Anda di halaman 1dari 17

INTERFERENSI

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah


Muqaddimah Ilmu al-Lughah an-Nafsi wa al-Ijtima’i
Dosen : Dr. H. Abdul Kodir, M.Ag.
Abdul Kosim, M.Ag.

Oleh :
Kelompok XII, V/A

Ade Pachrizal : 1172030002


Aulia Elvara : 1172030029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah penulis panjatkan, karena hanya dengan Qudrah dan
Iradah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini; yang merupakan salah
satu tugas mata kuliah Muqaddimah Ilmu al-Lughah an-Nafsi wa al-Ijtima’i di
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Dalam makalah ini penulis akan membahas materi yang berkaitan dengan
“Interferensi”. Di dalamnya meliputi pemaparan secara singkat mengenai macam-
macam interferensi dan sebab-sebab terjadinya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga dengan makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi seluruh mahasiswa yang senantiasa mempelajari ilmu
linguistik, terlebih menjadi pegangan bagi pihak yang memerlukan makalah ini.

Namun penulis sangat sadar akan keterbatasan dan kekurangan yang ada pada
makalah ini. Karena sebab itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan.

‫اهلل يأخذ بأيدنا إىل ما فيه خري لإلسالم و املسلمني‬

Bandung, 10 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II : INTERFERENSI ........................................................................................ 3
A. Pengertian Interferensi ..................................................................................... 3
B. Kecenderungan Terjadinya Interferensi ............................................................ 5
C. Interferensi dan Perbandingan Bahasa (Linguistic Contrast) ............................ 5
D. Macam-macam Interferensi ............................................................................. 6
1. Interferensi Fonologi .................................................................................. 6
2. Interferensi Morfologi ................................................................................ 8
3. Interferensi Leksikal .................................................................................. 8
4. Interferensi Sintaksis .................................................................................. 9
5. Interferensi Semantik ................................................................................. 9
6. Interferensi Paralinguistik ........................................................................ 10
7. Interferensi Kultural ................................................................................. 10
E. Faktor-faktor Terjadinya Interferensi ............................................................. 10
F. Batasan-batasan Teori Interferensi ................................................................. 12

BAB III : SIMPULAN ............................................................................................. 13


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh
manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Kajian secara internal
artinya pengkajian yang dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu sendiri, seperti
struktur fonologi, morfologi atau sintaksisnya. Pengkajian secara eksternal tidak
hanya menggunakan prosedur dan teori linguistik saja, tetapi juga menggunakan teori
dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa itu. Misalnya
psikologi, sosiologi atau antropologi. Kajian yang bersifat interdisipliner ini selain
untuk merumuskan teori-teori (teoritis), juga bersifat terapan (praktis). Artinya, hasil
dari pengkajian tersebut dapat digunakan untuk memecahkan dan mengatasi
problematika yang ada dalam kehidupan praktis masyarakat.

Kajian sosiolinguistik merupakan salah satu kajian bahasa yang mempunyai


beberapa pembahasan, diantaranya yaitu interferensi dan integrasi. Dua topik
pembahasan dalam sosiolinguistik ini terjadi akibat adanya penggunaan dua bahasa
atau lebih dalam masyarakat tutur yang multilingual. Adanya kedwibahasaan akan
menimbulkan interferensi bahasa. Interferensi bahasa merupakan penyimpangan
sistem kebahasaan yang terjadi dalam ujaran dwibahasa, yang disebabkan karena
adanya kontak bahasa. Penyebab terjadinya interferensi kembali pada kemampuan
penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga penutur dipengaruhi oleh
bahasa lain.

Bahasa Arab merupakan bahasa dunia yang sudah banyak dipelajari serta
menjadi bahasa Internasional yang banyak dipakai di berbagi sumber literatur. Selain
itu, bahasa Arab juga mempunyai kepustakaan besar di semua bidang ilmu
pengetahuan.1 Bahasa Arab merupakan bahasa asing, sehingga pembelajarannya
berbeda dengan pembelajaran ilmu yang lain. Karena pembelajaran bahasa tersebut
mengutamakan beberapa keterampilan bahasa, yaitu keterampilan menyimak
(istima‟), keterampilan berbicara (kalam), keterampilan membaca (qira‟ah) dan
keterampilan menulis (kitabah).

