Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pengajaran bahasa Arab atau bahasa asing lainnya yang
sering menjadi sorotan dan bahan pembicaraan adalah dari segi metode,
sukses atau tidaknya suatu program pengajaran khususnya bahasa sering
kali dinilai dari segi metode yang digunakan, sebab metode itulah yang
menentukan isi dan cara mengajarkan bahasa. Tidak mengherankan kalau
di bidang pengajaran sering terjadi perubahan-perubahan dari metode A
ke metode B, kemudian kembali lagi ke metode A. Hal ini dapat terjadi
karena di bidang pengajaran bahasa terdapat berbagai macam metode
pengajaran dan di antara metode pengajaran bahasa Arab yang ada, tidak
ada satupun yang paling baik untuk bermacam-macam tujuan pengajaran
bahasa Arab, sebab semua metode itu masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Tetapi bila kita dapat memilih dan
menggunakannya dengan tepat yaitu sesuai dengan tujuan, materi,
kemampuan siswa, kemampuan guru maupun keadaan waktu serta
peralatan atau media pengajaran yang memadai, maka dapat tercapai apa
yang diharapkan dalam proses belajar mengajar.
Diantara metode pengajaran yang dapat digunakan dalam
pengajaran bahasa Arab adalah metode alamiah (al-Thariqah al-
Insaniyyah al-Thabi’iyyah/Natural Method) yaitu suatu metode
pembelajaran yang lebih banyak ditekankan pada pencapaian siswa bisa
berkomunikasi personal dasar, baik dengan lisan maupun tulisan. Serta
metode pembelajaran eklektik (al-Thariqah al-Intiqo’iyyah, al-Mukhtarah,
al-Taufiqiyyah, al-Mazdujah) yaitu suatu metode pembelajaran yang lebih
banyak ditekankan pada kemahiran mendengar (istima’), berbicara
(kalam), membaca (qiraah) dan menulis (kitabah). Dalam makalah ini
kami akan membahas baik dari segi latar belakang, tujuan, implementasi
dan kelebihan juga kekurangannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang lahirnya metode alamiah?
2. Apa tujuan dari metode alamiah?
3. Bagaimana implementasi dari metode alamiah?
4. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari metode alamiah?
5. Apa latar belakang lahirnya metode ekletik?
6. Apa tujuan dari metode ekletik?
7. Bagaimana implementasi dari metode ekletik?
8. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari metode ekletik?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya metode alamiah?
2. Untuk mengetahui tujuan dari metode alamiah?
3. Untuk memahami implementasi dari metode alamiah?
4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode alamiah?
5. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya metode ekletik?
6. Untuk mengetahui tujuan dari metode ekletik?
7. Untuk memahami implementasi dari metode ekletik?
8. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode ekletik?

2
BAB II
PEMBAHASAN
METODE ALAMIAH
(al-Thariqah al-Insaniyyah al-Thabi’iyyah/Natural Method)

A. Latar Belakang Lahirnya Metode Alamiah


Metode Alamiah atau yang disebut oleh Tracy D. Terrell
(penggagasnya) dengan nama Natural Approach (Madkhal
Insaniy/Pendekatan Alamiah), dirintis pada tahun 1976. Tracy D. Terrell
adalah seorang linguis dan guru bahasa Spanyol di California University.
Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977. Kelahiran metode
ini merupakan buah dari upaya penggagasnya dalam mengembangkan
pengajaran bahasa Spanyol dengan menerapkan prinsip-prinsip
"naturalistic" yang ada dalam ilmu pemerolehan bahasa kedua.
Penggunaan metode tersebut kemudian berkembang tidak hanya dalam
pengajaran bahasa Spanyol tetapi juga dalam pengajaran bahasa lain mulai
dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Pada waktu yang sama T. D. Terrel
bekerja sama dengan Stephen Krashen, seorang ahli pendidikan bahasa
dari University of Southern California. Mereka berdua bekerja bersama
dalam mengembangkan teori-teori yang melandasi metode alamiah ini.
Pada tahun 1983, mereka menerbitkan buku yang berjudul “The Natural
Approach” yang memuat prinsip-prinsip dari Metode Alamiah dan teknik
pengajaran bahasa asing yang menggunakan metode ini.
Istilah alamiah "Natural" dalam metode ini berdasarkan pada suatu
pandangan bahwa penguasaan suatu bahasa lebih banyak bertumpu pada
pemerolehan bahasa (‫ )اكتسغغغغاب اللغغغغغة‬dalam konteks yang alamiah
dibandingkan dengan pembelajaran aturan-aturan yang secara sadar
dipelajari satu per satu (‫)تعلم اللغة‬. Fokus dari metode ini adalah makna dari
komunikasi-komunikasi sejati dibandingkan pada ketepatan bentuk
ucapan.

