Ketika para ahli bahasa Arab merasa khawatir akan tersia sianya ilmu
bahasa Arab setelah terjadinya pencampuran mereka dengan orang orang selain
Arab, maka mereka membukukannya didalam kamus, dan mengembalikan kepada
asalnya yang dapat memelihara dari kekeliruan. Dan disebutlah pokok tersebut
dengan nama ilmu ilmu bahasa Arab. Maka ilmu bahasa Arab adalah ilmu ilmu
yang dengan ilmu itu akan terpeliharanya lisan dan tulisan dari kekeliruan
kekeliruannya,1 dan salah satunya ilmu Nahwi. Ilmu Nahwi adalah kaidah kaidah
untuk mengenal bentuk kata kata dalam bahasa Arab serta kaidah kaidahnya
dikala berupa kata lepas dan dikala tersusun dalam kalimat.2 Maka telah terdapat
ushul nahwi didalam ilmu nahwi.
Adapun ushul nahwi adalah dalil nahwu yang terbagi darinya cabang
cabangnya dan rincian rinciannya, sebagaimana ushul fiqh merupakan dalil fiqh
yang terbagi kepada jumlahnya dan rinciannya.3 Maka pembahasan ushul An
Nahwi ini seseorang bisa mengetahui dasar dasar tata bahasa, memeriksa sumber
sumber dasar darimana fenomena itu diturunkan atau dari mana fenomena itu
berasal. Ilmu ushul nahwi tidak hanya menyoroti sumber sumber, dalil dalil, dan
prinsip prinsip perumusan nahwu sebagai ilmu, melainkan juga mengkaji
perbedaan pendapat dikalangan ahli nahwu dalam memahami fenomena fenomena
bahasa Arab sejak masa dulu hingga masa pembukuan bahasa, khususnya nahwu.4
Ushul Fiqh adalah ilmu yang paling besar memberi pengaruh dalam ilmu nahwu,
semenjak berkembang ilmu nahwu sampai masuknya pemikiran yunani dengan
menggambarkannya tentang pikiran, ilmu mantiq dan psikologi.5
1
Mustafa al gailaini, Jami’durus ‘Arabiyah, 2007, Bairut : Darul Fikri, Hal. 7
2
Hifni Bek Dayyab, Kaidah Tata Bahasa Arab, 2010, Jakarta: Darul Ulum Press, Hal. 13
3
Jalaluddin As Syuyuti, Kitab Al Iqtirah fi Ilmu Ushul Nahwi, 1988, Damaskus : Jurus Baris,
Hal. 22
4
Mahmud Ahmad Nahlah, Ushul Nahwi ‘Arabiyah, 2002, Darul Al Ma’rifah Al Jami’ah, Hal. 5
5
Ibid, Hal. 15
1
PEMBAHASAN
6
Syauqi Dhoif, Al Mu’jam Al Wasid, 2008, Al Qahiroh : Maktabah Asy Syuruq Ad Dauliyah,
Hal. 20
7
Ibid, Hal. 907
8
Jalauddin Asy Syayuti, Op. Cit, Hal. 22
9
Ibid, Hal. 21
10
Ibid, Hal. 21
2
As Syayuti mendahulukan kata ‘ilmu dengan makna
pemikiran dan ilmu yang membahas dalil dalil tersebut dihasilkan
rincian rincian hukum fiqh.
Dikatakan ) (عن أدلة النحوsetiap pemikiran mengeluarkan
sesuatu yang sama dan dengan dalil tersebut menyusun nahwu.11
Ibnu Jinni berpendapat dalam bukunya Al Khashaish, dalil dalil
nahwu ada tiga macam yaitu As Sama’, Al Ijma’ dan Al Qiyas.12
Adapun yang dimaksud dengan ) (اإلجماليةatau secara global
yaitu ia tidak membahas secara rinci, seperti pembahasan tentang
dalil yang khusus dengan diperbolehkannya athof kepada dhamir
majrur tanpa mengulangi jar, bolehnya idhmar sebelum fa’il dan
maf’ul, bolehnya menjadi hal dari mubtada’, bolehnya tamyiz
sebagai taukid, ini adalah bahasan ilmu nahwu bukan ushul nahwu.
