PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri Bahasa adalah dinamis, hal itu dikarenakan karena Bahasa itu
merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia yang mana ia adalah makhluk yang
dinamis, bergerak dan berkembang setiap saat. Maka tidak heran jika kebahasaan selalu
dikaji dan diteliti oleh para akademis karena Bahasa memang bagian yang tidak terlepas
dari kehidupan manusia.
Ilmu yang mempelajari tentang Bahasa adalah linguistik. Ilmu ini dipelajari dengan
berbagai macam tujuan sesuai dengan ragam kebutuhan manusia. ilmu linguistik
merupakan ilmu yang boleh dikatakan sebagai ilmu yang ruang lingkupnya sama dengan
ruang lingkup kehidupan manusia, sebab Bahasa itu melekat dalam diri manusia. secara
garis besar ilmu linguistik terbagi menjadi dua; ilmu lingustik teori, dan ilmu linguistik
terapan.
Sebagian orang mempelajari linguistik dari sisi teorinya seperti fonologi, fonetik,
kajian kata, kajian terhadap kalimat dan kajian akan makna. Sebagian yang lain
mempelajari linguistik sebagai penunjang dari ilmu-ilmu lain, seperti kesusastraan,
filologi, pengajaran Bahasa, penerjemahan dan lain sebagainya. Semua hal itu masih
dalam ruang lingkup ilmu linguistik.
Bagi pengajar Bahasa, baik Bahasa arab ataupun Bahasa lainnya keberadaan ilmu
linguistik sangatlah dibutuhkan. Seorang pengajar Bahasa akan terbantu dalam proses
pembelajarannya ketika memiliki cukup pengetahuan tentang linguistik. Kecakapan
pengajar Bahasa akan Bahasa yang akan diajarkannya merupakan satu hal yang mesti ia
miliki, dan pengetahuan akan ilmu lain yang menunjang keberhasilan kegian belajar-
mengajar merupakan hal lain yang juga perlu ia ia gali, seperti apa hakikat Bahasa,
bagaimana ciri-ciri Bahasa dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Untuk mencegah kesimpang siuran dalam makalah ini, maka penulis memberikan
batasan berupa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Bahasa?
2. Apa saja ciri-ciri Bahasa?
3. Apa perbedaan langage (al-lughah), langue (al-lisan) dan parole (al-kalam)?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penyusunan makalah ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui hakikat Bahasa
2. Mengetahui ciri-ciri Bahasa
3. Mengetahui perbedaaan langage (al-lughah), langue (al-lisan) dan parole (al-kalam)
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dian Risky, dkk, “Linguistik Perspektif Ferdinand De Saussure dan Ibn Jinni”, dalam Jurnal Al-Fathin Vol. 2,
Edisi 2 Juli-Desember 2019 (Lampung, 2019), hal. 165.
4
Ade Nandang, Pengantar Linguistik………………… hal. 34-35
5
Moch. Syarif hidayatullah, Cakrawala Linguistic ......................... hal. 3-8.
nahwi) dan semantic (nizham dalali). Semua subsistem ini saling berkaitan satu sama
lain sehingga membentuk suatu pola yang tersusun sehingga menjadi satu sistem
Bahasa. Jika tidak tersusun menurut aturan atau pola tertentu maka subsistem itu pun
tidak dapat berfungsi. Dan ketiga subsistem tersebut masih terkait dengan subsistem
semantik, yang dapat membentuk suatu sistem yang berkaitan dengan makna.
B. Bahasa sebagai Lambang (al-lughah Rumuz)
Ilmu yang membahas tentang lambang atau simbol adalah semiotika atau
semiologi. Yaitu ilmu yang mempelajari tentang lambang dari suatu bahasa, dan
lambang tersebut memiliki makna tertentu. Hanya saja, antara lambang (ad-dal)
dengan yang dilambangkan atau makna (madlul) tidak kaitanya secara logis dan
langsung. Setiap kata pasti mengacu pada sesuatu yang dilambangkan. Akan tetapi,
kata saja tidak dapat dipahami tanpa melihat konteks penggunaan kata tersebut dalam
suatu susunan kalimat. Misalnya kata ‘mata’ dapat mengacu pada indra melihat, tetapi
dalam konteks yang lain bisa berubah maka, seperti ‘mata air’ atau ‘mata-mata’, kata-
kata tersebut sudah berubah makna meskipun hanya disandarkan pada satu kata
lainya. Hal ini belum dikontekskan dalam suatu kalimat.
