Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2019
A. HAKIKAT BAHASA
Bahasa merupakan bagian dari hidup manusia yang tidak dapat dipisahkan,
karena bahasa adalah salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Bahasa juga bisa dikatakan merupakan symbol, yang bisa membedakan antar
golongan satu dengan yang lainnya. Misal orang jawa dalam mengucapkan kalimat
“siapa nama anda?”, dalam bahasa jawa “sinten nami panjenengan?”. Sedangkan
dalam bahasa Madura “sapah dikah nyamanah?”
Menurut Al-Khuli bahasa adalah system suara yang terdiri atas symbol-
simbol arbitrer yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
bertukaran pikiran atau berbagi rasa. Sedangkan menurut Ba’labaki bahasa adalah
system yang terbentuk oleh symbol-simbol. Diusahakan, dan dapat berubah untuk
mengekspresikan tujuan pribadi atau komunikasi antarindividu. Sehingga
disimpulkan bahwa bahasa yaitu merupkan symbol yang digunakan oleh individu
atau kelompok untuk mengekspresikan tujuan pribadi atau komunikasi antarindividu.
Bahasa pada dasarnya tanpa diajari siapapun orang sudah bisa berbahasa,
dapat kita lihat seorang bayi yang baru lahir, sudah bisa berbahasa (menangis), itu
udah memberi isyarat bahwa seorang bayi minta sesuatu pada orangtuanya, apakah
dia lapar atau merasa sakit pada tubuhnya.
Hakikat bahasa sama artinya dengan ciri atau sifat hakiki pada bahasa Chaer
menyatakan hakikat bahasa itu diantaranya sebagai berikut :
1. Bahasa sebagai system
System merupakan susunan yang teratur, berpola dan membentuk keseluruhan
yang memiliki makna dan fungsi. Bahasa juga dapat dikatakan memiliki system,
berpola dan membentuk keseluruhan yang memiliki makna dan fungsi. Sub
system yang terdapat pada bahasa antara lain subsistem fonologi, subsistem
morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik. Jadi, sebagai sistem, bahasa
berfungsi untuk memilah kajian morfologi, sintaksis, fonologi dan semantik.
2. Bahasa berwujud lambang
Bahasa sebagai lambang juga dikatakan sebagai simbol, untuk menyampaikan
pesan kepada lawan bicara. Ia berfungsi menegaskan bahasa yang hendak
disampaikan. Bahasa sebagai lambang didalamnya terdapat tanda, gejala gerak,
isyarat, kode, sintaksis, ide, dan ikon.
3. Bahasa adalah bunyi
Menurut Kridalaksana bunyi adalah pesan dari pusat saraf sebagi akibat dari
gendang telinga yang berreaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan
udara. Karenanya, banyak ahli yang menyatakan bahwa yang disebut bahasa
adalah yang sifatnya primer, dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi. Dengan
bahasa demikian bahasa tulis adalah bahasa sekunder yang sifatnya rekaman dari
bahasa lisan, yang apabila dibacakan atau dilafalkan tetap melahirkan bunyi juga.
Sebagai bunyi, bahasa berfungsi sebagai untuk menyampaikan pesan lambang
dari kebahasan sebagaimana disebutkan diatas bahwa bahasa juga bersifat
lambang atau simbol.
4. Bahasa itu bermakna
Bahasa dilambangkan dengan suatu pengertian, konsep, ide atau pikiran yang
hendaknya disampaikan mulai wujud bunyi tersebut. Karena terdapat sesuatu
yang hendak disampaikan, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu memiliki
makna. Sebuah lambang bunyi bahasa yang bermakna berupa satuan-satuan
bahasa yang berwujud morfem, kata frasa, atau klausa, kalimat, dan wacana. Jadi
bahasa sebagai suatu hal yang bermakna memiliki kaitan erat dengan sistem
lambang bunyi.
5. Bahasa itu Arbiter
Arbiter bisa dikatakan “sewenang-wenang, berubah-ubah. Tidak tetap, mana
suka”. Arbiter dapat pula dikatakan dengan tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang
dimaksud oleh lambang tersebut. Hal ini berfungsi untuk memudahkan orang
dalam melakukan tindakan dalam kebahasaan.
6. Bahasa itu Unik
Bahasa dikatakan memiliki sifat unik karena bahasa memiliki ciri khas tersendiri
yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini meliputi sistem bunyi,
sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, dan sistem lainnya.
Bahasa bersifat unik berfungsi untuk membedakan antara bahasa satu dengan
yang lainnya. Jadi karena bersifat unik tadi, kita bisa mengetahui ciri khas
masing-masing pemakai bahasa.
7. Bahasa itu Universal
Selain bersifat unik dengan ciri-ciri tersendiri, bahasa juga dimungkinkan
memiliki ciri yang sama untuk beberapa kategori . karena bahasa itu bersifat
ujaran, ciri yang paling umum dimiliki setiap bahasa adalah memiliki konsonan
dan vokal. Misalnya, dalam bahasa Indonesia memiliki 6 vokal dan 22 konsonan,
tetapi bahasa Arab memiliki 3 vokal pendek, 3 vokal panjang dan 28 konsonan.
