BALAGHAH III
Dosen Pembimbing:
Oleh:
الحمد هلل رب العالمين و الصالة والسالم على أشرف األنبياء والمرسلين سيدنا
أما بعد,وموالنا محمد وعلى اله و صحبه أجمعين
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan dan
kemampuan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Uslub al-Hakim
dan Iltifat” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan
kita nabi Muhammad saw, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti sunnahnya,
aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Muallim H. Hasan MA. Hum selaku dosen
mata kuliah Balaghah III atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan
penulis tentang konsep uslub al-hakim dan iltifat, serta kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini. Semoga dukungan dari barbagai pihak terkait mendapat
balasan dari Allah SWT. Dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu,
kami dengan senang hati menerima saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah khasanah keilmuan dan
bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 2
C. TUJUAN MASALAH............................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
A. Pengertian Uslub al Hakim ...................................................................................... 3
B. Contoh Uslub al Hakim ............................................................................................ 3
C. Pengertian Iltifat....................................................................................................... 5
D. Contoh Iltifat ............................................................................................................ 6
a. Iltifat Dhamir .......................................................................................................... 6
b. Iltifat Sighat ............................................................................................................ 7
c. Iltifat Adad/Bilangan............................................................................................... 8
BAB III .............................................................................................................................. 10
PENUTUP ......................................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 10
B. SARAN.................................................................................................................... 10
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Balaghah sangat memperhatikan kesesuaian kalimat dengan kondisi dan
situasi lawan bicara. Nilai tuturan yang mengandung balaghah bergantung kepada
sejauh mana ungkapan tersebut dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisinya.
Balaghah merupakan ilmu yang mengkaji keindahan bahasa Alquran. Pelajar bahasa
Arab memandangnya sebagai materi sulit karena di dalamnya membahas mengenai
hubungan kata dan ungkapan dengan situasi, lingkungan, dan makna. Ilmu Balaghah
membahas bagaimana menyampaikan suatu pesan sehingga pesan tersebut bisa
sampai ke tempat yang dituju. Ruang lingkup kajian ilmu Balaghah ada tiga, yaitu
ilmu Bayan, ilmu Ma’ani dan ilmu Badi’.
Salah satu cabang dari ilmu balaghah adalah ilmu al-badi’, dalam beberapa
literatur, lebih sering dijadikan bagian penutup dari rangkaian studi ilmu
balaghah.Secara garis besar, ilmu al-badi ini mempelajari aspek-aspek yang berkaitan
dengan keindahan bahasa, baik dari segi lafadz maupun makna. Salah satu elemen
terpenting dalam ilmu badi’ adalah uslub hakim dan iltifat yang kurang diberikan
tumpuan khusus dalam kupasan ilmu balaghah.
Uslub al-Hakim merupakan salah satu kajian dalam ilmu balaghah (ilmu badi’).
Uslûb ini merupakan salah satu kajian ilmu badî’ dalam aspek memperindah makna
(muhassinât ma’nawiyyah). Uslub al-hakim membahas tentang pengalihan pembicaraan.
Pengalihan yang dimaksud adalah mengalihkan pembicaraan kepada hal yang lebih penting.
Pembicaraan ini dapat berupa pertanyaan yang disampaikan atau pernyataan yang keduanya
dijawab atau ditanggapi dengan pembicaraan lain yang dianggap lebih utama. Uslub al-hakim
adalah seseorang menerima jawaban yang tidak ia kehendaki, baik karena mengabaikan
pertanyaanya dan menjawab pertanyaan yang tidak ditanyakannya, atau karena mengalihkan
pembicaraan kepada sesuatu yang tidak ia maksudkan, sebagi isyarat bahwa sebaiknya ia
bertanya tentang persoalan ini atau menghendaki makna tersebut.
Sedangkan corak atau pola struktur Iltifat yang tidak selalu tetap merupakan
salah satu bentuk kelebihan dan keindahan gaya bahasa arab. Dalam bahasa Indonesia
ada ungkapan seorang ayah kepada anaknya yang telah berperilaku tidak wajar
kepadanya: “Nak, aku ini ayahmu. Mengapa kamu berbuat seperti itu terhadap orang
tua?”Ungkapan di atas terdiri dari 2 kalimat. Kalimat pertama adalah “Nak, aku ini
ayahmu”, dan kalimat kedua adalah: Mengapa kamu berbuat seperti itu terhadap
orang tua?”.Pada kedua kalimat di atas ada pronomina. Pada kalimat pertama,
pronominanya “aku” (persona I), dan pada kalimat kedua, pronominanya “orang tua”
(persona III) yang hakikatnya adalah persona I pada kalimat pertama. Inilah gambaran
gaya bahasa iltifât.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Uslub al Hakim?