1
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Pengajarannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 11

1
Latar belakang seseorang merupakan hal yang sangat dominan dalam
memengaruhi pembelajaran bahasa, terlebih bahasa Arab. Kesalahan-kesalahan yang
biasanya terjadi dalam pembelajaran kemahiran berbahasa adalah adanya perbedaan
karakter bahasa Arab (bahasa kedua) dan bahasa pertama. Dalam penggunaan bahasa
Arab, biasanya seseorang terkontaminasi atau disebut dengan interferensi dengan
bahasa pertamanya, padahal pola yang ada dalam bahasa Arab dan bahasa pertamanya
itu berbeda.

Banyak aspek interferensi yang terjadi ketika seseorang belajar bahasa Arab,
khususnya kemahiran berbicara dan menulis. Seseorang tidak akan merasa bahwa
yang dilakukan itu keliru, karena diakibatkan kebiasaan yang dia lakukan pada bahasa
sebelumnya.

2
BAB II
INTERFERENSI

A. Pengertian Interferensi

Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich (1953) untuk


menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya
persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh
penutur yang bilingual (dua bahasa). 2

Hartman & Stork mengatakan bahwa interferensi sebagai “kekeliruan” yang


disebabkan oleh terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa atau dialek
ibu/pertama ke dalam bahasa atau dialek kedua. 3 Dalam hal ini tentu orang yang
mempelajari bahasa kedua atau bahasa Arab misalnya akan mengalami kekeliruan
yang seharusnya itu menjadi benar jika digunakan dalam bahasa pertama.

Nabahan menyebutkan bahwa interferensi sebagai suatu “pengacauan” atau


“kekacauan” yang terjadi pada penutur dua bahasa yang disebabkan karena
penguasaan bahasa yang tidak seimbang. Penguasaan bahasa yang tidak seimbang
dapat terjadi pada kemajemukan bilingual. 4 Ervin dan Osgood (1965:139)
menjelaskan bahwa kemampuan setiap penutur bilingual sangat bervariasi. Ada
penutur yang menguasai B1 dan B2 sama baiknya, sehingga disebut kemampuan
bahasa yang sejajar. Tetapi ada pula penutur yang kemampuan terhadap B2-nya
sangat minim atau tidak sama dengan kemampuan terhadap B1-nya, sehingga disebut
kemampuan bahasa yang majemuk. Penutur yang mempunyai kemampuan yang
majemuk ini biasanya mempunyai kesulitan dalam menggunakan B2-nya karena akan
dipengaruhi oleh kemampuan B1-nya.

Menurut Kridalaksana interferensi adalah kesalahan berbahasa berupa unsur


bahasa sendiri yang dibawa ke dalam bahasa lain yang sedang dipelajari. 5 Kesalahan

2
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta,
2014, hlm. 120
3
A Chaedar Alwasilah, Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik, Bandung: Angkasa,
1985, hlm. 131
4
Nabahan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar, Jakarta: Grafindo, 1991, hlm. 33
5
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2001, hlm. 84

3
bahasa tersebut terjadi karena unsur-unsur yang dibawa penutur berbeda dengan
unsur-unsur dan sistem bahasa yang dipelajari.

Abdul Hayi merumuskan bahwa interferensi merupakan hambatan, sebagai


akibat adanya kebiasaan pemakai bahasa pertama dalam penguasaan bahasa yang
sedang dipelajari (bahasa kedua). Sebagai konsekuensinya, terjadi transfer atau
pemindahan unsur negatif dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua atau bahasa
sasaran. 6

Pengertian lain dikemukakan oleh Suhendra Yusuf yang menyatakan bahwa


faktor utama yang dapat menyebabkan interferensi adalah karena adanya perbedaan
bahasa sumber dan bahasa sasaran. Perbedaan itu tidak hanya dalam struktur bahasa
melainkan juga keragaman kosakata.7

Dalam kaitannya dengan bahasa Arab, „Abdul Aziz Ibrahim al-„Ashiliy


menjelaskan,
ّ
‫أن التدخل اللغىي هى هقل املتعلم أهظمة لغته ألام وقىاعدها إلى اللغة الثاهية في الكالم أو‬
.‫ هقال سلبيا يعيق عملية تعلم اللغة الثاهية‬،‫الكتابة‬

