoh: ‫ص ِر‬
(Ashar)
c. Perlu dicamkan, bahwa di dalam al-Quran, Allah subhanahu wata’ala
sering bersumpah dengan nama makhluq-Nya agar manusia mengambil
pelajaran dari apa yang dijadikan sumpah tersebut. Adapun manusia,
hanya boleh bersumpah dengan nama dan sifat Allah, tidak boleh
bersumpah dengan nama makhluq
3. Harf Lam ‫ لـ‬juga mempunyai beberapa fungsi:
a. MILIK (‫)م ْلك‬ ِ ‫ت َواْأل َ ْر‬
ِ atau kepunyaan.Contoh : ‫ض‬ َّ ‫ ِ َّللِ ُم ْلكُ ال‬kepunyaan
ِ ‫س َم َاوا‬
Allah (seluruh) kerajaan langit dan bumi
b. َ ‫أَذْهَبُ إِلَى ْال َمد َْر‬
TA’LIL (‫ )تَ ْع ِلﻴْل‬atau peruntukan (=untuk). Contoh: ‫س ِة ِللت َّ ْع ِلﻴ ِْم‬
saya pergi ke sekolah untuk belajar
c. AMAR (‫ )أ َ ْمر‬atau perintah (=agar, supaya, hendaklah). Contoh: ‫ِلﻴُ ْن ِف ْق ذ ُ ْو‬
‫سعَ ٍة‬
َ hendaklah berinfak orang yang punya kelapangan (rezki)
d. TAUKID (‫ )ت َْو ِكﻴْد‬atau penegasan (=sungguh, pasti). Contoh: ‫َألَقُ ْو ُل قَ ْو َل‬
ِ ‫ = ْال َح‬sungguh aku akan berkata perkataan yang benar
‫ق‬
4. Harf ‫ إِ ْن‬mempunyai dua macam arti:
a. Berarti “jika”. Contoh: ‫ص ْر ُك ْم‬
ُ ‫ص ُروا للاَ يَ ْن‬
ُ ‫ = إِ ْن ت َ ْن‬jika kalian menolong
(agama) Allah, Dia akan menolong kalian.
b. Berarti “tidak”, bila sesudahnya terdapat kata َّ‫=( ِإَل‬kecuali). Contoh: ‫ِإ ْن‬
َ‫ = أ َ ْنت ُ ْم ِإَلَّ ت َ ْك ِذب ُْون‬tidak lain kalian hanyalah berdusta
5. Harf َ‫ َل‬juga ada dua macam:
a. NAFY (‫ )نَ ْفي‬atau penidakan (=tidak, bukan, tidak ada). Contoh: َّ‫َلَ إِلَهَ إَِل‬
ُ‫ = للا‬tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah
b. NAHY (‫ )نَ ْهي‬atau pelarangan (=jangan). Contoh: َ‫ = َلَ ت َ ْعبُد ُْوا إَِلَّ للا‬jangan
kalian menyembah kecuali (kepada) Allah

Sumber: https://hahuwa.blogspot.com/2019/01/huruf-jar-dengan-arti-dan-contoh.html
Buku Bahasa Arab Untuk Semua, Muhammad Zulifan

32
‫جملة الفعلﻴة و اَل سمﻴة‬
(JUMLAH FI’LIYAH DAN JUMLAH ISMIYAH)

Oleh:
Ninis Elsawati (2016353597) & Uswatun Hasanah (2016353599)

A. Jumlah Fi’liyah
1. Pengertian Jumlah Fi’liyah

Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali


dengan fi’il (kata kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang
terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).

Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada
suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang, dan yang akan datang). Fa’il (subjek)
adalah isim yang terletak setelah fi’il dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
Apabila fa’il berbentuk muannas, maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila
berbentuk musanna (ganda) ataupun jamak (banyak), maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).

Metode struktur paling sederhana untuk jumlah fi’liyah adalah :

Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [ pelaku ] atau

Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ]

Maf’ul bih adalah isim yang dikenai pekerjaan (objek). Sebuah kalimat yang
berpredikat kata kerja transitif harus dilengkapi dengan objek atau maf’ul bih. Obyek tidak
harus ada dalam jumlah fi’liyah, karena ada fi’il yang menuntut obyek dan ada yang tidak
menuntut obyek.

Contoh : ْ‫ع ِلي‬ َ َ‫ = َﺟل‬Ali telah duduk


َ ْ‫س‬ ٌ‫ = ﺟَا َءتْإِم َرأ َ ْة‬seorang perempuan telah datang

ُ‫ = قَاﻟَتْعَا ِئش َْة‬Aisyah telah berkata ْ‫س‬


َ ‫ =ْ َيكت ُُبْاﻟدَّر‬dia sedang menulis pelajaran

َ ‫ = يَكت ُُبْاﻟتَّالَ ِميذُْاﻟدَّر‬murid-murid menulis pelajaran


ْ‫س‬

2. Kaidah Fi’il dan Fa’il dalam Jumlah Fi’liyah

33
Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul
yang disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkan yang disebut
sebagai fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga
terdiri dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya dinamakan sebagai fi’il majhul. Berikut adalah
beberapa ketentuan mengenai fi’il dan fa’il :

 Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, contoh : ‫قام رجل‬


 Fi’il wajib Ifrod meskipun fa’ilnya:

Tasniyah : ‫قا م رجال ن‬

Jama’ : ‫قا م رجا ل‬

 Fi’il wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya Mu’annas hakiki.

Contoh: ‫ذهبت فا طمة إلى السوق‬

B. Jumlah Ismiyah
1. Pengertian Jumlah Ismiyah

Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda).
Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan
khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari
mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk
melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’
adalah subyek, sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).

Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila
mubtada’nya isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila
mubtada’ berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.

Contoh : ‫س ْو ٌل‬ ُ ‫ = ُم َح َّمد َر‬Muhammad adalah Rasul.


ٌٌُ‫ = زَ ْيد ٌٌُ أُسْتاَذ‬Zaid adalah seorang guru.
ٌٌ‫ = زَ ْيد ٌٌُ َب ْﻴتُهُ َك ِبﻴ ُْر‬Zaid rumahnya besar.
‫ = اَﻟ َق َل ُْمْ َﺟدِي ٌْد‬Pulpen itu baru

Keterangan : Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna hitam
adalah khobar.

34
a) Mubtada’

Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah (kalimat).
Sifat dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah isim (kata benda) yang
menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Adapun yang termasuk isim
ma’rifat adalah sebagai berikut :

1) Isim yang diawali dengan alif lam.

Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.

ُْ ‫ = اَﻟ ِمصبَا‬lampu itu


Contoh : ‫ح‬

ْ‫اَﻟ َمس ِج ُد‬ = masjid itu

2) Isim Dhomir (Kata Ganti)

Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili
penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.

