Anda di halaman 1dari 15

ILMU LUGHAH

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Al-Qadaya al-Lughowiyah (Problematika Kebahasaan)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. D. Hidayat

Disusun oleh:
Ahmad Alfaruq
NIM: 21420061

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)
SINGAPARNA TASIKMALAYA
JAWA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat, anugerah serta nikmat-Nya yang tak terhingga, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Al-Qadaya al-Lughowiyah (Problematika
Kebahasaan) ini. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Baginda Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa salam yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang mulia yaitu
Islam.
Suatu kebanggaan bagi kami sebagai penulis, untuk menyelesaikan makalah Al-Qadaya
al-Lughowiyah (Problematika Kebahasaan) sebagai wujud kontribusi dalam pengembangan
wawasan ilmu pengetahuan di jenjang perkuliahan. Melalui makalah ini, kami berusaha
menuangkan ide-ide serta memaparkan berbagai permasalahan komplikasi berdasarkan referensi
dari berbagai buku.
Terlepas dari semua itu, sepenuhnya kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
makalah ini dapat segera diperbaiki.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat serta
menambah wawasan keilmuan khususnya bagi penulis dan para pembaca.

Tasikmalaya, Maret 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

“Manusia berbahasa ibarat burung bersayap”, demikian kata George H. Lewis. Bahasa
tak terlepas dari hakikat keberadaan manusia karena itulah yang menjadi piranti komunikasi
antar manusia. Bahasa adalah serangkaian bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi atau
lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu 1. Bahasa merupakan alat
komunikasi, identitas, serta alat pemersatu bangsa 2. Noam Chomsky, bapak Linguistik dunia,
menyebutkan bahwa jika kita mempelajari bahasa maka pada hakikatnya kita sedang
mempelajari esensi manusia, yang menjadikan keunikan manusia itu sendiri. Bahasa dikatakan
menjadi keunikan yang mencirikan manusia dan membedakannya dengan makhluk hidup
lainnya.
Jika membicarakan bahasa kita tidak akan lepas dari mendengar, berbicara dan menulis.
Tapi agar kita memahami suatu bahasa kita memerlukan suatu kajian yang membahas ilmu yang
mempelajari bahasa-bahasa tersebut yaitu yang dinamakan dengan ilmu lughah atau linguistik
atau bisa disebut juga ilmu bahasa dalam bahasa Indonesia.
Ilmu lughah merupakan ilmu yang membahas bahasa secara ilmiah. Contohnya dalam
ilmu lughah dibahas tentang kaidah-kaidah membaca dan menulis. Salah satu contohnya adalah
tentang i’rob dan bina dalam suatu kalimat dalam bahasa Arab.
Bagi pemerhati atau pengajar bahasa Arab, ilmu lughah atau linguistik ini sangat perlu
dipahami dengan tujuan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang kebahasaan. Dalam
makalah ini penulis mencoba untuk memberikan kajian tentang ilmu lughah dan objek-objek
yang ada di dalamnya sesuai dengan petunjuk dosen pengampu.

1
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka Cet. 17, 2002,) h. 156
2
Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 17.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Lughah

Kata ‘ilmu al-lughah (‫اللغة‬ ‫)علم‬, terdiri dari dua kata; ‘ilm (‫ )علم‬dan lughah (

‫)اللغة‬. Secara etimologis, ‘ilm (‫ )علم‬berarti ‘ilmu’, dan lughah (‫ )لغة‬berarti bahasa. Jadi
secara etimologis ‘ilmu al-lughah (‫اللغ ة‬ ‫)علم‬ adalah merupakan ilmu bahasa atau

linguistik (linguistics). Istilah lisaniyat (‫ )اللس انيات‬dan alsuniyah (‫ )األلس نية‬masing-

masing diderivasi dari nomina lisan ( ‫ )لس ان‬lidah atau bahasa. Sedangkan istilah

lughawiyat (‫ )اللغوي ات‬, diderivasi dari nomina lughah ( ‫ )لغ ة‬yaitu bahasa. Morfem

(sufiks) yat (‫ )يات‬yang melekat pada akhir kata-kata itu bermakna ‘mengenai/tentang’
dan menunjukkan makna ‘ilmu’ (keilmuan) sebagai akibat dari penisbatan. Ketiga
istilah tersebut (lisaniyat, alsuniyah, dan lughawiyat) merupakan istilah lain yang
makna dan pemakaiannya sepadan dengan istilah ‘ilmu al-lughah3.
Secara terminologis, ‘ilmu al-lughah oleh linguis Arab didefinisikan sebagai
berikut:

‫ فيدرسها من ناحية وصفية وتارخيية و مقارنة‬،‫ و يتخذها موضوعا له‬،‫هو العلم الذي يبحث يف اللغة‬

“Ilmu al-lughah adalah ilmu yang mengkaji bahasa untuk bahasa, baik secara
sinkronis, diakronis, maupun komparatif.”

