Anda di halaman 1dari 25

MODUL 1

HAKIKAT BELAJAR

A. PENGERTIAN BAHASA
Bahasa adalah system lambing yang bermakna, arbiter,
konvensional dan produktif yang dipergunakan oleh setiap individu dan
anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama dan mengidentifikasi
diri. Dan pada dasarnya konsep bahasa memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Bahasa adalah sebuah sistem
Bahasa terdiri dari sejumlah unsur yang saling terkait dan tertata
secara berurutan serta memiliki makna.Unsur-unsur bahasa diatur
seperti pola yang berulang. Sebagai sebuah system bahasa bersifat
sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa dapat diuraikan atas
satuan-satuan terbatas yang berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang
dapat diramalkan. Sedangkan Sistemis artinya bahasa terdiri dari
sejumlah sub system yang satu sama lain saling terkait dan
membentuk satu kesatuan utuh yang bermakna.
Bahasa terdiri dari tiga sub system yaitu subsistem fonologi
(bunyi bahasa), subsistem gramatika (morfologi, sintaksis, dan
wacana) serta subsistem leksikon (perbendaharaan kata). Dimana
ketiganya itu akan menghasilkan dunia bunyi dan dunia makna yang
membentuk sistem bahasa.
2. Bahasa merupakan Sistem Lambang yang Arbiter (Mana Suka) dan
Konvensional
Bahasa merupakan sistem simbol baik berupa bunyi dan atau
tulisan yang digunakan dan disepakati oleh suatu kelompok sosial.
Simbol merupakan sistem maka untuk memahami harus dipelajari.
Ada beberapa kata yang bersifat onomatopoe yang artinya
penamaan suatu obyek berdasarkan ciri bunyi atau ciri lain yang
dimiliki, misalnya cicak, tokek, gemerincing, kokok. Jadi penamaan
sesuatu (benda, sifat atau peristiwa) semata-mata hanya karena
kesepakatan sosial masyarakat penggunanya, sehingga bahasa bersifat
konvensional atau kesepakatan.
3. Bahasa bersifat produktif
Bahasa dapat membentuk ribuan kata, kalimat atau wacana
dengan segala variasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat
penggunanya. Oleh karena itu bahasa bersifat produktif.
4. Bahasa memiliki fungsi dan variasi
Dengan menggunakan bahasa kita bisa mengekspresikan
pikiran, perasaan dan nilai-nilai yang dianut sehingga dapat dipahami
dan juga memahami orang lain. Sehingga bahasa berfungsi sebagai
alat komunikasi.
Bahasa digunakan untuk berbagai kebutuhan dan tujuan dalam
konteks yang berbeda. Keragaman itu terjadi karena perbedaan
kelompok atau setiap individu pemakainya. Misalnya kelompok guru,
dokter, orang yang tinggal di kota atau di desa, dan lain-lain.
Perbedaan pengguna bahasa yang disebut variasi atau ragam bahasa.
Sebagai produk kebudayaan bahasa juga merupakan simbol
kelompok yang mencerminkan identitas masyarakat penggunanya.
Ciri bahasa orang per orang ini disebut idiolek.

B. FUNGSI BAHASA
Bahasa memiliki dua fungsi yaitu fungsi personal dan fungsi sosial.
Fungsi personal mengacu pada peranan bahasa sebagai alat untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri manusia sebagai
makhluk individu. Sedangkan fungsi sosial mengacu pada peranan
bahasa sebagai alat komunikasi dan berinteraksi antar individu atau antar
kelompok sosial.
C. RAGAM BAHASA
Dalam penggunaannya bahasa memiliki wujud yang bervariasi.
Variasi atau ragam bahasa dapat dikelompokkan berdasarkan pemakai
dan pemakaiannya. Berdasarkan pemakai, ragam bahasa dapat dilihat
dari segi:
a. Asal daerah penutur, yang melahirkan dialek geografis.
b. Kelompok sosial, yang melahirkan dialek atau ragam sosial
dengan segala variannya.
c. Sikap berbahasa, yang melahirkan ragam resmi dan tak resmi
atau keseharian.
Sedangkan dari pemakaiannya ragam bahasa dilihat dari sudut :
a. Bidang perbincangan, yang melahirkan ragam ilmiah, ragam
sastra, ragam jurnalistik, dan lain-lain.
b. Media berbahasa, yang memunculkan ragam lisan dan tulis.
c. Situasi berbahasa, yang memunculkan ragam baku dan tak baku.
HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA

A. KONSEP BELAJAR
Belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara tetap
melalui pengalaman, pengamatan, dan bahasa, yang dilakukan secara aktif.
Hasil belajar atau perubahan tingkah laku itu berkaitan dengan
pengetahuan, sikap atau keterampilan yang dibangun siswa berdasarkan
apa yang telah dipahami atau dikuasai sebelumnya. Tugas guru dalam
pembelajaran adalah menciptakan kegiatan dan lingkungan belajar yang
dapat merangsang dan mendorong keterlibatan siswa secara aktif. Sesibuk
apapun guru kalau siswa tidak mengalami proses belajar maka
pembelajaran sebenarnya tidak pernah terjadi. Dalam perspektif ini, siswa
adalah subjek belajar, sedangkan guru lebih berperabn sebagai fasilitator,
motivator, desainer, dan organisator.

