Anda di halaman 1dari 5

Tugas TT1 Pendidikan Bahasa Indonesia di SD

Nama : Rahmat Gumilar S


Nim : 857464948

Jawaban :
1. Pengertian Bahasa Pada dasarnya, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk
oleh sejumlah komponen dengan pola yang tetap dan dapat memiliki beberapa kaidah di
dalamnya. Atas adanya pernyataan tentang bahasa adalah sebuah sistem yang memiliki pola
tertentu, maka jelas dalam suatu bahasa akan terdapat adanya subsistem di dalamnya.
Subsistem ini mencakup fonologi, morfologi, dan sintaksis.

Menurut Keraf (2001) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kembali pada konsep individu yang
hidup di tengah masyarakat sebagai makhluk sosial, maka tentu saja membutuhkan adanya
kemampuan komunikasi bahasa dengan sesama individu supaya sifat sosial tersebut dapat
terlaksana. Kemudian, menurut Chaer (2009), berpendapat bahwa bahasa adalah alat verbal
yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian
informasi dalam berkomunikasi itu. Beberapa pakar linguistik lainnya juga menyatakan
bahwa bahasa “berjalan” sebagai suatu sistem lambang yang bersifat arbitrer.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan mengenai hakikat bahasa, yakni sebuah
alat komunikasi verbal yang digunakan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari
dan mempunyai sistem dengan pola tertentu. 

 Beberapa fungsi bahasa :


a. Dilihat dalam sudut pandang penuturnya, maka bahasa dapat berfungsi sebagai
personal atau pribadi. Maksudnya adalah si penutur dapat menyatakan sikap bergantung
pada ujaran apa yang hendak dituturkan. Si penutur tidak hanya mengungkapkan
emosinya lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi tersebut ketika menyampaikan
ujarannya. Dalam hal ini, pihak lawan bicara atau pendengar dapat menduga apakah si
penutur tengah berada dalam emosi sedih, marah, atau bahagia berdasarkan ujarannya.
b. Dilihat dalam sudut pandang pendengar atau lawan bicara, maka bahasa dapat
berfungsi direktif, yakni mengatur tingkah laku pendengarnya. Maksudnya, bahasa itu
dapat membuat si pendengar bersedia melakukan sesuatu atau kegiatan yang sesuai
dengan kemauan si pembicara. Hal tersebut dapat dilakukan si penutur dengan
menggunakan kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.
c. Dilihat dalam sudut pandang kontak antara penutur dengan pendengar, maka bahasa
berfungsi fatik atau interactional. Maksudnya, fungsi ini menjalin hubungan, memelihara,
memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial antara penutur dengan
pendengar. Ungkapan-ungkapan yang biasa digunakan dalam hal ini adalah seperti ketika
tengah berjumpa, pamit, membicarakan cuaca, atau menanyakan keadaan anggota
keluarga lain.
d. Dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa bersifat referensial atau informatif. Yakni,
bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang tengah
terjadi di sekeliling penutur atau yang ada di dalam budaya pada umumnya.
e. Dilihat dari segi kode yang yang digunakan, maka bahasa berfungsi metalingual atau
metalinguistik. Artinya, bahasa tersebut digunakan untuk membicarakan bahasa itu
sendiri. Memang agak aneh ya Grameds, tetapi nyatanya bahasa dapat digunakan untuk
membicarakan berbagai bidang masalah yang ada di kehidupan manusia, mulai dari
politik, ekonomi, sosial, hukum, hingga pertanian.
f. Dilihat dari segi amanat, maka bahasa berfungsi imaginatif. Artinya, bahasa dapat
digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, baik yang secara
sebenarnya maupun hanya khayalan atau rekaan saja. Fungsi imaginatif ini biasanya
berupa karya sastra, misalnya puisi, cerita, dongeng, lelucon, pantun, dan lain-lain.
 Sifat-sifat Bahasa :
Sebelumnya, telah disebutkan bahwa bahasa itu bersifat arbitrer. Padahal sebenarnya, ada
suatu bahasa itu mempunyai sifat-sifat lain selain sifat arbitrer tersebut. Sifat-sifat itulah yang
membangun bahasa menjadi sebuah sistem yang berpola. Nah, berikut adalah penjelasan dari
sifat-sifat bahasa yang ada.
1. Bahasa Sebagai Sistem
Grameds pasti sudah memahami bahwa ‘sistem’ itu berarti susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Begitu pula dengan bahasa,
yang memiliki sistem tertentu di dalamnya. Komponen-komponen yang terdapat di dalam
suatu sistem bahasa harus tersusun secara teratur supaya dapat dimengerti oleh penutur dan
lawan penuturnya. Dalam Bahasa Indonesia, komponen-komponen tersebut berupa Subjek
(S), Predikat (P), Objek (O), dan Keterangan (K). Untuk mempelajari mengenai komponen-
komponen yang mengatur suatu bahasa dapat ditemukan dalam disiplin ilmu morfologi.
2. Bahasa Merupakan Lambang
Seperti yang sudah dituliskan bahwa bahasa itu merupakan sistem, maka dalam sifat ini
adalah berupa lambang-lambang yang berbentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang tersebut
berwujud bunyi yang biasanya disebut sebagai bunyi bahasa. Setiap lambang dari bahasa
dapat melambangkan sesuatu yang nantinya disebut dengan makna atau konsep.Misalnya,
kamu membaca sebuah kata [kambing], pasti kamu membayangkan sebuah makna atau
konsep mengenai ‘sejenis binatang berkaki empat yang memiliki suara mengembik dan sering
dijadikan sebagai makanan sate’.Semua lambang bunyi yang memiliki atau menyatakan suatu
makna atau konsep maka dapat disebut sebagai lambang ujaran. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam Bahasa Indonesia ini, satuan bunyi seperti [kabel], [cermin], dan [kapas] itu
adalah wujud nyata dari lambang ujaran karena memiliki makna. Sementara itu, satuan bunyi
seperti [akud], [ea], dan [ajem] bukanlah lambang ujaran sebab tidak memiliki makna yang
pasti.

