Shighot ialah bentuk kalimah yang ditinjau dari dari segi makna dan binak ialah kalimat yang
ditinjau dari segi jenis huruf dan tata letaknya, Contoh : نصر
Lafadz نصرtersebut bersighot fi’il madzi karena menunjukkan arti yang lampau dan juga
berbentuk binak shohih karena seluruh huruf asalnya berupa huruf shohih.
PEMBAGIAN SHIGHOT
Adapun pembagian shighot kalimah itu terbagi menjadi :
A. Fi’il Madhi
Yaitu setiap kalimat fi’il yang menunjukkan kepada terjadinya suatu peristiwa pada masa
sebelum mutakalim berbicara.
Contoh : قال
Hukum Fi’il madzi adalah mabni dikarenakan condong kepada kalimat huruf. adapun
mabninya fi’il madzi dan tanda-tandanya diterangkan lebih jelas pada pembahasan nahwu.
B. Fi’il Mudhorik
Ialah kalimat yang menunjukkan terhadap suatu perisriwa bersamaan kita berbicara atau
terjadi setelah kita berbicara.
contoh يقول
Fi’il mudhorik mempunyai keterkaitan waktu dengan dengan keterangan waktu sedang
(khal/khadir) katika :
a. Jatuh setelah ماnafi atau انnafi
b. Jatuh setelah lam ibtidak
c. Seperti biasanya, masih murni belum ada tambahan lafadz/amil.
d. Setelahnya terdapat keterangan waktu khal seperti lafadz االن
Sedangkan fi’il mudhorik terkait dengan keterangan waktu akan datang (istiqbal) ketika :
a. Jatuh setelah amil-amil nasob
b. Jatuh setelah sin tanfis maupun saufa taswif
c. jatuh setelah lafadz yang menunjukkan pengharapan.
Contoh : لعلى ابلغ قصدى
d. Bersamaan dengan nun taukid
e. Setelahnya terdapat keterangan waktu istiqbal seperti lafadz غدا
Namun kadang-kadang fi’il mudhorik tidak terkait dengan 2 keterangn waktu tersebut
melainkan berkaitan dengan keterangan waktu lampau (madzi) yaitu jatuh setelah , لم
لماdan ربما
Adapun pembentukan fi’il mudhori yaitu dengan cara : dari fi’il madzi dengan ditambahkan
huruf mudhoro’ah yang diharokati fatkhah contoh ( قالmenjadi ) يقولkecuali dari fi’il yang
berstrukturkan empat huruf, maka huruf mudhoro’ah baginya harus didhommah dan semua
fi’il yang dimulai dengan hamzah tambahan maka ketika bentuk mudhoriknya hamzah akan
terbuang.
Tanda-tanda fi’il mudhorik dijelaskan lebih jelas pada pembahasan nahwu.
C. Masdar
Masdar ialah Kalimah yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa. Contoh : ضربا
Masdar adakalanya masdar qiyasi (masdar yang mengikuti kaidah tasrif) dan adakalanya
masdar sima’i (masdar yang langsung dari perkataan orang Arab dan tidak sesuai dengan
kaidah tasrif/tasrifan)
Masdar terbagi menjadi tiga macam :
L Masdar taukid :
masdar untuk menguatkan fi’il tersebut. Contoh :
( = ضربتك ضرباsaya telah memukulnmu dengan sungguh-sungguh)
L Masdar marroh
Masdar yang menunjukkan hitungan pekerjaan tersebut. Dari fi’il tsulasi mujarod
mengikuti wazan فعلةdengan difatkhah fa’fi’ilnya.
Contoh : ( ضريتك ضربة واحدةsaya telah memukulmu sekali pukulan)
Adapun dari lafadz yang stuktur hurufnya lebih dari tiga huruf wazan masdarya ditambah
ta’ marbutoh jika dalam masdarnya tidak ada ta’ ta’nis dan ditambah dengan sifat sekali,
untuk menunjukkan hitungan pekerjaan tersebut.