Contoh :ْ‫ =ه َُْو‬dia (laki-laki)

َْ‫ = أَنت‬kamu (laki-laki)

‫ = أَ َنا‬saya

3) Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)

Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam bahasa
Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.

Contoh : ‫ = َهذَا‬ini (muzakkar) ْ‫( = َه ِذ ِْه‬ini, untuk muannast)

َْ‫ = ذَا ِﻟك‬itu (muzakkar) َْ‫( = ِتلك‬itu, untuk muannast)

4) Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)

Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia ataupun selain
manusia.

Contoh : ‫ = ُم َﺤ َّم ٌْد‬Muhammad

َ‫ = َم َّكة‬Kota Makkah

35
‫ = ال ِن ْﻴ ُل‬Sungai Nil

5) Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat yang lain

Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.

contoh : ُ‫ = قَلَ ُمه‬pulpennya

ُ َ ‫ = ِكت‬buku muhammad
ْ‫ابْ ُم َﺤ َّمد‬

Kata ٌٌ‫قَلَ ُم‬adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma’rifat karena dirangkai dengan dengan isim
ma’rifat yaitu ٌٍِ ‫ُم َح َّمد‬

6) Isim Maushul

Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai perantara kata yang
disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa diartikan dengan “yang”.

Contoh: ‫( الَّذِي‬yang, untuk mudzakar)

‫( الَّتِي‬yang, untuk muannast)

b) Khabar

Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan
mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat).

Contoh : ٌْ‫ = اِلُستَاذُْْ َم ِريض‬Ustadz itu sakit

ٌ ‫ = اﻟ َوﻟَ ُدْْنَشِي‬Anak itu rajin


ْ‫ط‬

Kaidah-kaidah dalam Jumlah Ismiyah

Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat panjang dan
mendetail. Kaidah-kaidah tersebut adalah :

a. Dibaca rofa’

Tanda Rofa’ pada isim adalah dhommah, wawu, alif, dan nun

36
َ ُ‫ =ال َبﻴْت‬rumah itu kecil
Contoh: ‫ص ِغﻴ ٌْر‬

َ‫ =ال ُم ْس ِل ُم ْونَ َم ِهﻴ ُْر ْون‬orang-orang muslim itu pintar

‫ان‬
ِ ‫ان َعاِل َم‬ َ ‫=ال‬dua murid itu pintar
ِ َ‫طا ِلب‬

b. Mubtada’ harus berupa Isim Ma’rifat.

Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.

c. Khobar berupa isim nakiroh.

Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum. Tanda isim nakiroh
adalah adanya tanwin.

ٌ ‫ = اﻟ ِب َال َطْنَ ِظي‬lantai itu bersih


Contoh: ْ‫ف‬

d. Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan mudzakar serta
mufrod, musanna, dan jama’ nya

Contoh : ٌ‫اط َمةُْﺟ َِميلَ ْة‬


ِ َ‫ = ف‬Fatimah cantik

ْ‫ = َزيدٌْﺟ َِمي ٌل‬Zaid tampan

‫ = اﻟتلميذانْماهران‬dua murid itu pintar

Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah dengan menggunakan madhi

No Jumlah Ismiyyah Jumlah Fi’liyyah Arti

1. َ‫س التَّالَمِ ْﻴذ‬ ُ ‫ا َ ْل ُمدَ ِر‬


َ ‫س دَ َّر‬ ُ ‫س ْال ُمدَ ِر‬
َ‫س التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ ‫دَ َّر‬ Seorang guru mengajar murid-murid

2 َ‫سا التَّالَمِ ْﻴذ‬


َ ‫ان دَ َّر‬
ِ ‫س‬َ ‫ا َ ْل ُمدَ ِر‬ َ‫ان التَّالَمِ ْﻴذ‬
ِ ‫س‬َ ‫س ْال ُمدَ ِر‬
َ ‫دَ َّر‬ Dua orang guru mengajar murid-
murid

3 َ‫ا َ ْل ُمدَ ِرسُونَ دَ َّرسُوا التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ‫س ْال ُمدَ ِرسُونَ التَّالَمِ ْﻴذ‬
َ ‫دَ َّر‬ Beberapa orang guru mengajar
murid- murid

4 َ ‫ا َ ْل ُمدَ ِرسةُ دَ َّر‬


َ‫ستْ التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ ‫ست ا َ ْل ُمدَ ِر‬
َ‫سةًٌُ التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ ‫دَ َّر‬ Seorang guru (pr) mengajar murid-
murid

37
5 َ‫ست َا التَّالَمِ ْﻴذ‬
َ ‫َان دَ َّر‬
ِ ‫ست‬َ ‫ا َ ْل ُمدَ ِر‬ َ‫َان التَّالَمِ ْﻴذ‬
ِ ‫ست‬َ ‫ست ْال ُمدَ ِر‬
َ ‫دَ َّر‬ Dua orang guru(pr) mengajar murid-
murid

6 َ ‫ا َ ْل ُمدَ ِر‬
َ‫ساتُ دَ َّرسْﻦَ التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ ‫ست ْال ُمدَ ِر‬
َ‫ساتُ التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ ‫دَ َّر‬ Beberapa orang guru(pr) mengajar
murid- murid

2. Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah dengan menggunakan Mudhori’

No Jumlah Ismiyyah Jumlah Fi’liyyah Arti

1. َ‫س التَّالَمِ ْﻴذ‬ ُ ‫ا َ ْل ُمدَ ِر‬


ُ ‫س يُدَ ِر‬ ُ ‫س ْال ُمدَ ِر‬
َ‫س التَّالَمِ ْﻴذ‬ ُ ‫يُدَ ِر‬ Seorang guru mengajar murid-murid

2 َ‫ان التَّالَمِ ْﻴذ‬


ِ ‫س‬َ ‫ان يُدَ ِر‬
ِ ‫س‬َ ‫ا َ ْل ُمدَ ِر‬ َ‫ان التَّالَمِ ْﻴذ‬
ِ ‫س‬َ ‫س ْال ُمدَ ِر‬
ُ ‫ُدر‬
ِ ‫ي‬ Dua orang guru mengajar murid-
murid

3 َ‫ا َ ْل ُمدَ ِرسُونَ يُدَ ِرسُونَ التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ‫س ْال ُمدَ ِرسُونَ التَّالَمِ ْﻴذ‬
ُ ‫يُدَ ِر‬ Beberapa orang guru mengajar
murid- murid

4 ُ ‫ا َ ْل ُمدَ ِرسةُ تُدَ ِر‬


َ‫س التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ ‫س ْال ُمدَ ِر‬
َ‫سةًٌُ التَّالَمِ ْﻴذ‬ ُ ‫تُدَ ِر‬ Seorang guru (pr) mengajar murid-
murid

5 َ‫سان التَّالَمِ ْﻴذ‬


ِ ‫َان تُدَ ِر‬
ِ ‫ست‬َ ‫ا َ ْل ُمدَ ِر‬ َ‫َان التَّالَمِ ْﻴذ‬
ِ ‫ست‬َ ‫تُدَ ِرس ْال ُمدَ ِر‬ Dua orang guru(pr) mengajar murid-
murid

