PENDAHULUAN
1
https://kbbi.web.id
1
semuanya terdapat didalam kamus. Contohnya saja dalam menggunakan kata
“apel”, apel ada yang bermakna buah dan ada juga yang bermakna upacara.
Jadi untuk memahami makna apel tersebut kita perlu melihat konteks kalimat
yang dipakai oleh mutakalim dalam menyampaikan ungkapannya.
Dengan banyaknya bentuk ungkapan yang dapat disampaikan oleh
mutakalim kepada mukhatab, agar dapat dipahami dengan benar makna
tersebut, maka kita harus mengetahui tentang anwa’ ad dalalah.
Para ahli linguistik berbeda pendapat dalam mengemukakan anwa’ ad
dilalah ini. Menurut Ibrahim Anis anwa’ ad dalalah terbagi kepada empat
macam, yaitu dalalah shautiyah, dalalah sharfiyah, dalalah nahwiyah,
dalalah mu’jamiyah. Sedangkan menurut Ibnu Jinni bahwasanya anwa’ ad
dalalah terbagi dua macam yaitu dalalatul lafzhiyah dan dalalatul gairu
lafzhiyah.
Dengan beragamnya para ahli bahasa membahas tentang anwa’ ad
dalalah, maka penulis ingin membahas sebagai berikut
1. Apa saja macam macam dalalah menurut Ibrahim Anas?
2. Apa saja macam macam dalalah menurut Ibnu Jinni?
B. Rumusan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
mengungkapkan kata ini memiliki beberpa intonasi, ada yang berupa istifham
atau berbentuk pertanyaan, bisa jadi dapat berupa ejekan, dan dapat juga
3
berupa ta’jub dan sebagainya. Semua ini tergantung dengan intonasi yang
dipakai.2
2
Ibrahim Anas, Dilalatul Alfazh, 1991,(Mesir : Maktabah Anjalu), Hal. 47
3
Musythafa Al Gaylayni, Jami’ Ad Durus, 2007, Bairut : Darul Fikri, Hal 8
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, 2008, Jakarta :
Pusat Bahasa, Hal 1042
4
kata كذابsigatnya menurut mereka memberi faedah mubalaghah yang
menunjukkan indikasi lebih atau sangat, maka kata كذابbertambah tau
meningkat maknanya dari pada kata كاذب. Dilihat dari perbedaan keduanya
tentu akan berbeda maknanya ketika seorang mutakalim menggunakan kata
كذابdengan kata كاذب, sehingga penggemar atau mukhatab memahaminya
dengan makna yang berbeda. Jadi dalalah sharfiyah adalah dalalah atau
makna yang dihasilkan dari sighat atau bentuk kata itu sendiri.5
5
tata bahasa Arab yang berurutan agar dapat memahaminya dengan mudah.
Akan tetapi ada sebagian kalimat yang harus memiliki pemahan yang dalam
agar mengerti maksud dari kalimat tersebut. Salah satu contohnya dalam tata
bahasa Arab setiap kalimat harus memiliki fi’il dan fa’il atau fi’il, fa’il dan
maf’ulunbih. Akan tetapi ternyata juga ada dalam kalimat bahasa Arab hanya
terdapat maf’ulunbihnya saja. Tentu saja akan sulit seorang pendengar dalam
memahami maksud dari kalimat tersebut. Contohnya dalam kalimat "“ شكرا,
kata ini adalah berupa maf’ulun bih yang mana fi’il dan fail nya dihilangkan.
Jadi asal kalimat dari kata " ”شكراadalah " "أشكر شكراartinya saya berterima
kasih. Dan terdapat juga dalam firman Allah SWT sebagai berikut
tidak ada fi’il dan fa’il. lafazh tersebut terdapat pada kata ناقة للاه. Kalau
seandainya kata tersebut diterjemakan tanpa kita mengetahui fi’il dan failnya,
maka akan terjadi kesalahan dalam memahami makna sebuah ayat tersebut.
6
Makna leksikal merupakan gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti
yang dilambangkan kata tersebut. Sebuah kata yang memiliki makna leksikal
sudah jelas bahwa tanpa kontekspun memiliki relefan atau makna langsung.
Contohnya kata mata yang berarti indra untuk melihat.9
7
Dilalah Lafzhiyah ‘Aqliyah yaitu dilalah (petunjuk) yang
dibentuk akal pikiran. Maksudnya adalah dengan perantara akal pikiran,
seseorang dapat mengetahui bahwa suara atau kata yang didengarnya
memberi petunjuk kepada maksud tertentu. Contoh:
1.) Suara teriakan di tengah hutan, dengan adanya “suara” tersebut dapat
dicerna oleh akal pikiran bahwasanya ditengah hutan tersebut ada
orang.
2.) Suara teriakan ‘Maling’ di sebuah rumah menjadi dilalah
bahwasanya dirumah tersebut sedang ada pencurian.