‫ بعيدا عن النزعة‬،‫العلم الذي يدرس اللغة اإلنسانية دراسة علمية تقوم على الوصف و معاينة الوقائع‬

‫التعليمية و األحكام املعيارية‬

“Ilmu yang mengkaji bahasa secara ilmiyah dan berdasar pada metode deskriptif
guna mengungkap fakta kebahasaan secara apa adanya tanpa melibatkan unsur
preskriptif.”

3
https://jualgrating.wordpress.com/2012/07/16/konsep-linguistik-dan-ruang-lingkupnya

2
Ilmu al-Lughah (linguistik) menurut Fahmi Hijzy, seorang ahli bahasa Arab,
memberikan pengertian sebagai ilmu yang membahas tentang hakikat dan fenomena
bahasa dengan pembahasan secara ilmiah4. Pendapat ini sejalan dengan batasan yang
dikemukakan oleh ]hon Lyons bahwa linguistik adalah pengkajian bahasa secara
ilmiah, yaitu penyelidikan bahasa melalui pengamatan-pengamatan yang teratur dan
secara empiris dapat dibuktikan benar atau tidaknya serta mengacu pada suatu teori
umum tentang struktur bahasa. dalam bahasa arab dikenal dengan Ilmu al-Lughah,
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Bahasa, dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah linguistics. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa
ilmu al-lughah merupakan salah satu ilmu yang berurusan dengan bahasa sebagai
objek pengkajian5.
Sedangkan menurut Chaedar Al-Wasilah di dalam bukunya linguistik suatu
pengantar yang dikutip dari Saussure, bahasa dibedakan dengan tiga istilah yaitu:
langage, langue dan parole. Langage adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada
setiap manusia yang sifatnya pembawaan, tetapi pembawaan ini mesti dikembangkan
dengan lingkungan yang menunjang. Ringkasnya langage adalah bahasa pada
umumnya. Orang bisu pun sama memiliki langage ini namun karena ada gangguan
fisiologis maka ia tidak bisa berbicara dengan normal. Langue adalah sesuatu
kemampuan berbahasa dengan pembawaan yang telah membatin pada setiap manusia
yang bersifat abstrak dan tertentu pada satu bahasa.Sedangkan parole adalah ujaran
seseorang, yaitu apa yang diucapkan dan apa yang didengar oleh pihak penanggap
ujaran yang bersifat pribadi, dinamis, lincah, social dan terjadi pada waktu, tempat dan
suasana tertentu.Objek kajian ilmu al-lughah ini sendiri adalah lughah (bahasa) yang
akan memudahkan hal-hal yang menjadi metode pengkajian dan hal hal yang terkait
dengan metode-metode tersebut

B. Objek Kajian Ilmu Lughah


Kita tahu bahwa bahasa itu sangat komplek dan universal, yang terdiri atas
komponen-komponen yang satu sama lain berkaitan erat, misalnya dari segi bunyi,
susunan kata dan makna yang dikandungnya. Adapun cakupan atau ruang lingkup
linguistik ada empat macam yaitu:
1. Linguistik umum (general linguistik), yaitu ilmu bahasa secara umum

4
Ade Nandang dan Abdul Kosim, Pengantar Linguistik Arab (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), hal 2
5
Jabal Nur Karim, Metode Pengkajian Ilmu Bahasa. Shautut Tarbiyah. Vol. 22 No. XV, November 20, hal. 6

3
2. Linguistik historik disebut juga linguistik diakronik yaitu cabang linguistik yang
mempelajari perkembangan sejarah bahasa tertentu
3. Linguistik komparatif yaitu studi perbandingan antara bahasa-bahasa serumpun
dan perkembangan-perkembangan sejarah satu bahasa
4. Linguistik deskriftif yaitu memberikan deskripsi (pemerian) dan analisis bahasa.

Objek kajian dari ilmu al-lughah (linguistik) dan juga termasuk cabang dari
linguistik teoritis adalah sebagai berikut:

1. Fonologi (‫األصوات‬ ‫)علم‬

Fonologi menurut bahasa berasal dari kata fon (bunyi) dan logi (ilmu).
Menurut istilah fonologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bunyi
bahasa secara umum menurut fungsi. Misalnya, kata pola yang membedakan /o/ dan
/u/ pula, kata panic yang membedakan /c/ dan /t/ panti6.
Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris,
ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa
Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus
konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa
lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana
adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem
fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa
Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam
pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia
internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan
sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.