6 َ ‫ا َ ْل ُمدَ ِر‬
َ‫ساتُ يُدَ ِرسْﻦَ التَّالَمِ ْﻴذ‬ َ ‫س ْال ُمدَ ِر‬
َ‫ساتُ التَّالَمِ ْﻴذ‬ ُ ‫تُدَ ِر‬ Beberapa orang guru(pr) mengajar
murid- murid

Sumber: http://zakiyuddinaslamsyah.blogspot.com/2018/03/makalah-jumlah-ismiyah-
dan-jumlah.html

38
MUBTADA’ DAN KHOBAR

Oleh :

Febrianti Dwi Utami (2016.35.3612) & Inti Wulan Mustika Wati (2016.35.3618)

1. Pengertian Mubtada’ dan Khobar (‫)المبتداء و الخبر‬


 Mubtada’

‫ع َواقِ ٌع فِى ا َ َّو ِل ال ُج ْملَ ِة‬


ٌ ‫اِ ْس ٌم َم ْرفُ ْو‬

“Mubtada adalah isim yang dirofakan yang terletak di permulaan jumlah”.

Mubtada ialah isim marfu’ (kata benda yang berharakat dhommah) yang berperan
sebagai pokok kalimat atau bebas dari amil lafazh (yang merafa’kan mubtada itu
bukan amil lafazh, seperti fa’il[1] atau naibul fa’il[2]). Dengan kata lain bersifat amil
maknawi, yaitu dirafa’kan atau didhommahkan karena menjadi ibtida’ atau permulaan
kalimat[3]

 Khobar

‫ع ال ُم ْسنَد ُ اِلَ ْﻴ ِه‬


ُ ‫اإل ْس ُم ال َم ْرفُ ْو‬
ِ ‫ال َخبَ ُر ه َُو‬

“Khobar ialah isim yang dirofa'kan yag disandarkan kepada mubtada”.

Khobar ialah Khabar adalah isim marfu’ (kata benda yang berharakat dhommah)
yang di-musnadkan atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar
kalau tidak ada mubtada’ dan mubtada’ itulah yang merafa’kan khabar[4]. Dengan
kata lain Khobar berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang
sempurna.

Jadi, Mubtada’ artinya yang diterangkan (subyek), sedangkan Khobar yaitu isim
marfu’ yang menjelaskan tentang mubtada’ (predikat).

Contoh Mubtada’ dan Khobar dalam sebuah kalimat :

39
 (Al-syajaratu murtafi’atun) ٌ‫س َج َرتُ ُم ْرت َ ِفعَة‬
َّ ‫اَل‬ = Pohon itu tinggi.
 (Al-masjidun kabirun) ‫ال َمس ِْجد ُ َك ِب ٌر‬ = Masjid itu besar.

Dari contoh diatas, yang berfungsi sebagai Mubtada’ (subyek) adalah kata benda
َّ ‫( اَل‬Al-syajaratu) = Pohon itu dan kata
yang berada di depan,yaitu kata ُ‫س َج َرت‬
‫( ال َم ْس ِجد‬Al-masjidun) = Masjid itu. Sedangkan yang berfungsi sebagai Khobar
(predikat) adalah kata yang memberi keterangan tentang keadaan subyek, yaitu
kata ٌ‫( ُم ْرتَ ِف َعة‬murtafi’atun) = tinggi dan kata ‫( َك ِب ٌر‬kabirun) = besar.

2. Ciri – Ciri Mubtada’ dan Khobar


Perbedaan antara mubtada’ dan khobar antara lain :
Syarat mubtada’ antara lain :

1. Mubtada’ harus rafa’ atau berharakat dhommah


2. Mubtada’ arus berbentuk Ma’rifah[5]

Syarat Khobar antara lain :

1. Khobar harus berharakat rafa’


2. Khobar harus berbentuk[6]
3. Khobar harus disesuaikan dengan mubtada’, baik jenis kelamin, mufrad, mutsanna,
dan jama’[7]
Perhatikan contoh dibawah ini :
َ ‫ = ْال ُك َر‬Buku tulis itu bersih
(Al-kurasatu nadhifatun) ‫سةُ ن َِظ ِيفَة‬
َ ‫ ْال ُك َر‬berfungsi
Dari contoh diatas, kata yang berada didepan yaitu kata (al – kurastu) ُ‫سة‬
sebagai mubtada’, berbentuk ma’rifah dan berharakat rafa’ atau dhammah. Sedangkan
kata yang berada dibelakangnya yaitu kata (nadhifatun) ‫ = ن َِظيِفَة‬Bersih berfungsi
sebagai khobar, berbentuk nakirah dan selalu sesuai dengan khobarnya.Contohnya kata
(nadhifatun) ‫ ن َِظ ِيفَة‬adalah muannast (jenis kelamin perempuan).

3. Pembagian Mubtada’ dan Khobar


A. Pembagian Mubtada’

‫ت َوا َ ْنتُ َما‬ َ ‫ َوه‬:‫ض َم ُر اِثْنَا َعش ََر‬


ِ ‫ِي اَنَا َونَحْ ﻦُ َوا َ ْنتَ َوا َ ْن‬ َّ ‫ فَال‬.‫ض َم ٌر‬
ْ ‫ َوال ُم‬.ُ‫ظاه ُِر َما تَقَدَ َم ِذ ْك ُره‬ ْ ‫ظاه ٌِر َو ُم‬ ِ ‫(وال ُم ْبتَدَا ُ قِ ْس َم‬
َ :‫ان‬ َ
َ ‫َوا َ ْنت ُ ْم َوا َ ْنت ُ َّﻦ َوه َُو َوه‬
‫ِي‬

40
) َ‫نَحْ ُو قَ ْولِكَ اَنَا قَا ِئ ٌم نَحْ ﻦُ قَا ِئ ُم ْونَ َو َما ا َ ْش َبهَ ذَلِك‬.‫َو ُه َما َو ُه ْم َوه َُّﻦ‬

Mubtada’ terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Mubtada’ yang Dhohir atau jelas, mubtada dhohir ialah mubtada yang isim atau
kat bendanya sudah jelas diketahui.

Mubtada dhohir ada 2 macam,yaitu :

a) Mubtada’ yang mempunyai khabar

b) Mubtada’ yang hanya mempunyai isim yang dirafa’kan yang menduduki


tempat khobar.

Keterangannya antara lain :

Yang menduduki tempat khabar,yaitu sebagai fa’il atau naibul fa’il dari
mubtada itu. Karena ada lafazh tersebut, mubtada’nya tidak membutuhkan
khobar, cukup dengan isim yang menduduki tempat khobar saja,dengan syarat
hendaknya fa’il yang dimaksud merafakan fa’il yang dhohir atau merafa’ kan
dhamir munfasil.