Contoh : ( أعطيتك إعطاءة واحدةsaya telah memberimu dengan sekali pemberian)
L Masdar nau’
Masdar yang menentukan rupa pekerjaan tersebut, masdar ini mengikuti
wazan فعلةdengan dikasroh fa’fi’ilnya
Contoh : ( جلوسك كجلسة حبيبيDudukmu seperti duduknya kekasihku)
D. Isim Fa’il
Yaitu isim yang menunjukkan arti orang yang melakukan pekerjaan. Sebagian besar pada
fi’il tsulasi mujarod mengikuti wazan فاعلdan jika pada fi’il yang lebih dari tiga huruf, dari fi’il
mudhori’nya diganti huruf mudhoro’ahnya dengan mim kemudian huruf sebelum akhir
dikasroh.Contoh : dari يكرمmenjadi مكرم
E. Isim Maf’ul
Yaitu isim yang menunjukkan arti obyek/yang menjadi sasaran dari suatu pekerjaan
tersebut. Sebagian besar pada fi’il tsulasi mujarod mengikuti wazan مفعولdan jika pada fi’il
yang lebih dari tiga huruf, dari fi’il mudhori’nya diganti hurufmudhoro’ahnya dengan mim
kemudian huruf sebelum akhir difatkhah. Contoh : dari يكرمmenjadiمكرم
Akan tetapi lafadz فعيلterkadang bermakna isim fa’il, contoh : ( رحيمpenyayang) dan
terkadang bermakna isim maf’ul, contoh : ( جريحyang dilukai).
F. Fi’il Amar
Kalimat yang menunjukkan arti tuntutan dilakukannya suatu pekerjaan setelah sang
mutakallim berbicara. contoh قل
Pembentukan fi’il amar berawal pada fi’il mudhorik yang dimabnikan jazem kemudian
dibuanglah huruf mudhoro’ah tersebut. Dengan ketentuan huruf setelah huruf mudhoro’ah
berharokat, akan tetapi jika huruf setelah huruf mudhoro’ah tersebut mati (sukun) maka
awalnya ditambah dengan hamzah washol berharokat kasroh ketika ‘ain fi’ilnya berharokat
kasroh atau fatkhah kecuali pada amarnya fi’il yang mengikuti wazan يفعل- افعلdan hamzah
tersebut dikharokati dhommah ketika ‘ain fi’il tersebut berkharokat dhommah.
Demikian halnya bagi fi’il yang dimulai dengan hamzah tambahan yang terbuang maka
pada fi’il amarnya hamzah tersebut ditampakkan kembali.
Adapun kemabnian dan tanda-tandanya juga akan lebih jelas lagi pada pembahasan
nahwu.
G. Fi’il Nahi
Kalimah fi’il yang menunjukkan makna larangan melakukan suatu pekerjaan dan biasanya
didahului oleh amil jazem ال الناهية
contoh : التضربartinya jaganlah engkau memukul
H. Isim Zaman dan Isim Makan
Isim zaman ialah isim yang menunjukkan waktu terjadinya pekerjaan.
Isim makan ialah isim yang menunjukkan tempat terjadinya pekerjaan.
Isim zaman dan isim makan dalam bentuknya sama tidak ada perbedaan diantaranya yang
membedakan Cuma artinya, cara membedakannya yaitu dengan melihat kedaan lafadz
tersebut.
Pembentukan isim zaman dan isim makan
1) Fi’il tsulasi mujarrod
a) Fi’il yang mengikuti wazan ( يفعلdikasroh ‘ain fi’ilnya) isim makan/zamannya
mengikuti wazan ( مفعلdikasroh ‘ain fi’ilnya) contoh : مضرب
b) Fi’il yang mengikuti wazan يفعل/( يفعلdifatkhah/didhommah a’in fi’ilnya) isim
makan/zamannya mengikuti wazan (مفعلdifatkhah‘ain fi’ilnya) contoh : مشرب مقتل
Ada beberapa lafadz yang mengikuti يفعل/ يفعلtetapi dalam isim makan/zamannya tidak
mengikuti wazan مفعلdinaman lafadz syadz, diantaranya lafadz : مطلع, مشرق مغرب, مسجد
مسقط, منبت, منسك: مسكن, مفرق, مرفق, مجزر, dengan dikasroh ‘ain fi’ilnya.