B. BELAJAR BAHASA
Dalam kaitannya dengan belajar bahasa di sekolah, guru perlu
memahami bahwa sebelum masuk ke sekolah, siswa telah belajar bahasa
melalui komunitasnya. Mereka belajar bahasa ( menyimak, berbicara,
bahkan mungkin membaca dan menulis) bukan demi bahasa itu sendiri,
melainkan karena didorong oleh kebutuhannya untuk memahami dan
dipahami. Anak-anak itu belajar melalui pengamatan, eksperimen, dan
interaksi langsung dalam situasi yang nyata dengan keluarga, teman
sebaya, masyarakat, media, dan lingkungannya. Dengan “strategi” belajar
yang dilakukannya, mereka dengan sangat cepat menguasai kemampuan
berbahasa layaknya orang dewasa. Pola belajar bahsa yang mereka
lakukan adalah sebagai berikut.
1. Semua Komponen, Sistem, dan Keterampilan Bahasa Dipelajari secara
Terpadu.
Ketika anak belajar berbicara maka sekaligus belajar menyimak
dan tanpa disadari mereka mempelajari komponen dan aturan bahasa
seperti bunyi bahasa. Satuan bahasa, kosakata serta pragmatic yang
memungkinkan penggunaan ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan
tujuan berbahasa.
2. Belajar Bahasa Dilakukan secara Alami dan Langsung dalam Konteks
yang Otentik.
Anak-anak belajar bahasa melalui pengalaman langsung dalam
kegiatan berbahasa (immersion). Mereka memahami berdasarkan
simpulan sendiri yang secara tidak sadar dilakukanya berdasarkan
pengalaman bahasa yang dilaluinya seperti dalam kegiatan berbahasa
dan interaksi dengan keluarga, pengasuh, teman bermain, dan
lingkunganya dalam kontek nyata, alami dan tidak dibuat-buat (
otentik ). Komunitas dimana anak tumbuh dan berkembang akan
mempengaruhi pula corak bahasa yang dikuasai.
3. Belajar Bahasa Dilakukan secara Bertahap, Sesuai dengan
Kebutuhannya.
Anak belajar bahasa secara bertahap, tahapan itu terjadi seiring
dengan kebutuhan anak dalam berkomunikasi serta pertumbuhan fisik,
intelektual, dan sosial mereka. Mereka belajar bahasa dari yang
sederhana menuju yang rumit. Jika masukan bahasa yang mereka
terima terlalu sulit maka mereka akan mengabaikannya.
4. Belajar Bahasa Dilakukan melalui Strategi Uji-coba (Trial-Error) dan
Strategi Lainnya.
Anak meniru perilaku berbahasa secara kreatif melalui strategi
ujicoba anak mengolah dan menerapkan secara langsung. Jika respon
baik maka dapat berlanjut dengan kreasi bahasa lainnya, sebaliknya
apabila tidak pas maka akan dihentikan dan memperbaikinya. Anak
belajar bahasa agar dapat mengekspresikan pikiran dan prasaan tentang
dirinya serta agar dapat berinteraksi dengan lingkunganya. Bahasa
dipelajari karena fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang memiliki
peran personal dan sosial.
C. PEMBELAJARAN BAHASA
Saudara, Halliday ( 1979, dalam Goodman, dkk., 1987)
menyatakan ada tiga tipe belajar yang melibatkan bahasa, yaitu :
1. Belajar Bahasa
Mempelajari bahasa dapat dengan fokus pada kemampuan
berkomunikasi. Berkomunikasi melibatkan dua hal yaitu, 1).
Menyampaikan pesan secara lisan / tertulis, 2). Memahami,
menafsirkan menerima pesan baik lisan/tertulis.
2. Melajar melalui Bahasa
Bahasa berfungsi sebagai alat untuk mempelajari sesuatu, seperti
Matematika, IPA, Sejarah, dan Kewarganegaraan. Seseorang
menggunakan bahasa untuk mempelajari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
3. Belajar tentang Bahasa
Tujuan belajar bahasa Indonesia bagi siswa SD adalah membekali
kemampuan berkomunikasi untuk berbagai tujuan dalam konteks yang
berbeda. Pembelajaran bahasa Indonesia berfokus pada penguasaan
berbahasa untuk diterapkan dalam berbagai keperluan dan situasi
seperti belajar, berfikir, berekspresi, bersosialisasi dan berapresiasi
agar dapat berkomunikasi dengan baik maka siswa perlu menguasai
kaidah bahasa dengan baik pula.
Ketiga tipe dipelajari anak secara bersamaan dan saling terkait,
siswa belajar kemampuan berbahasa, kemampuan tentang bahasa, dan
pemahaman tentang ‘’dunia” terjadi secara simultan. Dan belajar untuk
mempelajari berbagai mata pelajaran maka seyogyanya pembelajaran
bahasa dilakukan secara terpadu baik antara aspek bahasa atau antara
bahasa dengan matapelajaran lainnya.
Kemampuan berbahasa diklasifikasikan menjadi empat
macam:
1. Kemampuan Menyimak atau Mendengarkan
2. Kemampuan Berbicara
3. Kemampuan Membaca
4. Kemampuan Menulis