2. Morfology (‫الصرف‬ ‫)علم‬


Morfologi menurut bahasa berasal dari kata morph (bentuk) + o (pembentuk
stem) dan logos (ilmu). Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari
seluk beluk bentuk kata. Contohnya, dari kata jalan, dijalankan, menjalankan, berjalan,
dijalani, perjalanan, dsb.
Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur pembentuk kata.
Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau kimia?) perlu memahami
6
Prosiding “Internasional, Islam, Literasi dan Budaya Lokal”. Kumpulan Karya Ilmiah yang telah diseminarkan
dalam konferensi, UIN Alauddin Makassar, Desember 2015, hal 11

4
zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu
yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik bahasa Inggris perlu memahami
imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan
kata yang benar. Misalnya akhiran -¬en dapat direkatkan dengan kata sifat dark untuk
membentuk kata kerja darken, namun akhiran -¬en tidak dapat direkatkan dengan kata
sifat green untuk membentuk kata kerja. Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh
ahli bahasa, sedangkan pengguna bahasa boleh saja langsung menggunakan kata
tersebut. Sama halnya, alasan ketentuan pencampuran zat-zat kimia hanya diketahui
oleh ahli farmasi, sedangkan pengguna obat boleh saja langsung menggunakan obat
flu tersebut, tanpa harus mengetahui proses pembuatannya.

3. Sintaksis (‫النحو‬ ‫)علم‬


Kata sintaksis berasal dari bahasa yunani ”san” dengan ”tattein”yang artinya
menempatkan. Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat7.
Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat. Salah satu
kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan perundang-undangan.
Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah suatu kalimat atau frasa
dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu (bermakna ganda) atau
tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada penyesuaian tertentu sehingga
peraturan perundang-undangan tersebut tidak disalahartikan baik secara sengaja
maupun tidak sengaja.

4. Semantik (‫الداللة‬ ‫)علم‬


Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos berarti memberikan
tanda, penting. Semantik adalah cabang dari ilmu bahasa yang mempelajari makna
yang terkandung dalam suatu bahasa dan juga semantik merupakan studi tentang
makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa.
Contoh :Cakar ayam yang berarti orang yang tulisannya jelek; Otak Udang bermakna
orang yang bodoh, misal Rani akan belajar giat karena tak mau dipanggil otak udang
oleh teman-temannya
Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis makna dalam
hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik mampu menunjukkan

7
Yeni Ramdiani, “Sintaksis Bahasa Arab”. El-Hakim. Vol. VIII. No. 1, Januari-Juni 2014, hal. 115

5
bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku kata ‘pl’ memiliki arti
sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama produk/benda yang cekung. Ahli
semantik juga dapat membuktikan suku kata apa yang cenderung memiliki makna
yang negatif, sehingga suku kata tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai nama
produk asuransi. Sama halnya dengan seorang dokter yang mengetahui antibiotik apa
saja yang sesuai untuk seorang pasien dan mana yang tidak sesuai.

C. Ilmu Lughah (Linguistik) Terapan


Linguistik terapan adalah cabang linguistik yang membahas mengenai
penerapan berbagai penemuan ilmiah di bidang linguistik. Tujuan dari linguistik
terapan adalah penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan bahasa di dalam
masyarakat. Pengenalan linguistik terapan diawali pada tahun 1940-an yang
merupakan masa awal penerbitan tulisan-tulisan hasil terjemahan mesin8.

Linguistik terapan merupakan bidang ilmu linguistik yang tujuannya adalah


penerapan praktis dan pragmatik bagi kepentingan publik. Prinsip-prinsipnya
kemudian ditetapkan berdasarkan tujuan ini. Prinsip yang paling awal dari linguistik
terapan adalah adanya penerapan teori dari linguistik. Dalam hal ini, teori-teori
linguistik menentukan perkembangan linguistik terapan, karena suatu teori dapat
telah ada, tetapi penerapannya baru dilakukan jauh setelah kemunculannya.
Selanjutnya, tingkat keterkaitan antara penerapan teori linguistik dan bidang terapan
akan menentukan tingkat kebermanfaatannya. Semakin sesuai bidang terapan dengan
teori yang akan diterapkan, maka manfaat yang diperoleh semakin besar. Penerapan
linguistik terapan juga bersifat kontekstual. Konteks penerapan menentukan tingkat
penerapan suatu teori. Ada kemungkinan suatu teori hanya diterapkan sebagian saja
pada konteks penerapan tertentu. Selain itu, penerapan linguistik terapan mampu
memberikan masukan terhadap pengembangan teori linguistik. Linguistik terapan
juga harus dapat diterapkan pada semua bahasa dengan memamtuhi hukum universal
bahasa. Prinsip yang terakhir adalah penerapan bersifat interdisiplin yang berarti
dapat melibatkan disiplin ilmiah selain linguistik9.