3
Disebut alamiah karena belajar bahasa Asing disamakan seperti
belajar bahasa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya berdasarkan kepada
perilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsung secara alamiah.
Karena itu metode alamiah kadang-kadang disebut metode kebiasaan (al-
thariqah al-‘adiyyah/ customary method). Di dalam belajar bahasa ibu,
seorang anak memulai menyerap bahasa dengan menyimak dan meniru
bahasa yang digunakan oleh orang dewasa, lalu ia mengucapkan apa yang
ia simak secara berulang-ulang.1 Dalam pelaksanakannya, metode ini tidak
jauh berbeda dengan metode lengsung (direct) dimana guru menyajikan
materi pelajaran langsung dalam bahasa asing tanpa diterjemahkan
sedikitpun, kecuali dalam hal- hal tertentu di mana kamus dan bahasa anak
didik dapat digunakan.2
Metode ini tidak secara khusus menjelaskan hakikat bahasa. Tetapi
dari pemikiran mereka dapat dipahami bahwa mereka sangat menekankan
makna bukan bentuk bahasa. Kegunaan kosakata memang sangat
ditekankan, misalnya, dengan penjelasan mereka bahwa bahasa adalah
kumpulan kosakata yang secara tidak konsekuen tata bahasalah yang
menentukan bagaimana caranya kosakata itu dieksploitasi untuk
menghasilkan pesan.3
Kosakata merupakan kunci bagi pemahaman dan produksi ujaran.
Dengan kosakata yang cukup banyak, siswa dapat memahami dan
berbicara mengenai berbagai hal dalam bahasa sasaran sekalipun
pengetahuannya mengenai struktur masih kosong. Walaupun demikian,
bukan berarti struktur bahasa tidak diajarkan. Metode ini memahami
bahwa bahasa terdiri dari serangkaian aturan tata bahasa yang harus
dikuasai oleh siswa. Karena itu tata bahasa juga harus diajarkan, tetapi
tidak boleh terpisah dari konteks.

1
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 180
2
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2009),
hlm. 12111`
3
Henri Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1988),
hlm. 218

4
Metode Alamiah didasarkan pada teori yang memandang bahasa
sebagai alat untuk berkomunikasi, menyampaikan maksud atau makna dan
alat untuk menyampaikan pesan. Para pencetus Metode Alamiah
memandang “communication” sebagai fungsi utama bahasa. Karena
pendekatan ini berfokus pada pengajaran kemampuan berkomunikasi,
maka Metode Alamiah ini kurang lebih sama dengan metode-metode
komunikatif lainnya.4
B. Tujuan Metode Alamiah
Tujuan umum metode ini ialah agar siswa segera tuntas berbahasa
dalam bahasa yang sedang dipelajari dan ditargetkan. Lebih khusus lagi
tujuan pengajaran bahasa yang ingin dicapai oleh metode ini adalah untuk
membuat siswa bisa berkomunikasi personal dasar, baik dengan lisan
maupun tulisan. Tujuan komunikasi ini dapat diungkapkan dalam bentuk
situasi-situasi bahasa, fungsi-fungsi bahasa dan topik-topik bahasa yang
sangat bermanfaat bagi siswa-siswa pemula (mubtadi’in/beginners) yang
hendak diantarkan menjadi siswa menengah (mutawassith/intermediate).5
Siswa didorong untuk menguasai kompetensi komunikatif agar
dapat berpartisipasi secara penuh dalam situasi yang diberikan, disamping
mampu memahami ujaran dari penutur asli dan mampu mengungkapkan
gagasan dan keinginan mereka. Siswa tidak dituntut harus mengetahui
setiap kata dalam segi semantik tertentu tetapi tuturan mereka harus bisa
dipahami oleh rekan bicaranya. Mereka harus mampu mengungkapkan
bahasa dengan makna yang jelas walaupun tata bahasanya tidak akurat.
C. Implementasi Metode Alamiah
Metode alamiah ini muncul dengan maksud mengembangkan
kemampuan dasar dalam berkomunikasi. Kelas yang menerapkan metode
alamiah ini adalah sebuah kelas yang didominasi oleh pengajaran bahasa
asing yang didominasi oleh kegiatan-kegiatan komunikasi kesempatan