· Contoh mubtada’ yang mempunyai khobar

‫اَللَّةُ َربَنَا‬ (Allahu Robbanaa) = Allah adalah Rabb kami.

· Contoh mubtada’ yang tidak mempunyai khobar

‫( آقَا ئِم زَ يْد‬Aaqa imun zaidun) = Apakah kedua Zaid itu berdiri?

2) Mubtada’ Mudhmar (Dhomir) ialah mubtada’nya terdiri dari kata ganti seperti
ana atau ‫ انا‬dan saudara-saudaranya, contoh : (anta mujtahidun) َ‫ُمجْ تَ ِهد اَ ْنت‬
(engkau rajin).

Dhamir/kata ganti ada 12 (dua belas), yaitu :

1. Saya = ‫اَنَا‬

2. Kami atau kita = ُ‫نَحْ ن‬

3. Kamu laki-laki = َ‫ا َ ْنت‬

41
4. ِ ‫ا َ ْن‬
Kamu perempuan = ‫ت‬

5. Kamu berdua laki-laki/perempuan = ‫ا َ ْنت ُ َما‬

6. Kalian laki-laki = ‫ا َ ْنت ُ ْم‬

7. Kalian perempuan = ‫ا َ ْنت ُ َّن‬

8. Dia laki-laki = ‫هُو‬

9. Dia perempuan = ‫ِي‬


َ ‫ه‬

10. Mereka berdua laki-laki/perempuan = ‫ُه َما‬

11. Mereka semua laki-laki = ‫ُه ْم‬

12. Mereka semua perempuan = ‫[ ه َُّن‬12]

 Persyaratan Mubtada’

Tidak boleh membuat mubtada’ dari isim nakirah, kecuali yang


membolehkannya itu banyak. Di antaranya ialah :

A. Hendaknya mubtada’ nakirah didahului oleh nafi atau istifham.

Contoh :

‫( َما َر ُجل قَائِم‬Maarajulun qaaimun) = Tiada seorang laki – laki yang berdiri.

‫( ه َْل ُجل َر َجا ِلس‬Hal rajulun jalisun) = Apakah ada seorang laki – laki yang
duduk?

B. Hendaknya mubtada’ nakirah disifati, seperti pada contoh firman Allah

‫( لَعَبْد َو مؤ َخي ًْر ِمن‬Walangabdummu’mnun khairaan) = “Sesungguhnya budak


yang mukmin lebih baik” (Al – Baqarah :221)

C. Hendaknya mubtada’ nakirah dimudhafkan

Contoh :

َّ ‫صلَ َوات‬
ُ‫ّللا‬ َ َّ‫( َخ ْمس َكتَ َن ُهن‬Khamsu salawaatin katabahunnallah) = Salat lima
waktu telah difardukan oleh Allah.

42
D. Hendaknya khobar mendahului mubtada’ yang nakirah,yaitu dalam bentuk
jarr dan majrur atau dhorof.

Contoh :

‫( ِع ْندَ كَ َر ُج ٌل‬Indaka rajulun) = Di sisimu terdapat seorang laki - laki

‫( فِى الَّدَ ِاراِ ْم َرأَة‬Filladaa riimraatuun) = Di dalam rumah terdapat seorang


perempuan.

E. Terkadang mubtada’ itu berupa mashdar yang ditakwilkan dari lafazh an


dan fi’il.

Contoh :

‫ص ْو ُم ْوا َخي ٌْر ل ُك ْم‬


ُ َ ‫( َوا َ ْن ت‬Waantasuu muukhairullakum) = “Dan berpuasa lebih
baik bagi kalian.”

Bentuk takwilnya sama dengan :

‫ص ْو ُم ُك ْم َخي ٌْر لَّ ُك ْم‬


َ (Saumukum khairullakum) = Puasa kalian lebih baik bagi
kalian.

B. Pembagian Khobar
Khobar ada 2 macam,yaitu khabar yang berbentuk mufrad dan khobar yang
berbentuk ghair mufrad.
1) Khobar mufrad adalah khabar yang bukan kalimat jumlah dan bukan pula
serupa dengan jumlah. Kalimat jumlah terdiri atas mubtada’ dan khobar, atau
terdiri atas fi’il dan fa’il.Sserupa dengan jumlah,yaitu dhorof atau jarr dan
majrur.
Contoh :
‫( زَ ْيد ٌ قَائِ ٌم‬Zaidun qaaimu)
‫ان‬ِ ‫ان قَائِ َم‬ ِ َ‫( الزَ ْيد‬Zaidun Qaaimaani)

َ‫( الزَ ْيد ُْونَ قَائِ ُم ْون‬Zaiduuna qaaimuuna (

2) Khobar Ghair Mufrad


Khabar ghair mufrad adalah khabar yang terdiri atas jumlah mubtada dan
khabar atau terdiri atas fi’il dan fa’il.[15]

43
a. Khabar ghair mufrad adakalanya berbentuk jumlah ismiyyah.
Contoh :
Zaidun jaaribatuhu dzaahibatun
Keterangan :
Lafazh Zaidun berkedudukan sebagai mubtada’ pertama, dan lafazh
jaaribatuhu berkedudukan sebagai mubtada’ kedua,sedangkan lafazh
dzaahibatun merupakan khabar bagi mubtada kedua. Mubtada’ yang kedua
dan khabarnya adalah jumlah ismiyyah berada dalam mahall rafa’ menjadi
khabar mubtada pertama.Sedangkan raabith (yang menghubungkan) antara
mubtada’ pertama dan khabar adalah huruf ha pada lafazh jaariatuhu.
b. Khabar ghair mufrad adakalanya berbentuk jumlah fi’liyyah (terdiri atas fi’il
dan fa’il).
Contoh :
Zaidun qaama abuuhu
Keterangan
Lafadz Zaidun berkedudukan sebagai mubtada’ dan lafadz qaama abuuhu
merupakan jumlah fi’liyah yang menjadi khobar dari mubtada’, sedangkan
raabith (yang menghubungkan) antara kedua lafadz tersebut adalah huruf ha
dari lafadz abuuhu.
‫ام اَبُوهُم‬
َ َ‫الز ْيد ُْونَ ق‬
َّ - ‫ام اَب ُْو ُه َما‬
َ َ‫ان ق‬ َّ - ُ‫ام اَب ُْوه‬
ِ َ‫الز ْيد‬ َ َ‫زَ ْيد ٌ ق‬
‫ام اَبُوه َُّﻦ‬
َ َ‫ ال َم ْر َي َماتُ ق‬- ‫ام اَب ُْو ُه َما‬ ِ ‫ ال َم ْريَ َم‬- ‫ام أَب ُْوهَا‬
َ َ‫ان ق‬ َ َ‫َم ْريَ ُم ق‬
c. Khobar Syibhul Jumlah
 Khobar Syibhul Jumlah yang memakai jar-majrur

