2
Pengertian Kalam dalam Ilmu Nahwu
Secara bahasa (etimologi) kalam berarti ucapan/perkataan walaupun tidak
memberikan faedah kepada pendengarnya, kumpulan dari lafadz-lafadz yang diucapkan
oleh manusia. Pengertian kalam secara istilah (terminologi) cukup banyak yang
dikemukakan oleh para ulama'. Dari banyaknya definisi tersebut di sini penulis hanya
memaparkan dua pandangan, yaitu menurut ulama ahli fikih dan ulama ahli nahwu.
Para ulama ahli fikih mendefinisikan kalam sebagai sesuatu yang dapat
membatalkan sholat. Seperti yang telah banyak kita temui di dalam kitab-kitab fikih, di
antara perkara yang dapat membatalkan sholat yaitu mengucapkan dua huruf berturut-
turut meskipun tidak memahamkan, Contohnya seperti lafadz ِم ْن،قُ ْم. Sedangkan
pengertian kalam menurut para ulama ahli nahwu adalah lafadz yang tersusun, yang
bisa memberikan kepahaman bagi yang mendengarkan, dan dengan bahasa Arab.
الكالم هو اللفظ المر ّكب المفيد بالوضع
"Kalam (dalam ilmu nahwu) adalah lafadz yang tersusun, dapat memberikan
kepadaham, dan dilafadzkan dengan bahasa Arab".
2
Berbeda lagi dengan ucapan yang tersusun tetapi tidak memberikan faedah.
Seperti ucapan ( ِإ ْن قَا َم زَ ْي ٌدjika Zaid berdiri...). Ungkapan tersebut belum bisa disebut
sebagai kalam dalam ilmu nahwu, walaupun telah tersusun ( )المر ّكبatas susunan fi'il dan
fa'il. Karena ucapan ِإ ْن قَا َم زَ ْي ٌدadalah kalimat syarat yang diawali huruf syarat ( إنjika) dan
tidak mengandung jawab, membuat orang yang mendengar akan bertanya lagi.
4. Bahasa Arab ()بالوضع
Kalam dalam ilmu nahwu haruslah diucapkan dengan bahasa Arab, maka
perkataan yang tidak menggunakan bahasa Arab menurut ulama ahli nahwu tidak bisa
dikatakan sebagai Kalam. Menurut sebagian pendapat, kata بالوضعditafsirkan dengan
"sadar". Artinya, pembicara ( )متكلّمharus sengaja dan sadar dalam perkataannya dengan
maksud yang jelas. Maka dari itu, perkataan orang yang mabuk, orang gila, orang tidur
tidak masuk dalam kategori kalam.
Berangkat dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa sesuatu bisa
dikategorikan sebagai kalam dalam ilmu nahwu haruslah memenuhi 4 syarat, yaitu
lafadz ()اللفظ, tersusun ()المر ّكب, memberikan faedah ()المفيد, dan diucapkan dengan
sadar/bahasa Arab ()الوضع. Jika tidak memenuhi empat syarat kalam tersebut atau
kurang salah satunya saja, maka tidak bisa disebut sebagai kalam.
Selain itu, dalam ilmu nahwu juga ada istilah kalim, dan kalimah. Antara kalam,
kalim, dan kalimah mempunyai pengertian tersendiri, ketiga istilah tersebut tidaklah
sama.
2
Simak penjelasannya melalui link berikut
2
( بِس ِْم هّٰللا ِ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْمDengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang).
Pada contoh isim di atas, lafadz بسمdibaca jer sebab dimasuki huruf jer ba' ()ب,
lafadz هّللاdibaca jer sebab menjadi mudlaf ilaih, dan lafadz الرّحمن الرّحيمdibaca jer sebab
menjadi sifat dari lafadz هّللا.
2. Kemasukan tanwin
Kalimah isim dapat diketahui dengan tanda tanwin atau patut kemasukan tanwin.
Secara bahasa tanwin adalah bunyi atau suara. Sedangkan secara istilah tanwin adalah
nun sukun yang seakan-akan berada pada akhir isim secara pengucapannya, tetapi pisah
atau hilang ketika dituliskan dan diwaqofkan.
Dalam ilmu nahwu, tanwin yang menjadi tanda kalimah isim dibagi menjadi 4 macam,
yaitu tanwin tamkin, tanwin tankir, tanwin muqobalah, dan tanwin iwadl.
Contoh isim dengan tanwin :
ل ٌ ( َر ُجorang laki-laki), ٌ( َأبbapak).
3. Kemasukan huruf nida'
Termasuk tanda kalimah isim yaitu kemasukan huruf nida' atau menjadi munada.
Karena kalimah-kalimah yang bisa dimasuki huruf nida' hanyalah kalimah isim. Tanda ini
menjadi tanda yang khas bagi kalimah isim itu sendiri.
Contoh isim kemasukan huruf nida' :
ح َّم ُد
َ ( يَا ُمwahai Muhammad).
4. Kemasukan al ta'rif
Al ta'rif adalah al ( )الyang berfungsi untuk mema'rifatkan suatu kalimah. Dengan begitu,
jika kalimah isim ditandai dengan al ta'rif ini, maka statusnya berubah dari yang semula
nakirah menjadi ma'rifat.
Contoh isim kemasukan al ta'rif :
ل ٌ ( َر ُجbersifat umum) ketika dimasuki الmenjadi ( ال َّر ُج ُلbersifat tertentu).
5. Menjadi musnad ilaih
Artinya yang disandarkan kepadanya, yaitu musnad (sandaran atau yang menjadi
sandaran), kemudian kaitan keduanya disebut sebagai isnad. Sederhananya, yang
disebut sebagai subyek dan predikat dalam bahasa Indonesia.
Contoh isim menjadi musnad ilaih :
ر َ خَالِ ٌد ن/ ص َر خَالِ ٌد
َ َص َ َ( نKhalid menolong / Khalid orang yang menolong).
Pada contoh tersebut kedudukan خالدsebagai musnad ilaih, dan نصرsebagai
musnadnya.
2
Contoh fi'il : ( يَْأ ُك ُلsedang/akan makan).
Pada contoh kalimah fi'il tersebut, keterangan waktu sudah dijelaskan pada fi'il yang
bersangkutan. Berbeda dengan kata kerja dalam bahasa Indonesia, yang membutuhkan
kata lain untuk menjelaskan waktu suatu pekerjaan yang dilakukan. Seperti kata
"sedang makan", untuk menunjukkan waktu "makan" membutuhkan kata lain yaitu
"sedang".
2
diucapkan sebab tidak bertasydid. Nun taukid ini mempunyai fungsi sebagai pentaukid
atau penguat kalimah yang dimasukinya.
Contoh fi'il bertemu nun taukid :
َ َّ( لَنُ ْخ ِر َجنpasti kami akan mengusirmu wahai syu'aib), اصيَ ِة
ُك يَا ُش َعيْب ِ َّ( لَنَ ْسفَ َع ْن بِالنsungguh
kami akan tarik ubun-ubunnya).
2
Pembagian Kalimah Isim dalam Bahasa Arab
dan Penjelasannya
Isim merupakan kata benda yang tidak terikat dengan waktu. Contohnya seperti
kata ( بَقَ ٌرsapi), ketika diucapkan tidak muncul pertanyaan "sedang sapi / sudah sapi /
akan sapi" kan ?. Itulah mengapa kalimah isim atau kata benda ini dikatakan tidak
terikat oleh waktu. Pada artikel ini, kami akan menguraikan mengenai pembagian
kalimah isim berdasarkan jenis, bilangan, kejelasannya maupun berdasarkan perubahan
harakat akhirnya.
2
1. Isim Mufrad
Isim mufrad dalah isim yang menunjukkan makna tunggal baik pada mudzakar maupun
ٌ ( ُأ ْستPak guru), ٌ( ُأ ْستَا َذةBu guru), ( ُم ْسلِ ٌمMuslim), ٌ( ُم ْسلِ َمةMuslimah).
muannas. Contohnya : َاذ
2. Isim Tasniyah/Mutsanna
Isim tasniyah atau isim mutsanna adalah isim yang menunjukkan makna ganda atau dua,
baik pada mudzakkar maupun muannas. Contohnya : اُسْتا َ َذ ْي ِن, انِ ( ُأ ْستَا َذdua orang guru
(lk)), ُأ ْستَا َذتَيْن, ( ِ ُأ ْستَا َذتا َ ِنdua orang guru (pr)).
3. Isim Jamak
Isim jamak adalah isim yang menunjukkan makna lebih dari dua, baik pada mudzakkar
maupun muannas. Secara globalnya, isim jamak ada 3, yaitu jamak mudzakkar salim,
jamak muannas salim dan jamak taksir. Namun, jika dilihat pada teratur atau tidaknya
perubahan bentuknya dari mufrad menuju jamak, isim ini dikelompokkan ke dalam dua
macam.
2
1. Isim nakirah,
2. Isim ma'rifat.
1. Isim Nakirah
Isim nakirah adalah isim yang belum secara jelas dalam penunjukannya, ia masih umum.
Dengan kata lain bahwa isim tersebut belum pasti/tertentu atau dapat menimbulkan
pertanyaan. Seperti lafadz ( َر ُج ٌلorang laki-laki), ( َولَ ٌدanak (lk)), ( اُسْتا َ ٌذpak
guru), ٌ( ِكتاَبBuku).