Pemahaman tentang bahasa, belajar dan bagaiman anak belajar


bahasa menjadi pijakan guru dalam merancang, melaksanakan, dan
melakukan evaluasi pembelajaran bahasa. Dari ketiga hal itu
diturunkanlah paradigm atau cara pandang belajar bahasa di SD,
seperti berikut ini.
1. Imersi, yaitu pembelajaran bahasa dilakukan dengan menerjunkan
siswa secara langsung dalam kegiatan kegiatan bahasa yang
dipelajarinya.
2. Pengerjaan (employment), yaitu pembelajaran bahasa dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif
dalam berbagai kegiatan berbahasa yang bermakna, fungsional dan
otentik.
3. Demonstrasi, yaitu siswa belajar bahasa melalui demonstrasi
dengan pemodelan dan dukungan yang disediakan guru.
4. Tanggung jawab (responbility) , yaitu pembelajaran bahasa yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih aktivitas
berbahasa yang akan dilakukannya.
5. Uji-coba (trial-error), yaitu pembelajaran bahasa yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
dari perspektif atau sudut pandang siswa.
6. Harapan (expectation), yaitu siswaakan berupaya untuk sukses
atau berhasil dalam belajar, jika dia merasa bahwa gurunya
mengharapkan dia menjadi sukses.

Paradigma pembelajaran bahasa tersebut merupakan rambu


bagi guru untuk memilih dan menerapkan strategi pembelajaran bahasa
di SD.
Modul 2
Pemerolehan Bahasa Anak
Kegiatan Belajar 1
Pemerolehan Bahasa Pertama
A. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses pemilikan
kemampuan berbahasa secara alamiah. Proses tersebut memiliki
karakteristik berikut :
1. Berjalan secara spontan, tanpa sadar, dan tanpa beban
2. Terjadi secara langsung dalam situasi informal, tanpa melalui
pembelajaran formal
3. Didorong oleh kebutuhan, baik kebutuhan untuk memahami maupun
dipahami orang lain
4. Berlangsung secara terus menerus dalam konteks berbahasa yang nyata
dan bermakna
5. Diperoleh secara lisan melalui tindak berbahasa
menyimak/mendengarkan dan berbicara.
Kegiatan pemerolehan bahasa melibatkan dua kemampuan yaitu :
1. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan menyerap, menerima, dan
memahami tuturan orang lan
2. Kemampuan produktif, yaitu kemampuan menghasilkan tuturan, untuk
mengekspresikan diri atau menanggapi rangsang bahasa yang
disampaikan oleh orang lain.
Bahasa pertama (B1) adalah bahasa yang pertama kali dipelajari dan
dikuasai oleh seorang anak, bisa satu bahasa atau dua bahasa yang dikuasai
anak secara bersamaan. Sedangkan Bahasa kedua adalah bahasa yang
dikuasai anak setelah menguasai bahasa pertama.
Dalam menguasai dua bahasa atau lebih, anak dapat melakukannya secara
serempak atau berurut. Pemerolehan serempak dua bahasa (simultaneous
bilingual acquisition) terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat
bilingual/dua bahasa atau multilingual/lebih dari dua bahasa .
B. Teori Pemerolehan Bahasa
Ada tiga pandangan yang mengungkapkan proses pemerolehan bahasa
pertama, yaitu:
1. Pandangan Nativistis
Berpendapat bahwa setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan
kemampuan bawaan atau alami untuk dapat berbahasa, dan bukan
lingkungan yang membuat anak mampu berbahasa, atau bukan meniru
orang lain.
Kemampuan bawaan berbahasa atau “piranti pemerolehan bahasa”
(language acquisition device atau LAD) yang berpusat di otak.
2. Pandangan Behavioristis
Berpendapat bahwa penguasaan bahasa anak ditentukan oleh rangsangan
yang diberikan lingkungannya. Anak tidak berperan aktif, namun
sebagai penerima pasif. Perkembangan bahasa anak ditentukan oleh
lingkungan dan peniruan terhadap tindak berbahasa lingkungannya.
3. Pandangan Kognitif
Berpendapat bahwa penguasaan dan perkembangan bahasa anak
ditentukan oeh daya kognitifnya, lingkungan tidak serta merta
berpengaruh namun anaklah yang berperan aktif untuk terlibat dengan
lingkungannya agar penguasaan bahasanya dapat berkembang optimal.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak


Kecepatan dan kefasihan perkembangan bahasa satu anak dengan anak yang
lain tidaklah sama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain :
1. Faktor Biologis
Perangkat biologis yang menentukan penguasaan bahasa anak adalah
otak (sistem syaraf), alat dengar, dan alat ucap. Ketergantungan salah
satu apalagi ketiganya akan menghabat kemampuan berbahasa anak.
2. Faktor Lingkungan Sosial
Untuk menumbuhkembangkan kemapuan berbahasa, memerlukan
lingkugan sosial sebagai contoh atau model berbahasa, memberikan
rangsangan dan tanggapan serta melaukan latihan dan uji coba
berbahasa dalam kontek yang sesungguhnya. Lingkungan sosial ini
adalah perilaku berbahasa orang tua, saudara, kerabat keluara, teman
atau anggota masyarakat.
3. Faktor Inteligensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir atau bernalar,
termasuk memecahkan masalah. Dalam pemerolehan bahasanya, anak-
anak yang bernalar tinggi tingkat pencapaiannya cenderung lebih cepat,
lebih kaya dan lebih bervariasi khasanah bahasanya daripada anak yang
bernalar sedang atau rendah .
4. Faktor Motivasi
Motivasi bersumber dari dalam dan dari luar diri anak. Motivasi dari
dalam (motivasi intrinsik), misalnya anak belajar bahasa karena
kebutuhan dasar yang bersifat praktis seperti lapar, haus, kasih sayang
dll. Sedangkan motivasi dari luar (motivasi ekstrinsik), misalnya anak
belajar bahasa untuk kebutuhan hidupnya sehingga anak akan merasa
senang, ceria untuk lebih bersemangat belajar.

D. Strategi Pemerolehan Bahasa


Anak-anak cenderung lebih cepat menguasai suatu bahasa daripada orang
dewasa, karena usia hingga 12 tahun disebut periode penting/critical period
karena pada usia tersebut piranti /kelengkapan kebahasaannya telah benar-
benar siap dan matang.
Anak melakukan sejumlah strategi dala belajar suatu bahasa, antara lain :
1. Mengingat
Akan berperan cukup penting dalam belajar bahasa, misal pengalaman
inderawi yang dilalui anak akan dicatat dalam benaknya, misalnya saat
dia menyentuh, mendengar, mencium, melihat sesuatu, memori anak
akan merekamnya.
2. Meniru
Dalam belajar bahasa dengan mencontoh secara kreatif atau
menginspirasi. Apabila modelnya baik maka anak akan mempelajari
versi bahasa yang baik, logis dan santun, tetapi sebaliknya.
3. Mengalami langsung
Anak akan mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang
nyata (anak dapat berkomunikasi dengan orang lain atau saat sendiri)
4. Bermain
Kegiatan bermain penting untuk mendorong pengembangan kemapuan
berbahasa anak. Si anak dapat bermain peran sebagai dokter, pasien,
perawat dll
5. Penyederhanaan /reduksi
Perbuatan seorang anak masih bersifat egosentris (berpusat pada
dirinya), serta perkembangan kemampuan anak yang bertahap yang
membuat tuturan yang digunakannya lebih sederhana dan langsung,
misal satu atau dua kata mewakili satu kalimat.

E. Tahap-tahap Pemerolehan Bahasa


Pemerolehan bahasa tidaklah tiba-tiba tetapi bertahap, antara lain :
1. Tahap pralinguistik
Bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati bunyi
vokal atau konsonan tertentu, namum umumnya belum mengacu pada
kata atau kalimat dengan makna tertentu. Fase ini berlangsung sejak
anak lahir sampai berumur sekitar 12 bulan.
2. Tahap satu kata atau holofrasis
Berlangsung ketika anak berusia 12 – 18 bulan. Anak akan
menggunakan satu kata yang bermana mewakili keseluruhan ide yang
disampaikannya, misal “mimi” sambil menunjuk cangkir.
3. Tahap dua kata
Berlangsung ketika anak sekitar 18 – 24 bulan. Kosakata dan gramatika
anak berkembang dengan cepat seiring kematangan otak dan alat
ucapnya, misal mau bobo, mamah ikut dll.
4. Tahap telegrafis
Fase anak belum menggunakan kata tugas dalam bertutur, namun ada
variasi bentuk kata yang sudah mulai muncul. Berlangsung antara usia 2
– 3 tahun .
Kegiatan Belajar 2
PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

A. Pengertian dan Cara Pemerolehan Bahasa Kedua


Bahasa kedua (B2) adalah bahasa yang dikuasai anak setelah menguasai
bahasa pertama (B1). Dalam memperoleh B2 banyak cara yang dilakukan.
Secara umum tipe perolehan B2 dapat dibedakan menjadi pemerolehan
bahasa kedua secara terpimpin, secara alamiah, serta secara terpimpin dan
alamiah.
Pemerolehan B2 secara terpimpin dilakukan melalui aktivitas
pembelajaran, baik di sekolah maupun kursus atau les. Sementara itu,
pemerolehan B2 secara alamiah dilakukan secara spontan. Dengan demikian
seorang anak dapat memiliki beberapa bahasa pertama dan beberapa bahasa
kedua.