“Interferensi adalah seorang peserta didik (yang sedang mempelajari bahasa)


memindahkan atau membawa beberapa sistem serta kaidah-kaidah bahasa ibu ke
dalam bahasa kedua baik ketika berbicara maupun menulis. Pemindahannya tersebut
bersifat negatif yang dapat mengganggu proses pembelajaran bahasa kedua”.8

Definisi interferensi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa, dapat
disimpulkan dengan adanya kesamaan yang menyebutkan bahwa interferensi adalah
terjadinya percampuran dua bahasa yang digunakan oleh seseorang serta dapat
mengganggu dan mengacaukan pembelajaran bahasa.

6
Abdul Hayi dkk, Interferensi Gramatika Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa, Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985, hlm. 8
7
Ibid, hlm. 9
8
M. „Afifudin Dimyati, Madkhal ila „Ilmi al-Lughah al-Ijtima‟i, Malang: Maktabah Lisan
„Arabiy, 2016, hlm. 82

4
B. Kecenderungan Terjadinya Interferensi

Sejumlah pembahasan telah mengindikasikan bahwa interferensi biasanya


terjadi dari bahasa yang lebih kuat ke dalam bahasa yang lebih lemah atau dari bahasa
yang paling dominan yang dimiliki seseorang ke dalam bahasa yang kurang dominan.

Interferensi tidak akan terjadi dari bahasa yang lemah ke dalam bahasa yang
kuat. Oleh karena itu, bahwa interferensi terjadi dari bahasa yang kuat ke dalam
bahasa yang lemah serta interferensi akan menyebar dalam prosesnya sebagai suatu
hal yang kurang baik. Jika bahasa pertama seorang pembelajar lebih kuat, maka hal ini
biasanya akan terjadi interferensi dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua
pembelajar. Serta kecil kemungkinan terjadinya interferensi dari bahasa kedua ke
dalam pertama pembelajar. 9

C. Interferensi dan Perbandingan Bahasa (Linguistic Contrast)

Perbandingan bahasa (linguistic contrast) merupakan langkah dalam upaya


membandingkan dua bahasa atau lebih untuk mengetahui aspek-aspek yang sama atau
aspek-aspek yang berbeda diantara dua bahasa tersebut, dengan tujuan untuk
memprediksi kesulitan-kesulitannya, sehingga diharapkan para pembelajar siap
menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut ketika proses pembelajaran bahasa asing.
Upaya perbandingan bahasa tersebut mungkin saja mencakup seluruh tingkatan atau
aspek kebahasaan, seperti fonologi, fonem, morfologi, sintasksis, semantik, kosa kata
dan budaya.

Aly Abu Bakar Basalamah menyatakan bahwa bahasa ibu atau pertama
seseorang akan mempunyai pengaruh langsung, baik positif maupun negatif terhadap
proses pembelajaran bahasa asing. Karena itu perbandingan bahasa (linguistic
contrast) antara bahasa Arab dengan bahasa pertama (Indonesia) berfungsi sebagai
usaha apreventif untuk menyingkap kesalahan sebelum terjadi bagi seseorang yang
sedang belajar bahasa Arab. 10

9
M. „Afifudin Dimyati, op.cit., hlm. 83
10
A. A. Basalamah, Struktur Bunyi Ujaran dalam Bahasa Arab dan Indonesia, Yogyakarta:
Balai Penelitian P3M IAIN, 1992, hlm. 140

5
Perbandingan bahasa memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan proses
transferisasi atau perpindahan antara kedua bahasa tersebut terhadap pengaruh
pembelajaran bahasa. Sebagaimana jika kaidah-kaidah bahasa pertama dengan bahasa
kedua terdapat kesamaan, maka kaidah tersebut akan dipelajari dengan waktu yang
cepat. Adapun jika kaidah-kaidahnya terdapat perbedaan, maka kaidah tersebut akan
dipelajari dengan waktu yang lama.