2. Bagaimana contoh-contoh Uslub al Hakim?
3. Apa pengertian Iltifat?
4. Bagaimana contoh-contoh Iltifat?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa pengertian Uslub al Hakim.
2. Untuk mengetahui bagaimana contoh-contoh Uslub al Hakim.
3. Untuk mengetahui apa pengertian Iltifat.
4. Untuk mengetahui bagaimana contoh-contoh Iltifat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Uslub al Hakim
Kata Uslub dalam bahasa Arab adalah yang apabila diterjemahkan artinya
jalan, cara, sistem atau metode. Adapun pengertiannya (uslub) dalam bahasa Arab,
ialah makna yang terdapat dalam suatu bentuk susunan lafadz-lafadz (kalimat) agar
lebih mudah mencapai tujuan yang dimaksud pada diri pendengar atau pembaca. 1
Sedangkan kata hakim diambil dari kata hakama yang berarti orang yang
mengetahui serta teliti dalam semua perkara. Oleh pengertian itu, arti hakim ialah
orang yang berkemampuan mencegah dari bertindak kerusakan karena ketelitian yang
ada padanya dalam membuat keputusan sehingga mencegahnya terkeluar dari apa
yang dikehendaki. 2
Jadi uslub al-hakim adalah gaya bahasa yang disampaikan oleh seseorang
dalam memberikan jawaban terhadap sebuah persoalan dengan jawaban yang keluar
dari pada persoalan.
Tujuan Uslub Al-Hakim ini Diantaranya :
1.Untuk memberikan penjelasan yang lebih bermanfaat.
2.Untuk memperindah suatu ungkapan atau jawaban.
3.Untuk melihat dan lebih dekat dengan pembahasan ilmu badi’
B. Contoh Uslub al Hakim
1
Aminullah, Uslub Al-Qur’an, (Medan: USU Digital Library, 2002) h. 6.
2
Husni bin Abdullah, “Uslub Al Hakim dalam Hadits Nabi Muhammad SAW Satu Pendekatan Dakwah
Berkesan” International Refereed Academis Journal in Hadits Studies, (Malaysia: Journal Hadits, 2017) Vol. 7,
No. 13, h. 4.
3
Yuyun Wahyuddin, Menguasai Balaghah Cara Cerdas Berbahasa, (Yogyakarta: Nurma Media Idea,
2007), h. 21.
3
Contoh 1:
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.” QS. Al Balqarah:
189.
Contoh 2 :
Ibnu Hajjaj
“Ia berkata : Terasa berat jika aku datang berulang kali, Aku berkata : Engkau
keberatan pundakku dengan pemberian Ia berkata : Aku berlama-lama; aku bekata :
Engkau berikan anugrah. Ia berkata : Aku membosankan; aku berkata : tali kasih
sayangku”.
Kadang-kadang seseorang berbicara denganmu atau menanyakan sesuatu
kepada kita, lalu muncul dalam benak kita untuk berpaling dari pokok persoalan atau
jawaban karena beberapa hal, di antaranya kita menganggap bahwa orang yang
bertanya itu tidak akan dapat memahami jawaban yang sebenarnya, dan kita anggap
lebih baik kita mengajaknya memperhatikan sesuatu yang lebih bermanfaat baginya.
Penyebab lain adalah karena orang yang berbicara itu pendapatnya tidak tepat, dan
kita tidak ingin mengejutkannya dengan mengemukakan pendapat kita. Dalam
keadaan demikian kita harus mengajaknya dengan sehalus mungkin, berpaling dari
pokok masalah yang ia hadapi kepada suatu percakapan yang lebih patut dan utama. 4
Bila kita perhatikan contoh pertama, kita dapatkan bahwa para sahabat
Rasulullah SAW bertanya kepada beliau tentang keadaan bulan yang semula kecil
lalu menjadi besar dan akhirnya menjadi kecil kembali. Hal ini adalah salah satu
masalah ilmu falak, yang untuk memahaminya dieprlukan pengkajian detail dan
4
Ali Al-Jarim, dan Mushtafa Amin, Terjemah Al-Balaghatul Wadhihah, (Bandung:Sinar Baru
Algensindo, 2018),h. 425.