c) Fi’il bina’ mitsal, isim makan/zamannya mengikuti wazan مفعلdengan dikasroh ‘ain
fi’ilnya contoh : موضع
d) Fi’il bina’ naqis, isim makan/zamannya mengikuti wazan مفعلdengan difatkhah ‘ain
fi’ilnya contoh : مرعى
2) Fi’il yang struktur hurufnya lebih dari tiga huruf (tsulasi mazid maupun ruba’i) wazan
isim zaman/makannya sama dengan wazan isim maf’ulnya contoh :
3) Bila disuatu tempat banyak bendan/perkaranya, maka untuk menyebutkannya
menggunakan wazan ( مفعلةbagi lafadz yang mustaq dari fi’il tsulai mujarrod) contoh :
مسبعة: tempat yang banyak hewan buasnya
مأسدة: tempat yang banyak macannya
مبطخة: tempat yang banyak buah semangkanya
مقثأة : tempat yang banyak buah mentimunnya
I. Isim Alat
Yaitu isim yang dugunakan fa’il (pelaku pekerjaan) untuk mencapai maf’ul (obyek) yakni
isim yang merupakan alat untuk mencapai tujuan. Wazan-wazan isim alat berjumlah tiga yaitu
:
1) مفعل Contoh : مجلب
2) مفعلة Contoh : مكسحة
3) مفعال Contoh : مفتاح
Dalam isim alat terdapat beberapa lafadz yang syad (keluar dari qo’idah dan orang Arab
memakainya serta termasuk lafadz yang fasih) dengan didhommah mim dan ‘ain fi’ilnya
contoh:
مدهن: alat membuat minyak مسعط : alat membuat obat
مدق: alat pengayak tepung منخل : alat pemecah
مكحلة: alat celakan محرضة : wadah pembuat tempat air
PEMBAGIAN BINAK
kalimat fi’il ditinjau dari qualitas hurufnya (kuat dan lemahnya huruf) maka fi’il dibagi
menjadi 2 (dua) :
A Fi’il Binak Salim
Yaitu Fi’il yang pokok-pokok hurufnya (fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’il) bukan terbentuk dari
tadz’if (huruf yang diulang-ulang) atau huruf hamzah ataupun salah satu dari huruf ‘ilat.
Contoh فتح
Fi’il binak salim juga dikatakan fi’il binak shohih dikarenakan semua hurufnya berupa
huruf shohih
B Fi’il Binak Ghoiru Salim
Fi’il binak ghoiru salim merupakan kebalikan fi’il binak salim yaitu setiap fi’il yang huruf
pokonya terbentuk dari tadz’if atau hamzah ataupun salah satu dari huruf ‘ilat.
Fi’il ghoiru salim terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu: Mudho’af, Mahmuz dan
Mu’tal.
BINA’ SHOHIH
BINA’ MUDHO’AF
Mempunyai definisi :
من الثالثي المجرد والمزيد فيه هو ما كانت عينه والمه من جنس واحد مثل رد واعد اصلهما ردد واعدد
من الرياعي هو ما كانت فاؤه والمه االولى من جنس واحد وكذا عينه والمه الثانية من جنس واحد مثل زلزل
Menurut istilah shorof, definisi bina’ mahmuzterbagi menjadi dua yaitu :
1. Jika fi’il tersebut berbentuk fi’il tsulasi baik mujarrod maupun mazid, yaitu kalimah yang
‘ain fi’il dan lam fi’ilnya berupa huruf yang sejenis contoh : رد, اعدasalnya : ردد, اعدد
2. Jika fi’ilnya berupa fi’il rubangi murarod, yaitu semua fi’il yang fa’ fi’il dan lam fi’il yang
pertama berupa huruf yang sejenis sedangkan ‘ain dan lam fi’il yang kedua hurufnya juga
sejenis contoh :زلزل
Dijelaskan dalam bait qowa’idul i’lal
ما عينه والمه توافقا# وهو من الفعل الثالثي مطلقا
فهو من الفعل الرباعي ما اتحد# في الجنس نحو رد زيد واعد
كذاك عينه والم الحقة# في الجنس فاؤه والم سابقة
Bina’ mudho’af juga dinamakan sebagai binak ashom dikarenakan لتحقق الشدة فيه بواسطة
االدغامkerasnya dalam melafadzkan kalimah tersebut dengan adanya tasdid didalamnya (dalam
fi’il tsulasi) dan juga dinamakan binak muthabiq dikarenakan :
kecocokannya dalam hurufnya yang sejenis antara fa’ fi’il dan lam fi’il yang pertama begitu
juga ‘ain dan lam fi’il yang kedua juga (dalam fi’il Ruba’i).