‫الخزَ انَ ِة‬ ْ َ‫ التَّالَ ِم ْﻴد ُ فِى الف‬- ‫اء‬


ِ ‫ الثِﻴَابُ فِى‬- ‫ص ِل‬ ِ ‫س َماكُ فِى ال َم‬
َّ ‫ال‬
Contoh :
Lafadz Assamaku sebagai Mubtada’ dan Al-maai sebagai jar-majrur
yang menjadi khabarnya.
 Khobar Dhorof Makan dan Dhorof Zaman
1. Dhorof Zaman adalah isim zaman (waktu) yang dinashabkan
dengan memperkirakan makna fii (pada atau dalam),seperti :

· ‫ = الﻴوم‬pada hari ini

44
· ‫ = لَّل َي ْلةَ ا‬pada malam hari
· ً ‫ = َغد َْوة‬pagi hari
· ً ‫ = بُ ْك َرة‬waktu pagi
· ‫س َح ًرا‬
َ = pada waktu sahur
· ‫ = َغدًا‬besok
· ً‫ = َعت َ َمة‬waktu sore atau waktu isya
· ‫ص َبا ًحا‬
َ = pada waktu subuh
· ‫سا ًء‬
َ ‫ = َم‬pada sore hari
· ‫ = ا َ َمدًا‬selamanya
· ‫ = ِح ْينًا‬ketika[17]

Contoh ‫ ازورك غدا‬, ‫مشﻴت صباح‬


2. Dhorof Makan adalah isim makan (tempat) yang dinisbahkan
dengan memperkirakan makna Fii (pada atau dalam), seperti :
· َ ‫ام ا‬
َ ‫ = َم‬di depan
· ‫ف‬َ ‫ = خ َْل‬di belakang
· ‫ = قُد ََّام‬di depang
· ‫ = َو َرا َء‬di belakang
· َ‫ = فَ ْوق‬di atas
· َ‫ = تَحْ ت‬di bawah
· َ‫ = ِع ْند‬di dekat / di sisi
· ‫ = َم َع‬beserta
· ‫ = اِزَ ا َء‬di muka / didepan
· ‫ = ِحذَ َء‬di dekat
· ‫ = تِ ْلقًا َء‬di hadapan
· ‫ = ُهنَا‬di sini
· ‫ = ث َ َّم‬di sana
Contoh : ‫جلست امام استاذي‬, ‫ستاذيخلف مشيت ا‬

45
Sumber :

Anwar, Moch. 2012. Ilmu Nahwu: Terjemahan Matan al- Anjurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelsannya. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Thalib, Moh. 2002. Tata Bahasa Arab 3 : Terjemahan Annahwul Wadhih Tsanaeiyah.
Bandung: PT. Alma’ruf.

https://umisalamahkebumen19.blogspot.com/2016/11/makalah-mubtada-dan-khabar.html?m=1

https://bahasa-arab84.blospot.com/2018/01/pengertian-dan-contoh-mubtada-khobar.html?m=1

46
‫كان و أحواتها‬
KAANA DAN SAUDARNYA

Oleh:

Devi Utami Rika Safitri (2016024739) - S1 Manajemen B

Malihatul Aflahah (2016353613) - S1 Akuntansi B

F. Jenis Kata ‫ إسم‬Kaana ‫كان‬

Bermakna menggambarkan keadaan = َ‫َكان‬

waktu sore hari arkanBermakna menggamb = ‫امسى‬

ْ َ‫ا‬
Bermakna menggambarkan waktu pagi = ‫صبَ َح‬

kan waktu dhuhaBermakna menggambar = ‫اَضْحى‬

َ
Bermakna menggambarkan waktu siang hari = ‫ظ َّل‬

Bermakna menggambarkan waktu malam hari = َ‫بَات‬

ke keadaan lain Bermakna menggambarkan dari satu keadaan= ‫ار‬


َ ‫ص‬َ

َ ‫لَﻴ‬
Bermakna meniadakan = ‫ْس‬

Bermakna tidak terputus = ‫َمازَ ا َل‬

putus-Bermakna tidak terputus = َ‫َماا ْنفَك‬

َ ‫َمافَ ِت‬
putus-Bermakna tidak terputus = ‫ئ‬

putus- Bermakna tidak terputus = ‫َمابَ ِر َح‬

menerus-Bermakna tetap dan terus = ‫ام‬


َ َ‫َماد‬

G. Hukum Penggunaan Kaan dan saudaranya ( ‫)كان و أحواتها‬

kanmerafa - Apabila kana dan saudaranya memasuki mubtada maka ia akan

mubtadanya )isimnya( dan dan menashabkan khabarnya

47
H. Penjelasan Kaana dan saudaranya

Kaana mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang diinginkan,
yakni

a. Bisa berarti terus menerus (istimror)

Contoh :

ً ُ‫َو َكانَ للاُ َغف‬


)wa kaanallahu gofuurorrohiimaa( ‫ورا َر ِح ْﻴ ًما‬

Artinya : Allah senantiasa dzat yang maha pengampun lagi maha pengasih

3) Bisa berarti menjadi

Contoh :

)kaana wajhuhu muswaddatan( ً‫َكانَ َوجْ ُههُ ُمس َْودَّة‬

Artinya wajahnya (para orang musyrik) menjadi suram

4) Bisa berarti madhi (dulu)

Contoh :

)kaana aliyyun mujtahidan( ‫َكانَ َع ِلي ُمجْ ت َ ِهدًا‬

Artinya : Ali dahulunya adalah seorang mujtahid

Diantara saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang sama dengan kaana adalah

o Sebagai fungsi waktu

ْ َ ‫( أ‬ashbaha)=waktu subuh
- ‫صبَ َح‬

ْ َ‫( أ‬adhha)=waktu dhuha


- ‫ض َحى‬

- ‫ض َّل‬
َ (dholla)=waktu siang

َ ‫( أ َ ْم‬amsa)=waktu sore
- ‫سى‬

- َ‫( بَات‬baata)=waktu malam

Contoh :

‫بَاتَ ْال َولَدُ نَائِ ًما‬

48
)baata alwaladu naaiman(=Anak itu tidur di malam hari

َ‫ بَات‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ُ ‫ْال َولَد‬

o Sebagai fungsi untuk meniadakan

َ ‫( لَي‬laisa)=bukan/tidak
- ‫ْس‬

Contoh :

ً‫س ْهال‬ َ ‫لَﻴ‬


َ ‫ْس النَّ َجا ُح‬

)laisa annajaahu sahlan(=Kesuksesan itu tidaklah mudah

َ ‫ لَﻴ‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫النَّ َجا ُح‬
‫ْس‬

o Sebagai fungsi perubahan

- ‫ار‬
َ ‫ص‬َ (shooro)=menjadi

Contoh :