4
Henri Guntur Tarigan, ..........................., hlm. 219
5
Ahmad Fuad Effendi, Metedologi Pengajaran Bahasa Arab,( Malang: Misykat, 2005),
hlm. 73

5
memeroleh hal-hal yang bersifat konstektual dan teknik belajar yang
humanistik.
Dalam pembelajaran dikelas menggunakan metode alamiah ini,
berbagai macam teknik dan kegiatan pembelajaran yang diadopsi secara
bebas dari metode-metode yang lain, asalkan sejalan dengan tujuan
metode ini. Seperti yang dapat kita lihat dalam prosedur penerapan metode
alamiah yang dijelaskan oleh Krashen dan Terrel :
1. Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran, guru memulai
pembelajarannya, dengan perintah sederhana yang mudah dipahami
oleh siswa. Seperti : Tutup buku! Berdiri!
2. Tetap dengan menggunakan perintah, guru guru melanjutkan
kegiatannya dengan mengajarkan nama-nama bagian tubuh dan
memperkenalkan angka-angka beserta urutan. Seperti : “Taruh tangan
diatas kepala, Taruh tangan diatas pundak, dan sebagainya”.
3. Masih dengan teknik perintah, guru memperkenalkan nama alat-alat
dan benda-benda yang ada didalam kelas.
4. Guru menggunakan nama-nama karakteristik fisik dan pakaian untuk
mengenalkan nama-nama anggota kelas.
5. Guru menggunakan media visual, khususnya majalah bergambar,
untuk memperkenalkan kata-kata baru dan disambung dengan
kegiatan-kegiatan yang hanya membutuhkan nama-nama siswa sebagai
responsi.
6. Guru memperkenalkan gambar-gambar kepada seluruh kelas.
7. Guru menggunakan teknik penggunaan gambar dan perintah.
8. Guru menggabungkan antara observasi gambar, perintah dan kondisi.
9. Dengan menggunakan beberapa gambar, guru menyuruh para siswa
menunjuk pada gambar yang diberikan.6

D. Keunggulan Metode Alamiah


Seperti halnya pendekatan yang lain dalam pengajaran bahasa
Metode Alamiah memiliki keunggulan-keunggulan di samping kelemahan-
kelemahan. Keunggulan utama dari metode ini terletak pada tujuan

6
Henri Guntur Tarigan, ..........................., hlm. 222-224

6
komunikasi yang diembannya. Siswa akan belajar komunikasi dasar
interpersonal sejak dini. Metode Alamiah juga sangat efektif digunakan
pada tingkat dasar dimana “silent periode” akan berfungsi. Siswa tidak
perlu mengatakan sesuatu kalau mereka belum siap untuk itu, atau dengan
kata lain, selama dalam masa ini siswa tidak akan dipaksa melainkan
mengamati situasi-situasi bahasa yang terjadi di sekitarnya sampai mereka
siap untuk berbicara. Keunggulan lain dari pendekatan ini terletak pada
suasana santai yang dirasakan oleh siswa dalam kelas. Karena mereka
tidak akan dipaksa untuk berbicara dalam bahasa target, siswa tidak
mengalami ketegangan, sehingga mengurangi adanya pengambilan resiko
pada saat siswa sudah mengalami kemajuan.
E. Kekurangan Metode Alamiah
Metode Alamiah juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan
atau kekurangan yang paling jelas terlihat pada metode ini adalah
kurangnya konsentrasi dalam peningkatan kecakapan para siswa. Jelas,
metode ini membatasi tujuan kecakapan sampai pada taraf performansi
yang agak rendah. Kelemahan lain metode ini adalah bahwa kepada para
siswa tidak diberikan umpan balik korektif yang mereka butuhkan demi
peningkatan kecakapan mereka. Mengabaikan umpan balik koreksian dan
memberikan sedikit sekali alokasi waktu untuk pelajaran tata bahasa
sehingga kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa tidak menjadi
perhatian guru dapat mengakibatkan pembatuan (fosilization) kesalahan.
Selain itu, guru dituntut untuk kreatif dalam kelas untuk memberi
pemahaman kepada siswa. Penggunaan informasi non-linguistik sangat
diperlukan untuk membantu siswa menerima input sehingga guru yang
tidak memiliki kreatifitas kurang cocok menggunakan pendekatan ini
dalam pengajaran bahasa asing.
METODE EKLETIK