Untuk dapat mengidentifikasi isim nakirah, dapat dilihat dari cirinya, yaitu terdapatnya
tanwin dan tidak adanya tambahan alif+lam sebagaimana contoh di atas, hal ini
berdasarkan indikasi yang dilihat secara lafdziyah.
Meski demikian, ada juga isim-isim nakirah yang tidak bertanwin dan tanpa tambahan
alif+lam, yaitu isim tasniyah dan isim jamak mudzakar salim. Contohnya
adalah ( َر ُجالَ ِنdua pemuda), َ( َر ُجلُوْ نpemuda-pemuda).
2. Isim Ma'rifat
Isim ma'rifat adalah isim yang menunjukkan makna khusus atau sudah jelas
penunjukannya. Dengan kata lain isim tersebut telah diketahui secara pasti/tertentu
atau tidak lagi menimbulkan pertanyaan. Misalnya lafadz ( ال َّر ُج ُلOrang (lk) itu), ( اَ ْل َولَ ُدAnak
(lk) itu ), ( ُم َح َّم ٌدNama orang).
Ciri dan Macam-macam Isim Ma'rifat
Pada penjelasan sebelumnya, disebutkan bahwa termasuk tanda isim nakirah yaitu sepi
dari tambahan alif+lam. Jika suatu isim memiliki tambahan alif+lam, maka dapat
dipastikan isim tersebut adalah isim ma'rifat. Misalnya lafadz ( ال َّر ُج ُلOrang (lk) itu) dan
( اَ ْل َولَ ُدAnak (lk) itu).
Adapun macam-macam isim ma'rifat yaitu :
1. Isim dhamir (kata ganti),
2. Isim maushul (kata sambung),
3. Isim isyarah (kata tunjuk),
4. Isim munada (panggilan),
5. Isim alam (kata nama),
6. Isim yang mudhaf kepada isim ma'rifat.
1. Isim Dhomir (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili
penyebutan seseorang maupun sekelompok benda.
Contoh kata ganti (dhamir) :
ح ُم اَْألوْ الَ َد َأحْ َم ُد
َ ْ = يَرAhmad menyayangi anak-anak.
َ ْ = هُ َو يَرDia menyayangi mereka.
ح ُمهُ ْم
Pada contoh di atas, kata َأحْ َم ُدdiganti dengan ( ه َُوdia), sedangkan ( اَألوْ الَدanak-anak)
diganti dengan ( هُ ْمmereka).
Berdasarkan fungsinya, isim dhomir ini digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Dhamir Rafa' / Muttashil ( yang berfungsi sebagai Subjek).
2. Dhamir Nashab / Munfashil (yang berfungsi sebagai Objek).
Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata sehingga biasa disebut dhomir
muttashil, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat berdiri sendiri atau harus terikat
dengan kata lain dalam kalimat sehingga disebut dhomir munfashil.
Contoh isim dhamir dalam kalimat :
ح ُمهُ ْمَ ْ( هُ َو يَرDia menyayangi mereka).
2
Pada contoh di atas, kata ( هُ َوdia) adalah dhamir rafa', sedangkan kata ( هُ ْمmereka)
merupakan dhamir nashab.
2. Isim Maushul (Kata Sambung)
Isim maushul adalah kata sambung yang berfungsi sebagai perantara, ia dapat
memberikan faedah sempurna jika bersambung dengan kata setelahnya yang disebut
shilah maushul. Dalam bahasa Indonesia, isim maushul biasa diartikan dengan
“yang”. Contohnya lafadz ( الَّ ِذيuntuk mudzakar), ( الَّتِيuntuk muannas).
3. Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
Isim isyarah dalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu, baik berakal
maupun tidak. Dalam bahasa Indonesia biasa diartikan dengan “ini” atau “itu”. Seperti
kata ( هَ ًذاuntuk mudzakar), ( هَ ِذ ِهuntuk muannas) َ( َذالِكuntuk mudzakar), َ( تِ ْلكuntuk
muannas).
4. Isim munada
Isim munada adalah isim yang kemasukan huruf nida', yang berfungsi untuk memanggil
atau mengundang. Contoh isim munada adalah kata ( يا َ َر ُج ُلwahai pemuda), َ يا
( اُسْتا َ ُذwahai guru).
5. Isim ‘Alam (Nama orang atau benda)
Isim 'alam adalah isim yang menunjukan arti nama, baik itu nama manusia maupun
selainnya. Contoh isim alam seperti halnya lafadz ( ُم َح َّم ٌدMuhammad), َ( َم َّكةKota
Makkah), ( النِّ ْي ُلSungai Nil), dan lain-lain.
6. Isim nakiroh yang bersandar kepada isim ma’rifat
Selain yang telah disebutkan di atas, termasuk isim ma'rifat yaitu isim nakirah yang
berstatus mudhaf, artinya ia bersandar kepada isim ma'rifat, sehingga statusnya juga
ikut ma'rifat, mengikuti mudhaf ilaihnya. Contohnya seperti ( قَلَ ُم ُم َح َّم ٍدPena
Muhammad). Pada contoh tersebut, lafadz قَلَ ٌمadalah isim yang nakiroh, namun ia
menjadi ma’rifat sebab mudhaf dengan isim ma’rifat yaitu ُم َح َّم ٍد.
2
2. Isim tasniyah
3. Isim jamak mudzakar salim
4. Isim jamak muannas salim
5. Isim manqush
6. Isim maqshur
7. asma'ul khamsah / as-sittah
8. isim jamak taksir
9. isim gahiru munsharif.
2. Isim Mabni
Isim mabni adalah isim yang tidak mengalami perubahan keadaan akhirnya, meskipun
amil yang masuk padanya berbeda-beda.
Contoh isim mabni :
ٌ( هَ َذا ِكتَابIni kitab).
ب َ ب زَ ْي ٌد هَ َذا ال َك ْل
َ ض َر َ (Zaid memukul anjing ini).
كِ ارَ َس ال ُمب ِ ِ( َجا َء خَ الِ ٌد فِى هَ َذا ال َمجْ لKhalid datang di majlis yang berkah ini).
Pada ketiga contoh tersebut, harakat akhir lafadz هَ َذاtidak mengalami perubahan
meskipun amil yang masuk padanya berbeda-beda.
Adapun macam-macam isim mabni antara lain yaitu :
1. Isim Dhomir
2. Isim Isyaroh
3. Isim Maushul
4. Isim Syarat
5. Isim Istifham
6. Isim fi'il
2
Termasuk tanda-tanda kalimah isim yaitu mudhaf. Artinya dapat bersambung dengan
kalimah isim lainnya untuk mendapatkan makna yang utuh.
Contohnya : ِ( نَصْ ُرهللpertolongan Allah). Pada contoh ini, kata ِ نَصْ ُرهللmerupakan gabungan
dari kata نصرdan lafadz jalalah. Kedudukan نصرsebagai mudhaf, sedangkan lafadz
jalalah adalah mudhaf ilaihnya, dan kedua kata ini memiliki satu makna.
Bagaimana cara membedakan isim mudzakkar dan isim
muannats ?
Untuk dapat membedakan antara isim mudzakkar dan isim muannats, ada beberapa
cara yang dapat kita ketahui, yaitu :
1. Dengan membedakan jenis kelaminnya
Contoh Mudzakkar : اَل َّر ُج ُلSeorang laki-laki, ك ُ ال ِّد ْيAyam jantan.
Contoh Muannats : ُ ْال َمرْ َأةSeorang perempuan, ال َّد َجا َجةAyam betina.
2. Dengan pengelompokan secara bahasa
Isim (kata benda) muannas memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :
1. Di akhiri denga ta marbuthoh ()ة.
Contoh : ُ َخ ِد ْي َجةKhodijah, َم ْد َر َسةSekolah, ال َّش َج َرةPohon.
2. Berupa anggota badan yang memiliki pasangan
3. Jamak Taksir : sebagian besar jamak taksir dikategorikan sebagai muannast.
Namun bab ini akan kami bahas pada bab tersendiri. Contoh : ت ٌ ْ( بُيُوRumah-
rumah), bentuk mufrad dari lafadz بَيْت. Dan lafadz ( ُر ُس ٌلRosul-rosul), bentuk
mufrad dari رسُوْ ٌل. َ
Selain ciri-ciri yang telah kami sebutkan di atas, maka termasuk isim yang mudzakkar.
2
Fi’il dan Pembagiannya
Fi’il dalam bahasa Arab adalah kata kerja dalam pengertian bahasa Indonesia yang dapat
menyatakan atas masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Fi’il dalam bahasa Arab
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu fi’il madhi, fi’il mudhari’ dan fi’il amar. Namun, dari
ketiga pembagian fi’il tersebut di sini kami hanya akan membicarakan fi’il madhi terlebih
dahulu. Selebihnya akan dibuatkan artikel tersendiri yang lebih spesifik lagi. Insya Allah
2
( َش َك َرتَاMereka berdua (pr) bersyukur).
2. Mabni dhammah: ketika fi’il madhi disambung dengan wawu jamak. Contohnya:
ش َكرُوا َ (Mereka (lk >2) bersyukur).
( قَالُواMereka (lk >2) berkata).
( َكتَبُواMereka (lk >2) menulis).
3. Mabni sukun: ketika fi’il madhi bertemu dhamir rafa’ mutaharrik (berharakat).
Contohnya:
َ( َجلَ ْسنMereka (pr >2) duduk).
َ( َجلَسْتKamu (lk) duduk).
ْ َ( َجلKalian berdua (lk) duduk).