Bina’ mudho’af dikategorikan bina’ ghoiru salim karena dapat menerima hukum pergantian
huruf (ibdal) seperti lafadz :
امللتmenjadi امليت
dan dapat menerima hukum pembuangan (al khadzfu) contoh :
ظللتmenjadi ظلت
HUKUM BINA’ MUDHO’AF
Bina’ mudho’af sangat erat hubungannya dengan hukum idzghom khususnya dari fi’il
tsulasi, hukum-hukum idzghom terbagi menjadi menjadi tiga yaitu : a). Wajib idzghom b). Jaiz
idzghom c). Mumtanak idzghom
A. Wajib Idzghom
Dua huruf yang sejenis menjadi wajib diidzghomkan diantara apabila :
a. Mudghom (huruf awal dari dua huruf yang sejenis) berkharokat sukun baik karena asal
ataupun karena ‘arid (diupayakan) sedangkan mudghom fih (huruf kedua dari dua huruf
yang sejenis) mempunyai kharokat, juga karena asal maupun ‘arid.
Contoh : مداasalnya ( مدداmudgom sukun asli)
مدasalnya ( مددmudgom sukun ‘arid)
مد اصله مدد علي وزن فعل اسكنت الدال االولى ألجل شرط اإلدغام فصار مدد ثم ادغمت الدال االولى في الثانية للمجانسة
فصار مد
b. Mudghom berada pada akhir kalimat tertentu dan mudghom fih pada kalimat yang lain dan
keduaanya sejenis, jika mudghom fih berasal dari isim dhomir maka wajib diidghomkan
dalam tulisan dan pelafalannya dan bila berupa isim dhohir maka wajib diidghomkan dalam
pelafalannya saja.
Contoh : ُّ سكتasalnya ُّ( سكتُّ تdiidghomkan tulisan & lafadz)
( اذ ذهبdiidghomkan dalam lafadznya saja)
B. Jaiz Idzghom
Dua huruf yang sejenis terkadang boleh diidghomkan maupun tidak diidghomkan, bila
mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Apabila keduanya sukun akan tetapi sukunnya mudghom fih karena jazem atau serupanya,
selagi tidak bertemu dengan alif dhomir tsniyah, wawu dhomir jama’, yak muannasah
mukhotobah nun niswah maupun nun taukid.
Jika diidghomkan maka mudghomfihnya dikarokati dengan bebas memilih salah satu dari
tiga jenis kharokat.
? Mudghomfih dikarokati fatkhah karena fatkhah merupakan paling ringan-ringannya
kharokat (kebanyakan orang Najd & bani Asad)
? Mudghomfih dikarokati kasroh karena jika ada huruf yang mati maka pengharokatannya
dengan kasroh(Bani Ka’ab)
? Khusuh bagi lafadz yang berasal dari fi’il yang mengikuti wazan ( يفعلdengan didhommah
‘ain fi’ilnya) mudghomfih dikarokati boleh dhommah karena mengikuti kharokat ‘ain
fi’ilnya (lihat Ibnu ‘aqil fasal filmudho’af waahkamiha)
Contoh : مد/ ( لم يمدidghom) امدد/ ( لم يمددidzhar)
مدُّ اصله امددُّ علي وزن افعل نقلت حركة الدال االولى الي ما قبلها ألجل شرط اإلدغام فصار امددُّ فالتقى الساكنان هما
ثم حركت الدال الثنية كسرة ألن الساكن اذا حرك/ ُّالداالن ثم حركت الدال الثنية فتحة النها اخف الحركة فصار امدد
ثم حركت الدال الثنية ضمة تبعا لمضارعه (لعين فعله) فصار امددُّ ثم ادغمت الدال االولى/ ُّحرك بالكسر فصار امدد
ُّفي الثانية للمجانسة فصار امدُّ ثم حذفت همزة الوصل لعدم اإلحتياج اليها فصار مد
b. Apabila kedua huruf yang sejenis tersebut berupa ya’ yang masing-masing terdapat pada
‘ain dan lam fi’il.