(al-Thariqah al-Intiqo’iyyah, al-Mukhtarah, al-Taufiqiyyah, al-Mazdujah)

A. Latar Belakang Lahirnya Metode Ekletik

7
Metode ini merupakan salah satu metode untuk mengajarkan
bahasa asing, karena pentingnya untuk memahami dan menggunakan
bahasa dengan baik dan benar yang mencakup empat keterampilan bahasa
yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Menurut Aziz
Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin menyebutkan bahwa “Berdasarkan
paparan tentang aneka ragam metode pembelajaran bahasa asing, tampak
jelas bahwa setiap metode memiliki aspek kekuatan dan kelemahan.
Berbagai metode datang silih berganti karena adanya ketidakpuasan
terhadap metode sebelumnya, namun metode yang baru pun akan
mengalami hal yang sama, dikritik dan dianggap tidak mampu lagi
memuaskan kepentingan pengajaran bahasa pada masanya. Silih
bergantinya berbagai metode bersamaan dengan silih bergantinya kekuatan
dan kelemahan metode”.7
Setiap metode memiliki aspek kelebihan dan kelemahan yang tidak
lepas dari perhatian tujuan pembelajaran bahasa yang berbeda-beda pada
satu tempat dengan tempat lain dan selain terkait dengan tujuan
pembelajaran bahasa asing kondisi tersebut juga meliputi keadaan guru,
keadaan siswa dan sarana prasarana.
Menurut KBBI, eklektik secara bahasa dapat diartikan bersifat
memilih yang terbaik dari berbagai sumber. Dalam kaitannya dengan
penggunaan sebuah metode, pada arti tersebut dapat dipahami bahwa
dalam menggunakan suatu metode tidak hanya terpaku pada satu metode
saja tetapi mengkolaborasikan antara satu metode dengan metode yang
lain tanpa menghiraukan suatu kebutuhan atas dasar pertimbangan tujuan
pembelajaran. Menurut Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin dalam
bahasa Arab metode ini disebut juga dengan beberapa nama, antara lain
ath-thariqah at-taufiqiyah, ath-thariqah al-mukhtarah, dan ath-thariqah
al mudzdawijah.8
Pada metode-metode sebelumnya bahwa setiap metode itu
dikembangkan berdasarkan landasan teori linguistik (bahasa) dan
7
Aziz Fachrurrozi & Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing: Metode Tradisional
dan Kontemporer, (Jakarta: Bania Publishin, 2010), hlm. 163
8
Aziz Fachrurrozi & Erta Mahyuddin, ............................., hlm. 164

8
psikologi, kemudian setiap metode baru lahir itu sebagai suatu kritikan,
penolakan dan juga pengganti terhadap metode sebelumnya. Dalam
metode eklektik ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan metode
sebelumnya, yaitu metode ini tidak dikembangkan berdasarkan landasan
teori linguistik (bahasa) dan psikologi tertentu. Metode ini pun lahir bukan
sebagai pengganti metode yang telah lahir sebelumnya, akan tetapi metode
ini lahir sebagai sebuah bentuk usaha penggabungan dan pemilihan unsur
pengajaran dari beberapa metode yang sudah ada sebagaimana yang
dikatakan oleh Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin bahwa pada awalnya
menggabungkan antara metode tata bahasa-terjemah, metode langsung dan
metode audiolingual. Adapun yang mempelopori metode eklektika ini
ialah seorang ahli yang bernama Bumpass, ia menyatakan bahwa metode
eklektik ini metode guru untuk memilih dan memanfaatkan dari setiap
aspek metode-metode lain yang menurutnya lebih efektif yang akan ia
gabungkan.9
Metode ini muncul sebagai reaksi atas metode sebelumnya.
Metode ini didasari atas beberapa asumsi, antara lain
1. Setiap metode memiliki kelebihan. Kelebihan ini bisa dimanfaatkan
untuk mengajarkan bahasa asing.
2. Tidak ada satu pun metode yang ideal dan sempurna atau salah sama
sekali. Semua metode memiliki kelebihan dan kekuragannya masing-
masing. Ada pendukungnya dan ada yang menolaknya.
3. Metode sebelumnya hendaknya dilihat secara positif. Semuanya saling
melengkapi. Jangan pula dilihat sebagai metode yang saling
bertentangan.
4. Tidak ada satu pun metode yang cocok untuk semua tujuan
pembelajaran, semua siswa, semua guru, dan semua jenis program
pembelajaran bahasa asing.
5. Yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah berpusat pada
siswa dan kebutuhannya, bukan menguasai metode tertentu.
6. Hendaknya guru merasa bebas memilih yang paling sesuai dengan
kondisi siswanya dan tidak terpaku pada prosedur dari metode tertentu.
9
Aziz Fachrurrozi & Erta Mahyuddin, ............................., hlm. 164