ست ُ َما
2
Setiap fi’il dalam bahasa Arab memiliki rumus yang berbeda-beda ketika mengalami
perubahan dari bentuk ma’lum (kata kerja aktif) kepada bentuk majhul atau kata kerja
pasif dalam pengertian bahasa Indonesia. Misalkan fi’il “ ب َ ”ض َر
َ (memukul), ketika dibuat
majhul menjadi “ب ِ ( ”ضdipukul), “ ُ( ”يَ ْكتُبsedang menulis) menjadi “ ُ( ”يُ ْكتَبsedang
َ ُر
ditulis), dan lain sebagainya.
Akan tetapi fi’il majhul (kata kerja pasif) dalam bahasa Arab dengan bahasa Indonesia
sedikit memiliki perbedaan. Dalam bahasa kita kata yang berlaku sebagai subyek (fa’il)
boleh disebutkan dan disembunyikan, sedangkan dalam tata bahasa Arab tidak boleh
disebutkan. Perhatikan contoh penggunaan fi’il majhul berikut:
ص َر بَ ْك ٌر
ِ َُص َر زَ ْي ٌد بَ ْكرًا – ن
َ ن
(Zaid menolong Bakr – Bakr ditolong)
Pada contoh kalimat di atas orang yang menolong (fa’il), yakni “ ( ”زَ ْي ٌدZaid)
disembunyikan ketika dalam bentuk majhul. Namun dalam bahasa sehari-hari kita boleh
menyebutkan fa’ilnya (subyek), seperti “Bakr ditolong oleh Zaid”. Lalu bagaimana rumus
perubahan fi’il madhi ma’lum kepada fi’il madhi majhul?
Rumus fi’il madhi majhul (kata kerja pasif) adalah:
1. Huruf pertama wajib dibaca dhammah.
2. Huruf yang terjatuh sebelum akhir dibaca kasrah.
Supaya lebih memahami lagi rumus fi’il madhi majhul tersebut, sekarang perhatikan
perubahan bentuk ma’lum ke majhul dalam tabel berikut:
Contoh Fi’il Madhi Majhul
Ma’lum Majhul
َصان
َ َص ْين
ِ
2
Contoh Fi’il Madhi Majhul
(Menjaga) (Dijaga)
Bagi pemula mungkin akan bertanya-tanya, bukankah huruf awal fi’il madhi majhul itu
dibaca dhammah? Lalu kenapa lafadz “ َص ْين ِ ” dibaca kasrah? Lafadz-lafadz seperti ini
telah melalui proses i’lal supaya lebih ringan dan mudah mengucapkannya. Asalnya
adalah “ َ”ص ُِون, harakat wawu dipindah kepada huruf sebelumnya menjadi “ َصوْ ن ِ ”,
kemudian huruf wawu digantikan oleh huruf ya’ agar mudah mengucapkannya, menjadi
“ َص ْينِ ”.
ِ َصوْ نَ فَقُلِب
ت ال َوا ُو يَا ًء ِ ت ْ ار
َ ص َ َب َح َر َكتِهَا ف ِ او ِإلَى َما قَ ْبلَهَا بَ ْع َد َس ْل
ِ الو ْ َص ْينَ َأصْ لُهُ ص ُِونَ َعلَى َو ْز ِن فُ ِع َل نُقِل
َ ُت َح َر َكة ِ
َص ْينِ ت ْ صا َر ِ لِ ُس ُكوْ نِهَا َوا ْن ِك َس
َ َار َما قَ ْبلَهَا ف
Artinya: “Fi’il madhi “ َ”ص ْين ِ asalnya “ َ ”ص ُِونmengikuti wazan “”فُ ِع َل, harakat wawu
dipindahkan ke huruf sebelumnya setelah peniadaan harakat, menjadi “ َصوْ ن ِ ”. Lalu
wawu diganti huruf ya’ karena berharakat sukun dan huruf sebelumnya dibaca kasrah,
menjadi “ َص ْين ِ ”.
Rumus majhul di atas tadi berlaku untuk setiap fi’il madhi, baik mujarrad maupun mazid.
Akan tetapi untuk wazan tsulasi mazid, ruba’i mujarrad, dan sebagainya memiliki sedikit
kaidah tambahan dalam perubahannya, yaitu:
1. Bila fi’il madhi di awali ta’ muthawa’ah maka huruf pertama dan kedua dibaca
dhammah.
2. Bila fi’il madhi di awali hamzah washal maka huruf pertama dan ketiga di-
dhammah-kan.
Contoh fi’il madhi majhul sebagaimana kaidah di atas bisa dilihat dalam tabel berikut:
Contoh Fi’il Madhi Majhul
Ma’lum Majhul
2
Contoh Fi’il Madhi Majhul
2
ُ ” َكتَب
mudzakkar ghaib (kata ganti orang ketiga jenis laki-laki), akan berbeda dengan “ ْت
(aku menulis), untuk dhamir mutakallim (kata ganti orang pertama).
Jika pada tashrif istilahi kita belajar merubah kata ke bentuk lainnya. Maka pada tashrif
lughawi kita akan mempelajari perubahan bentuk kata berdasarkan jenis dan
jumlahnya. Berikut ini adalah tashrif fi’il madhi beserta dhamirnya yang berjumlah 14
dhamir (kata ganti):
Tashrif Fi’il Madhi
فَ َع ْلتُ َما َأ ْنتُ َما Kalian berdua (lk) berbuat
ِ فَ َع ْل
ت ِ َأ ْن
ت Kamu (pr) berbuat
فَ َع ْلتُ َما َأ ْنتُ َما Kalian berdua (pr) berbuat
2
Tashrif Fi’il Madhi Tsulatsi Mujarrad
فَ َع ْلتُ َما فَ ِع ْلتُ َما فَع ُْلتُ َما َأ ْنتُ َما
فَ َع ْلتُ ْم فَ ِع ْلتُ ْم فَع ُْلتُ ْم َأ ْنتُ ْم
ِ فَ َع ْل
ت ِ فَ ِع ْل
ت ِ فَع ُْل
ت ِ َأ ْن
ت
فَ َع ْلتُ َما فَ ِع ْلتُ َما فَع ُْلتُ َما َأ ْنتُ َما
فَ َع ْلتُ َّن فَ ِع ْلتُ َّن فَع ُْلتُ َّن َأ ْنتُ َّن
ُ فَ َع ْل
ت ُ فَ ِع ْل
ت ُ فَع ُْل
ت َأنَا
فَع َّْلتُ َما فَاع َْلتُ َما َأ ْف َع ْلتُ َما َأ ْنتُ َما
فَعَّلتُ ْم فَاع َْلتُ ْم َأ ْف َع ْلتُ ْم َأ ْنتُ ْم
ِ فَع َّْل
ت ِ فَاع َْل
ت ِ َأ ْف َع ْل
ت ِ َأ ْن
ت
فَعَّلتُ َما فَاع َْلتُ َما َأ ْف َع ْلتُ َما َأ ْنتُ َما
فَع َّْلتُ َّن فَاع َْلتُ َّن َأ ْف َع ْلتُ َّن َأ ْنتُ َّن
ُ فَع َّْل
ت ُ فَاع َْل
ت ُ َأ ْف َع ْل
ت َأنَا
2
Contoh Fi’il Madhi
ِ َكتَ ْب
ت ِ َأ ْن
ت Kamu (pr) menulis
َكتَ ْبتُ َما َأ ْنتُ َما Kalian berdua (lk/pr) menulis
2
اجبَاتِ ُك ْم اليَوْ ِميَّ ِة َك َما يَ ْنبَ ِغ ْي؟ ِ ( هَلْ قُ ْمتُ ْم بِ َوApakah kalian sudah menunaikan kewajiban harian
kalian sebagaimana mestinya?).
ن فِى اليَوْ ِم؟ ِ ص ْف َحتَ ْي ِن ِمنَ القُرْ آ َ َ( َما َذا َعلَ ْيكَ لَوْ قَ َرْأتApa susahnya kalau kamu mengaji dua
lembar dalam sehari?).
Contoh fi’il madhi dalam Al Qur’an:
َب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين ِ ص َراطَ الَّ ِذينَ َأ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو ِ (Yaitu, jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.). QS. Al-Fatihah ayat 7
ك َ ِ( َوالَّ ِذينَ يُْؤ ِمنُونَ بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْيكَ َو َما ُأ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبلDan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu). QS. Al-Baqarah ayat 4
َ( ِإ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا َس َوا ٌء َعلَ ْي ِه ْم َأَأ ْن َذرْ تَهُ ْم َأ ْم لَ ْم تُ ْن ِذرْ هُ ْم اَل يُْؤ ِمنُونSesungguhnya orang-orang kafir,
sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak, mereka tidak juga akan
beriman). QS. Al-Baqarah ayat 4
َ( قَ ْد َأ ْفلَ َح ْال ُمْؤ ِمنُونSesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman). QS. Al-
Mu’minun Ayat 1
َ(( بَ َرا َءةٌ ِمنَ هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه ِإلَى الَّ ِذينَ عَاهَ ْدتُ ْم ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكينInilah pernyataan) pemutusan
hubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang
musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan
mereka)). QS. At-Taubah ayat 1
Itulah penjelasan mengenai fi’il madhi atau kata kerja masa lampau dalam bahasa Arab
beserta contoh-contoh penggunaan fi’il madhi dalam kalimat. Mohon koreksi apabila
ditemukan kesalahan dalam artikel kami. Semoga mengedukasi dan menginspirasi.