B. Teori Pemerolehan Bahasa Kedua


1. Model Akulturasi
Akulturasi adalah proses adaptasi atau penyesuaian dengan kebudayaan
baru. Dalam pemerolehan B2, akulturasi dianggap penting karena bahasa
sebagai ungkapan budaya serta berhubungan dengan saling menilai antara
masyarakat B1 dan masyarakat B2. Alkulturasi ditentukan oleh jarak sosial
dan jarak psikologis antara pebelajar (B1) dengan budaya bahasa sasaran
(B2). Jarak sosial adalah pengaruh faktor-faktor pembelajar sebagai anggota
masyarakat yang harus berhubungan dengan masyarakat ‘pemilik’ B2.
Sementara itu, jarak psikologis adalah pengaruh faktor afeksi pembelajar
sebagai seorang pribadi.
Faktor-faktor yang menentukan jarak sosial antara kelompok B1 dan B2
adalah:
a. Kesamaan derajat sosial
b. Timbulnya keinginan asimilasi
c. Saling terlibatnya antarkedua kelompok
d. Kelompok belajar B2 kecil dantidak kohesif
e. Kesesuaian budaya
f. Saling memiliki sikap positif
g. Lama tidaknya berasimilasi antar kelompok B1 dan B2
Sementara itu, faktor-faktor penentu jarak psikologis yang lebih bersifat
afektif, meliputi kejutan bahasa, guncangan budaya, motovasi dan batas-batas
keakuan (Ellis, 1986; Cahyono, 1995; Ardiyana dan Sodiq ; 2000).
2. Teori Akomodasi
Teori akomodasi menyatakan bahwa hubungan masyarakat B1
dengan B2 dalam berinteraksi sangat menentukan pemerolehan B2.
Faktor-fkator berikut akan mempermudah dan memepengaruhi
keberhasilan pembelajar dalam mempelajari B2.
a. Anggapan pembelajar B2 bahwa dirinya merupakan bagian dari
masyarakat B2.
b. Tidak memandang rendahkelompok masyarakat B2.
c. Persepsi pembealjar tentang pentingnya etnolinguistik.
d. Terbuka dan tidak ketat dalam mempersepsikan batas kelompok
B1 dengan B2.
e. Pembelajar mengidentifikasikan diri sama kuat dan memuaskan
dengan kelompok sosial lainnya.
3. Teori Wacana
Teori wacana menekankan pentingnya pembelajar B2 menemukan
makna bahasa melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi. Melalui
kesertaannya dalam komunikasi, pembelajar dapat mengembangkan
kaidah gramatika dan penggunaan bahasanya.
Teori wacana mempunyai sejumlah prinsip utama berikut.
a. Pemerolehan B2 mengikuti urutan alamiah dalam perkembangan
sintaksis.
b. Penutur asli akan menyesuaikan tuturannya untuk mencapai
makna yang disepakati bersam penutur nonasli.
c. Strategi percakapan yang ditempuh untuk mencapai makna yang
disepakati dan masukan mempegaruhi kecepatan dan urutan
pemerolehan B2.
4. Model Monitor
Monitor adalah proses konstruksi kreatif dalam berbahasa. Model
monitor memiliki lima hipotesis yang mempengaruhi pemerolehan B2.
a. Hipotesis pemerolehan-pembelajaran
b. Hipotesis urutan alamiah
c. Hipotesis Monitor
d. Hipotesis masukan
e. Hipotesis saringan afektif
5. Model Kompetensi Variabel
Produk penggunaan bahasa terdiri atas berbagai macam produk
bahasa (wacana) dari yang tidak direncanakan sampai yang terencana.
Produk yang tidak direncanakan adalah wujud penggunaan bahasa yang
penyampaiannya bersifat spontan, tanpa persiapan, dan tidak melalui
pemikiran yang matang. Penggunaan bahasa ini terjadi dalam komunikasi
rutin seperti tutur-sapa, percakapan.
Sebaliknya, produk bahasa yang direncanakan merupakan wujud
penggunaan bahasa yang pengungkapannya didahului dengan
persiapandan pemikiran yang matang. Misal, pidato, sambutan atau
diskusi resmi.
Model kompetensi variabel menyampaikan prinsip-prinsip berikut.
a. Pembelajar menyimpan pengetahuan tunggal yang berisi kaidah-
kaidah bahasa antara (interlanguange).
b. Pembelajar memiliki kemapuan untuk menggunakan bahasa.
Kemampuan itu berbentuk: proses wacana primer, proses wacana
sekunder dan proses kognitif.
c. Tampilan B2 merupakan variable yang dihasilkan melalui proses
primer dalam wacana yang tidak terencana atau proses sekunder
dalam wacana yang direncanakan.
d. Perkembangan pemerolehan B2 terjadi sebagai akibat:
1) Pemerolehan kaidah-kaidah baru dari B2 melalui keterlibatan
pembelajar dalam berbagai tipe wacana
2) Pengaktifan kaidah-kaidah B2 yang sudah ada pada dalam
bentuk tidak teranalisis dan tidak otomatis atau teranalisis
sehingga dapat digunakan untuk wacana yang tidak
direncanakan.
6. Hipotesis Universal
Hipotesis universal menyatakan bahwa anak menemukan kaidah-
kaidah bahasa dengan bentuk gramatika universal, yakni gramatika inti.
Gramatika inti bersifat tak bermarkah, artinya sesuai dengan
kecenderungan bahasa. Kaidah-kaidah yang berada di luar gramatika
universal merupakan kaidah-kaidah pinggiran yang dipelajari tanpa
bantuan kaidah garmatika universal. Kaidah-kaidah pinggiran bersifat
bermarkah, artinya dalam beberapa hal kaidah-kaidah itu bersifat
pengecualian.
7. Teori Neurofungsional
Teori ini menyatakan adanya hubungan antara bahasa dengan
anatomi syaraf. Dua daerah dalam otak, yaitu belahan otak kanan (daerah
Wernickle) dan belahan otak kiri (daerah (Brocka), menentukan perolehan
pemerolehan B2. Belahan otak kanan berkaitan dengan proses
menyeluruh dan berfungsi untuk merekam dan memproses ujaran yang
berpola. Sementara otak kiri berkaitan dengan penggunakan bahasa secara
kreatif yang meliputi pemrosesan secara sintaktik dan sematik, serta
pengendali aktivitas berbicara dan menulis.
MODUL 3
PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA

A. HAKIKAT PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK


Uraian tentang konsep pendekatan (approach), metode (method), dan
teknik (technique) dalam modul ini pendapat Anthony yang dikemukakan
oleh Jos Daniel Parera (1987) dan Sri Utari Subyakto-N (1987).
1. Pendekatan
Pendekatan ialah sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya
berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berhubungan dengan
sesuatu.
2. Metode
Pada umumnya metode diartikan sebagai ‘cara mengajar’. Sebenarnya
pengertian yang tepat untuk cara mengajar adalah teknik mengajar,
sendangan metode pada hakikatnya adalah suatu prosedur untuk mencapai
sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi hal-hal berikuit.
a. Pemilihan Bahan
b. Urutan Bahan
c. Penyajian Bahan
d. Pengulangan Bahan
Tentang pemilihan bahan atau materi pelajaran dapat digunakan
prinsip alamiah atau random. Prinsip alamiah dalam pemilihan bahan
adalah sesuai dengan apa yang diperlukan, seperti halnya kalau kita
mempelajari bahasa sendiri. Pemilihan bahan secara random, yaitu
pemilihan bahasa yang dirasa penting (oleh guru) dan sesuai pula dengan
situasi yang dihadapi. Baik secara alamiah atau random, pemilihan bahan
itu didasarkan kriteria berikut ini.
a. Bagian-bagian yang paling sering digunakan
b. Paling berguna
c. Paling muda mengerjakannya
d. Gabungan ketiganya.
Kelancaran berbahasa merupakan suatu malasah pengulangan. Ada
dua cara untuk mengulangi bahasa, dengan cara dihafalkan dikepala, atau
dengan cara substitusi (penggantian). Suatu contoh substitusi adalah urutan
kegiatan, yaitu berupa lakukan dan kataan.
Dalam pembelajaran bahasa menurut Mackey (dalam Parera,
1987:19) terdapat lima belas macam metode, seperti berikut ini.
a. Direct Method i. Eclectic Method
b. Natural Method j. The Unit Method
c. Psychological Method k. Language Control
d. Phonetic Method Method
e. Reading Method l. Mim-Mem Method
f. Granmnar Language m. Practice-theory Method
Method n. The Dual Language
g. Translation Method o. Cognate Method
h. Grammar Translation
Method

a. Direct Method
Direct method atau metode langsung ialah metode pengajaran bahasa yang
didalam pelaksanaannya guru langsung menggunakan bahasa sasaran yaitu
bahasa yang diajarkan. Dari pihak siswa tidak boleh menggunakan bahasa ibu
atau bahasa pertamanya sebelum pembelajaran berlangsung.
Penggunaan Metode Langsung dalam pengajar bahasa menuntut agar
semua aspek bahasa yang diberikan disajikan dalam bahasa Indonesia pula,
tetapi apabila mengajar bahasa inggris maka pelajaran disajikan dalam bahasa
inggris. Hal ini, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia di SD, dengan
menggunakan Metode Langsung tidak begitu menyulitkan guru karena di
jenjang pendidikan TK pada umumnya siswa sudah biasa menggunakan
bahasa Indonesia. Tujuan Metode Langsung di SD ialah penggunaan bahasa
secara sasaran dalam hal ini bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa ke dua
secara lisan agar siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa ke dua tersebut.
Adapun fungsi Metode langsung ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu
bagi siswa dan bagi guru. Bagi siswa berfungsi memudahkan siswa untuk
mampu berbahasa (lisan) dengan tepat, memberikan situasi yang
menyenangkan, dan mendorong siswa untuk belajar bahasa, sendangan bagi
guru metode ini memudahkan guru untuk mengajar berbahasa tanpa
menggunakan bahasa pengantar bahasa lain selain bahasa sasaran.