9
Guru bisa saja memilih teknik-teknik yang paling cocok untuk
kebutuhan siswa dan kondisi proses pembelajaran dari berbagai
metode yang ada.10
Mahmud Kamil Al-Naqoh mengemukakan, paling tidak ada dua
model metode eklektik, yaitu intensif-oral-scientific method dan metode
fungsional.
1. Intensif-oral-scientific method (ath-thariqoh asy-syafawiyah al
mukatsafah)
Metode ini merupakan salah satu metode eklektik yang
memanfaatkan kelebihan dari beberapa metode. Pendekatan yang
digunakan metode ini adalah pendekatan oral (madkhal syafawi),
kemudian menerapkan model dril (latihan) membaca dan menulis jika
siswa dianggap sudah cukup matang dalam kecakapan berbahasa lisan
dengan pengucapan yang benar melalui berbagai kegiatan seperti
menyimak dan menghafal beberapa kosa kata dan ungkapan populer
yang diprogramkan.
Metode ini diberikan kepada siswa yang belajar bahasa secara
intensif dengan durasi sekitar 8 jam per hari. Metode ini biasanya
dibimbing oleh instruktur dari penutur asli agar sejak dini siswa
terbiasa mendengar pengucapan yang benar untuk kemudian diikuti
dan bahkan dihafal, sehingga mereka terbiasa mengucapkan bahasa
yang dipelajarinya dengan pengucapan yang benar sesuai yang
dicontohkan penutur asli. Metode ini juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berlatih membaca setelah kurang lebih 3 bulan
mereka belajar bahasa lisan.
2. Metode fungsional (ath-thariqah al-alwadzifiyyah / thariqah al
madkhol al wadzifi)
Terkadang, ada guru yang merasa kesulitan untuk memilih
metode yang cocok untuk digunakan dalam mengajar. Kalau hal ini
terjadi, maka langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah
mengecek kembali dan menganalisis dengan cermat tujuan dari
pembelajaran bahasa yang akan dilakukannya. Dalam pandangan
10
Muhammad Ali Al-Khulli, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Basan
Publishing, 2010), hlm. 27

10
modern, fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik
secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu tujuan pembelajaran
bahasa asing adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk
memahami dan menggunakan bahasa asing yang dipelajarinya secara
fungsional. Atas dasar ini muncul metode fungsional, yaitu metode
yang berupaya menghimpun berbagai kelebihan dari beberapa metode
yang ada dan meramunya sedemikian rupa untuk melatih siswa agar
dapat menggunakan bahasa secara fungsional.
Menurut metode fungsional, guru harus mengubah pola pikir
dalam pembelajaran bahasa asing. Penguasaan kosa kata dan tata
bahasa, misalnya, janganlah dijadikan tujuan utama dalam
pembelajaran. Kedua unsur bahasa tersebut hanyalah merupakan
sarana untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa secara
efektif dan akurat. Dengan kata lain, kosa kata dan tata bahasa
merupakan modalitas untuk berlatih menggunakan bahasa.
Untuk penguasaan aspek lisan, para ahli bersepakat bahwa
kecakapan tersebut bisa dicapai melalui penggunaan metode langsung.
Bahkan beberapa eksperimen menunjukkan bahwa kecakapan
membaca pun bisa dilakuka pada tahap lebih lanjut dari metode ini.
Oleh karena itu, pada tahap-tahap awal penggunaan metode
fungsional, hendaklah guru memulai pelajaran aspek berbicara dengan
melatih siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan komunikatif
sederhana dengan menggunakan bahasa yang dipelajari.11
B. Tujuan Metode Ekletik
Menurut Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin mengatakan bahwa
tujuan pengajaran yang ingin dicapai dengan metode ini adalah tujuan dari
beberapa metode yang dipilih dan digabungkannya.12 Dari pernyataan di
atas bahwasannya metode ini mengharuskan guru mengetahui konsep-
konsep metode yang akan digabungkannya tersebut terutama pada segi
tujuan metode tersebut.