2
Fi'il Mudhori
Fi’il mudhari adalah kata kerja yang menunjukkan terjadinya sesuatu pada waktu atau
setelah berbicara. Contoh seperti “ ُ( ”يَ ْكتُبsedang menulis), “ ُ( ”يَجْ لِسsedang duduk), yang
ditandai dengan adanya huruf mudhara’ah di awal kalimahnya. Meski bermakna chal
dan mustaqbal, terkadang fi’il mudhari dalam bahasa Arab juga digunakan untuk zaman
madhi (masa lampau).
2
2. اس َما َواَّل هُ ْم ع َْن قِ ْبلَتِ ِه ُم الَّتِي َكانُوا َعلَ ْيهَا
ِ َّ( َسيَقُو ُل ال ُّسفَهَا ُء ِمنَ النOrang-orang yang kurang akalnya
di antara manusia akan berkata: Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam)
dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?).
QS. Al-Baqarah ayat 142
3. َ( َكاَّل َسوْ فَ تَ ْعلَ ُموْ نJanganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu)). QS. At-Takatsur ayat 3
Pada kalimat di atas, kata " "يَلِ ْدadalah contoh fi'il mudhari majzum yang ditandai dengan
masuknya lam nafi dan di awali huruf mudhara'ah,. Sedangkan lafadz " "يُوْ لَ ْدmerupakan
bentuk fi'il mudhari majhul (kata kerja pasif). Selainnya adalah contoh penggunaan fi'il
mudhari ma'lum (kata kerja aktif) yang marfu' (dibaca rafa').
2
Tanda i’rab fi’il mudhari mu’tal alif:
1. Rafa’: dhammah muqaddarah, contohnya “”يَ ْخ َشى.
2. Nashab: fathah muqaddarah, contohnya “”لَ ْن يَ ْخ َشى.
3. Jazm: terbuangnya huruf illat (alif), contohnya “ ش َ ”لَ ْم يَ ْخ.
Tanda i’rab fi’il mudhari mu’tal wawi:
1. Rafa’: dhammah muqaddarah, contohnya “”يَ ْدعُو.
2. Nashab: fathah dhahirah, contohnya “ ”لَ ْن يَ ْدع َُو.
3. Jazm: terbuangnya huruf illat (wawu), contohnya “ ع ُ ”لَ ْم يَ ْد.
Tanda i’rab fi’il mudhari mu’tal ya’:
1. Rafa’: dhammah muqaddarah, contohnya “”يَرْ ِم ْي.
2. Nashab: fathah dhahirah, contohnya “”لَ ْن يَرْ ِم َي.
3. Jazm: terbuangnya huruf illat (ya’), contohnya “ ”لَ ْم يَرْ ِم.
Adapun yang dimaksud dengan af’alul khamsah atau fi’il-fi’il yang lima adalah setiap fi’il
mudhari yang isnad (bersandar) kepada dhamir alif tasniyah, wawu jamak, atau ya’
muannats mukhathabah.
Tanda i’rab af’alul khamsah (fi’il mudhari yang lima):
1. Rafa’: tetapnya huruf nun (tsubutun nun), contohnya “ان ِ َ”يَضْ ِرب.
2. Nashab: terbuangnya nun (hadfun nun), contohnya “”لَ ْن يَضْ ِربُوا.
3. Jazm: terbuangnya huruf nun (hadfun nun), contohnya “”لَ ْم تَضْ ِربِ ْي.
Supaya lebih memudahkan lagi dalam menghafal semua i’rab fi’il mudhari tersebut,
perhatikan tabel berikut ini:
I’rab Fi’il Mudhari
1 ِ ص ِح ْي ُح
اآلخ ِر َ ٌض َّمة
َ ٌفَ ْت َحة ُس ُكوْ ٌن
2
Ada tiga tempat di mana fi’il mudhari bertemu nun taukid ghairu mubasyirah dan
dihukumi mu’rab, yaitu ketika disandarkan pada:
1. Alif tasniyah
2. Wawu jamak
3. Ya’ mukhathabah
Contohnya seperti ayat Al-Qur’an berikut:
ََواَل تَتَّبِ َعانِّ َسبِي َل الَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمون
Artinya: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak
mengetahui”. (QS. Yunus ayat 89)
Huruf nun pada fi’il mudhari “ ِّ ”تَتَّبِ َعانdalam ayat di atas merupakan nun taukid ghairu
mubasyirah. Artinya ia tidak sambung secara langsung dengan fi’ilnya lantaran terpisah
oleh alif tasniyah. Contoh lain adalah ayat Al-Qur’an surah At-Takatsur, yang berbunyi:
ثُ َّم لَتُ ْسَألُ َّن يَوْ َمِئ ٍذ َع ِن النَّ ِع ِيم
Artinya: “Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang
kamu megah-megahkan di dunia itu)”. (QS. At-Takatsur ayat 8)
Secara lafadz antara fi’il mudhari dan huruf nun dalam ayat tersebut terlihat sambung
tanpa pemisah. Tetapi ia tetap dihukumi mu’rab, bukan mabni. Karena asal mula fi’il “
”تُ ْسَألُ َّنadalah “ ”تُ ْسَألُوْ ن ََّنyang disandarkan kepada wawu jamak dan telah melalui proses
i’lal (perubahan huruf).
صا َر تُ ْسَألُ َّن َ َالوا ُو لِ ْلتِقَا ِء السَّا ِكنَي ِْن فَ ت ِ َار تُ ْسَألُوْ َّن فَ ُح ِذف
َ ص َ َال ف ِ َت النُّوْ نُ لِت ََوالِى اَأل ْمث
ِ َتُ ْسَألُ َّن َأصْ لُهُ تُ ْسَألُوْ ن ََّن فَ ُح ِذف
Artinya: “Fi’il ( )تُ ْسَألُ َّنasalnya adalah ()تُ ْسَألُوْ ن ََّن, huruf nun dibuang sebab beruntun, menjadi
()تُ ْسَألُوْ َّن. Kemudian huruf wawu dibuang karena bertemunya dua sukun, menjadi ( ”)تُ ْسَألُ َّن.
Begitu juga dengan fi’il mudhari yang bertemu dengan ya’ mukhathabah, seperti kalimat
“( ”لَتَ ْس َم ِع َّن يَا ِه ْن ُدsungguh kamu benar-benar mendengarkan wahai Hindun). Kata “ ”تَ ْس َم ِع َّن
dalam kalimat barusan asalnya adalah “”تَ ْس َم ِع ْين ََّن, untuk proses i’lal-nya sama saja dengan
yang di atas.
Meski demikian, menurut Abu al-Khattab Abdul Hamid bin Abdul Majid atau yang lebih
dikenal dengan Imam Akhfasy berpendapat bahwa fi’il mudhari yang bertemu dengan
nun taukid dihukumi mabni secara mutlak. Maksudnya, baik itu mubasyir maupun
ghairu mubasyir fi’il mudhari tetaplah berstatus mabni.
Kedua, fi’il mudhari adalah mabni sukun hukumnya, bilamana dipertemukan
dengan nun jamak inats, yaitu huruf yang menunjuk pada jamak jenis perempuan.
Contoh fi’il mudhari yang mabni sukun:
1. َ( ه َُّن يَ ُر ْعنَ َم ْن فُتِنMereka (pr) merasa takut pada (melihat) orang yang digoda).
2. ت ِ ْر ْفنَ هَ ِذ ِه ال َم ْعلُوْ َماِ ( َعلَ ْي ِه َّن َأ ْن يَعMereka (pr) harus tahu informasi ini).
3. الع ْل ِميَّ ِة
ِ اع ِد ال ِكتَابَ ِة ِ ( الطَّلَبَةُ لَ ْم يَ ْكتُ ْبنَ بُحُوْ ثَه َُّن َو ْقفًا لِقَ َوPara mahasiswi belum menuliskan paper
mereka sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah).
Perhatikanlah bahwa fi’il mudhari yang bertemu nun jamak inats pada kalimat di atas
adalah mabni sukun, baik dalam keadaan rafa’, nashab, maupun jazm.
2
Tashrif Fi’il Mudhari Tsulatsi Mujarrad
2
Tashrif Fi’il Mudhari Tsulatsi Mujarrad
تُفَ ْعلِلُوْ نَ تُ َدحْ ِرجُوْ نَ َأ ْنتُ ْم
تُفَ ْعلِ ْلنَ تُ َدحْ ِرجْ نَ َأ ْنتُ َّن
تَتَفَ ْعلَلُوْ نَ تَتَ َدحْ َرجُوْ نَ َأ ْنتُ ْم
2
Tashrif Fi’il Mudhari Ruba’i Mujarrad
5 َ َذه
َب ُيَ ْذهَب Pergi
7 صلَّى
َ صلِّي
َ ُي Sholat
2
Contoh Fi’il Mudhari dan Madhinya
Kesimpulan
Dalam bahasa Arab fi’il mudhari adalah kata kerja (verba) yang memuat zaman hal
(masa kini/sekarang) dan zaman mutaqbal (masa akan datang). Fi’il mudhari memiliki 3
ciri-ciri khusus, yaitu:
1. Di awali huruf mudhara’ah yang empat ()أنيت.
2. Kemasukan amil nawashib dan jawazim.
3. Kemasukan huruf sin ( )سatau saufa ()سوف.
Tidak semua fi’il mudhari adalah mu’rab, ada sebagian dari fi’il nya yang berstatus
mabni, yaitu ketika dalam keadaan:
1. Bertemu nun taukid mubasyirah.
2. Bertemu nun jamak inats.
Selain dua keadaan di atas, fi’il mudhari dalam tata bahasa Arab dihukumi mu’rab, yang
ditandai dengan tiga tanda i’rab asli, adalah dhammah, fathah,dan sukun. Selebihnya
memakai tanda i’rab niyabah (pengganti), yaitu terbuangnya huruf illat (wawu, alif, ya’),
tetapnya nun, dan terbuangnya huruf nun.