4
serius. Oleh karena itu, Al-Qur’an memalingkan mereka dari masalah itu dengan
menjelaskan bahwa bulan itu merupakan tanda untuk mengetahui waktu bekerja dan
beribadah. Hal ini merupakan isyarat bahwa sebaiknya mereka bertanya tentang
faedah ini, juga menunjukkan bahwa pembahasan ilmu harus sedikit diundurkan
hingga suasana menjadi mantap dan kekuatan Islam tidak tergoyahkan.
Teman Ibnu Hajjaj pada contoh kedua berkata bahwa ia telah
memberatkannya dengan sering berkunjung kepadanya. Maka Ibnu Hajjaj
memalingkannya dari pandangannya itu dengan cara yang mengandung nilai seni dan
lembut, lalu ia berkata dengan makna yang lain, “Kamu telah memberatkan
punggungku dengan banyaknya kenikmatan yang kamu berikan.” Demikian pula pada
bait kedua. Keindahan bahasa yang demikian disebut Uslub al-Hakim (gaya bahasa
orang yang bijaksana).
C. Pengertian Iltifat
Kata iltafât adalah bentuk mashdar dari kata إلتفت,mengikuti wazan إفتعل
dengan tambahan hamzah dan ta. Kata dasarnya adalah Secara etimologis, kata
memiliki ini arti ( الصرفperubahan), ( القبضgenggaman), ( الفتلlilitan), ( النظرmelihat),
dan ( الخلطcampuran). Sedangkan menurut terminologis, al-Hasyimiy mendefinisikan
iltifat sebagai berikut:
Iltifât adalah perpindahan dari semua dhamîr; mutakallim, mukhâthab atau
ghâib kepada dhamîr lain, karena tuntutan dan keserasian yang lahir melalui
pertimbangan dalam menggubah perpindahan itu, untuk menghiasi percakapan dan
mewarnai seruan, agar tidak jemu dengan satu keadaan dan sebagai dorongan untuk
lebih memperhatikan, karena dalam setiap yang baru itu ada kenyamanan, sedangkan
sebagian iltifât memiliki kelembutan, pemiliknya adalah rasa bahasa yang sehat.5
SedangkanAbd al-Mu’taz memasukkan iltifat dalam ilmu badi’ dan
mendefinisikannya sebagai berikut :
5
http://docplayer.info/35921543-Bab-i-pendahuluan-dalam-bahasa-indonesia-ada-ungkapan-seorang-
ayah-kepada-anaknya-yang.html, diunduh tanggal 30 november 2021.
5
Iltifat adalah beralihnya pembicara dari menggunakan bentuk mukhatabah
(dialog) kepada bentuk ikhbar (informatif). Dan dari bentuk ikhbar kepada bentuk
mukhatabah, Termasuk iltifat juga, yaitu peralihan makna yang ada kepada makna
yang lain. 6Menurutnya, seorang penutur yang awalnya menggunakan bentuk tuturan
mukhatabah yang sifatnya berupa dialogis kemudian beralih menjadi bentuk tuturan
ikhbar yang sifatnya informatif. Begitu pula berlaku sebaliknya perubahan atau
peralihan dari bentuk tuturan tersebut.
Berdasarkan beberapa pemapran oleh para cendekiawan muslim tentang iltifat
tersebut dapat dipahami bahwa iltifat merupakan salah satu gaya bahasa al-Qur’an
yang menampilkan bentuk atau corak tuturan yang berubah-ubah dan tidak selalu
mengikuti aturan bahasa Arab pada umunya. Perubahan atau peralihan maksudnya
yaitu mengalihkan uslub atau gaya bicara dari satu arah ke arah yang lain. Perubahan
ini berkaitan dengan konteks latar yang memunculkan tuturan atau ayat tersebut dan
tidak hanya terjadi pada pengalihan dhomir saja, akan tetapi juga pengalihan pada
gaya bahasa atau uslub yang digunakan guna mendapatkan perhatian yang lebih dari
para pembaca atau pendengarnya.
Tujuan Iltifat menurut Zamakhsari yaitu untuk menghiasi percakapan dan
mewarnai seruan agar tidak jemu dengan satu keadaan dan sebagai dorongan untuk
lebih memperhatikan, karena dalam setiap yang baru itu ada kenyamanan.
D. Contoh Iltifat
a. Iltifat Dhamir
6
Abdullah bin Muhammad al-Mu’taz, al-Badi’ fi al-Badi’,(maktabahsyamilah), h. 152.