Maka dapat diketahui bahwasannya ada proses transferisasi antara dua bahasa
yang bersifat positif dan negatif terhadap pembelajaran kaidah. Sehingga jika terdapat
kesamaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua, maka bahasa pertama akan
memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Adapun
sebaliknya jika bahasa pertama dan bahasa kedua memiliki perbedaan, maka bahasa
pertama akan menjadi hambatan dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Oleh
karena itu, bahasa pertama akan mengganggu terhadap bahasa kedua dan menjadi
penghambat dalam proses pembelajaran bahasa kedua.

D. Macam-macam Interferensi

Abdul Chaer dan Leonie Agustina mengelompokkan interferensi menjadi dua


bagian, yaitu interferensi perlakuan dan interferensi sistemik. Pertama, interferensi
perlakuan (performance interference) merupakan interferensi yang biasanya terjadi
pada mereka yang sedang belajar bahasa kedua. Karena itu interferensi ini lazim juga
disebut interferensi belajar (learning interference) atau interferensi perkembangan
(developmental interference). Kedua, interferensi sistemik merupakan interferensi
yang banyak dibicarakan dalam studi sosiolinguistik. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Weinreich (1953) dalam bukunya Language in Contact, interferensi ini tampak
dalam perubahan sistem suatu bahasa, baik mengenai sistem fonologi, morfologi
maupun sistem lainnya.11

1. Interferensi Fonologi (‫)التدخل الصوتي‬

Pada kasus interferensi fonologi dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua,
terdapat beberapa kesalahan dalam pelafalan dan pengucapan, diantaranya ialah:

11
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, op.cit., hlm. 122

6
a) Menyamakan pelafalan bunyi huruf pada bahasa kedua dengan bahasa
pertama. Seperti pelafalan huruf /‫د‬/ (Arab) dengan huruf /d/ (Indonesia),

padahal kedua huruf tersebut memiliki perbedaan yang jelas dari segi
sifatnya.
b) Mempertimbangkan dua fonem dalam bahasa kedua menjadi satu fonem
dalam bahasa pertama, serta pelafalan kedua fonem tersebut tanpa adanya
perbedaan. Seperti orang Indonesia yang sedang belajar bahasa Arab
melafalkan huruf /‫ذ‬/ dan /‫ش‬/ (Arab) sama seperti huruf /z/ (Indonesia).

Interferensi ini memberikan dampak yang kurang baik dalam


menempatkan huruf /‫ذ‬/ ditempat /‫ش‬/ atau sebaliknya, karena hal ini dapat
‫َذ‬
merubah makna kata yang dimaksud. Sebagaimana kata ‫( ذ َّل‬rendah hati)
‫َذ‬
dan ‫( ش َّل‬tergelincir).

c) Mempertimbangkan satu fonem dalam bahasa kedua menjadi dua fonem


dalam bahasa pertama. Seperti huruf /‫ف‬/ (Arab) terkadang menjadi huruf

/f/ atau /v/ (Indonesia).


d) Mengganti fonem yang sulit pada bahasa kedua dengan fonem yang lain
pada bahasa pertama. Seperti setiap huruf /‫ض‬/ (Arab) diganti dengan huruf

/d/ atau /l/ (Indonesia).


e) Mentrasnfer aturan atau sistem tekanan suatu kata pada bahasa pertama ke
dalam bahasa kedua. Kemudian mentransfer aturan atau sistem intonasi
pada bahasa pertama ke dalam bahasa kedua.

Dalam bahasa Indonesia interferensi dalam sistem fonologi dilakukan,


misalnya oleh para penutur bahasa Indonesia yang berasal dari Jawa selalu
menambahkan bunyi nasal yang homorgan di awal kata-kata yang dimulai dengan
konsonan /b/, /d/, /g/ dan /j/. Seperti kata [mBandung], [nDepok], [ngGombong] dan
[nyaJambi]

7
2. Interferensi Morfologi (‫)التدخل الصرفي‬

Interferensi yang terjadi pada pembentukan dan perubahan kata (sharf) bahasa
pertama ke dalam pembentukan dan perubahan kata bahasa kedua. Seperti ‫اثنين كتاب‬

(dua kitab) atau ‫( اثنتين سبىزة‬dua papan tulis). Padahal bentuk dual dalam bahasa Arab

cukup menambahkan huruf „alif‟ dan „nun‟ atau „ya‟ dan „nun‟ dari bentuk tunggalnya
yang biasa disebut juga tasniyyah.