‫ار ُم َح َّمدٌ شَابًّا‬


َ ‫ص‬َ

)shooro muhammadun syaabban(=Muhammad telah menjadi seorang pemuda

‫ار‬
َ ‫ص‬َ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ٌ ‫ُم َح َّمد‬

o Sebagai fungsi terus menerus

- ‫( َما َب ِر ِِ َح‬maabariha)=senantiasa

- َّ‫( َما ْنفَك‬manfakka)=senantiasa

َ ِ‫( َمافَت‬maafati`a)=senantiasa
-‫ئ‬

- ‫( َمازَ ا َل‬maazaala)=senantiasa

Contoh :

‫ار ُق ُم َك ِد ًرا‬
ِ ‫س‬َ ‫َمازَ ا َل ْال‬

)maazaala assaariqu mukaddiron(=Pencuri itu senantiasa membuat resah

‫ َمازَ ا َل‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫ار ُق‬
ِ ‫س‬َ ‫ْال‬

o Sebagai fungsi jeda waktu

- ‫ام‬
َ َ‫( َماد‬maadama)=selama
Contoh :

‫ام ْالﻴَ ْو ُم ُم ْم ِط ًرا‬


َ َ‫َلَ ت َْخ ُر ْج َماد‬

49
)laa takhruj maadama alyaumu mumthiron(=Jangan keluar selama hari masih hujan

َ َ‫ َماد‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫ْالﻴَ ْو ُم‬


‫ام‬

Catatan

1. Ketentuan isim kaana atau saudara-saudaranya dan khobar kaana atau saudara-saudaranya
sebagaimana ketentuan pada mubtada dan khobar.

2. Jika isim kaana dan saudara-saudaranya berupa isim muannats, maka kaana dan saudara-
saudaranya juga berbentuk muannats. Hal ini karena kaana dan saudara-saudaranya
merupakan fi’il.

Contoh :

ْ ‫شةُ كَان‬
‫َت‬ َ ِ‫صا ِل َحةً َعائ‬
َ

(kaanat ‘aisyatu sholihatan)= aisyah adalah wanita yang sholehah

SUMBER :
1. Abdul Rahman, Najmuddin (2010) Bahasa Arab Super Lengkap. Yogyakarta.
Sendangadi Melati.
2. Prof. Dr. H. Arsyad Azhar, M.A. (2001) Dasar Dasar Penguasaan Bahasa Arab.
Yogyakarta. PUSTAKA LENTERA.

50
َ ‫إِ َّنْ َواَخ‬
‫ـوات ُ َها‬
INNA WA WAAKHWATUHA
(INNA DAN TEMAN-TEMANNYA)
Oleh:

NUR ALIFALAFIYAH (2016024740) & AISYAH (2016024750)

A. Pengertian Inna Wa Akhwatuha

Inna wa akhwatuha (Inna dan saudara-saudaranya) adalah sekelompok harf (kata


depan) yang mendahului isim. Jika suatu jumlah ismiyah (susunan mubtada’ dan khabar)
didahului oleh Inna atau saudara-saudaranya, maka akan menyebabkan mubtada’ menjadi
manshub dan disebut isim Inna, dan khabar tetap marfu dan disebut khabar Inna. Seperti

ِ ْ ِ‫للا‬
‫اإلس َْال ُم‬ َّ َ‫ِإ َّن الدِيﻦَ ِع ْند‬

B. Fungsi Inna
Inna wa akhwatuha memiliki fungsi
‫اَلس َْم َوت َْرفَــ ُع ْالــــ َخبَر‬ ِ ‫ت َ ْن‬
ِ ُ‫صب‬
Menasabkan isim inna merofakan khabar inna
Perhatikan contoh pada table berikut ini dan perhatikan pula perubahan baris pada kalimat
berikut sebelum dan sesudah di masuki kata inna

Keterangan Sesudah dimasuki Sebelum dimasuki


‫ِإ َّن‬ ‫ِإ َّن‬
َ‫اَحْ َمد‬ : isim inna ٌ ‫إن اَحْ َمدَ اُسْتــَاذ‬
َّ ٌ ‫اَحْ َمد ُ ا ُ ْستَاذ‬
ٌ‫ ا ُ ْستَــاذ‬: khabar inna Kata Ahmad barisnya Ahmad seorang guru
berubah asalnya dhamah
menjadi fatah

‫ ا ُم َح َّمدًا‬: Isim Inna ٌ ‫ِإ َّن ُم َح َّمـدًا ِت ْل ِمﻴذ‬ ٌ‫ُم َح َّمد ٌ ِت ْل ِمﻴـْذ‬
‫ تِ ْل ِم ْﻴ ٌذ‬: khabar Inna Kata Muhammad asalnya Muhammad seorang murid
berharokat dhommah
berubah menjadi fathah

51
C. Pembagian Harf Inna
1. َّْ‫إن‬
Inna artinya : Sesungguhnya
Fungsinya : Untuk penegasan huruf atau mengokohkan pembicaraan
ٌ ‫للاَ َعلَى ُك ِل شَيءٍ قَد‬
‫ِير‬ َّ ‫ِإ َّن‬
Artinya : Sesungguhnya Allah atas setiap sesuatu Maha Kuasa
Kata qodir marfu’ dengan dhommah, dan kata Allah mansub dengan fathah
2. َّْ‫أَن‬
Anna artinya : bahwa
Fungsinya : Untuk penegasan huruf atau mengokohkan pembicaraan
ً‫َلَبُدَّأَنَّ ُهم ي ُِريدُونَ ِمنهُ دَ ِلﻴلال‬
Artinya: Sesungguhnya mereka pasti menghendaki dalil dari padanya.
ُ ‫أ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
‫س ْو ُل للا‬
Artinya: Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

3. َّْ‫َكأَن‬
Kaanna artinya : seakan-akan
Fungsinya : penyerumpamaan
Contoh :
ِ ‫َكأَنَّكَ ن‬
َ‫َاء ٌل َم َرا َمك‬
Artinya : agaknya engkau berhasil mencapai maksudmu

ٌ ‫كَأ َ َّن َوجْ َهكَ َب‬


‫در‬
Artinya : seakan-akan wajahmu itu bulan purnama.

4. َْ‫ﻟَ ِكن‬
Lakinna artinya : akan tetapi
Fungsinya : menyangkal
Contoh :
‫ام ٍل‬ ُ ‫ه َُو َعا ِل ٌم لَ ِكنَّهُ غ‬
ِ ‫َﻴر َع‬
Artinya : dia pandai tetapi tidak mengamalkan ilmunya.

52
5. ْ‫ﻟَ َع َّل‬
Laalla artinya: semoga/agar
Fungsinya : pengharapan
Contoh :
ٌ ‫لَ َع َّل َع ِلي َم ِر‬
‫يض‬
Artinya : Semoga Ali sakit.