C. Bahasa sebaga Bunyi (al-lughah ashwat)
Secara sederhana bunyi adalah sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra
pendengaran atau telinga. Sumber dari bunyi tersebut boleh jadi manusia atau hewan
bahkan tumbuhan dan benda mati sekalipun dapat menimbulkan bunyi. Hanya saja
yang termasuk bunyi bahasa disini tentu adalah bunyi yang dihasilkan dari alat ucap
manusia saja. Bahkan tidak semua bunyi yang keluar dari mulut seseorang termasuk
bunyi bahasa, seperti teriak, bersin dan batuk-batuk sekalipun hal ini ditujukan untuk
maksud tertentu yang dapat dipahami orang lain.
Tulisan dalam pengertian ini berarti bukanlah termasuk bahasa, walaupun
memiliki fungsi dan tujuan yang sama dengan bahasa. Tulisan hanya sebagai ganti
dari bahasa karena dalam beberapa kondisi, pesan yang ingin kita sampaikan hanya
bisa salurkan melalui tulisan. Pada mulanya alat komunikasi manusia adalah ujaran
bukan tulisan. Oleh karena itu, anak kecil memperoleh bahasa pertama kali melalui
mendengarkan ujaran dari orang dewasa terlebih dahulu. Ia akan belajar menulis
setelah memiliki cukup pengetahuan dari proses mendengar tersebut.
D. Bahasa sebaga Makna (al-lughah ma’nan)
Lambang-lambang bunyi yang diucapkan oleh manusia itu memiliki makna
berupa suatu pengertian, konsep, ide atau suatu pikiran yang ingin disampaikan.
Makna-makna dari lambang bunyi tersebut berbeda-beda sesuai dengan tingkatannya.
Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal (al-ma’na
al-lafdzi), yang berkenaan dengan frasa, klausa dan kalimat disebut makna gramatikal
(al-ma’na al-nahwu), dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik
atau makna konteks (al-ma’na al-tadawuli atau al-ma’na al-siyaqi).
E. Bahasa itu Arbitrer (al-lughah i’tibathiyyah)
Maksud dari istilah arbitrer adalah tidak adanya keharusan hubungan antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan makna atau arti dari yang lambang
tersebut. Karena antara keduanya tidak keterkaitan maka antara satu bahasa dengan
bahasa lainnya berbeda. Seandainya hubungan lambang dengan yang dilambangkan
itu ada maka tentu kata yang menunjukkan pada tempat tinggal manusia seharusnya
tidaklah beragam menjadi bait, house, dan rumah. Dan dari sini pula kita dapat
menyimpulkan bahwa satu kata dengan kata lainnya tidak istilah buruk atau baik.
F. Bahasa itu Konvensional (al-lughah ‘urfiyyah)
Konvensional adalah suatu keputusan yang disepakati oleh suatu masyarakat
atau penutur bahasa tertentu. Meskipun bahasa itu bersifat manasuka tetapi tetap
melalui kesepatakan bersama dalam kelompok masyarakat tertentu. Sebagai contoh,
dalam kaidah gramatikal bahasa arab, fa’il itu harus marfu’. Antara fa’il dan marfu’
itu tidak ada kaitan atau hubungan logis yang mengharuskan keduanya bertemu.
Tetapi karena hal itu sudah disepakat maka seseorang tidak lagi boleh membaca fai’il
tersebut dengan mansub dengan alasan bahwa bahasa itu manasuka atau arbitrer. Dan
inilah yang menjadikan bahasa tersebut bisa digunakan sebagai alat komunikasi,
karena sudah menjadi kesepakatan dan konvensi antarindividu dalam penutur bahasa
arab tertentu. Jika penutur bahasa arab melambangkan alat transportasi udara dengan
tha’irah sedangkan penutur bahasa indonesia melambangkannya dengan pesawat.
Maka antara kedua penutur bahasa tersebut tidak akan terjadi komunikasi. Dan
keduanya memiliki konvensi sendiri-sendiri.
G. Bahasa itu Produktif (al-lughah Muntijah)
Meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur yang jumlahnya
terbatas dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski
secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa tersebut. Oleh
karenanya bahasa dikatakan produktif.
H. Bahasa itu Universal (al-lughah ‘Alamiyyah)
Ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
Ciri-ciri itu menjadi unsur bahasa yang paling umum yang bisa dikaitkan dengan ciri-
ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu merupakan ujaran maka ciri
universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi
bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan adalah
berupa kata (kalimah), frasa (tarkib), kalimat (jumlah) dan wacana (maqal).
I. Bahasa itu Dinamis (al-lughah dinamiyyah)
Kehidupan manusia dari dulu sampai sekarang terus mengalami perubahan,
tradisi, kebudayaan dan kegiatan suatu masyarakat dari masa ke masa selalu bergerak
dan dinamis. Maka bahasa sebagai perangkat yang melekat dalam diri manusia juga
ikut mengalami perubahan, dan oleh karena itulah bahasa disebut dinamis.
Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik maupun leksikon. Perubahan yang paling jelas dan paling banyak
terjadi terdapat pada bidang leksikon dan semantik. Hampir setiap saat ada kata-kata
baru muncul sebagai akibat dari perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama
yang muncul dengan makna yang baru.
J. Bahasa itu Bervariasi (al-lughah mutasyabihah)
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek,
dialek dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat
perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang.
Ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan atau untuk
keperluan tertentu, untuk situasi formal digunakanlah ragam bahasa yang disebut
ragam baku atau ragam standar dan untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam
yang tidak baku.
K. Bahasa itu Komunikasi (al-lughah ittishal)
Fungsi bahasa yang paling utama adalah komunikasi. Selain fungsi utama
tersebut, bahasa juga mempunyai fungsi lain yaitu fungsi ekpresi, yakni pernyataan
senang, jengkel, sedih dan kecewa dapat diungkapkan menggunakan bahasa
walaupun gerak-gerik dan mimik juga berperan dalam pengungkapan tersebut. Fungsi
informasi, artinya bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau amanat
kepada orang lain. Fungsi persuasi, artinya penggunaan bahasa yang bersifat
memengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakkan sesuatu secara baik-baik.
L. Bahasa itu Budaya (al-lughah tsaqofah)
Bahasa merupakan sarana budaya terpenting dari satu bangsa ke bangsa yang
lain. Guru Bahasa sebetulnya yang menjadi agen transmisi dan transformasi budaya.
Oleh karena itu, guru Bahasa arab untuk penutur non-arab juga dituntut untuk
memiliki wawasan keislaman yang luas.
C. Langage, Langue dan Parole
Dalam linguistik, arti bahasa dibedakan menjadi tiga –dengan meminjam istilah dari
bahasa prancis- yaitu langage, langue, parole.6
1. Langage (al-lughah)
Manusia mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesamanya,
yaitu dengan berbicara, di mana organ-organ bicaranya bekerja menghasilkan bunyi
atau suara atau yang disebut tanda-tanda verbal. Dengan cara tersebut, manusia dapat
menyampaikan perasaan, keinginan, pemikiran ataupun perintah kepada lainnya.
Kemampuan ini lalu disebut dengan langage.
2. Langue (al-lisan)
Walaupun setiap manusia mempunyai cara tersendiri untuk berkomunikasi,
tetapi bunyi-bunyi sebagai lambang atau tanda verba tersebut berbeda-beda
dikarenakan manusia tidak tinggal di satu komunikas. Tanda-tanda verba tersebut
saling berkombinasi dan diatur menurut aturan tertentu sehingga membentuk apa
yang disebut langue. Dengan kata lain, langue adalah bahasa tertentu yang digunakan
sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu komunitas tertentu pula.
3. Parole (al-kalam)
Ketika kita berbicara dalam bahasa arab, pada umumnya kita akan
menggunakan aturan-aturan yang ada dalam bahasa tersebut. Akan tetapi, setiap
orang atau penutur mempunyai cara yang berbeda-beda untuk berbicara atau
menuturkannya, seperti yang tampak aksen tiap orang yang berbeda-beda, pemilihan
kata (diksi) atau konstruksi kalimatnya. Akhirnya, bahasa-bahasa manusia di dunia ini
berbeda-beda menurut aturan-aturan yang ada, tetapi dalam menuturkannya pun
masih terdapat berbagai macam perbedaan akibat berbedanya cara tiap penutur dalam
menuturkan bahasa tersebut. Bahasa yang bermacam-macam menurut variasi cara
penuturnya ini disebut dengan parole.
Pembagian bahasa menjadi langage, langue, parole merupakan istilah yang
dipopulerkan oleh Ferdinand De Saussure. Istilah ini merupakan suatu hal yang saling
berkaitan satu sama lain. Secara sederhana dalam bahasa, langue adalah bahasa sebagai
6
Ade Nandang, Pengantar Linguistik………………… hal. 10-12
sebuah sistem, sedangakan parole adalah bahasa yang kita pergunakan ketika kita
berbahasa. Dan keseluruhan dari langue dan parole itulah yang disebut sebagai langage.
Sebagai contoh, saat bertemu dengan seorang kawan, sering kita bertanya ‘apa kabar?’.
Kalimat tanya tersebut merupakan suatu parole, artinya suatu praktik penggunaan bahasa
oleh seseorang.
Sebagai suatu praktik penggunaan bahasa, parole sepenuhnya bergantung pada langue.