Selanjutnya kalimat ‫( أصلى في املسجد املسجد الكثير‬saya shalat di masjid-masjid


yang banyak). Padahal bentuk jamak dalam bahasa Arab bukan mengulang kata dua
kali, tetapi mengubah ke dalam timbangan atau pola (wazan) jamak, yaitu timbangan
‫ مفاعل‬jadi ‫مساجد‬.

Penggunaan bentuk-bentuk kata seperti ketabrak, kejebak, kekecilan dan


kemahalan dalam bahasa Indonesia baku juga termasuk inteferensi, sebab imbuhan
yang digunakan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan dialek Jakarta. Bentuk yang
baku adalah tertabrak, terjebak, telalu kecil dan terlalu mahal.

3. Interferensi Leksikal (‫)التدخل املفرداتي‬

Interferensi yang masuknya unsur leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa


kedua. Interferensi ini terjadi dalam bahasa Arab baik dalam bentuk isim, fiil, sifat,
huruf, dlamir, nakirah dan ma‟rifatnya. Seperti kalimat ‫زكبت ُم ْوى ْوي َذل َذم َذ ُش َذم َذال ِب ْو‬
ُ (saya
‫ِب‬
ُ ‫َذ َذ ُ َذ ْو َذ َذ‬
mengendarai mobil bersama teman-temanku) atau ‫( ذه ْوبت ِبإلى املد َذز َذس ِبة ُم ْوىط ْوى ًزا‬saya pergi ke

sekolah naik sepeda motor). Kata yang digaris bawahi terlihat dan terdengar seperti
bahasa Arab, padahal kata itu merupakan bahasa Indonesia yang masuk ke dalam
ungkapan bahasa Arab.

Penggunaan serpihan kata, frase dan klausa di dalam kalimat bahasa Indonesia
dapat juga dianggap sebagai interferensi. Seperti:

 Mereka akan married bulan depan

8
 Yah apa boleh buat, better laat dan noit (Yah apa boleh buat, lebih baik
terlambat daripada tidak sama sekali)
 Pimpinan kelompok itu selalu mengatakan, education is necessary for life
(Pemimpin kelompok itu selalu mengatakan, bahwa pendidikan adalah perlu
dalam kehidupan)
4. Interferensi Sintaksis (‫)التدخل اللنوو‬

Interferensi sintaksis ialah masuknya sistem gramatikal bahasa pertama ke


dalam sistem gramatikal bahasa kedua. Seperti ungkapan sebagian pelajar Indonesia
‫َذ‬ ‫َذ‬
‫َذ َذ‬ ‫َذ‬ ‫َذ ْو‬‫َذ‬ ّ ُ ‫َذ‬
yang sedang belajar bahasa Arab, ungkapan ‫ان ب ِبع ْويدة‬
‫ املدزست ِب‬dan ‫الل ِبالباا ممد‬. Kalimat-
kalimat tersebut tidak memperhatikan sistem kesesuaian dalam kalimat nomina bahasa
Arab (jumlah ismiyyah) antara mubtada‟ dan khobar dari segi jenis dan bilangannya
yang dipengaruhi oleh bahasa Indonesia. Kemudian ungkapan lainnya ‫الكتاب هرا جدًد‬

yang seharusnya ‫ هرا الكتاب جدًد‬, kalimat tersebut dipengaruhi sistem gramatikal
bahasa Indonesia.

Interferensi dalam bidang sintaksis, seperti kalimat dalam bahasa Indonesia


“Makanan itu telah dimakan oleh saya”. Kalimat tersebut dipengaruhi oleh bahasa
Sunda, karena kalimat Sundanya adalah “Makanan teh atos dituang ku abdi”. Dalam
bahasa Indonesia baku susunannya haruslah menjadi “Makanan itu telah saya makan”.

5. Interferensi Semantik (‫)التدخل الداللي‬

Interferensi semantik ialah masuknya bahasa pertama ke dalam bahasa kedua


dari segi adanya perubahan makna kata pada bahasa kedua dengan memakai makna
padanan kata pada bahasa pertama. Seperti kata ‫املدزسة الثاهىية‬, makna dalam bahasa

Indonesia adalah “Madrasah Tsanawiyah = Sekolah Menengah Pertama”. Padahal


dalam bahasa Arab, “madarasah tsanawiyah” maknanya adalah ‫املدزسة إلاعدادًة‬.