6. َْ‫ﻟَيت‬
Laita artinya : seandainya
Fungsinya : berangan-angan
Contoh :
ً ‫شبا َّ َيعُودُ َيوما‬
َّ ‫لَﻴْتَ ال‬
Artinya : seandainya masa muda itu bisa kembali.

Contoh ‫ْواَخ َواتُهَا‬


َ َّ‫ إِن‬dalam Al-Qur’an
‫ِإ َّن للاَ َوا ِس ٌع َع ِل ْﻴ ٌم‬
َ‫ للا‬: isim inna
‫ َوا ِس ٌع‬: khobar inna
ِ ‫شدِيد ُ العَذَا‬
‫ب‬ َ َ‫َّوا َ َّن للا‬
َ‫للا‬: isim inna
ُ‫شدِيد‬
َ : khobar inna
D. Qowaid
1. Tempat-Tempat Hamzah Inna Dibaca Fathah dan Dibaca Kasroh
Fathah
Apabila inna bila ditakwil sebagai masdar maka hamzahnya harus di fathah,

contoh:
‫يُ ْع ِجبُنِي أ َ َّن زَ ْيدًا قَا ِئ ٌم‬
)ٍ‫تأويالنﻴا (أي يُ ْع ِجبُنِي قِ َﻴا ُم زَ ْيد‬

Kasroh
 Jatuh di awal al-kalam ( ‫ت أَ َّو ُل ْال َكالَ ِم‬
ْ َ‫) ِإذَا َوقَع‬, misalnya
‫ ِإ َّن زَ ْيدًا قَائِ ٌم‬.

53
 Jatuh dalam awalan shilah ( ‫الصلَ ِة‬
ِ ‫صد ُْر‬ ْ َ‫) َوقَع‬, misalnya
َ ‫ت‬
‫َجا َء الَّذِي إِنَّهُ قَائِ ٌم‬
 Sebagai jawaban sumpah, misalnya ‫َوللاِ ِإ َّن زَ ْيدًا قَائِ ٌم‬
 Sebagai hikayat suatu ungkapan, misalnya ‫قَا َل زَ ْيدًا إِ َّن َع ْم ًرا قَائِ ٌم‬
 Menempati tarkib haal, misalnya ‫ُز ْرتُ زَ ْيدًا َوإِنِي ذ ُ ْو أ َ َم ٍل‬
 Jatuh setelah af’al al-Qulub yang telah tetangguhkan amalannya oleh ‫الالم‬,
misalnya ‫ َع ِل ْمتُ إِ َّن زَ ْيد ٌ اْلعَا ِل ُم‬.
 ِ ‫أََلَ اْ َِل ْستِ ْفت‬, misalnya ‫أََلَ إِ َّن زَ ْيدًا قَائِ ٌم‬.
Setelah ‫َاحﻴَّ ِة‬
 ُ ‫ َحﻴ‬, misalnya ‫س‬
Setelah ‫ْث‬ ُ ‫س َحﻴ‬
ٌ ‫ْث ِإ َّن زَ ْيدًا َجا ِل‬ ْ ‫اِجْ ِل‬.
 ِ َ‫ َم َر ْرتُ بِ َر ُج ٍل إِنَّهُ ف‬.
Bila jumlah inna menjadi sifat, misalnya ‫اض ٌل‬
 ِ َ‫زَ ْيدٌ ِإنَّهُ ق‬
ٌ ‫ار‬
Bila jumlah inna menjadi khobar dan isim dzat, misalnya ‫ئ‬

Kasroh/ fathah
 Ia berposisi setelah ‫( إِذَا اْلفُ َجائِﻴَّة‬tiba-tiba atau mendadak), misalnya: ‫خ ََرجْ تُ فَإِذًا إِ َّن زَ ْيدًا قَائِ ٌم‬.
 Setelah fi’il sumpah, dimana pada khabarnya ‫ ِإ َّن‬tidak terdapat ‫الالم‬, seperti ‫َح َل ْفتُ ِإ َّن زَ ْيدًا‬
‫ َقا ِئ ٌم‬.
 Setelah ‫فاء الجزاء‬/ ‫فاء الجواب‬, seperti ‫ َم ْﻦ يَأْتِنِي فَإِنَّهُ ُم ْك َر ٌم‬.
 Setelah mubtada’ dengan makna ucapan, sedangkan khabarnya ‫ ِإ َّن‬juga berarti ucapan
sementara subjeknya tunggal. Seperti
ُ‫َخﻴ ُْر اْلقَ ْو ِل ِإ ِني أَحْ َمد‬
2. Inna dan Saudaranya yang Dibatalkan Pengamalannya
Inna dan saudarnya bila diberi maa (‫ ) َما‬zaidah itu bisa batal amalnya.
Contoh: ‫ِإنَّ َما زَ ْيدٌ َعا ِل ٌم‬
Tetapi terkadang ada yang tetap amal.
Contoh: ‫لَ ْﻴتَ َما زَ ْيدًا قَا ِئ ٌم‬
Adapun laita ( َ‫ )لَﻴْت‬, meskipun dimasuki maa ( ‫) َما‬, maka ia tetap beramal menashabkan
mubtada’ dan merafa’kan khabar atau boleh tidak beramal.
Contoh: ‫لَ ْﻴتَ َما زَ ْيدًا قَائِ ٌم‬.
Kata ‫ زَ ْيدًا‬dibaca nashab menjadi isimnya ‫لَ ْﻴت َ َما‬, dan ‫ قَائِ ٌم‬menjadi kata ‫ لَ ْﻴتَ َما‬dalam contoh ini
masih tetap beramal. Boleh juga ‫ َل ْﻴتَ َما‬tidak beramal, dan kata ‫ زَ ْيدًا‬dibaca rafa’, sehingga
susunannya menjadi
‫لَ ْﻴتَ َما زَ ْيدٌ قَائِ ٌم‬

54
3. Hukum Inna dan Saudara-saudaranya yang Ditakhfif (Nun-Nya Disukun)
 َّْ‫ِإن‬
Inna ( ‫ ) ِإ َّن‬hukumnya bila ditakhfif (nunnya disukun) itu boleh amal boleh tidak serta
apabila tidak beramal maka wajib memberi lam fariqoh ( ‫ )َلم فارقة‬pada lafadz yang
sesudahnya.
Contoh: ‫إِ ْن زَ ْيدٌ لَقَائِ ٌم‬.
Dan lebih banyak muhmal-nya ( tidak amal ) dari pada amalnya.
Huruf “ ‫ “إِ ْن‬di atas berasal dari “ ‫ “إِ َّن‬yang ditakhfif, ia tidak lagi beramal menashabkan
mubtada’. Karena itu, kata sesudahnya tetap dibaca rafa’.