Tahsrif lughawi fi’il mudhari sebenarnya memiliki perubahan yang sama dengan fi’il
madhi. Di mana perubahan tersebut didasari oleh berbeda-beda isim dhamir yang
menempel di akhir kalimah. Hanya saja, fi’il mudhari mempunyai rumus tashrif yang
sedikit rumit dibandingkan fi’il madhi. Karena perubahan yang terjadi pada fi’il mudhari
tidak hanya terjadi di akhir, melainkan juga pada awal huruf kalimahnya.
2
Fi'il Amr
Fi’il amr adalah kata kerja yang digunakan untuk memberikan perintah atau instruksi
kepada mukhatthab (lawan bicara). Contoh fi’il amr seperti kata “ ْ( ”ِإجْ لِسduduklah), “
( ”ِإرْ ِج ْعpulanglah), “ ْ( ”ُأ ْد ُخلmasuklah), dan sebagainya. Dalam kepenulisan bahasa
Indonesia, kata kerja perintah biasanya diakhiri dengan partikel; -lah, intonasi keras, dan
tanda seru (!). Akan tetapi, ciri-ciri tersebut tentunya berbeda dengan fi’il amr dalam
tata bahasa Arab.
2
1. Menerima Nun Taukid
Ciri-ciri fi’il amr yang pertama adalah menerima masuknya nun taukid baik itu khafifah
maupun tsaqilah. Nun taukid khafifah adalah nun yang berfaedah ta’kid
(penguat/penegas) tanpa adanya tasydid sehingga ringan ketika diucapkan. Sedangkan
nun taukid tsaqilah merupakan nun yang disertai tasydid sehingga berat dalam
pengucapannya.
Misalkan fi’il “ ْ( ”ُأ ْش ُكرbersyukurlah), ketika dipasangi nun taukid di akhir kalimahnya
menjadi “ُأ ْش ُك َر َّن/”ُأ ْش ُك َر ْن, maka mutakallim (pembicara) menegaskan perintahnya kepada
mukhatthab (lawan bicara) untuk benar-benar bersyukur. Contoh lain fi’il amr dengan
nun taukid seperti kalimat berikut:
ِ َِإ ْذهَبَ َّن لِلتَّ ْسلِيَ ِة َما ُد ْمتَ ف
ار ًغا
“Pergilah refreshing, selagi kamu sedang tidak sibuk.”
Lafadz “ ”ِإ ْذهَبَ َّنdalam kalimat barusan merupakan contoh fi’il amr dengan nun taukid
tsaqilah dan berstatus mabni fathah. Adanya nun tersebut berfungsi sebagai partikel
penegas kepada mukhatthab supaya benar-benar pergi untuk berefreshing.
2. Menunjukkan Makna Perintah Secara Mandiri
Ciri fi’il amr yang kedua yaitu menunjukkan arti kata perintah secara mandiri. Artinya,
fi’il tersebut dapat menyatakan kepada makna perintah tanpa disertai atau dipengaruhi
oleh qayyid lainnya. Contohnya seperti “( ” ُخ ْذambillah), “ ْ( ”ِإ ْفتَحbukalah), “”تَ َعلَّ ْم
(pelajarilah), “ ْ( ”ُأ ْكتُبtulislah), dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, kalimah fi’il yang menunjukkan makna perintah sebab adanya pengaruh
dari kalimah lain tidak bisa dikatakan sebagai fi’il amr. Contohnya adalah ayat Al-Qur’an
berikut:
ُ لِيُ ْنفِ ْق ُذو َس َع ٍة ِم ْن َس َعتِ ِه ۖ َو َم ْن قُ ِد َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهُ فَ ْليُ ْنفِ ْق ِم َّما آتَاهُ هَّللا
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan
orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya.” (QS. At-Talaq ayat 7)
Lafadz “ ”لِيُ ْنفِ ْقdan “ ”فَ ْليُ ْنفِ ْقdalam ayat Al-Qur’an di atas tidak dapat disebut sebagai fi’il
amr. Karena timbulnya arti kata perintah pada fi’il ini sebab adanya lam amr, sekalipun
ia layak apabila bertemu dengan nun taukid (khafifah dan tsaqilah).
Ada juga kalimah dalam bahasa Arab yang memiliki makna perintah secara mandiri,
akan tetapi tidak termasuk dalam kategori fi’il amr. Seperti “ْصه َ ” (diamlah), “ ْ”حيَّهَل
َ
(terimalah), dan “ ُ( ”آ ِميْنkabulkanlah). Meskipun bermakna perintah atau permohonan,
namun lafadz-lafadz tersebut merupakan kelompok isim fi’il amr, karena tidak
menerima tambahan nun taukid di akhir kalimahnya.
2
Fi’il amr adalah kalimah fi’il yang berstatus mabni secara mutlak, dan ini merupakan
pendapat yang shahih. Karena menurut pendapat para ulama ahli nahwu Kuffah fi’il
amar dihukumi memiliki tanda i’rab (mu’rab).
Fi’il amar memiliki 4 tanda mabni, yaitu:
1. Mabni sukun
2. Mabni fathah
3. Mabni hadzfu nun (terbuangnya huruf nun)
4. Mabni hadzfu harfil illah (terbuangnya huruf illat)
1. Fi’il Amr Mabni Sukun
Fi’il amar mabni sukun apabila berupa fi’il shahih akhir (tidak diakhiri alif, wawu, atau
ya’), tidak pula disambung dengan alif tasniyah, wawu jamak, ya’ mukhathabah dan nun
taukid baik khafifah maupun tsaqilah. Contohnya seperti “ ْ( ”ِإجْ لِسduduklah [lk 1]), “ َ”قُ ْمن
(berdirilah [pr >2]), “ ْ( ”ُأ ْد ُخلmasuklah [lk 1]), “ َ( ”ُأ ْنصُرْ نmenolonglah [pr >2]), dan
sebagainya.
Contoh fi’il amar mabni sukun dalam kalimat:
ُرسُولَه َ صاَل ةَ َوآتِينَ ال َّز َكاةَ َوَأ ِط ْعنَ هَّللا َ َو
َّ ( َوَأقِ ْمنَ الDan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya.) (QS. Al-Ahzab ayat 33)
ب ال ِع ْل َم ِمنَ ال َم ْه ِد ِإلَى اللَّحْ ِد ْ ( ُأTuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur)
ِ ُ طل
( ُك ْن لَهُ ُم ِع ْينًاJadilah penolong baginya)
2
ك ُ ( ُأ ْدSerulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu.) (QS. An-Nahl ayat
َ ِّع ِإلَى َسبِي ِْل َرب
125)
Semua tanda mabni fi’il amar tersebut diambil berdasarkan keadaan akhir fi’il
mudhari ketika menempati tempat jazm (ُار ُعه ِ ضَ ) َعلَى َما يُجْ زَ ُم بِ ِه ُم. Hal ini berawal dari
kaidah nahwu yang menjelaskan mengenai tata cara membuat fi’il amar dari bentuk
mudhari’nya, seperti:
ِ ار َع ِة َوال َحرْ فَ ال َج
از َم َ ضَ ثُ َّم َأ ْن ِز ْع ِم ْنهُ َحرْ فَ ال ُم،ع َمجْ ُزوْ ٍم
ٍ ار
ِ ضَ ت ِبفِع ٍْل ُم ِ ص ِّو َغ فِع َْل َأ ْم ٍر فَْأ
َ ُِإ َذا َأ َردْتَ َأ ْن ت
Artinya: “Ketika kamu hendak membentuk fi’il amr maka datangilah fi’il mudhari’nya
yang dibaca jazm, kemudian lepaskanlah huruf mudhara’ah dan huruf yang
menjazemkan darinya.”
Misalkan kita ingin membuat fi’il amr dari “ ( ”نَا َمtidur), fi’il mudhari’nya ketika
menduduki tempat jazm yaitu “( ”لَ ْم يَنَ ْمbelum/tidak tidur), kemudian huruf lam (jazim)
dan ya’ (mudhara’ah) dibuang, maka jadilah “( ”نَ ْمtidurlah).
Kecuali jika terdapat huruf mati setelah huruf mudhara’ah, maka harus mendatangkan
hamzah washal, adalah hamzah yang tetap tetap bila berada di awal dan gugur ketika
berada di tengah. Sehingga memungkinkan untuk diucapkan, karena suatu kata yang
diawali huruf mati tidak mungkin dapat diucapkan tanpa adanya hamzah washal.
Contohnya kita berkeinginan membuat fi’il amr dari kata “ ( ” َع ِم َلberbuat), fi’il
mudhari’nya ketika jazm adalah “ ْ”لَ ْم يَ ْع َمل, huruf lam jazim dan ya’ mudhara’ah dibuang,
sehingga tampak adanya huruf mati di awal kalimah, maka wajib mendatangkan hamzah
washal menjadi “ ْ( ”ِإ ْع َملberbuatlah).