3. Bahasa Bersifat Arbitrer


Bahasa bersifat arbitrer artinya ‘mana suka’, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan itu tidak wajib, bisa berubah sewaktu-
waktu, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyi tersebut dapat “mengonsepi”
makna tertentu.Misalnya, lambang bunyi [kerbau] biasanya digunakan untuk konsep atau
makna ‘sejenis binatang berkaki empat yang memiliki tanduk dan biasa digunakan untuk
membajak sawah], ternyata tidak dapat dijelaskan secara konkrit. Andaikata, kamu hendak
menyebutnya sebagai [kebo], [buffalo], atau [banteng] itu sah-sah saja. Hal tersebut dapat
dilihat pada banyaknya lambang bunyi yang memiliki padanan kata untuk suatu makna atau
konsep yang sama.

4. Bahasa Bersifat Konvensional


Dalam hal ini, setiap penutur suatu bahasa (manusia) harus mematuhi adanya hubungan
antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya. Apabila sang penutur suatu bahasa
tidak memahami hubungan tersebut, maka besar kemungkinan komunikasi yang tengah
dijalinnya akan terhambat.Contohnya, untuk menyebut ‘kaca bening yang menampilkan
bayangan’ kamu dapat menggunakan lambang bunyi [cermin]. Apabila terdapat seseorang
yang seenaknya mengganti lambang bunyi menjadi [mincer], [nimrec], atau [recnim], tentu
saja akan menghambat komunikasi dengan individu lain.

5. Bahasa Bersifat Produktif


Apakah Grameds menyadari bahwa bahasa itu sangat produktif yang dapat berkembang
dalam jumlah yang tidak terbatas. Yap, sejalan dengan sifat bahasa yang dinamis, satuan-
satuan ujaran bahasa itu memiliki jumlah yang hampir tidak terbatas. Contohnya,
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia saja ternyata memuat kurang lebih sekitar 23.000
buah kata, yang mana kata-kata tersebut dapat pula dibuat menjadi banyak kalimat yang tidak
terbatas jumlahnya.