ُ ُ
Selanjutnya dalam contoh lain ‫السقم التاس ِب‬
‫الساعة إلى ِب‬
‫ِب‬ ‫ت ِبش ْوي ُر ِبإ ْوب َذسة‬, sebagian pelajar
ُ
Indonesia menerjemahkan kalimat ‫ إبسة الساعة‬dengan makna “jarum jam”. Padahal

9
ُ
orang Arab memiliki makna khusus untuk istilah atau makna “jarum jam”, yaitu ‫عقازب‬

‫الساعة‬.

6. Interferensi Paralinguistik (‫)التدخل الحركي‬

Interferensi paralinguistik ialah seseorang berbicara bahasa kedua dengan


menggunakan gerakan dan isyarat yang biasa digunakan oleh penutur bahasa pertama,
dimana gerakan dan isyaratnya itu tidak dikenal bagi penutur bahasa kedua.

7. Interferensi Kultural (‫)التدخل الثقافي‬

Interferensi kultural ialah masuknya kultur atau budaya bahasa pertama


seseorang, ketika dia sedang berbicara menggunakan bahasa kedua. Dalam bahasa
Arab interferensi ini biasanya terjadi diakibatkan kurang tahunya pembelajar bahasa
sehingga kultur yang muncul dalam penggunaan bahasa Arab masih kultur bahasa
‫َذ‬ ‫َذ‬
pertama. Seperti ungkapan ‫القلاز‬
‫فاا ِب‬, dengan makna yang dimaksud yaitu
“ketinggalan kereta”. Padahal dalam bahasa Arab –secara kultur- ungkapan ini tidak
dikenal, karena orang Arab memiliki ungkapan khusus untuk mengungkapkan makna
‫َذ‬
‫قد سبق السيف َذ‬.‫َذ‬
tersebut, yaitu ‫العر‬

E. Faktor-faktor Terjadinya Interferensi

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya interferensi dari


bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, diantaranya ialah:

1. Karakteristik fungsi bahasa. Jika seseorang diminta untuk menerjemahkan


sebuah teks dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, maka keadaan ini
dapat diasumsikan akan terjadi interferensi dari bahasa pertama ke dalam
bahasa kedua.
2. Tekanan penggunaan awal. Jika seseorang dipaksa untuk berbicara
menggunakan bahasa kedua sebelum pembelajarannya selesai, maka keadaan
ini secara tidak sadar memaksa mereka untuk menggunakan bahasa pertama.
3. Lemahnya pengawasan. Jika seseorang belum memiliki nilai atau pemahaman
yang cukup mengenai aturan-aturan kebahasaan yang dimana aturan-aturan

10
tersebut berperan mengawasi penggunaan bahasa pertama yang benar, maka
keadaan ini memungkinkan terbukanya proses interferensi pada bahasa kedua.
4. Menguasai bahasa pertama dan bahasa kedua (bilingualisme). Adanya
perbedaan yang signifikan antara tingkat penguasaan bahasa pertama dengan
bahasa kedua, maka kemungkinan besar akan terjadi inteferensi dari bahasa
yang lebih kuat ke dalam bahasa yang lebih lemah.
5. Prestise bahasa. Jika tingkat pengusaan bahasa pertama dan bahasa kedua
saling mendekati, maka kemungkinan proses interferensi akan tetap terjadi dari
bahasa yang memiliki prestise yang tinggi baik disebabkan oleh faktor
psikologi maupun faktor sosial.
6. Kedudukan bahasa kedua. Jika seseorang sudah tidak berminat dalam
pembelajaran bahasa kedua dikarenakan beberapa faktor, akan tetapi dia
terpaksa untuk mempelajari bahasa kedua tersebut karena tujuan tertentu.
Kemudian pada suatu waktu pembelajaran bahasa keduanya mengikuti bahasa
pertama serta dia merasa khawatir untuk meninggalkan bahasa pertamanya,
karena menggangap bahasa pertamannya itu sebagai simbol dari martabat,
budaya, keturunan, dan tradisi dirinya. Sehingga dalam keadaan ini, secara
tidak sadar pandangannya menolak pembelajaran bahasa kedua dan
menunjukkan sikap melebih-lebihkan terhadap bahasa pertamanya.