Contoh : ُّّ حي/ ُّ( عيidghom) حيي/ ( عييtidak diidghomkan)
c. Fi’il madhi yang didahului dua huruf “tak” boleh dibaca idghom dengan perantara hamzah
washol dan boleh dibaca idzhar.
Contoh : تتابعbisa diidghomkan menjadi اتابع
اتابع اصله تتابع علي وزن تفاعل اسكنت التاء االولى ألجل شرط اإلدغام وزيدت همزة الوصل في اوله فصار اتتابع ثم
ادغمت التاء االولى في الثانية للمجانسة فصار اتابع
C. Mumtanak Idzghom
Dua huruf yang sejenis tidak dikenakan hukum idzghom dan wajib dibaca idhar apabila
termasuk dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Dua huruf yang sejenis bereda diawal kalimat
contoh : ( ددنsenda gurau) ( تترbangsa Tartar) ( تتنtembakau )
2. Mengikuti salah satu wazan berikut :
حجج- صفف- ذرر- ُّجدد : مثل فعلN
سرر- ذلل : مثل فعلN
لمم- كلل : مثل فعلN
طلل- لبب : مثل فعلN
3. Terdapat pada fi’il bina’ mulkhaq ) (ملحقcontoh : ُّ جلبب- هيلل
4. Bertemu dengan dhomir mutakharrik rufi’ (asalkan dhomirnya tidak sama dengan lam
fi’ilnya) contoh : مددنا- ُّفررتم
5. Mengikuti wazan fi’il ta’ajjub ُّ أفعلُّ بcontoh : أحبب بقلبك
6. Mudgom bersambung dengan mudghomfih sebelumnya contoh : مدد- حبب
BINA’ MAHMUZ
BINA’ MU’TAL
Mempunyai pengertian : ما كان احد اصول حروفه حرف علة
Yaitu setiap kalimat yang salah satu huruf asalnya berupa huruf ilat wawu atau ya’.
Huruf ilat alif dalam kategori ini tidak dimasukkan dalam huruf asal karena alif merupakan
hasil perubahan dari wawu dan ya’.
Bina’ mu’tal terbagi menjadi 7 macam :
1. Mu’tal fa’ (mitsal)
2. Mu’tal ‘ain (ajwaf)
3. Mu’tal lam (naqis)
4. Mu’tal ’ain dan lam (lafif maqrun)
5. Mu’tal fa’ dan lam (lafif mafruq)
6. Mu’tal fa’ dan ‘ain
7. Mu’tal fa’, ‘ain dan lam (majmu’)
(lihat al-kailani)
A. Mu’tal Fa’ ( Mitsal )
Mempunyai pengertian : ما كان فاءه حرف علة
Setiap kalimat yang fa’ fi’ilnya berupa huruf ‘ilat. Fi’il ini dikatakan sebagai fi’il
binak mitsal karena dalam bentuk madhinya menyerupai fi’il binak shohih dalam segi kuatnya
menyandang kharokat. Fi’il binak mitsal terbagi menjadi dua : mitsal wawi (jika fa’ fi’ilnya
berupa wawu) dan mitsal ya’ (jika fa’ fi’ilnya berupa ya’)
Contoh : ( ومقmitsal wawi )
( يسرmitsal yak)
* Hukum-hukum wawu dan ya’ pada fi’il binak mitsal *
1. Mitsal wawi
Dalam hal ini wawu akan mengalami beberapa hukum pengi’lalan diantaranya :
a. Wawu akan terbuang tatkala fi’il tersebut mengikuti wazan ( يفعلdikasroh ‘ain fi’ilnya)
dan bentuk amarnya, karena sulitnya pengucapan wawu yang terletak diantara kharokat
fatkhah dan kasroh. hal ini sesuai dengan qo’idah ke 7 dalam qowa’idul I’lal karya Mundzir
Nadzir.