b. Natural Method
Natural Method yang disebut Metode Murni atau Metode Alamiah adalah
metode yang dalam pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-
benda, gambar-gambar, atau peragaan secara langsung dalam aktivitas sehari-
hari. Metode Murni atau Metode Alamiah ini mempunyai ciri-ciri, seperti
berikut ini.
1) Kosakata baru dijelaskan dengan cara menggunakan kata-kata yang sudah
diketahui siswa sebelumnya.
2) Makna sesuatu kata yang di ajarkan dengan cara inferensi/menarik
kesimpulan dari beberapa contoh yang diberikan.
3) Kamus digunakan untuk mengingatkan kata-kata yang dilupakan atau
mencari makna kata-kata baru.
4) Tata bahasa dipergunakan untuk membetulkan kesalahan.
5) Penyajian pelajaran mengikuti urutan: Mendengarkan (menyimak),
Berbicara, Membaca, dan menulis, kemudian diajarkan tata bahasa.

c. Reading Method
Reading Method atau Metode Membaca dipakai di Amerika Serikat pada
tahun 1929-an baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi.
Tujuannya ialah antara lain, untuk memberikan pelajar/mahasiswa kemampuan
dalam memahami teks ilmiah yang mereka perlukan dalam study mereka.
Metode ini dapat juga diterapkan untuk pembelajran bahasa Indonesia di
SD dengan jalan dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat
kemampuan siswa. Metode ini cocok diterapkan di SD kelas Tinggi.
d. Eclectic Method
Lahirnya metode ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tidak ada
satupun metodepengajaran bahasa yang paling baik karena setiap metode yang
ada, di samping ada keuntungan/ keunggulan/ kebaikan, juga ada kerugian/
kelemahan/ kejelasannya. Itulah sebabnya maka guru bebas memilih metode
yang mana paling cocok dengan situasi kelas yang akan diajarkan. Guru dapat
mengurangi/menutup kekurangan satu metode dengan jalan memasukan
metode yang lain.
Eclectic artinya ‘memilih secara bebas’. Dalam hubungannya dengan
metode pengajaran bahasa, bebas di sini adalah bebas untuk menambah atau
mengombinasi/mencapur antar metode yang satu dengan lainya yang dianggap
cocok, dan diperkirakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Itulah sebabnya Eclectic Method diterjemahkan secara bebas dalam
bahasa Indonesia Metode Campuran.

3. TEKNIK
Sebenarnya baik pendekatan maupun metode masih bersifat teoretis
karena masih ada alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Alat itu adalah teknik yang mengandung
makna cara-cara dan alat-alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan
demikian, teknik adalah upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas pada saat itu. Jadi, teknik ini bersifat
implementasional.
Karena kata teknik mengandung makna ‘cara-cara, dan metode juga
mengandung makna ‘penyajian bahan’ maka kedua istilah ini adakalanya
dipakai dalam arti yang sama. Hal ini dapat kita pada komponen satuan
pelajaran yang berbunyi Metode Teknik.
Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa (yang dapat juga
kita jumpai pembelajaran mata pelajaran lain), seperti berikut ini (Saliwangi,
1989:56-63).
a. Teknik ceramah
Sampai sekarang teknik ini masih banyak digunakan guru dalam proses
belajar-mengajar. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa mengajar itu adalah
menerapakan dengan berbicara/berceramah. Itulah sebabnya mengapa salah
satu fungsi guru di dalam kelas adalah sebagai informatory, yaitu pemberi
informasi pada siswa-siswanya.
Teknik ceramah ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan
mendengarjan (menyimak). Siswa dilatih untuk membuat intisari dari ceramah
yang didengarnya, kemudian mencerikatan kembali dengan bahasa sendiri.
Dapat juga Teknik Ceramah ini dirangkaikan dengan teknik yang lain,
misalnya Teknik Tanya-Jawab, jika memang telah direncanakan setelah
ceramah selesai siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan ceramah yang baru didengarnya.

b. Teknik Tanya-jawab
Pada umumnya Teknik Tanya-jawab ini mengikuti Teknik Ceramah yang
telah kita lakukan. Tujuanmnya ialah untuk mengecek pemahaman siswa
terhadap ceramah yang bari diberikan atau bisa juga pertanyaan yang diajukan
guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang telah mereka
baca. Jika Teknik Tanya-jawab ini tika laksanakan pada waktu membuka
pelajaran, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan pretes, yaitu untuk
menjajaki sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan yang akan kita
diberikan.

c. Teknik Diskusi Kelompok


Tujuan digunakan tekni ini adalah melatih siswa untuk mengeluarkan
pendapat dan mau menerima kritikan kalau pendapatnya memang kurang
benar. Juga melalui diskusi kelompok ini siswa dapat menguji kebenaran
pendapatnya sesuatu hal.
d. Teknik Pemberian Tugas
Teknik Pemberian Tugas ini disebut juga Resitas yang dapat diberikan
kapada siswa secara individu atau kelompok. Dengan teknik ini diharapkan
siswa lebih mendalami materi pelajaran yang diberikan guru. Biasanya
pemberian tugas ini diikuti oleh tugas melaporkan hasil kerja siswa yang
disebut resitasi.