Menurut Taman Hassan sebagaimana yang dijelaskan oleh Mahmud Ismail


Shinni, bahwa ada tiga ciri pokok perilaku dan sikap bahasa: (1) language loyality,
yaitu sikap loyalitas atau kesetiaan terhadap bahasa; (2) language pride, yaitu sikap
kebanggaan terhadap bahasa; dan (3) awareness of the norm, yaitu sikap sadar adanya
norma bahasa. Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau sikap bahasa itu kurang
sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur bahasa itu bersikap kurang positif
terhadap keberadaan bahasanya. Kecenderungan itu dapat dipandang sebagai latar
belakang munculnya interferensi. 12

12
Mahmud Ismail Shinni, Mursyid al-Mu‟allim fi Tadris al-Lughah al-„Arabiyyah, Riyad:
Maktabah Tarbiyah al-„Arabi, 1985, hlm. 5

11
F. Batasan-batasan Teori Interferensi
1. Kebanyakan interferensi itu dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua yang
terjadi pada aspek pelafalan dan aksentuasi serta secara khusus interferensi
terjadi pada proses pembelajaran bahasa kedua di usia dewasa.
2. Analisis kesalahan dapat menunjukkan kesalahan yang disebabkan oleh
interferensi dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, dengan presentase
mulai dari 8-12% pada anak-anak dan 8-23% pada orang dewasa.
3. Terdapat banyak kesamaan antara kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
pembelajar bahasa kedua (bahasa asing) dengan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh pembelajar bahasa pertama, hal inilah yang melemahkan
kedudukan teori interferensi.

12
BAB III
SIMPULAN

Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling


dominan dalam perkembangan bahasa. Dalam bahasa besar, yang kaya akan kosa kata
seperti bahasa Inggris dan Arab pun, dalam perkembangannya tidak akan terlepas dari
interferensi, terutama untuk kosa kata yang berkenaan dengan budaya dan alam
lingkungan bahasa donor. Gejala interferensi dari bahasa yang satu ke dalam bahasa
yang lain sulit untuk dihindari.

Adanya perbedaan-perbedaan antara bahasa kedua (Arab) dengan bahasa


pertama (Indonesia) dalam bidang linguistik, menjadi sumber-sumber kesalahan yang
memungkinkan terjadinya proses interferensi bagi seseorang yang sedang belajar
bahasa Arab.

Interferensi bahasa Indonesia terhadap bahasa Arab terdiri dari beberapa jenis
interferensi, yaitu: interferensi fonologi, morfologi, leksikal, sintaksis, semantik,
paralinguistik dan kultural. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
interferensi diantaranya ialah: dominasi bahasa Indonesia dan kebiasaan bahasa
Indonesia yang sudah sangat melekat, sehingga susah ditinggalkan meskipun sudah
belajar bahasa Arab dengan waktu yang relatif cukup lama.

Dilihat dari segi “kemurnian bahasa”, interferensi pada tingkat apa pun
(fonologi, morfologi atau pun sintaksis) merupakan “penyakit”, sebab “merusak”
bahasa. Begitu juga penggunaan unsur-unsur bahasa lain merupakan suatu kesalahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik.


Bandung: Angkasa.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.

Dimyati, M. „Afifudin. 2016. Madkhal ila „Ilmi al-Lughah al-Ijtima‟i. Cet. I. Malang:
Maktabah Lisan „Arabiy.

Mustofa, Muhamad Arif. “Interferensi Bahasa Indonesia Terhadap Bahasa Arab”.


Jurnal An-Nabighoh, Vol. 20, No. 02 Tahun 2018.

Nabahan. 1991. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo.

Rohayati, Enok. Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Palembang:


UIN Raden Fatah.

Shinni, Mahmud Ismail. 1985. Mursyid al-Mu‟allim fi Tadris al-Lughah al-


„Arabiyyah. Riyad: Maktabah Tarbiyah al-„Arabi.

14

Anda mungkin juga menyukai