11
Mahmud Kamil Al-Naqoh, Ta’lim Al-lughah Al-‘arobiyyah li al-nathiqin bi lughaatin
ukhroo. (H. Saefuloh, Penerj.) Mekkah: Jami’ah Ummul Quro, 1985), hlm. 107
12
Aziz Fachrurrozi & Erta Mahyuddin, ............................., hlm. 166

11
Dilihat dari segi salah satu metode eklektik yaitu metode
fungsional, bahwa tujuan metode pembelajaran bahasa pada metode ini
menurut Mahmud Kamil Al-Naqoh, secara hierarkis, berdasarkan
urgensitasnya adalah agar siswa dapat memahami bahasa asing yang
dipelajari, membaca tulisan berbahasa asing, dan menulis dengan bahasa
asing yang dipelajari tersebut.
1. Tujuan pertama dari metode ini adalah pemahaman bahasa lisan.
Untuk melatih kemampuan pemahaman bahasa lisan (fahm al-
masmu’), maka metode yang digunakan adalah metode sam’iyyah
syafawiyah. Pada tahap ini, siswa dilatih untuk menggunakan indra
pendengaran (telinga) untuk menyimak kalimat-kalimat yang baru
didengarnya.
2. Tujuan kedua dari metode ini adalah melatih kemampuan berbicara
agar bisa berkomunikasi secara lisan (maharat al-kalam). Untuk
mencapai tujuan ini siswa dilatih untuk menirukan pelafalan yang
dicontohkan guru dengan benar. Latihan menirukan ungkapan yang
disampaikan secara lisan dan berulang-ulang ini diprioritaskan
sebelum siswa melihat bentuk tulisannya. Pada tahap ini siswa dilatih
untuk menggunakan alat ucapnya (lisan) untuk menirukan kalimat-
kalimat yang baru didengarnya.
3. Tujuan ketiga dari metode ini adalah melatih kemampuan siswa untuk
membaca kalimat yang sudah disampaikan pada tahap latihan
pengucapan secara lisan. Membaca pada tahap ini adalah membaca
dalam hati yang terjadi di saat siswa melihat tulisan yang dibuat guru
di papan tulis. Maka pada tahap ini indra penglihatan yang dapat
giliran dilatih untuk mengenal bentuk tulisan.
4. Tujuan keempat dari metode fungsional adalah melatih siswa untuk
memproduk tulisan secara fungsional, dengan menggunakan kosa kata-
kosa kata dan pola kalimat dasar yang sudah dipelajarinya pada tahap
sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan melalui dril terprogram, baik

12
dilakukan di kelas maupun ditugaskan untuk dikerjakan di rumah,
termasuk penugasan imla mankul.13
C. Implementasi Metode Ekletik
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwasannya metode eklektik
ini paling tidak ada dua model metode dalam metode eklektik ini, salah
satunya yaitu metode fungsional. Menurut Mahmud Kamil Al-Naqoh
langkah-langkah pembelajaran dengan metode fungsional antara lain
sebagai berikut :14
1. Guru menyampaikan kosa kata baru dalam kalimat sempurna yang
disampaikan secara lisan, dengan menggunakan
media visual atau audio, atau audio-visual sekaligus, atau peragaan
dan lain sebagainya. Pada tahap ini, siswa mulai fokus mendengarkan
kalimat yang asing bagi mereka dengan menggunakan indra
pendengaran.
2. Guru mengulangi penyampaian kalimat tadi dengan pelafalan yang
benar (sebagai model untuk ditirukan). Pada tahap ini guru harus
berupaya agar siswanya benar-benar memahami konteks kalimat yang
diajarkannya, lalu melatih pengucapannya baik secara bersama-sama
maupun secara individu.
3. Guru menuliskan kalimat yang diucapkan tadi di papan tulis, agar
siswa dapat melihat bentuk tulisannya dan membacanya dalam hati
melalui penglihatannya.
4. Guru mengulangi pengucapan kalimat dan mulai menyampaikan
beberapa pertanyaan sederhana seputar kalimat yang diajarkan, diawali
dengan pertanyaan yang paling mudah, untuk mengecek tingkat
pemahaman siswa.
Kalau ada siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan, menurut ukuran metode ini, guru dianggap belum
berhasil menyampaikan pelajaran. Oleh karena itu, ia harus