Oleh karena sifatnya yang universal ini, bahasa memiliki fungsi yang sangat
umum dan menyeluruh dalam tindakan komunikasi.
8. Bahasa itu Manusiawi
Bahasa yang manusiawi yaitu bahasa yang lahir alami dari manusia sebagai
penutur bahasa tersebut. Karena pada binatang belum tentu ada bahasa, meskipun
binatang dapat berkomunikasi. Sifat ini memiiki fungsi bahasa sebagai citra
yang baik dalam komunikasi.
9. Bahasa itu bervariasi
Setiap masyarakat bahasa memiliki ragam atau variasi bahasa dalam bertutur.
Bahasa jawa misalnya, antara penutur bahasa jawa bagi masyarakat Jawa Timur
dengan masyarakat Jawa Tengah memiliki variasi. Variasi bahasa terjadi secara
idiolek, kronolek, sosiolek dan fungsiolek. Karena bervariasi itu bisa dikatakan
bisa itu unik.
10. Bahasa itu dinamis
Hampir setiap tindakan manusia pasti menggunakan bahasa. Bahkan ketika
bermimpi pun menggunakan bahasa. Karena tindakan atau perilaku manusia itu
berubah sering dengan perkembangan zaman yang diikuti pola pikir mereka,
maka bahasa yang digunakan juga mengalami perubahan. Dengan kata lain,
bahasa itu tidak statis, tetapi akan terus berubah mengikuti kebutuhan penutur
bahasa tersebut.
11. Bahasa sebagai alat interaksi sosial
Dalam interaksi manusia memang kerap tidak terlepas dari bahasa. Sebagaimana
penjelasan diatas, hampir setiap tindakan manusia itu menggunakan bahasa,
maka salah satu hakikat dari bahasa adalah alat komunikasi dalam sehari-hari.
12. Bahasa sebagai identitas diri
Bahasa juga dapat menjadi identitas diri bagi penggunanya. Hal ini disebabkan
karena bahasa juga menjadi cerminan dari sikap seseorang dalam berinteraksi.
Sebagai identitas diri, maka bahasa akan menjadi penunjuk karakter pemakai
bahasa tersebut.
Hingga saat ini banyak orang yang belum mengerti bahwa sesungguhnya
lahirnya teori ilmu hibrida ini pertama kali ada di jerman, akan tetapi tidak
dikenal oleh banyak orang. Hingga pada akhirnya di benua Amerika keterkaitan
antara bahasa dengan ilmu jiwa atau psikologi juga mulai tumbuh dan mengalami
perkembangan yang pesat. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat tahap
yakni tahap formatif, tahap linguistik, tahap kognitif dan tahap teori
psikolinguistik.
Pada tahap ini psikolingusitik mulai mengarah pada peran kognsi dan
landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa. Pelopor seperti
Chomsky mengatakan bahwa linguis itu sebenarnya adalah psikolog kognitif.
Pemerolehan bahasa pada manusia bukanlah penguasaan komponen bahasa
tanpa berlandaskan pada prinsip-prinsip kognitif. Tata bahasa misalnya, tidak
lagi dipandang sebagai sesuatu yang terlepas dari kognisi manusia karena
konstituen dalam suatu ujaran sebenarnya mencerminkan realita psikologi
yang ada pada manusia tersebut.
Ujaran bukanlah suatu urutan bunyi yang linier, tetapi urutan bunyi yang
membentuk unit-unit konstituen yang hierarkis dan masing-masing unit ini
adalah realita psikologis. Frasa orang tua misalnya, membentuk suatu
kesatuan psikologis yang tidak dapat dipisahkan. Frasa ini dapat digantikan
dengan hanya satu kata saja seperti Achmad dan dia.
Pada tahap ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada
bahasa karena mereka mulai merasa bahwa bilogi merupakan landasan
dimana bahasa itu tumbuh. Orang-orang sepert Chomsky dan Lenneberg
mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara
genetic dengan bahasa biologisnya.
Pada tahap akhir ini, psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang
terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa
manusia menyangkut banyak cabang ilmu pengetahuan yang lain.
Psikolinguistik tidak lagi terdiri dari psiko dan linguistic saja, akan tetapi juga
menyangkut ilmu-ilmu lain seperti neurologi, filsafat, primatologi, dan
genetika.
Dengan kata lain, psikolinguistik kini telah menjadi ilmu yang ditopang
oleh ilmu-ilmu yang lain.
C. FUNGSI BAHASA
1. Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan,
dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah,
komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi
budaya.
2. Bahasa Sebagai Sarana Integrasi dan Adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu
ikatan. Misalnya, integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan
dalam sebuah departemen, integritas keluarga, integritas kerja sama dalam
bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
3. Bahasa Sebagai Kontrol Sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan
komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling
memahami. Masing–masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol–simbol
lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan
dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang-undang dan lain-lain.
4. Bahasa Sebagai Sarana Memahami Diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan
mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan
potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan,
kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya.
Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan,
psikis, karakternya, psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang
cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan
mengorbitkan-nya ke arah pengembangan potensi dan kemampuannya
menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa Sebagai Sarana Ekspresi Diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat
tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan
senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita
makan siang).
6. Bahasa Sebagai Sarana Memahami Orang Lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami
orang lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap
seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup
kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan,
karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar
tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya,
kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan
dirinya, dan lain – lain.
7. Bahasa Sebagai Sarana Memahami Lingkungan
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus
diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir
sehingga dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti.
Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan
masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana
cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil
pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir
logis induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat
menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui
proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus
dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu,
diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna sehingga
mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa Membangun Kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan
sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana
argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan
kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan
kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa Mengemangkan Kecerdasan Ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki
beberapa kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat
berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang
yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius dimungkinkan
memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang
mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin
penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa Membangun Karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat
mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya,
seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam
bentuk sederhana misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih
kompleks , misalnya : membuat proposal yang menyatakan dirinya akan
menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu laporan.
12. Bahasa Mengembangkan Profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran
dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh
selama proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya.
Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak pendakian
karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra,
pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional
memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa
sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa Sebagai Sarana Menciptakan Kreatifitas Baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang
menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan
segala potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang
dikembangkannya. Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi
suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat
berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.
D. STRUKTUR BAHASA
a. Tata bahasa
Menurut teori linguistik generatif-transformasi setiap tata bahasa suatu
bahasa terdiri dari tiga buah komponen fonologi, komponen sintaksis, dan
komponen semantik.
1. Komponen sintaksis
Menurut teori ini sintaksis merupakan komponen komponen sentral
dalam pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen
fonologi.
2. Komponen semantik
Teori linguistik generatif transformasi standar mengakui bahwa makna
suatu kalimat sangat tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan
dengan lainnya. Antara lain (a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat,
(b) urutan kata dalam organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan
atau dituliskan, (d) konteks situasi tempat kalimat itu diucapkan, (e) kalimat
sebelum dan sesudah yang menyertai kalimat itu, dan (f) faktor-faktor lain.
3. Komponen fonologi
Komponen fonologi adalah sistem bunyi suatu bahasa. Komponen
fonolgi ini, sebagai komponen ketiga dalam tata bahasa generatif transformasi
memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur-luar
sintaksis menjadi representasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita
dengar di ucapkan oleh seorang penutur
b. Struktur dalam dan struktur luar
Menurut linguistik generatif-transformasi setaip kalimat yang kita
lahirkan mempunyai dua struktut yaitu struktur dalam dan stuktur luar.
Struktur dalam adalah struktur kalimat itu secara abstrak yang berada didalam
otak penutur sebelum kalimat itu diucapkan.
Struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan yang dapat kita
dengar. Jadi bersifat kongkrit.
E. PROSES BERBAHASA MANUSIA
Proses yang terjadi diantara proses enkode dan dekode disebut dengan proses
transmisi yaitu proses pemindahan atau pengiriman kode-kode yang berupa ujaran
manusia, yang disebut bahasa. Proses ini terjadi antara artikulasi pembicara sampai ke
telinga pendengar.
Proses dekode dan proses enkode dari pesan, amanat, atau perasaan
terangkum dalam satu proses, yang disebut proses komunikasi oleh karena itu
pembelajaran bahasa ialah pembelajaran komunikasi yang didalamnya menekankan
pemahaman serta kemampuan berbahasa produktif dan berbahasa reseptif yang harus
sama-sama dikuasai dengan baik.
Jadi, proses produktif dan proses reseptif merupakan proses yang berkesinambungan,
mulai dari proses perancangan pesan sampai pada proses penerimaan dan pemahaman
pesan itu.
Proses berbahasa adalah proses komunikasi yang bermakna dan berguna, dan
yang dikomunikasikan adalah makna dan yang diterima adalah makna, yang berupa
pesan atau perasaan, berita atau amanat yang merupakan proses produksi bahasa.
Sedangkan menerima berita, pesan atau amanat adalah proses reseptif.
Kata al-bayan dalam ayat di atas merupakan identitas dari manusia. Pada ayat
ke-3 manusia diciptakan lalu disambung ke ayat 4 tanpa kata penghubung “ٔ”yang
artinya „dan‟, namun langsung tersambung dari ayat ke-3 dan ke-4. Hal ini
menandakan bahwa bahasa merupakan hal istimewa dan begitu penting yang
merupakan ciri melekat dari manusia. Tafsir al-Mawardiy menjelaskan kata al-bayan
yang dimaksud dengan beberapa makna diantaranya : kepandaian bicara, tulisan,
hidayah, akal, penjelasan diri & lingkungan, dan manusia diciptakan tidak tahu
kemudian diajari jalan pengetahuan (al-Mawardiy, : 206). Dapat disimpulkan bahwa
Albayan dimaknai secara praktis adalah kepandaian berbicara dan kemampuan
menjelaskan sesuatu.