I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang membedakan manusia dengan binatang adalah
kemampuan berbahasa yang ada pada diri manusia. Dengan kemampuan berbahasa,
manusia disebut “ḥayawān nātiq” atau “hewan yang berbicara”. Predikat tersebut
sekaligus menunjukkan bahwa suatu masyarakat manusia selalu diikat oleh bahasa
yang mereka gunakan. Setiap masyarakat terbentuk, hidup, dan tumbuh dengan
bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat berpikir dan mengkomunikasikan pikirannya.
Manusia juga menggunakan bahasa dalam berinteraksi dengan sesamanya. Ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan peradaban pada dasarnya juga dipelajari dan
diwariskan dari generasi ke generasi dengan menggunakan bahasa.
Dalam bahasa memang tidak ada status quo. Bahasa terus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman dan pemikiran manusia pemakainya. Setiap komponen
bahasa akan selalu berkembang, terutama komponen kosakata. Salah satu bentuk
perkembangan kosakata adalah adanya perkembangan makna. Persoalan makna
memang merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari, karena di
antara semua komponen kebahasaan yang ada, perkembangan makna adalah cara
paling sederhana, paling khas, dan mungkin paling memadai dalam mewadahi
kemajuan peradaban dan pemikiran manusia sebagai pengguna bahasa.
Masalah makna termasuk perkembangannya merupakan bidang kajian
semantik yang merupakan bagian dari ilmu bahasa (linguistik).5 Pada abad ke-19,
semantik muncul sebagai suatu bagian penting dari ilmu linguistik, dan memperoleh
nama modern, walaupun para ahli bahasa sebelumnya telah banyak memperhatikan
makna dan penggunaan kata, dan menemukan beberapa hal mendasar mengenai
perkembangan atau perubahan makna. Masalah perubahan makna menarik perhatian
mereka karena merupakan pencerminan perubahan mentalitas publik, dan pada abad
ke-5, Proclus, seorang filosof Neo-Platonis, mensurvai keseluruhan perubahan makna
dan membeda-bedakan beberapa tipe dasar perubahan itu, yaitu perubahan kultural,
metafora, perluasan dan penyempitan makna, dan lain-lain, yang juga merupakan
bidang kajian semantik modern.
Di dalam semantik, sebagaimana dinyatakan Chaer (2007: 297) bahwa satuan
bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain memiliki relasi bentuk dan makna.
Dalam berbagai kepustakaan linguistik, makna bahasa juga merupakan satu tataran
linguistik. Makna dalam bahasa dapat dipahami dengan mempelajari aturan atau
kaidah bahasa dan menghubungkannya pada konteks pemakaian bahasa tersebut.
Kebutuhan untuk memahami, mengerti dan mencari merupakan esensi manusia yang
paling dalam, dikarenakan eskpresi makna merupakan esensi sebuah bahasa. Jika
manusia belum mengetahui makna dengan jelas, berarti dia belum mengetahui apa
saja yang dia bicarakan (Tajuddin, 2008:2).
Makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, penentuan
hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta perwujudan makna itu dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling dimengerti. Ahli
bahasa mengklasifikasikan jenis-jenis makna dengan berbagai teori dan sudut
pandang. Ada yang menggolongkannya ke dalam tiga jenis, ada yang sampai menjadi
29 jenis makna kata. Namun dari beberapa jenis makna tersebut memiliki kesamaan
dan dasar yang sama. Makna dibedakan menjadi dua, yaitu makna linguistik dan
makna sosial. Makna sosial bersifat kontekstual. Pembahasannya dapat meluas pada
latar belakang budaya, adat, atau kultur dalam pemakaian bahasa. Sedangkan makna
linguistik adalah makna yang biasa kita temukan dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Makna linguistik dibagi menjadi dua jenis, yaitu makna leksikal dan makna
gramatikal.
Salah satu Jenis Makna linguistik yaitu Makna Leksikal, Makna Leksikal
dalam bahasa indonesia disebut juga makna yang terdapat dalam kamus. Makna
leksikal ialah makna lambang kebahasaan yang bersifat dasar. Makna jenis ini
merujuk pada arti sebenarnya dari suatu bentuk kebahasaan, yang dapat berdiri sendiri
tanpa melihat konteks. Para ahli bahasa meyakini bahwa makna kata tidaklah tunggal.