6. Bahasa Bersifat Dinamis


Dalam hal ini, maksudnya adalah bahasa itu tidak akan terlepas dari adanya kemungkinan
perubahan yang terjadi sewaktu-waktu. Apalagi bahasa itu berkembang mengikuti
perkembangan budaya zaman, yang mana dua hal tersebut tentu tidak akan berhenti dan ajeg
begitu saja, melainkan akan berkembang secara terus-menerus. Perubahan-perubahan tersebut
dapat terjadi pada semua tataran bahasa, mulai dari fonologis, morfologis, sintaksis, semantik,
hingga leksikon.Tataran bahasa yang paling jelas kedinamisannya adalah pada leksikon. Pada
setiap waktu tertentu, akan ada kosakata baru yang muncul, kemudian kosakata lama akan
tenggelam tidak digunakan lagi, atau bahkan sebaliknya. Contohnya adalah kata “perigi”,
“kempa”, dan “centang-perenang” nyatanya pada zaman sekarang ini sudah tidak dipakai oleh
penutur bahasa. Sementara kata-kata seperti “riset”, “konklusi”, dan “pandemi” yang dulu
tidak terlalu dikenal, saat ini sudah biasa dipergunakan.

7. Bahasa Itu Beragam


Dalam hal ini, meskipun bahasa itu mempunyai kaidah atau pola yang sama, tetapi apabila
disampaikan oleh penutur yang heterogen yang memiliki latar belakang sosial dan kebiasaan
yang berbeda, maka bahasa dapat menjadi beragam. Beragam ini dapat dilihat dalam tataran
fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikon.

8. Bahasa Bersifat Manusiawi


Dalam hal bahasa yang bersifat manusiawi ini berarti bahwa bahasa adalah sebagai alat
komunikasi verbal yang hanya dimiliki dan dituturkan oleh manusia saja, sementara hewan
dan tumbuhan tidak dapat melakukannya. Meskipun hewan dapat berkomunikasi, tetapi tidak
serta-merta menggunakan bahasa manusia ini, melainkan menggunakan bunyi atau gerak
isyarat terhadap sesama hewan.

2. Salah satu perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah bahwa
pemerolehan bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif
dan sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi sesudah perkembangan
kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai, dalam pemerolehan bahasa pertama
pemerolehan lafal dilakukan tanpa kesalahan, sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua itu
jarang terjadi, dalam pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ada kesamaan dalam
urutan perolehan butir-butir tata bahasa, banyak variabel yang berbeda antara pemerolehan
bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa. Kedua, suatu ciri yang khas antara pemerolehan
bahasa pertama dan bahasa kedua belum tentu ada meskipun ada persamaan perbedaan di
antara kedua pemerolehan.

3. Pembelajaran bahasa indonesia terpadu di sd

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah
Kelas/Semester :4/1
Waktu :
Tema : Selalu Berhemat Energi

Standar Kompetensi : Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang pemanfaatan bentuk energi listrik
menggunakan bahasa Indonesia

Kompetensi dasar : Menerangkan dan mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang pemeliharaan


pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional secara mandiri dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata baku

Hasil Belajar :
Indikator hasil belajar :
4. 1. Fungsi bagi sekolah yang berungkutan

Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan ini paling tidak dapat disebutkan dua
macam. Pertama, sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.
Manifestasi kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah berupa program
pengajaran. Program pengajaran itu sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang kesemuanya dimaksudkan sebagai uapaya untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan yang akan dicapai tersebut disusun secara berjenjang mulai
dart tujuan pendidikan yang bersifat nasional sampai tujuan instruksional. Jika tujuan
instruksional tercapai (hasilnya langsung dapat diukur melalui kegiatan belajar mengajar di
kelas) pada gilirannya akan tercapai pula tujuan-tujuan pada jenjang diatasnya. Setiap
kurikulum sekolah pasti didalamnya tereantum tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus
dicapai melalui kegiatan pengajaran.

Kedua, kurikulum dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatn-kegiatan pendidikan yang


dilaksanakan di sekolah. Dalam pelaksanaan pengajaran misalnya, telah ditentukan macam-
macam bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan atau materi pengajamn untuk tiap
semester, sumber bahan, metode atau cara pengajaran, alat dan media pengajaran yang
diperlukan. Disamping itu. kurikulum juga mengatur hal-hal yang berhubungan dengan jenis
program cara penyelenggaraan, strategi pelaksanaan, penanggung jawab, sua dan prasarana
dan sebagainya.

