Jawaban :
1. Pengertian Bahasa Pada dasarnya, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk
oleh sejumlah komponen dengan pola yang tetap dan dapat memiliki beberapa kaidah di
dalamnya. Atas adanya pernyataan tentang bahasa adalah sebuah sistem yang memiliki pola
tertentu, maka jelas dalam suatu bahasa akan terdapat adanya subsistem di dalamnya.
Subsistem ini mencakup fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Menurut Keraf (2001) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kembali pada konsep individu yang
hidup di tengah masyarakat sebagai makhluk sosial, maka tentu saja membutuhkan adanya
kemampuan komunikasi bahasa dengan sesama individu supaya sifat sosial tersebut dapat
terlaksana. Kemudian, menurut Chaer (2009), berpendapat bahwa bahasa adalah alat verbal
yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian
informasi dalam berkomunikasi itu. Beberapa pakar linguistik lainnya juga menyatakan
bahwa bahasa “berjalan” sebagai suatu sistem lambang yang bersifat arbitrer.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan mengenai hakikat bahasa, yakni sebuah
alat komunikasi verbal yang digunakan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari
dan mempunyai sistem dengan pola tertentu.
2. Salah satu perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah bahwa
pemerolehan bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif
dan sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi sesudah perkembangan
kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai, dalam pemerolehan bahasa pertama
pemerolehan lafal dilakukan tanpa kesalahan, sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua itu
jarang terjadi, dalam pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ada kesamaan dalam
urutan perolehan butir-butir tata bahasa, banyak variabel yang berbeda antara pemerolehan
bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa. Kedua, suatu ciri yang khas antara pemerolehan
bahasa pertama dan bahasa kedua belum tentu ada meskipun ada persamaan perbedaan di
antara kedua pemerolehan.
Standar Kompetensi : Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang pemanfaatan bentuk energi listrik
menggunakan bahasa Indonesia
Hasil Belajar :
Indikator hasil belajar :
4. 1. Fungsi bagi sekolah yang berungkutan
Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan ini paling tidak dapat disebutkan dua
macam. Pertama, sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.
Manifestasi kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah berupa program
pengajaran. Program pengajaran itu sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang kesemuanya dimaksudkan sebagai uapaya untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan yang akan dicapai tersebut disusun secara berjenjang mulai
dart tujuan pendidikan yang bersifat nasional sampai tujuan instruksional. Jika tujuan
instruksional tercapai (hasilnya langsung dapat diukur melalui kegiatan belajar mengajar di
kelas) pada gilirannya akan tercapai pula tujuan-tujuan pada jenjang diatasnya. Setiap
kurikulum sekolah pasti didalamnya tereantum tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus
dicapai melalui kegiatan pengajaran.
Dalam hal ini kurikulum dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses
pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum
pada tingkat diatasnya dapat mengadakan penyesuaian Misalnya saja, jika suatu bidang studi
telah diberikan pada kurikulum sekolah ditingkat bawahnya, harus dipertimbangkan lagi
pemilihannya pada kurikulum, sekolah tingkatan diatasnya terutama dalam hal pemulihan
bahan pengajaran. Penyesuaian bahan tersebut dimaksudkan untuk menghindari keterulangan
penyampaian yang bisa berakibat pemborosan waktu dan yang lebih penting lagi adalah untuk
menjaga kesinambungan bahan pengajaran itu.
Disamping itu, terdapat juga kurikulum yang berfungsi untuk menyiapkan tenaga pengajar.
Bila satu sekolah atau lembaga pendidikan bertujuan menghasilkan tenaga guru (LPTK),.
Maka lembaga tersebut harus mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat dibawahnya tempat
calon guru yang dipersiapkan itu akan mengaju. Misalnya murid SPG harus mengetabui
kurikulum SD, mahasiswa IKIP/FKG harus menguasai kurikulum kurikulum SMTP dan
SMTA. Jika di SD, SMP dan SMA kegiatw pengajaran disampaikan dengan sistem PPSI,
maka sekolah-sekolah yang bertugas mengadakan guru untuk sekolah-sekolah tersebut harus
membekali calon-calonnya dengan kemampuan memtruat PPSI.
3. Fungsi bagi Masyarakat
Padatamatan sekolah memang dipersiapkan untuk terjun dimasyarakat atau tugasnya untuk
bekerja sesuai dengan keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kurikulum
sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat
atau para pemakai keluaran sekolah. Untuk keperluan itu perlu ada kerja sama antara piliak
sekolah dengan pihak luar dalam hal pemberrahan kurikulum yang diharapkan. Dengan
demikian, masyarakat atau para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik
atau saran-saran yang berguna bagi penyempumaan program pendidikan di sekolah.
Dewasa ini kesesuaian antara program kurikulum dengan kebutuhan masyarakat harus benar-
benar diusahakan. Hal itu mengingat seringnya terjadi kenyataan balwa lulusan selsolah
halum siap pakai atau tidak sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan dalm lapangan pekerjaan.
Akibatnya, walau semakin menumpuk tenaga kerja yang ada, kita tak dapat mengisi lapangan
pekerjaan yang tersedia karena tidak memiliki keterampilan atau keterampilan yang
dimilikinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pada lapangan pekerjaan. Untuk mengatasi
kesenjangan tersebut, ada seorang tokoh pendidikan yang mengemukakan agar sekolah
tingluat SD sudah dibuat menjadi dua jalur, yaitu jalur akademis (dipersiapkan untuk
melanjutkan sekolah) dan jalur vokasional (dipersiapkan untuk segera bekerja). Hal itu
berdasarkan kenyataan penelitian bahwa masih sebagian besar anak tamatan SD yang tidak
meneruskan pendidikan ke tingkat di atasnya.
Sering terjadi karena suatu tingkat keterampilan yang dibutuhkan dalam suatu tingkat
pekerjaan, maka hal itu segera diajarkan di sekolah. Sebagai contoh hal yang berhubungan
dengan keguruan misalnya dapat disebutkan perabekalan keterampilan menibuat satuan
pelajaran. Pada waktu itu, yaitu permulann diterapkannya PPSI dalam sistem pengajaran di
Indonesia sesuai dengan tuntutan kurikulum '75, calon guru segera diberi keterampilan
membuatnya (sekarang Model Perencanaan Pengajaran). Boleh dikatakan bahwa pembekalan
atau pengajaran keterampilan tersebut semata-mata disebabkan tuntutan pekerjaan kelak.
Penyiapan keterampilan para tamatan sekolah untuk bakal terjun di masyarakat kerja, juga
ditentukan oleh suatu misi sekolah, apakah ia sekolah umum atau kejuruan. Misi suatu
sekolah apakah ia bertugas mempersiapkan tamatannya untuk meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi (jalur akademis), atau untuk bekerja (jaIur vokasional), atau untuk
kedua-duanya, akan mewamai pendidikan keterampilan yang diajarkan oleh pibak sekolah
yang bersangkutan. Dengan adanya hal itu, para pemakai lulusan sekolah tentunya sudah
tanggap, Julusan dengan keterampilan mana (atau apa) yang mereka butuhkan dan itu harus
dialamatkan pada sekolah yang sesui dengan misinya.