8
2) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Tadhammuniyah, yaitu dilalah
lafadz (petunjuk kata) kepada bagian-bagian maknanya. Contoh:
ketika anda mengucapkan kata Motor kadang-kadang yang anda
maksudkan adalah bagian-bagiannya saja. Jika anda, misalnya
menyuruh tukang memperbaiki Motor maka yang anda
maksudkan bukanlah seluruh Motor tetapi bagian-bagiannya yang
rusak saja.
9
Dilalah Ghairu Lafzhiyah Thabi’iyah yaitu dilalah (petunjuk)
yang bukan kata atau suara yang berupa sifat alami. Maksudnya yang
menentukan dilalah tersebut bukan berupa akal akan tetapi tabiat
seseorang. Contoh:
1) Wajah cerah menjadi dilalah untuk seseorang yang sedang
gembira.
2) Menutup hidung menjadi dilalah untuk menghindarkan bau yang
tidak enak.
10
2) Bendera kuning dipasang di depan rumah orang Indonesia pada
umumnya, menggambarkan adanya keluarga yang meninggal.10
Secara sederhana anwa’ ad dalalah menurut para ahli diatas dapat kita
terjemahkan kedalam tabel dibawah ini
Dalalah Nahwiyah
( نحوية ) داللة
Dalalah Mu’jamiyah
( معجمية ) داللة
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
https://www.academia.edu/5521379/Al-Dilalah
11
Dikalangan ulama berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah
macam macam dalalah. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas,
bahwasanya Ahmad Mukhtar Umar berpendapat bahwasanya macam macam
dalalah ada lima macam antara lain makna asasi, makna idhafi, makna
uslubi, makna nafsi, dan makna ihaa’i. Adapun makna asasi adalah makna
dasar, atau makna yang pertama kali muncul dalam pikiran kita. Contohnya
kata wanita yang bermakna manusia, bukan laki laki dan sudah baligh.
Makna uslubi adalah makna tambahan dari makna dasarnya. Contohnya kata
wanita yang memiliki makna dasar manusia , bukan laki laki dan sudah
baligh, jika ditambahkan makna tambahan maka ia aka menjadi makhluk
yang pandai memasak dan suka berdandan. Penambahan makna ini
tergantung kepada waktu dan budaya penggunaan bahasa tersebut. Makna
nafsi adalah makna kejiwaan, contohnya saja sebagian orang akan merasa
marah apabila dipanggil dengan kata kau karna menurut dia kata itu sangat
kasar. Jadi makna ini lahir tergantung bagaimana jiwa sipendengar dapat
menerimanya. Makna ihaa’i yaitu jenis makna yang berkaitan dengan unsur
lafazh tertentu dipandang dari penggunaannya, terbagi tiga yaitu fonetis
(bunyi), contohnya ketika intonasi dalam berbicara maka maknanya ia sedang
marah, dan yang kedua sharfiyah (perubahan kata) contohnya بسم للا الرحمن
الرحيمsingkatan dari بسمله., yang ketiga makna kiasan.
Adapun macam macam makna menurut Ibrahim Anas ada empat
macam, yaitu dalalah shautiyah, dalalah sharfiyah, dalalah nahwiyah,
dalalah mu’jamiyah. Dalalah shautiyah adalah dalalah yang dilihat
berdasarkan bunyi. Dalalah sharfiyyah adalah dilalah yang lahir dari
perubahan kata. Dalalah nahwiyah adalah dalalah yang dilihat dari posisi
kalimat itu dilontarkan. Dalalah mujamiyah adalah dalalah yang terdapat
didalam kamus, dan bisa dikatakan ini adalah makna aslinya.
Macam macam dalalah menurut Ibnu Jinni terbagi kepada dua, yaitu
dalalah lafzhiyah dan dalalah ghairu lafziyah. Dalalah lafzhiyah adalah
dalalah berupa kata atau suara. Contohnya tertawa terbahak bahak menjadi
dalalah bahwa seseorang tersebut sedang gembira. Kedua dalalah ghairu
12
lafzhiyah yaitu dalalah atau petunjuk yang tidak berbentuk kata atau suara.
Contohnya wajah cerah menandakan seseorang tersebut lagi senang.
B. Saran
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
melimpahkan berbagai kenikmatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul
""أنواع الداللة
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan makalah ini dan masih jauh dari kesempurnaan.oleh
karena itu, penulis mengharapkan kitik dan saran yang membangun dari
pembaca guna perbaikan makalah ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak
yang telah membantu baik dengan pikiran, tenaga, maupun materi dalam
rangka penyelesaian penyusunan ini. Penulis harap, makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis, pada khususnya, dan bagi pembaca sekalian pada
umumnya. Aamin Yaa Rabbal ‘Alamin
13
DAFTAR PUSTAKA
14