يعد اصله يوعد على وزن يفعل حذفت الواو لوقوعها بين الفتحة والكسرة وقبلها حرف المضارعة فصار يعد
عد اصله اوعد على وزن افعل حذفت الواو تبعا لمضارعه فصار اعد ثم حذفت همزة الوصل لعدم االحتياج اليها فصار
عد
wawu juga akan terbuang jika terdapat pada isim masdar yang mengikuti
wazan ( فعلةdikasroh fa’nya dan difatkhah lamnya) contoh : صفة- عدة
عد اصله وعدا على وزن فعال حذفت الواو بعد سلب حركتها الى ما بعدها فصار عدا ثم عوضت التاء عن الواو المحذوفة
في األخر فصار عدة
b. Wawu akan dibalik menjadi ya’ tatkala berada pada fi’il amar yang mengikuti
wazan افعلkarena wawu tersebut jatuh setelah kharokat kasroh (lihat qo’idah ke-8 )
contoh :
ايجل اصله اوجل على وزن افعل قلبت الواو ياء لسكونها وانكسارما قبلها فصار ايجل
c. Wawu akan diubah menjadi ta’ katika fi’il tersebut mengikuti wazan افتعلkarena sulitnya
pengucapan wawu dan ta’ secara bersamaan disebabkan saling berdekatan makroj kedua
huruf tersebut dan bedanya sifat hurufnya (ta’ bersifat mahmusiyah sedangkan wawu
bersifat jahr). perubahan ini sesuai dengan qo’idah ke 18.
اتعد اصله اوتعد على وزن افتعل ابدلت الواو تاء لعسرالنطق بالواو ولقربهما في المخرج فصار اتتعد ثم اذغمت التاء
االولى في الثانية للمجانسة فصار اتعد
Sedangkan fi’il yang tidak mengikuti wazan-wazan diatas (pada a,b dan c) maka wawu
tersebut akan tetap, tidak akan ada hukum pengi’lalan.
Contoh : اوجه- يوجه- وجه
2. Mitsal ya’
a. Ya’ dalam mitsal ya’ akan dibalik menjadi wawu ketika fi’il tersebut mengikuti
wazan ( يفعلdidhommah huruf mudhoro’ahnya dan dikasroh ‘ain fi’ilnya ) isim
fa’ilnya () مفعل, isim maf’ul serta isim zaman dan makannya ()مفعل. karena ya’ tersebut mati
dan huruf sebelumya berkharokat dhommah. hal ini sejalan dengan qo’idah 14.
يوسر اصله ييسرعلى وزن يفعل قلبت الياء واوا لسكونها وانضمام ما قبلها فصار يوسر
b. Ya’ akan berubah menjadi tak ketika mengikuti wazan افتعل, hal ini sama dengan mitsal
wawu ketika mengikuti wazan tersebut.
متسراصله ميتسر على وزن مفتعل ابدلت الياء تاء لعسرالنطق بالياء ولقربهما في المخرج فصار متتسر ثم اذغمت التاء
االولى في الثانية للمجانسة فصار متسر
Selain mengikuti wazan-wazan pada a & b maka ya’ tersebut tetap tidak ada pengi’lalan.
Contoh : ايسر- ييسر- يسر
B. Mu’tal ‘ain ( Ajwaf )
Mempunyai pengertian : ما كانت عينه حرف علة
Setiap kalimat yang ‘ain fi’ilnya berupa huruf ‘ilat. Fi’il ini dikatakan sebagai binak ajwaf karena
kosongnya tengah-tengah fi’il tersebut dari huruf shohih seakan-akan seperti perut yang
tengahnya kosong. juga dinamakan sebagai fi’il dzu tsalasah karena fi’il tersebut berstukturkan
3 huruf ketikan terdapat pada fi’il yang mempunyai dhomir انا, انت, انت, هن, dikarenakan ada
huruf yang terbuang yaitu : ‘ain fi’ilnya.
Fi’il binak ajwaf terbagi menjadi dua yaitu ajwaf wawi ketika a’in fi’ilnya berupa wawu dan
ajwaf ya’I ketika ‘ain fi’ilnya berupa ya’.
contoh : قالajwaf wawi karena asalnya adalah قول
باعajwaf ya’I karena asalnya adalah بيع
Binak ajwaf tidak akan lepas dari yang namanya proses pengi’lalan dalam segala bentuknya,
diantaranya :
1. Fi’il Madhi
a. Wawu atau ya’ akan dibalik menjadi alif ketika fi’il tersebut mempunyai
dhomir هوsampai هماdikarenakan berkharokatnya wawu atau ya’ dan huruf sebelumnya
berkharokat fatkhah (lihat qo’idah 1).