6
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat saja
yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain itu.”
(QS. Albaqarah:23).
c. Iltifât dari mukhâthab (persona II) kepada ghâib (persona III) :
. إياك نعبد وإياك نستعين. مالك يوم الدين. الرحمن الرحيم. الحمد هلل رب العالمين
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha pemurah lagi
maha penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah...”
e. Iltifât dari ghâib (persona III) kepada mutakallim (persona I) :
b. Iltifat Sighat
c. Iltifat Adad/Bilangan
ٓ
ٌ ََاوة ٌ هولَ ُه ْم َعذ
اب َع ِظ ْي ٌم َ ار ِه ْم ِغش
ِ صَ س ْم ِع ِه ْم ۗ َو َع ٰلى اَ ْب
َ ّٰللاُ َع ٰلى قُلُ ْو ِب ِه ْم َو َع ٰلى
َخت ََم ه
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan
penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.”
(QS.Albaqarah:7).
Iltifat yang terjadi pada ayat tersebut adalah pengalihan dari bentuk
mufrad dan jama‟ yang berkaitan dengan jumlah bilangan. Bentuk kata
benda“qulubihim” bentuknya adalah jamak, kemudia beriltifat ke “sam’ihim”
8
yang bentuknya mufrad , kemudian kembali ke “absharihim” yang berbentuk
jamak lagi. 7
7
Amiruddin,Stilistika Gaya Bahasa Al-Qur’an (KajianAyat-ayatIltifat : AnalisisStrukturdanMakna),
jurnal al-Bayan, IAIN Raden Intan Lampung.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa uslub al-hakim adalah
uslub-uslub Balaghah pada pembagian ilmu Badi’ yang artinya seorang
mutakallim memberikan jawaban kepada mukhathab tidak seperti yang
diinginkan, akan tetapi menggantinya dengan gaya bahasa atau ungkapan lebih
bermakna bagi si mukhathab.
Contoh-contoh yang biasa dikatakan ialah gaya bahasa orang yang
bijaksana hanya orang-orang tertentu saja. adapun lafadznya yaitu pada QS.
Al-Baqarah ayat 189. Dengan harapan, sesuatu yang diberikan kepada
penannya itu seharusnya yang ditanyakan. Dalam hal ini sebaiknya mukhatab
mengklarifikasi pernyataan tersebut agar tidak salah tafsir.
b. Iltifât adalah perpindahan dari semua dhamîr; mutakallim, mukhâthab atau
ghâib kepada dhamîr lain, karena tuntutan dan keserasian yang lahir melalui
pertimbangan dalam menggubah perpindahan itu, untuk menghiasi percakapan
dan mewarnai seruan, agar tidak jemu dengan satu keadaan dan sebagai
dorongan untuk lebih memperhatikan, karena dalam setiap yang baru itu ada
kenyamanan, sedangkan sebagian iltifât memiliki kelembutan, pemiliknya
adalah rasa bahasa yang sehat.
B. SARAN
Demikianlah pembahasan dari makalah kami,Kami menyadari dari
maklah kami ini masih belum sempurna. Jadi, kami sangat berharap kepada
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun bagi kami
selaku penulis.
10
DAFTAR ISI
Abdullah bin Muhammad al-Mu’taz, al-Badi’ fi al-Badi’, maktabahsyamilah.
Abdullah, Husni bin.2017.“Uslub Al Hakim dalam Hadits Nabi Muhammad Saw Satu
Pendekatan Dakwah Berkesan” International Refereed Academis Journal in
Hadits Studies. Malaysia: Journal Hadits Vol. 7, No. 13.
Al-Jarim, Ali dan Mushtafa Amin.2018.“Terjemah Al-Balaghatul
Wadhihah”,.Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Aminullah.2002.“Uslub Al-Qur’an”.Medan: USU Digital Library.
Amiruddin, Stilistika Gaya Bahasa Al-Qur’an (Kajian Ayat-ayat Iltifat : Analisis
Struktur dan Makna), jurnal al-Bayan, IAIN Raden Intan Lampung.
http://docplayer.info/35921543-Bab-i-pendahuluan-dalam-bahasa-indonesia-ada-
ungkapan-seorang-ayah-kepada-anaknya-yang.html,
Wahyuddin, Yuyun. 2007. “Menguasai Balaghah Cara Cerdas
Berbahasa”.Yogyakarta:Nurma Media Idea.
11