e. Teknik Ramu Pendapat (brainstorming)


Teknik ini merupakan perpaduan dari Teknik Tanya-jawab dan Teknik
Diskusi. Teknik ini bisa diterapkan dalam pembelajaran sastra misalnya. Siswa
kita ajak mendiskusi karya sastra, coba anda sebutkan! Baik, bisa puisi, cerpen,
atau novel. Jika yang dibahas adalah cerpen maka yang mereka diskusikan,
misalnya tentang temannya, plotnya, perwatakannya, para tokohnya, danb
sebagainya. Secara bergiliran siswa kita beri kesempatan mengemukakan
pendapatnya terhadap pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan.

f. Simulasi
Simulasi artinya tiruan (imitasi). Teknik Simulasi ini tepat sekali untuk
melatih keterampilan berbicara. Dalam pelaksanaannya guru terlebih dahulu
menetapkan peran-peran yang akan dilakukan oleh guru siswa dalam
permainan simulasi, misalnya ada yang berperan (berpura-pura) sebagai kepala
desa, sebagai ketua RW, sebagai ketua RT, sebagai warga RT yang sedang
bersengketa soal air, dan sebagainya.
Guru memberikan pengarahan tentang apa yang akan diperankan oleh
masing-masing siswa yang telah ditunjuk. Oleh karena itu siswa harus
memerankan seseorang tokoh tertentu dalanm permainan tersebut maka Teknik
Bermain Peran.
B. JENIS- JENIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA
Sejak diberlakukannya Kurikulum 1984 dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif, CBSA, dan
pendekatan keterampilan proses (PKP). Setelah diberlakukan Kurikulum
1994 pendekatan dalam pembelajaran bahasa harus diterapkan guru selain
ketiga pendekatan di atas ditambah dengan pendekatan tematik, dan
integratif.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Itulah
sebabnya sejak diberlakukan Kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa
digunakan pendekatan kamunikatif. Dalam pembelajaran bahasa dengan
pendekatan komunikatif, yang ditekankan adalah mengembangkan
kompetensi komunikasi siswa untuk mendukung performasi komunikasi
siswa.
Sekarang, di pembelajaran sudah harus ditinggalkan jauh-jauh system
DDCH, yaitu Duduk, Dengar, Catat dan Hapal, seperti yang dikemukakan
oleh Conny Semiawan (1985), tetapi harus diganti dengan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA). Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, kita sebaiknya
membuat pelajaran itu menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan,
serta mengesankan.
Jika sudah menerapkan prinsip-prinsip dalam pembelajaran, tentunya
dalam diri siswa akan terjadi proses dalam pembelajaran tersebut. Jadi, yang
penting di sini kita sebagai guru harus mengusahakan supaya materi yang
disajikan kepada siswa dapat dicerna, dipahami, ditemukan oleh siswa. Untuk
itu semua perlu adanya proses di dalam diri siswa. Itulah sebabnya di
samping pendekatan CBSA kita harus dapat menerapkan Pendekatan
Keterampilan Proses (PKP)
KEGIATAN BELAJAR 2
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERPADU DI SD

A. Pembelajaran Terpadu Lintas Materi


Pembelajaran terpadu lintas materi maksudnya materi pembelajaran
dari suatu mata pelajaran dipadukan menjadi satu. Pembelajaran bahasa
Indonesia dimulai dengan pemilihan tema yang merupakan wadah untuk
belajar bahasa. Setelah itu merencanakan langkah-langkah pembelajarannya.
Ada 4 keterampilan berbahasa yang harus dipelajari yaitu membaca,
berbicara, menulis, dan mendengarkan yang dalam pembelajarannya dapat
dilaksanakan secara terpadu. Oleh karena itu, dalam pembelajaran berbahasa
ditentukan mana yang menjadi fokus pembelajaran, setelah itu baru
ditentukan alokasi waktunya. Apabila yang menjadi fokus pembelajaran
keterampilan membaca maka waktu yang dialokasikan untuk membaca harus
lebih banyak daripada yang lain. Namun dalam pembelajaran harus ada
keterpaduan antara membaca dengan menulis, maupun membaca dengan
mendengarkan, ataupun keterampilan yang lain. Perhatikan bagan berikut:
B. Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum
Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum maksudnya yaitu
pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran, misalnya bahasa
Indonesia dipadukan dengan sains, atau bahasa Indonesia dipadukan dengan
agama, dan sebagainya.
Sebagai ilustrasi adanya perpaduan lintas kurikulum di SD yaitu
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang dipadukan dengan Sains.
Misalnya mata pelajaran Sains ada percobaan yang cara kerjanya dijelaskan
oleh guru (keterampilan mendengar), lalu setelah melakukan percobaan
membuat laporan (keterampilan menulis), setelah itu menjelaskan contoh
penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari (keterampilan berbicara).

Anda mungkin juga menyukai