13
Mahmud Kamil Al-Naqoh, ..........................., hlm. 111
14
Mahmud Kamil Al-Naqoh, ..........................., hlm. 112

13
mengulanginya. Kalau guru sudah merasa yakin bahwa semua siswanya
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dengan
pelafalan yang benar, baru bisa melangkah ke bagian berikutnya. Tahap
ini, mungkin menghabiskan 20 menit atau lebih. Setelah itu, guru meminta
siswa untuk membuka dan membaca materi yang sudah disampaikan
secara lisan.
D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ekletik
Sebagaimana di awal pembahasan ini bahwa tidak ada metode
yang terbaik maupun yang terburuk karena setiap metode memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada metode eklektik ini
berusaha memadukan kelebihan-kelebihan pada metode sebelumnya
sehingga dapat menutupi kekurangan-kekurangan metode sebelumnya.
Meskipun begitu, metode eklektik ini tidak menutup kemungkinan masih
terdapat kekurangan yang harus diatasi, sebagaimana yang dikatakan oleh
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin bahwasannya “Metode ini bisa
menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara
memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil
secara tepat segi-segi kekuatan dari setiap metode dan menyesuaikannya
dengan kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya, kemudian
menerapkannya secara proporsional. Sebaliknya, metode ini bisa menjadi
metode “seadanya” atau metode “semau guru”, apabila pemilihannya
hanya berdasarkan “selera guru”, atau atas dasar “mana yang paling enak
dan paling mudah” bagi guru, artinya pemilihan bukan didasarkan pada
pertimbangan yang bertanggung jawab. Bila demikian halnya, maka yang
terjadi adalah ketidakmenentuan”.15
Maksud dan esensi paparan di atas tidak jauh berbeda dengan apa
yang diredaksikan oleh Acep Hermawan bahwasannya penggunaan
metode ini nampaknya menuntut adanya guru segala bisa dan enerjik. Jadi
apabila metode ini ingin dikatakan sebagai metode yang ideal maka
diharuskan guru yang mengajarkannya harus berkompeten, segala bisa dan
enerjik, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Acep Hermawan. Dan

15
Aziz Fachrurrozi & Erta Mahyuddin, ............................., hlm. 167

14
jika guru yang mengajarkannya tidak memadai atau belum berkompeten
maka dapat dipastikan guru tersebut belum mampu melakukan
serangkaian kegiatan mengajar yang begitu banyak dan bervariasi seperti
dalam metode eklektik ini.16

16
Acep Hermawan, .............................,, hlm. 199

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode Alamiah didasarkan pada teori yang memandang bahasa
sebagai alat untuk berkomunikasi, menyampaikan maksud atau makna dan
alat untuk menyampaikan pesan. Para pencetus Metode Alamiah
memandang “communication” sebagai fungsi utama bahasa. Karena
pendekatan ini berfokus pada pengajaran kemampuan berkomunikasi,
maka Metode Alamiah ini kurang lebih sama dengan metode-metode
komunikatif lainnya.
Metode Eklektik ini bisa disebut juga dengan metode gabungan
dan metode fungsional dalam bahasa Indonesia. Sedangkan dalam bahasa
Arab metode ini dinamakan thariqah intiqaiyyah, thariqah mukhtarah,
thariqah mudzawijah dan thariqah taulifiyah. Metode ini lahir sebagai
sebuah bentuk usaha penggabungan dari metode yang sudah lahir
terdahulu, kemudian metode ini tidak dikembangkan berdasarkan teori
linguistik dan psikologi tertentu melainkan berdasarkan asumsi. Metode
ini memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan dari beberapa metode
yang dipilih dan digabungkannya, sehingga keterampilan bahasa bisa
teramu semua pada metode ini.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami sudah berusaha semaksimal
mungkin. Namun kami sadari masih banyaknya kekurangan. Oleh karena
itu kami membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun.

16

Anda mungkin juga menyukai