Satu simbol dapat mewakili lebih dari satu bahkan memiliki padanan kata yang sangat
beragam. Maka, makna leksikal dibagi menjadi lima jenis, yaitu: 1. Sinonim, Sinonim
disebut juga persamaan kata. Kata yang secara leksikon (yang tertera dalam kamus)
berbeda tetapi memiliki kedekatan atau persamaan makna. Contohnya: Laki-laki –
pria – cowok – jantan – jaka, Perempuan – wanita – gadis – betina – dara. 2. Antonim,
Antonim disebut juga lawan kata. Kata yang secara leksikon memiliki makna yang
berbeda atau bertolak belakang. Contohnya: Gelap – terang, Tebal – tipis. 3.
Hononim, Homonim disebut juga persamaan bunyi. Kata yang secara leksikon
memiliki bunyi dan bentuk yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contohnya: Kata bulan memiliki bunyi dan bentuk yang sama tetapi maknanya dapat
berbeda. Bulan dapat diartikan sebagai satelit alami yang mengitari bumi, tampak
bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari. Namun kata bulan merujuk
pada satuan penanggalan. Kata jarak berarti ruang sela (panjang atau jauh) antara dua
benda atau tempat. Namun jarak juga dapat merujup pada tanaman perdu dengan
bahasa latin Ricinus communis. 4. Hiponim, Hiponim merupakan kata yang secara
leksikon mewakili himpunan atau kelompok kata tertentu. Kata yang memiliki makna
hiponim mewakili banyak hal, yang mengakibatkan generalisasi. Contohnya:
Leksikon buah dapat mewakili kata lain seperti mangga, pisang, jeruk, melon, jambu,
semangka, dan sejenisnya. Leksikon unggas dapat mewakili kata lain seperti ayam,
burung, merpati, parkit, jalak, kalkun, itik, bebek, angsa, dan sejenisnya. 5. Meronim.
Meronim ialah kata yang secara leksikon merupakan bagian yang mewakili sesuatu
secara keseluruhan. Maksudnya, jenis makna kata tersebut dapat mewakili makna lain
yang lebih menyeluruh. Contohnya: Leksikon halaman, merupakan meronim dari kata
buku. Leksikon jari, merupakan meronim dari kata tangan. Leksikon pintu,
merupakan meronim dari rumah.
Makna leksikal dalam bahasa arab ialah kata leksikal merupakan bentuk
ajektif yang diturunkan dari nomina leksikon. Leksikon merupakan bentuk jamak.
Adapun satuannya adalah leksem. Leksikon dapat disamakan dengan kosakata,
perbendaharaan kata, atau mufradat (bahasa Arab). Adapun leksem; dapat disamakan
dengan kata atau kalimah (bahasa Arab).
Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna dasar yang terdapat pada setiap
kata atau leksikon, atau kalimah. Maksudnya, makna leksikal adalah makna yang
sesuai dengan acuan atau referennya. Soedjito (1986) menjelaskan bahwa makna
leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam
sebuah konstruksi. Jadi, makna leksikal adalah makna dasar sebuah kata yang sesuai
dengan referensi yang umumnya adalah kamus. Makna dasar ini melekat pada kata
dasar sebuah kata. Makna leksikal juga dapat disebut makna asli sebuah kata yang
belum mengalami afiksasi (proses penambahan imbuhan) ataupun penggabungan
dengan kata lain.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana bentuk lesikal dalam bahasa Indonesia?
b. Bagaimana bentuk lesikal dalam bahasa Arab
c. Apa perbedaan dan persamaan bentuk lesikal dalam bahasa Arab dan bahasa
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui makna lesikal dalam bahasa Indonesia
b. Untuk mengetahui makna lesikal dalam bahasa Arab
c. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan lesikal dalam bahasa Arab dan
bahasa Indonesia
D. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif, maksudnya
penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaiman adanya, sehingga hanya ada pengungkapan fakta. Dalam hal ini penulis
akan mengungkit tentang semantik leksikal dalam kamus Arab. Kemudian, masalah
tersebut diklasifikasikan sesuai kepentingan dan tujuan penelitian.