Contoh perubahan fi’il amr dari mudhari’nya:
ِْإضْ ِرب- ْ( لَ ْم تَضْ ِربuntuk laki-laki satu)
ربَا ِ ِْإض-( لَ ْم تَضْ ِربَاuntuk laki-laki/perempuan dua)
ربُوا ِ ِْإض-( لَ ْم تَضْ ِربُواuntuk laki-laki lebih dari dua)
يْ ِِإضْ ِرب-( لَ ْم تَضْ ِربِ ْيuntuk perempuan satu)
َِإضْ ِر ْبن- َ( لَ ْم تَضْ ِر ْبنuntuk perempuan lebih dari dua)
Catatan: Hamzah washal nya fi’il amr tsulatsi mujarrad yang mengikuti wazan “ يَ ْف ُع ُل- ”فَ َع َلmaka
harus dibaca dhammah, selainnya dibaca kasrah.
Oleh karena itulah para ulama ahli nahwu merumuskan mabninya fi’il amr dengan
memakai kaidah:
ُار ُعه
ِ ضَ فِ ْع ُل اَأل ْم ِر يُ ْبنَى َعلَى َما يُجْ زَ ُم بِ ِه ُم
Artinya: “Fi’il amr dimabnikan atas harokat fi’il mudhari’nya yang dibaca jazm.”
ُأ ْف ُعلُوا ِإ ْف ِعلُوا ِإ ْف َعلُوا ِإ ْستَ ْف ِعلُوا َأ ْنتُ ْم
2
Tashrif Fi’il Amr
ُأ ْف ُعلِ ْي ِإ ْف ِعلِ ْي ِإ ْف َعلِ ْي ِإ ْستَ ْف ِعلِ ْي ِ َأ ْن
ت
ُأ ْف ُعاَل ِإ ْف ِعاَل ِإ ْف َعاَل ِإ ْستَ ْف ِعاَل َأ ْنتُ َما
َُأ ْفع ُْلن َِإ ْف ِع ْلن َِإ ْف َع ْلن َِإ ْستَ ْف ِع ْلن َأ ْنتُ َّن
Adapun contoh tashrif lughawi fi’il amr ditunjukkan oleh tabel berikut:
Contoh Tashrif Fi’il Amr
ُأ ْكتُبَا ِإحْ ِسبَا ِإ ْفتَ َحا ِإ ْستَ ْغفِ َرا َأ ْنتُ َما
ُأ ْكتُبُوا ِإحْ ِسبُوا ِإ ْفتَحُوا ِإ ْستَ ْغفِرُوا َأ ْنتُ ْم
ُأ ْكتُبِ ْي ِإحْ ِسبِ ْي ِإ ْفتِ ِح ْي ِْإ ْستَ ْغفِ ِري ِ َأ ْن
ت
ُأ ْكتُبَا ِإحْ ِسبَا ِإ ْفتَ َحا ِإ ْستَ ْغفِ َرا َأ ْنتُ َما
َُأ ْكتُ ْبن َِإحْ ِس ْبن َِإ ْفتَحْ ن َِإ ْستَ ْغفِرْ ن َأ ْنتُ َّن
Fi’il amr merupakan kata yang difungsikan untuk memberikan perintah, oleh karena itu
ia hanya berlaku bagi dhamir mukhatthab. Misalkan ingin menyatakan perintah kepada
orang berjumlah lebih dari dua berjenis perempuan, maka penggunaan fi’il amr yang
tepat adalah “ َ( ”ُأ ْكتُ ْبنtulislah). Begitu juga ketika hendak membuat kata perintah yang
lain, maka perhatikanlah dhamir-nya.
2
50 Contoh Fi’il Amar
3 ص ُْن Jagalah!
10 ِْسر Berjalanlah!
13 ض ْع
َ Letakkanlah!
16 ْ
خَف Khawatirlah!
17 َ ِْإر
ض Ridhalah!
19 ْطُل Panjangkanlah!
2
50 Contoh Fi’il Amar
34 ْفَرِّ ح Berbahagialah!
40 ِ َِّإت
ْصل Kaitkanlah!
45 ْ ِإ
ط َمِئ َّن Tenteramkanlah!
Kesimpulan
Fi’il amr adalah kata yang menunjukkan arti perintah/permohonan kepada seseorang
untuk melakukan apa yang kita kehendaki.
Dalam tata bahasa Arab, fi’il amr (kata perintah) memiliki dua ciri-ciri, yaitu:
1. Menerima adanya nun taukid.
2. Menunjukkan makna perintah secara mandiri.
Fi’il amr dihukumi mabni secara mutlak, yang mengikuti keadaan akhir fi’il mudhari
ketika menduduki tempat jazm. Sehingga dapat dirinci bahwa tanda mabninya fi’il amr
adalah:
1. Mabni sukun, apabila shahih akhir dan tidak bertemu dengan dhamir apapun,
tidak pula dengan nun taukid.
2. Mabni fathah, apabila disambung dengan nun taukid.
3. Mabni hadzfu nun, apabila bertemu alif tasniyah, wawu jamak, dan ya’
mukhathabah.
2
4. Mabni hadzfu harfi illah, apabila berupa fi’il mu’tal akhir.
Sedangkan tashrif fi’il amr hanya berjumlah enam khusus untuk dhamir mukhatthab.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bentuk kata perintah dalam bahasa Arab
hanya berlaku untuk kata ganti orang kedua mulai dari “ َ ”َأ ْنتhingga “”َأ ْنتُ َّن. Semoga
mengedukasi dan menginspirasi.
2
Menurut istilah ulama ahli nahwu, dhamir bariz adalah kata ganti yang tampak secara
jelas dalam pelafadzannya, baik ketika berdiri sendiri atau tidak bersambung dengan
kata/kalimah lainnya (munfashil), maupun saat disambung dengan kalimah lainnya
(muttashil).
ار ُز َما لَهُ صُوْ َرةٌ فِى اللَّ ْف ِظ َويَ ْنقَ ِس ُم َعلَى قِ ْس َما ِن
ِ َض ِم ْي ُر الب
َّ ال
“Dhamir bariz adalah kata ganti yang memiliki bentuk dalam pelafadzannya, dan terbagi
menjadi dua bagian (munfashil dan muttashil)”.
Dari pengertian di atas, maka kita tahu bahwa jenis dhomir yang satu ini dibedakan
menjadi dua macam, yaitu dhamir munfashil (terpisah) dan muttashil (sambung).
Berikut adalah contoh isim dhomir munfashil ketika rafa’ !
No Kata Arti Jenis dan Kegunaan
ganti Jumlah
1 هُ َو Dia Lk (1) Ghaib (kata ganti orang ketiga untuk laki-laki)
2 هُ َما Dia Lk (2)
3 هُ ْم Mereka Lk (>2)
4 ِه َي Dia Pr (1) Ghaibah (kata ganti orang ketiga untuk
perempuan)
5 هُ َما Dia Pr (2)
6 ه َُّن Mereka Pr (>2)
7 ََأ ْنت Kamu Lk (1) Mukhathab (kata ganti orang kedua untuk
laki-laki)
8 َأ ْنتُ َما Kamu Lk (2)
9 َأ ْنتُ ْم Kalian Lk (>2)
ِ َأ ْن
10 ت Kamu Pr (1) Mukhathabah (kata ganti orang kedua untuk
perempuan)
11 َأ ْنتُ َما Kamu Pr (2)
12 َأ ْنتُ َّن Kalian Pr (>2)
13 َأنَا Saya Sendiri Lk/Pr Mutakallim (kata ganti orang pertama)
14 ُنَحْ ن Kita Lk/Pr >1 Mutakallim ma’al ghair (kata ganti orang
pertama >1)
Untuk membuat contoh kalimat isim dhomir dalam bahasa Arab, kita dapat memakai
rumus dalam tabel di atas sebagai pedomannya. Misalnya kita ingin membuat contoh
kata ganti untuk orang ketiga (ghaib) berjumlah lebih dari dua berjenis laki-laki, maka
menggunakan kata ganti هُ َما. Jika ingin membuat contoh kata ganti untuk orang kedua
(mukhathab) berjumlah 1 dengan jenis perempuan, maka memakai kata ganti dalam
bahasa Arab berupa ِه َي. Dan seterusnya.
Contoh penggunaan dhomir munfashil ketika rafa’:
َن بُ ْع ٍد ْ ْض ال َّش ْيِئ ع َ ( ِه َي َج ِم ْيلَةٌ َبعDari jauh dia agak cantik).
( َأ ْنتَ لَ ْم تَ ُع ْد ِط ْفاًلKamu bukan lagi anak kecil).
سابَهُ ْم َ ْ( هُ ْم يَقُصُّ ونَ َأحMereka menceritakan silsilah keluarga mereka).
Untuk penggunaan dhomir munfashil ketika nashab, maka memakai rumus dalam tabel
berikut !
2
No Kata ganti Dalam kalimah Arti
2
No Kata ganti Dalam kalimah Arti
10 ِ َأ ْن
ت ِ َجلَ ْس
ت Kamu duduk (pr 1)
11 َأ ْنتُ َما َجلَ ْستُ َما Kamu duduk (pr 2)
12 َأ ْنتُ َّن َجلَ ْستُ َّن Kalian duduk (pr >2)
13 َأنَا ُ َجلَس
ْت Aku duduk
14 ُنَحْ ن َجلَ ْسنَا Kita duduk (lk/pr >1)
Dhamir muttashil mahal rafa’ adalah kata ganti yang disambung/menempel pada fi’il
atau kana dan saudaranya. Rumus penggunaan kata ganti ini sama halnya dengan kata
ganti sebelumnya. Misal kita ingin menyusun kalimat dengan kata sifat atau kata kerja
untuk jenis laki-laki berjumlah 2, maka memakai kata berupa ( َجلَ َساuntuk ghaib)
atau ( َجلَ ْستُ َماuntuk mukhathab).