2. Fungsi bagi sekolah tingkat diatasnya

Dalam hal ini kurikulum dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses
pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum
pada tingkat diatasnya dapat mengadakan penyesuaian Misalnya saja, jika suatu bidang studi
telah diberikan pada kurikulum sekolah ditingkat bawahnya, harus dipertimbangkan lagi
pemilihannya pada kurikulum, sekolah tingkatan diatasnya terutama dalam hal pemulihan
bahan pengajaran. Penyesuaian bahan tersebut dimaksudkan untuk menghindari keterulangan
penyampaian yang bisa berakibat pemborosan waktu dan yang lebih penting lagi adalah untuk
menjaga kesinambungan bahan pengajaran itu.

Disamping itu, terdapat juga kurikulum yang berfungsi untuk menyiapkan tenaga pengajar.
Bila satu sekolah atau lembaga pendidikan bertujuan menghasilkan tenaga guru (LPTK),.
Maka lembaga tersebut harus mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat dibawahnya tempat
calon guru yang dipersiapkan itu akan mengaju. Misalnya murid SPG harus mengetabui
kurikulum SD, mahasiswa IKIP/FKG harus menguasai kurikulum kurikulum SMTP dan
SMTA. Jika di SD, SMP dan SMA kegiatw pengajaran disampaikan dengan sistem PPSI,
maka sekolah-sekolah yang bertugas mengadakan guru untuk sekolah-sekolah tersebut harus
membekali calon-calonnya dengan kemampuan memtruat PPSI.
3. Fungsi bagi Masyarakat

Padatamatan sekolah memang dipersiapkan untuk terjun dimasyarakat atau tugasnya untuk
bekerja sesuai dengan keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kurikulum
sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat
atau para pemakai keluaran sekolah. Untuk keperluan itu perlu ada kerja sama antara piliak
sekolah dengan pihak luar dalam hal pemberrahan kurikulum yang diharapkan. Dengan
demikian, masyarakat atau para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik
atau saran-saran yang berguna bagi penyempumaan program pendidikan di sekolah.

Dewasa ini kesesuaian antara program kurikulum dengan kebutuhan masyarakat harus benar-
benar diusahakan. Hal itu mengingat seringnya terjadi kenyataan balwa lulusan selsolah
halum siap pakai atau tidak sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan dalm lapangan pekerjaan.
Akibatnya, walau semakin menumpuk tenaga kerja yang ada, kita tak dapat mengisi lapangan
pekerjaan yang tersedia karena tidak memiliki keterampilan atau keterampilan yang
dimilikinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pada lapangan pekerjaan. Untuk mengatasi
kesenjangan tersebut, ada seorang tokoh pendidikan yang mengemukakan agar sekolah
tingluat SD sudah dibuat menjadi dua jalur, yaitu jalur akademis (dipersiapkan untuk
melanjutkan sekolah) dan jalur vokasional (dipersiapkan untuk segera bekerja). Hal itu
berdasarkan kenyataan penelitian bahwa masih sebagian besar anak tamatan SD yang tidak
meneruskan pendidikan ke tingkat di atasnya.

Sering terjadi karena suatu tingkat keterampilan yang dibutuhkan dalam suatu tingkat
pekerjaan, maka hal itu segera diajarkan di sekolah. Sebagai contoh hal yang berhubungan
dengan keguruan misalnya dapat disebutkan perabekalan keterampilan menibuat satuan
pelajaran. Pada waktu itu, yaitu permulann diterapkannya PPSI dalam sistem pengajaran di
Indonesia sesuai dengan tuntutan kurikulum '75, calon guru segera diberi keterampilan
membuatnya (sekarang Model Perencanaan Pengajaran). Boleh dikatakan bahwa pembekalan
atau pengajaran keterampilan tersebut semata-mata disebabkan tuntutan pekerjaan kelak.

Penyiapan keterampilan para tamatan sekolah untuk bakal terjun di masyarakat kerja, juga
ditentukan oleh suatu misi sekolah, apakah ia sekolah umum atau kejuruan. Misi suatu
sekolah apakah ia bertugas mempersiapkan tamatannya untuk meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi (jalur akademis), atau untuk bekerja (jaIur vokasional), atau untuk
kedua-duanya, akan mewamai pendidikan keterampilan yang diajarkan oleh pibak sekolah
yang bersangkutan. Dengan adanya hal itu, para pemakai lulusan sekolah tentunya sudah
tanggap, Julusan dengan keterampilan mana (atau apa) yang mereka butuhkan dan itu harus
dialamatkan pada sekolah yang sesui dengan misinya.

Anda mungkin juga menyukai