Selain itu, untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode
kepustakaan (Library Research), yaitu dengan mengumpulkan data yang terkait
dengan bahasan objek penelitian. Kemudian, agar hasil penelitian ini lebih maksimal,
penulis merujuk pada buku , internet, ensiklopedi, koran, dan kamus. Penulis juga
akan selalu konsultasi kepada ahli yang terkait dengan masalah yang ada. Terkait
dengan kamus, penulis akan merujuk kepada Abdul Chaer dalam bukunya
“Leksikologi dan Leksikografi Indonesia”, dan yang terkait dengan semantik leksikal
penulis merujuk kepada Mansur Pateda dalam bukunya “Semantik Leksikal”.
II. PEMBAHASAN
A. Leksikal
Makna lesikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang
lainnya dalam sebuah struktur (frase, klausa, atau kalimat). Makna lesikal kata-kata
tersebut dimuat didalam kamus. Menurut Chaer, makna yang secara inheren yang
dimiliki oleh sebuah leksem. Diartikan juga makna secara lepas, terutama kata yang
adaa didalam kamus dan biasanya didaftarkan sebagai makna pertama dari kata atau
entri yang terdaftar dalam kamus tersebut.
Semantik leksikal adalah semantic yang objeknya adalah leksikon dari bahasa
itu sendiri, dan semantic leksikal juga menyelidiki makna yang ada pada leksem,
contoh: ( ثمرة اليدbuah tangan) yang berarti oleh-oleh.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa makna lesikal dari suatu
kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan
kata itu.
B. Jenis-jenis Leksikal
Para ahli bahaa meyakini bahwa makna kata tidaklah tunggal. Satu simbol
dapat mewakili lebih dari satu bahkan memiliki padanan kata yang sangat beragam.
Berikut lima jenis makna leksikal yaitu;
1. Hiponim adalah kata yang secara leksikon mewakili himpunan atau kelompok kta
tertentu. Contohnya;
- Leksikon buah dapat mewakili kata lain seperti, mangga, pisang, jeruk,
semangka dan sejenisnya.
- Leksikon ungags dapat mewakili kata lain, ayam, bebek, burung, angsa, dan
sejenisnya.
2. Meronim adalah kata yang secara leksikon merupakan bagiaan yang mewakili
sesuatu secara keseluruhan (mewakili makna lain yang lebih menyeluruh).
Contohnya;
- Leksikon halaman, merupakan meronym dari kata buku
- Leksikon jari, merupakan meronym dari kata tangan
3. Sinonim ialah persamaan kata. Kata yang secara leksikon (yang tertera dalam
kamus) berbeda tetapi memiliki kedekatan atau persamaan makna. Contohnya ;
- Laki-laki – pria – cowok – jantan – jaka
- Perempuan – Wanita – gadis- betina – dara
- Rendah – bawah – pendek
4. Antonim disebut juga lawan kata. Secara leksikon memiliki makna yang berbeda
atau bertolak belakang. Contohnya;
- Gelap – terang
- Tebal – tipis
- Kuat – lemah
5. Homonim juga dengan persamaan bunyi, secara leksikon memiliki bunyi dan
bentuk yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Contohnya;
- Kata bulan memiliki bunyi dan bentuk yang sama tetapi maknanya dapat
berbeda. Bulan dapat diartikan sebagai statelit alami yang mengitari bumi,
tampak bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari. Namun,
kata bulan merujuk pada satuan penanggalan.
- Kata jarak berarti ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat.
Namun jarak juga dapat merujuk pada tanaman perdu dengan bahasa latin
Ricinus communis.
C. Analisis Konstaratif
2. Sumber penelitian
Sumber penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data dalam
bentuk tulisan, sumber data dapat diperoleh melalui tuturan dari satu orang ke orang
yang lain Ketika melakukan interaksi atau berkomunikasi.
Daftar Pustaka
Purnamasari, nissa. 2015. Abreavarasi kuliner dalam Bahasa Indonesa seuah kajian semantic
leksikal. Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/21465/6/S_IND_1106398_Chapter3.pdf