Tidak ada parole bisa diproduksi oleh penutur bahasa tanpa adanya langue. Setiap kali
kita berbicara, misalnya, kata-kata dan susunannya kita seleksi dari khazanah kosakata
dan kaidah bahasa yang berlaku. Dengan cara itu, langue dicirikan dengan sifatnya yang
abstrak karena langue pada hakikatnya merupakan konsep. Sebagai contoh, di dalam
langue terdapat beragam kaidah mengenai kalimat. Jika seseorang ingin berbicara dengan
kalimat bahasa Indonesia, ia mesti menguasai kaidah kalimat bahasa Indonesia. Kalimat
‘mau kemana?’ hanya dapat diproduksi jika ia tahu bahwa susunannya harus seperti itu
dan tidak boleh mengatakan ‘mana ke mau?.7
Dikotomi langue dan parole yang dikemukakan Saussure banyak mempengaruhi
linguis-linguis lainnya. Langue adalah keseluruhan kekayaan bahasa, seperti kosa kata dan
tata bahasa. Sedangkan parole adalah keseluruhan yang diujarkan individu, termasuk
segala kekhasan dalam ucapan dan pilihan struktur yang digunakan. Walaupun parole
selalu menggunakan khazanah langue sebagai sumber. Tetapi langue pun selalu
menyesuaikan diri dengan penggunaan bahasa sehingga hal-hal yang pada mulanya
bersifat individual dan melanggar kaidah bahasa dapat masuk ke dalam langue, apabila
hal itu diikuti oleh anggota masyarakat lainnya. Di satu pihak, sistem yang berlaku dalam
langue adalah hasil produksi dari kegiatan parole, di lain pihak pengungkapan parole
serta pemahamannya hanya mungkin dihasilkan berdasarkan penelusuran langue sebagai
sistem.
De Saussure menganalogikan langue dengan sebuah kamus yang dibagikan kepada
setiap pengguna bahasa tersebut. Dalam berkomunikasi seakan-akan seorang penutur
mencari dalam kamus itu sesuatu yang sesuai dengan konsep yang ingin disampaikan.
Sedangkan lawan bicaraa memiliki kamus yang sama (kalau tidak demikian, tidak
mungkin terjadi komunikasi).
De Saussure juga menggambarkan pengertian langue dengan membandingkan dengan
permainan catur. Menurutnya yang paling penting dalam permainan catur adalah
peraturan-peraturannya. Bagi setiap pemain tersedia seperangkat unsur dan aturan-aturan
7
Kahfie Nazaruddin, Pengantar Semiotika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), hal. 36-37
yang mengatur antar unsur. Setiap pemain terikat dengan aturan tersebut. Namun si
pemain dapat menentukan sendiri kapan ia mau memainkan unsur yang ditentukannya
sendiri dan bagaimana ia mau memainkannya. Setiap unsur beserta aturan-aturannya itu
merupakan langue dan tindakan dari pemain itu disamakan dengan parole.8
8
Made Astika, Nyoman Yasa, Sastra Lisan; Teori dan Penerapannya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal. 60-
61
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa adalah sistem arbitrer yang mewakili simbol bunyi yang digunakan
untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaaan antarindividu yang menggunakan
Bahasa yang sama. Dari definisi ini dapat diklasifikasikan menjadi dua. Pertama;
definisi yang berkaitan dengan hakikat Bahasa itu sendiri. Bahwa Bahasa adalah
sebuah sistem-sistem yang tersusun dari berbagai subsistem (fonologi, sintaksis, dan
leksikon). Sistem tersebut terlambangkan melalui bunyi yang diucapkan oleh
manusia. Kedua; definisi yang menyatakan fungsi dari Bahasa tersebut. Oleh karena
Bahasa merupakan fakta sosial maka fungsi dari Bahasa tersebut adalah sebagai alat
komunikasi, bertukar wawasan antar individu.
Bahasa memiliki karakteristik yang menjadikan ciri dan membabedakannya
dari hal lain, yaitu bahasa itu adalah sistem, sebagai lambang, merupakan bunyi,
memiliki makna, besifat arbitrer atau manasuka, harus merupakan hasil kesepakatan
atau konvensional, selalu berkembang dan produktif, bersifat universal, dinamis,
bervariasi, dijadikan sebagai komunikasi dan merupakan budaya.
Langue adalah keseluruhan kekayaan bahasa, seperti kosa kata dan tata bahasa.
Sedangkan parole adalah keseluruhan yang diujarkan individu, termasuk segala
kekhasan dalam ucapan dan pilihan struktur yang digunakan. langue adalah bahasa
sebagai sebuah sistem, sedangakan parole adalah bahasa yang kita pergunakan ketika
kita berbahasa. Dan keseluruhan dari langue dan parole itulah yang disebut sebagai
langage.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, dimohon kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.