Maksud dari من حيث هي أدلتهbahasannya cara pendalilan
terhadap penetapan kaidah nahwu dari Al Qur’an karna ia adalah
dalil nahwi dan Al Qur’an adalah perkataan yang paling fasih,
seterusnya dari sunnah nabi Muhammad SAW, perkataan orang
orang yang berpegang kuat dengan kearabannya, ijma’ ahli kufah
dan bashrah, qiyas,dan hal hal yang tidak boleh dijadikan illat
dalam mengistimbatkan hukum nahwi. Maksud dari ( وكيفية االستدالل
) بهadalah ketika terjadinya pertentangan dan yang lainnya,
misalnya mendahulukan sama’ terhadap qiyas.13
11
Asyraf Mahir Mahmud An Nawaji, Musthalahat Ilmu Ushul An Nahwi, 2001, Al Qahirah:
Syari’ Nubar Al Adzugali, Hal. 10
12
Jalaluddin Asy Syayuti, Op. Cit, Hal. 21
13
Ibid, Hal. 21-22
3
perumusan nahwu sebagai ilmu, melainkan juga mengkaji perbedaan
pendapat dikalangan ahli nahwu dalam memahami fenomena fenomena
bahasa Arab sejak masa dulu hingga masa pembukuan bahasa, khususnya
Nahwu. Sangat penting bagi setiap siswa khususnya yang mempelajari
bahasa arab untuk menguasai ilmu ini. Karna dengan mempelajari ilmu
Ushul An Nahwi seseorang bisa mengetahui hukum atau dalil dari Ilmu
Nahwu itu sendiri. Kemudian disamping itu, ilmu ushul Nahwi juga bisa
menjaga keutuhan bahasa Al Qur’an dan bahasa fushah (dialek resmi arab)
agar tidak bercampur kedalam dialek bangsa lain yang telah lama menetap
di negeri Arab.14
Faedah dari ushul nahwi adalah seseorang bisa menetapkan sebuah
hukum dengan yakin diatas hujjah dan illatnya, dan mengangkat dari
kelemahan sebuah hukum menjadi kuat dengan dalil dan hujjah. Karena
sesungguhnya orang yang taqlid tidak tahu yang benar terhadap sebuah
kesalahan dan selalu bimbang dalam menetapkan sesuatu.15
14
Mahmud Ahmad Nuhlah, Op. Cit, Hal. 5
15
Jalaluddin As Syayuti, Op. Cit, Hal. 22
16
Mahmud Ahmad Nuhlah, Op. Cit, Hal. 9
4
Dan istilah Ushul An Nahwu diketahui pada abad ke 4 H yang
digunakan oleh ibnu Saraj dan setelahnya Ibnu Jini,dan istilah itu belum
ditetapkan oleh para ulama’ kecuali pada abad ke 6 H ketika Ibnu Al
Anbari membatasi pengertian istilah ushul nahwi dengan ucapannya yaitu
makna ushul nahwi adalah dalil nahwu yang terbagi darinya cabang
cabangnya dan rincian rinciannya, sebagaimana ushul fiqh merupakan
dalil fiqh yang terbagi kepada jumlahnya dan rinciannya.17
17
Asraf Mahir Mahmud An Nawaji, Op. Cit, Hal. 9
5
sezaman dengan Abu Hanifah, dan ia mengutip dari teks teks fiqh
untuk menguatkan permasalahan permasalahan yang terdapat dalam
nahwu. Dan Sibawaihi sezaman dengan Abu Yusuf, dan Muhamad
bin Hasan, yang mana keduanya adalah sahabat dari Abu Hanifah.
4) Pengaruh illat ushul fiqh terhadap ushul nahwu sangat jelas. Maka
sungguh ini terlihat sejak fase pertama, dia memiliki posisi dari
kejelasan bahasa. Illat ushul fiqh menjadi sarana untuk menerima dan
menolak hukum nahwu, syarat syaratnya, pembagian pembagiannya,
dan cacat cacatnya.
5) Ahli nahwu terpengaruh oleh ahli ushul fiqh dalam pemberian definisi
pada bab bab nahwu, dan batasan batasan istilah nahwu.
6) Pembagian hukum nahwu kepada wajib, terlarang, baik, buruk,
perselisihan, dan boleh, ini adalah sama sama pengaruh dari pengaruh
pembagian hukum hukum dalam fiqh. Sebagaimana banyak terdapat
dalam ushul fiqh.
7) Para ahli nahwumengambil dari para ahli ushul fiqh tentang kaidah
kaidah dan dhawabit dhawabit yang mereka pilih untuk mentarjih dalil
dalil yang bertentangan, baik itu pertentangan sama’, atau
pertentangan qiyas, atau pertentangan antara sama’ dan qiyas.
8) Ahli nahwu banyak menukilkan istilah istilah nahwu dari ushul fiqh
terutama berkaitan dengan ashal yang umum dan metodologi
istidhlal.18
18
Mahmud Ahmad Nuhlah, Op. Cit, Hal. 15-17
6
KESIMPULAN
Bahwasanya Ushul Nahwu terambil dari 2 kata yaitu, Ushul dan Nahwu.
Adapun Ushul adalah jamak dari Ashal. Dan Ashlu adalah dasar dari segala
sesuatu. Dan Nahwu adalah masdar dari kata Naha – Yanhu- Nahwan, yang
berarti maksud. Telah berpendapat Asy Syayuti dalam kitabnya Al Iqtirakh fi
Ushul An Nahwi, bahwasanya Ushul An Nahwi adalah ilmu yang membahas
tentang dalil dalil nahwu (sumber hukum tentang nahwu), tatacara istidlal (proses
penyimpulan dan penetapan kaidah atau hukum) serta pengaplikasiannya. Dalil
dalil ushul nahwi menurut Ibnu Jinni terbagi tiga yaitu As Sama’, Ijma’ dan
Qiyas, dan menurut Ibnu Anbar terbagi tiga yaitu Naqli, Qiyas dan Istishhab Hal.
Ushul Fiqh adalah ilmu yang paling besar memberi pengaruh dalam ilmu
nahwu, semenjak berkembang ilmu nahwu sampai masuknya pemikiran yunani
dengan menggambarkannya tentang pikiran, ilmu mantiq dan psikologi, salah satu
pengaruh ushul fiqh terhadap ushul nahwu adalah Pengaruh illat ushul fiqh
terhadap ushul nahwu sangat jelas. Maka sungguh ini terlihat sejak fase pertama,
dia memiliki posisi dari kejelasan bahasa. Illat ushul fiqh menjadi sarana untuk
menerima dan menolak hukum nahwu, syarat syaratnya, pembagian
pembagiannya, dan cacat cacatnya.
7
DAFTAR PUSTAKA