 َّْ‫أَن‬
Anna ( ‫ )أ َ َّن‬hukumnya bila ditakhfif (nunnya disukun) dan kemudian isimnya pasti
berupa dhomir sya’an ( ‫ )ضمﻴر شأن‬yang disimpan dan khabarnya pasti berupa jumlah.
Contoh: ‫ َع ِل ْمتُ زَ ْيد ٌ قَائِ ٌم‬.
Dan bila ada yang isimnya bukan dlomir sya’an (‫ )ضمﻴر شأن‬maka hukumnya langka.
Contoh: ‫سأ َ ْلتَ ِني‬
َ ‫َاء‬ َّ ‫فَلَ ْو أ َ َّنكَ ِفي َي ْو ِم‬.
ِ ‫الرخ‬

 َّْْ‫ َكأَن‬dan َّْ‫ﻟَ ِكن‬


Kaanna ( ‫ ) َكأ َ َّن‬juga bisa ditakhfif dan yang kaprah isimnya berupa dlomir
َ ‫ َكأ َ ْن‬.
ِ َ‫شدْيَانُ ُخق‬
sya’an ( ‫ )ضمﻴر شأن‬yang disimpan. Contoh: ‫ان‬
َ َ ‫َكأ َ ْن زَ ْيدًا أ‬
Tetapi ada juga yang ditetapkan walaupun sedikit. Contoh: ٌ ‫سد‬
Kata ka’an ( ‫ )كَأ َ ْن‬adalah dari kata ( ‫)كَأ َ َّن‬, yang nunnya ditakhfif dan ia masih tetap
beramal. Adapun lakinna ( ‫ )لَ ِك َّﻦ‬apabila nunnya ditakhfif maka tidak bisa beramal.

55
َ َْ
‫المنع ْوت َو الن ْعت‬

(Na’at Manut)

Oleh:

Muhlis (2016353531) & Hanif Fadhlurrahman (2016353537)

Pengertian ‫ال َم ْنع ْوت َو النَ ْعت‬

Artinya adalah kata sifat dan kata yang disifatkan, dimana kata sifat adalah kata
yang disebutkan setelah kata benda (isim) untuk menjelaskan suatu sifat dari suatu
benda. Contoh: Contoh dalam bahasa Indonesia;

"Seorang siswa yang rajin telah datang"

Kata Seorang siswa adalah Man'ut atau yang disifati.

Sedangkan kata yang rajin adalah kata sifatnya atau Na'at.

Mari langsung kita liat contohnya dalam bahasa Arab:

‫" ال ُمجْ تَ ِهد ُ التِ ْل ِم ْيدُ َجا َء‬Seorang siswa yang rajin telah datang"

Kata ُ ‫ التِ ْل ِم ْيد‬adalah merupakan Man'ut (yang disifati), sedangkan ُ ‫ ال ُمجْ ت َ ِهد‬adalah
Na'at nya atau yang menyifati.

Hukum ‫ال َم ْنع ْوت َو النَ ْعت‬

Ada 3 hukum yang terdapat pada ‫ال َم ْنع ْوت َو النَ ْعت‬, yaitu:

1. Status i’rabnya

56
Pada hukum ini antara kedua na’at dan man’ut memiliki nashab yang harus
sama, seperti contoh ‫األمي َْر العاد َل‬
ِ ‫' رأيت‬saya melihat seorang pemimpin yang adil itu'

Antara Na'at dan Man'ut sama-sama manshub (dibaca nashob dengan tanda
nashob fathah).

‫' ذهبتُ إلَى ال َمس ِْج ِد ال َك ِبي ِْر‬saya pergi ke masjid yang besar itu'

Keduanya juga sama-sama majrur (dibaca her dengan tanda jer kasroh, karena
ada huruf jer sebelumnya

2. Menurut jenisnya

Yang dimaksud disini adalah ketika suatu kata benda adalah mudzakkar (laki-
laki) maka kata sifatnya juga harus mudzakkar, begitupun sebaliknya, seperti contoh:

‫' حضر الطالب الناجح‬seorang siswa yang rajin itu telah hadir'

Kata ‫ الطالب‬adalah mudzakkar (isim yang menunjukan arti laki laki) begitu
juga dengan Na'at nya keduanya sama-sama mudzakkar

‫' حضرت الطالبة الناجحة‬seorang siswi yang rajin itu telah hadir'

Antara Na'at dan Man'ut di atas juga sama-sama mu'annats (isim yang
menunjukan arti perempuan)

3. Berdasarkan adadnya (jumlahnya)

a. Isim Mufrad (satu)

Pada isim mufrad kata bendanya hanya ada satu, maka kata
sifatnnya juga akan berbentuk mufrad (satu), contoh: ‫ الناجح الطالب جاء‬yang
artinya murid yang rajin. Dua kata tersebut sama-sama mufrad (berarti
satu)

b. Isim Mutsanna (dua)

Pada isim mutsanna ini kata benda yang digunakan adalah kata
yang menunjukan dua benda, seperti contoh: ‫ الناجحان الطالبان جاء‬sama-sama
bentuk dua (mutsanna) yaitu 'dua siswa yang rajin'
c. Isim Jamak (tiga atau lebih)

Pada isim jamak kata benda yang digunakan merupakan kata benda
yang menunjukan 3 benda atau lebih, contoh: ‫ جاء الطالب الناجحون‬sama-sama
berbentuk jamak. Yaitu 'para siswa yang rajin’.
Bentuk Na’at

57
Selain itu na’at ditinjau dari bentuknya juga terbagi menjadi tiga, yaitu na'at mufrad
(berbentuk satu), jumlah (berbentuk kalimat) dan syibh al-jumlah (berbentuk menyerupai
kalimat)

1. Na’at Mufrad

Naat mufrad adalah kata sifat yang hanya berbentuk satu kata saja, contoh:
‫مفترس‬
ٌ ٌ
‫( األسد حيوان‬singa adalah hewan yang buas).

Kata ‫مفترس‬
ٌ adalah Na'at mufrad karena hanya terdiri dari satu kata saja

2. Na’at Jumlah
Na’at jumlah adalah kata sifat yang yang man’utnya (yang disifati) adalah
isim yang menunjukan arti umum, contoh:

ٌ
‫حيوان يفترس‬ ‫األسد‬

'singa adalah hewan yang bersifat buas'

Kata ‫ يفترس‬adalah Na'at yang berupa fi'il mudhore (fi'il yang menunjukan arti
sedang atau akan), yang otomatis dia adalah sebuah kalimat karena fi'il didalamnya
sudah ada kata kerja (predikat) dan juga subjek.

3. Na’at Syibh Al-Jumlah

Pada na’at ini na’at dan man’utnya berbentuk sebuah kalimat, seperti contoh:

‫أبصرتُ طفالً عند بكائه‬

'saya melihat seorang balita ketika ia sedang menangis'

Kata ‫ عند بكائه‬adalah merupakan Syibhul-jumlah atau yang menyerupai kalimat,


karena ia sebenarnya adalah rangkaian kata penjelas yang tidak memiliki susunan
predikat dan subjek yang tidak utuh

58
59
60

Anda mungkin juga menyukai