Contoh penggunaan dhomir muttashil ketika rafa’:
َت الصُّ حُف ُ ( قَ َرْأAku sudah membaca koran).
َات نَ َجحْ ن ُ َ( الطَّالِبPara siswi sudah lulus).
ر ُأ َّم ٍة َ ( ُك ْنتُ ْم َخ ْيKalian adalah umat terbaik).
Berikut ini rumus isim dhomir muttashil ketika nashab !
No Kata ganti Dalam kalimah Arti
2
الوطَانِيَّةُ تَه ُُّزنَاَ ( اَألنَا ِش ْي ُدLagu-lagu nasional menggetarkan kami).
َ( َأاَل ِإنَّهُ ْم هُ ُم ال ُم ْف ِس ُدوْ نIngatlah ! sesungguhnya mereka itu orang-orang yang membuat
kerusakan).
Sedangkan untuk isim dhomir muttashil ketika jer/khafadh maka memakai rumus
berikut !
No Kata ganti Dalam kalimah Arti
2
Kata ganti yang wajib disimpan (dhamir mustatir wujub) adalah kata ganti yang tidak
dapat digantikan oleh isim dhahir. Kata ganti yang wajib disimpan ini terdapat pada :
1. Fi’il amar untuk mufrad mudzakkar mukhathab (orang kedua laki-laki tunggal).
2. Fi’il mudhari’ yang diawali dengan ta’ khithab wahid (orang kedua laki-laki
tunggal), hamzah (orang pertama tunggal), dan nun (orang pertama >1).
Berikut contoh isim dhomir mustatir wujub dalam bentuk tabel !
No Kata ganti Arti Bentuk kalimah
2
ُك ْم: begitu juga lafadz ُك ْمyang termasuk dhomir muttashil. Hukumnya mabni
sukun bermahal nashab karena menjadi maf'ul bih (obyek).
Contoh isim dhomir dalam QS. Ar-Rum ayat 25:
َض ِإ َذا َأ ْنتُ ْم ت َْخ ُرجُون
ِ ْثُ َّم ِإ َذا َدعَا ُك ْم َد ْع َوةً ِمنَ اَأْلر
Artinya: Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu
(juga) kamu keluar (dari kubur), (QS. Ar-Rum: 25).
Penjelasan:
َدعَا ُك ْم: kata َدعَاmerupakan fi'il madhi yang memuat dhomir mustatir jawaz dan
berkedudukan sebagai fa'il. Sedangkan lafadz ُك ْمadalah obyeknya (maf'ul bih)
yang berupa dhomir munfashil.
َأ ْنتُ ْم: lafadz ini merupakan dhamir munfashil (terpisah) dari kata lainnya.
Hukumnya mabni sukun bermahal rafa' sebab menjadi mubtada'.
Contoh isim dhomir dalam QS. Al-Isra' ayat 14:
َ ك ْاليَوْ َم َعلَ ْي
ك َح ِسيبًا َ َا ْق َرْأ ِكتَاب
َ ك َكفَ ٰى بِنَ ْف ِس
Artinya: Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu, (QS. Al-Isra': 14).
Penjelasan:
رْأ َ ا ْق: fi'il amr mabni sukun dan fa'ilnya berupa dhomir mustatir wujub (wajib
disimpan), takdirnya yaitu َ( َأ ْنتkamu).
Kesimpulan
Itulah penjelasan tentang isim dhomir kata ganti bahasa Arab yang secara garis besarnya
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kata ganti yang tampak (dhamir bariz) dan
kata ganti yang tersimpan/tersembunyi (dhamir mustatir). Terdapat dua macam isim
dhomir (kata ganti) yang tampak dalam pelafadzannya, yaitu kata ganti yang disambung
dengan kata/kalimah lain (muttashil) dan kata ganti yang berdiri sendiri (munfashil).
Demikian halnya dengan kata ganti yang tersimpan (dhamir mustatir), ada yang wajib
tersimpan (mustatir wujub) dan ada juga yang boleh disimpan boleh ditampakkan
(mustatir jawaz).
Dalam praktiknya, isim dhomir yang disambung dengan kata lainnya (muttashil) tidak
dapat berada pada awal suatu kalimat dan tidak bisa terjatuh setelah illa ( )ِإاَّل. Kebalikan
dari dhamir munfashil, yaitu kata yang bisa diletakkan pada awal kalimat dan dapat pula
bersanding dengan illa ( )ِإاَّل.
Dan untuk isim dhomir yang wajib disimpan (mustatir wujub), kedudukannya tidak
dapat digantikan baik oleh isim dhahir maupun dhamir munfashil. Adapun isim dhomir
yang boleh disimpan dan ditampakkan (mustatir jawaz) itu sebaliknya dhamir mustatir
wujub, yang keberadaannya bisa digantikan baik oleh isim dhahir ataupun dengan
dhamir munfashil.
2
Dhomir Bariz Muttashil dan Munfashil beserta
Contohnya
Dalam bahasa Arab, kata ganti disebut dengan isim dhomir, adalah isim yang berfungsi
sebagai pengganti sebuah kata atau untuk mewakili seseorang atau benda. Secara
keseluruhan, isim dhomir memiliki 14 macam bentuk dengan penggunaan yang
berbeda-beda. Ke-14 macam isim dhomir tersebut kemudian dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu dhomir bariz dan dhomir mustatir. Berikut penjelasan tentang dhomir bariz
meliputi pengertian, macam-macam, dan contoh penggunaannya dalam kalimat.
Dhamir Muttashil
Kata muttashil ( )متّصلmerupakan bentuk isim fa’il dari madhi ittashala ()إتّصل, artinya
bersambung. Dalam kamus Arab-Indonesia, kata al-muttashil memiliki keselarasan
makna dengan al-muqtarin ()المقترن, yaitu yang sambung, bertemu.
Dhomir muttashil adalah isim dhomir yang selalu disambung dengan kata yang terjatuh
sebelumnya, tidak bisa diletakkan pada awal kalimat atau terjatuh setelah lafadz ِإاَّل.
Jenis kata ganti ini terbagi ke dalam 3 macam, yaitu:
1. Dhamir rafa’ muttashil
2
Dhomir ini terjadi bilamana bertemu dengan fi’il atau kana beserta saudaranya, dan
kedudukannya sebagai fa’il (subyek). Ketika bersambung dengan kana dan
saudaranya maka berkedudukan menjadi isimnya. Contohnya sebagaimana dalam tabel
berikut:
Contoh Dhomir Arti
ُ َجلَس
ْت Mutakallim Aku duduk
َجلَ ْسنَا Kami duduk
ََجلَسْت Mukhathab Kamu (lk) duduk
َجلَ ْستُ َما Kalian berdua duduk
َجلَ ْستُ ْم Kalian (lk) duduk
ِ َجلَ ْس
ت Kamu (pr) duduk
َجلَ ْستُ َّن Kalian (pr) duduk
َ ََجل
س Ghaib Dia (lk) duduk
َجلَ َسا Mereka berdua (lk) duduk
َجلَسُوا Mereka (lk) duduk
ْ َجلَ َس
ت Dia (pr) duduk
َجلَ َستَا Mereka berdua (pr) duduk
2
Contoh Dhamir Arti
Dhamir Munfashil
Secara lughat (bahasa) kata al-munfashil ( )المنفصلberasal dari kata infashala ()إنفصل,
artinya yang dipisahkan, dilepaskan, atau diputuskan. Kata al-munfashil ( )المنفصلjuga
memiliki keserasian makna dengan al-munfarid ()المنفرد, artinya yang terpisah dari yang
lain.
Menurut para linguis Arab, definisi dhamir munfashil adalah dhomir yang berdiri sendiri,
tidak bersambung dengan kata lain, dan bisa dijadikan permulaan kalimat atau terjatuh
setelah ِإاَّل. Dhamir ini juga dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Dhamir rafa’ munfashil
Dhamir rafa' munfashil kata ganti yang berdiri sendiri dan bermahal rofa’ sebagai
mubtada’, khobar, fa’il atau na’ibul fa’il. Contohnya:
Contoh Dhamir Arti
2
Contoh Dhamir Arti
ََأ ْنت Mukhathab Kamu (lk)
َأ ْنتُ َما Kalian berdua (lk)
َأ ْنتُ ْم Kalian (lk)
ِ َأ ْن
ت Kalian (pr)
َأ ْنتُ َما Kalian berdua (pr)
َأ ْنتُ َّن Kalian (pr)
َأنَا Mutakallim Saya
ُنَحْ ن Kami, kita
2. Dhamir nashab munfashil
Dhamir nashab munfashil adalah kata ganti yang berdiri sendiri dan dibaca nashab
sebagai maf’ul bih (obyek). Contohnya:
Contoh Dhamir Arti
2
Pengertian Dhomir Mustatir
Secara leksikal, kata al-mustatir ( )المستترberasal dari madhi istataro ()إستتر, artinya yang
samar, tersimpan. Kata al-mustatir ( )المستترjuga memiliki keserasian makna dengan al-
ghaib ()الغائب, artinya yang tersembunyi, tertutup.
Menurut istilah ulama ahli nahwu, pengertian dhamir mustatir adalah kata ganti yang
tidak nampak bentuk lafadz aslinya dalam suatu kalimat. Mustofa al-Ghalayaini dalam
kitab “Jami’ al-Durus al-Arabiyyah” mendefinisikan dhomir mustatir sebagai berikut:
" ْض ِمي ِْر ال ُم ْستَتِ ِر فِى "ُأ ْكتُب َ ِ َو َذل، بَلْ َكانَ ُمقَ َّدرًا فِى ال ِّذ ْه ِن َو َم ْن ِويًّا، َما لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ صُوْ َرةٌ ِفى الكَاَل ِم:ض ِم ْي ُر ال ُم ْستَتِ ُر
َّ ك َكال َّ ال
َ ُأ ْكتُبْ َأ ْنت:فَِإ َّن التَّ ْق ِد ْي َر
Artinya: dhamir mustatir adalah dhamir (kata ganti) yang tidak mempunyai bentuk
dalam sebuah kalimat tetapi terdapat taksiran dan ketentuan dalam memahaminya.
Contohnya seperti kalimat “ ْ( ”ُأ ْكتُبmenulislah !), maka maksudnya adalah “ َ”ُأ ْكتُبْ َأ ْنت
(menulislah kamu !).
Ada dua macam dhamir mustatir (kata ganti tersimpan), yaitu mustatir wujub (wajib
tersimpan), dan mustatir jawaz (boleh tersimpan).
2
Contoh Dhamir Arti
َ َذه
َب هُ َو Dia telah pergi (lk)
ْ ََذهَب
ت ِه َي Dia telah pergi (pr)
2
( تُ ۡؤتِى ۡال ُم ۡلكَ َم ۡن تَ َشٓا ُءEngkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau
kehendaki), {QS. Ali Imran: 26}.
Contoh penggunaan dhomir mustatir jawaz:
ز َ ار َوُأ ْد ِخ َل ْال َجنَّةَ فَقَ ْد فَا
ِ َّ( فَ َم ْن ُزحْ ِز َح ع َِن النBarangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung), {QS. Ali Imran:
185}.
ختِ ِه قُصِّي ِه ْ ت ُأِلْ َ( َوقَالDan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan),
{QS. Al-Qasas: 11}.
ِ ل آ َمنَّا بِاهَّلل ُ اس َم ْن يَقُوِ َّ( َو ِمنَ النDi antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman
kepada Allah), {QS. Al-Baqarah: 8}.
Demikianlah penjelasan dhomir mustatir atau kata ganti tersimpan dalam bahasa Arab
yang telah diklasifikasikan oleh para ilmuan nahwu menjadi dua macam, yaitu: 1)
Dhamir mustatir wujub, yang terdapat pada fi’il amr untuk mufrad mudzakkar
mukhathab, fi’il mudhari yang dimulai dengan ta’ khitob, hamzah, dan nun. 2) Dhamir
mustatir jawaz, terdapat pada fi’il madhi dan mudhori dilalah mufrad mudzakkar
ghaib dan muannats ghaibah.
2
Mufrad Musanna Jamak
Isim Mufrad
Isim mufrad adalah kata benda yang tidak bermakna ganda atau jamak. Dengan kata lain
isim mufrad merupakan kalimah isim yang memiliki makna tunggal. Contohnya seperti
kata “ٌ ُم ْسلِ َمة/( ” ُم ْسلِ ٌمmuslim/muslimah), “( ”َأ َس ٌدsinga), dan “ ٌ( ” ِكتَابbuku).
Isim Tasniyah/Mutsanna
Isim tasniyah/mutsanna adalah isim yang menunjukkan makna dua atau ganda, ditandai
dengan adanya tambahan huruf alif+nun ketika rofa’ dan ya+nun ketika keadaan nashob
dan jernya. Isim ini merupakan suatu istilah yang agak sulit mencari padanannya dalam
bahasa Indonesia. Karena dalam bahasa sehari-hari, kita hanya menemukan istilah kata
untuk tunggal dan jamak. Barang kali istilah dalam bahasa kita yang mendekati maksud
dari isim tasniyah adalah ganda.
Contoh isim tasniyah/mutsanna seperti kata “ َان ِ ُمْؤ ِمنَت/َان ِ ( ” ُمْؤ ِمنdua orang
mukmin/mukminah), “َان ِ ُم ْسلِ َمت/( ” ُم ْسلِ َما ِنdua orang muslim/muslimah). Contoh ini adalah
kata yang digunakan untuk isim tasniyah yang menduduki kedudukan rofa’, jika dipakai
untuk keadaan nashob dan jer maka menggunakan tambahan berupa ya+nun di akhir
katanya, menjadi “ ُمْؤ ِمنَتَ ْي ِن/ ” ُمْؤ ِمنَي ِْنdan “ ُم ْسلِ َمتَي ِْن/” ُم ْسلِ َمي ِْن.
Isim Jamak
Isim jamak adalah kata benda yang menunjukkan kepada makna lebih dari dua atau tiga
ke atas. Dalam bahasa Arab, isim jamak dibagi lagi menjadi tiga macam, yaitu jamak
mudzakkar salim, jamak muannats salim, dan jamak taksir.
Jamak mudzakkar salim adalah isim jamak untuk jenis laki-laki dengan tambahan huruf
wawu+nun ketika rofa’ dan ya+nun ketika nashob dan jer. Contoh jamak mudzakkar
salim ketika rofa’ seperti “ َ( ” ُمْؤ ِمنُونorang-orang mukmin), dan “ َ ” ُمْؤ ِمنِ ْينuntuk keadaan
nashob dan jer. Sedangkan jamak muannats salim adalah isim jamak untuk jenis
perempuan yang memakai tambahan berupa huruf alif+ta’ di akhir katanya. Contohnya
seperti “ت ٌ ( ” ُم ْسلِ َمorang-orang muslimah), harokat dhommah untuk keadaan rofa’
ٍ ُم ْسلِ َما/ات
dan kasrah dalam keadaan nashob atau jernya.
Adapun yang dimaksud jamak taksir adalah isim jamak yang dapat digunakan baik untuk
mudzakkar maupun muannats dengan memakai pola kalimat khusus (tidak memakai
aturan baku). Contoh jamak taksir adalah kata “ ٌ( ” ُكتُبkitab-kitab), “”ر َجا ٌل ِ (para lelaki),
dan “ ٌ( ”طُاَّل بpara murid).
Cara Membuat Isim Tasniyah/Mutsanna dan Jamak dari
Mufrad
Untuk dapat membuat perubahan dari isim mufrad ke jamak mudzakkar salim atau
jamak muannats salim memiliki kaidah (aturan) dan rumus tertentu. Adapun jamak
taksir tidak mempunyai aturan yang baku. Supaya mudah dalam memahaminya, berikut
rumus membuat isim tasniyah/mutsanna dan jamak dari bentuk mufradnya.
Rumus membuat isim tasniyah/mutsanna :
Menambahkan huruf alif+nun (aani) saat keadaan rofa’. Contohnya “ ( ”قَلَ ٌمpulpen)
menjadi “( ”قَلَ َما ِنdua pulpen).
Menambahkan huruf ya+nun (aini) ketika nashob dan jer, serta huruf yang
terjatuh sebelum huruf tambahan dibaca fathah. Contohnya kata “ ٌ( ” ِكتَابbuku)
menjadi “( ” ِكتَابَي ِْنdua buku).
2
Rumus membuat isim jamak mudzakkar salim :
Memakai tambahan huruf berupa wawu+nun ketika rofa’. Contohnya “ل ٌ ” ُمرْ ِس
(pengutus) menjadi “ َ( ” ُمرْ ِسلُونpara pengutus).
Menambahkan huruf ya+nun saat dalam keadaan nashob/jer, dan huruf yang
terjatuh sebelum huruf tambahan dibaca kasroh. Contohnya “ ” ُمحْ ِس ٌن
(penyumbang) menjadi “ َ( ” ُمحْ ِسنِ ْينpara penyumbang).
Rumus membuat isim jamak muannats salim :
Menambahkan huruf tambahan berupa alif+ta’ di akhir kalimahnya, baik keadaan
rofa’, nashob, dan jer. Contohnya kata “ٌ( ” ُم ْسلِ َمةseorang muslimah) menjadi “
ٌ ( ” ُم ْسلِ َمpara muslimah).
ات
Ketika rofa’ huruf ta’ dibaca dhommah, seperti kata “ ات ٌ ” ُم ْسلِ َم.
Ketika nashob dan jer huruf ta’ dibaca kasroh, seperti kata “ ت ٍ ” ُم ْسلِ َما.
Rumus membuat isim jamak taksir :
Untuk dapat membuat perubahan pada isim mufrad menuju jamak taksir, mau tidak
mau kita harus menghafalkan pola kalimat yang menjadi patokan dalam bab jamak
taksir. Seperti “ ٌ( ” ُكتُبmengikuti wazan ‘)’فُ ُع ٌل, “ ٌ( ”طُاَّل بmengikuti wazan ‘ٌ)’فُعَّال, “ٌ”ر َجال ِ
(mengikuti wazan ‘ٌ)’فِ َعال, dan lain sebagainya.
Itulah penjelasan sekaligus jawaban atas pertanyaan bagaimana cara membuat isim
tasniyah/mutsanna dan jamak dari bentuk mufrad. Agar lebih mudah memahaminya,
mari kita terapkan rumus-rumus tersebut ke beberapa kata dalam tabel berikut :
Mufrad Tasniyah
ٌِكتَاب ٌُكتُب