Ruang lingkup ilmu al-lughah (linguistik) terapan diantaranya adalah:

1. Psikolinguistik
8
Yendra (2018). Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Sleman: Deepublish. hlm. 54. ISBN 978-602-453-782-1.
9
Alwasilah, A. Chaedar (2005). Pengantar Metodologi Penelitian Linguistik Terapan (PDF). Jakarta: Pusat
Bahasa. hlm. 7–8. ISBN 979-685-512-7.

6
Psikolinguistik merupakan ilmu multidisiplin yang menggabungkan antara
psikologi dan linguistik. Nama lainnya adalah psikologi bahasa atau psikologi
linguistik. Psikolinguistik membahas kondisi psikologi dari individu selama
penuturan suatu bahasa. Kajian psikolinguistik berkaitan dengan performansi
beberapa kompetensi bahasa yang ada pada psikologi dan linguistik. Kesamaan
kompetensi dinilai dari objek materi formal yaitu bahasa. Psikolinguistik mengkaji
perilaku berbahasa dari struktur bahasa yang digunakan. Psikolinguistik telah
berkembang dan memunculkan beberapa disiplin ilmiah lainnya, antara lain yaitu
psikolinguistik teoretis, psikolinguistik perkembangan, psikolinguistik pendidikan,
neuropsikolinguistik, psikolinguistik eksperimental dan psikolinguistik terapan10.

2. Sosiolinguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu bahsa yang mengkaji tentang hubungan


antara bahasa dengan masyarakat. Dalam sosiolinguistik, masyarakat yang dimaksud
adalah masyarakat bahasa. Fokus utama di dalam sosiolinguistik adalah bahasa yang
berkaitan dengan kondisi sosial. Ruang lingkup sosiolinguistik secara sempit
mencakup kajian mengenai pemakaian bahasa sebagai alat untuk menyampaikan
pikiran dan perasaan melalui kode tertentu selama interaksi sosial antarmanusia.
Sementara dalam arti luas, sosilinguistik berkaitan dengan penutur, pendengar, topik
kode dan amanat yang disampaikan di dalam suatu pembicaraan11.

3. Etnolinguistik

Etnolinguistik merupakan salah satu hasil gabungan antara ilmu pendidikan


dan linguistik yang bertujuan untuk evaluasi bahasa. Dua ilmu yang penggabungan
menghasilkan etnolinguistik adalah etnometodologi dan linguistik. Etnolinguistik
merupakan ilmu yang mempelajari penyebaran bahasa dari berbagai suku bangsa
beserta dengan ciri dan tata bahasanya. Pembentukan ilmu etnolinguistik berkaitan
dengan antropologi. Etnolinguistik menggunakan rujukan materi berupa daftar kata-
kata, deskripsi mengenai ciri dan tata bahasa dari beragam bahasa dari suatu suku
bangsa yang tersebar di berbagai tempat di Bumi. Penentuan pola dan tata bahasa
diawali dengan pengumpulan berbagai jenis bahasa secara bersamaan menjadi
sebuah kompendium. Bahasa-bahasa yang terkumpul ini kemudian dibandingkan
10
Harras , K. A., dan Bachari, A. D. (2009). Dasar-Dasar Psikolinguistik (PDF). UPI Press. hlm. 5–6.
ISBN 979-378-906-9.
11
Fradana, A. N., dan Suwarta, N. (2020). Rezania, Vanda, ed. Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Sidoarjo: Umsida Press. hlm. 7. ISBN 978-623-6833-95-7.

7
satu dengan yang lainnya. Tujuannya untuk mengetahui bahasa yang paling awal dari
kumpulan bahasa tersebut. Bahasa paling awal ini merupakan bahasa yang terus
mengalami perkembangan di dalam masyarakat. Sumbangsih etnolinguistik
khususnya pada penelitian budaya manusia dalam antropologi yang berkaitan dengan
struktur sosial dan perilaku sosial manusia12.

4. Neurolinguistik

Neurolinguistik merupakan salah satu cabang linguistik terapan yang


kedudukannya sama dengan psikolinguistik dan sosiolinguistik. Landasan
neurolinguistik adalah teori Noam Chomsky mengenai struktur dalam dan struktur
permukaan. Neurolinguistik menggunakan teori kritis sebagai landasan filsafatnya.
Sifat dari filosofi neurolinguistik adalah tafsiran dengan paham pascamodernisme.
Kajian dalam neurolinguistik berkaitan dengan hubungan antara bahasa dan otak.
Neurolinguistik dibangun oleh konsep dan teknik-teknik psikolinguistik,
neuoranatomi, kedokteran dan kecerdasan buatan13.

5. Linguistik komputasi

Linguistik komputasi dikenal juga dengan nama mekanolinguistik. Cakupan


keilmuannya berkaitan dengan penggunaan linguistik dalam pemrograman komputer
untuk penyelidikan bahasa dan penerjemahan. Salah satu penerapannya adalah
pembuatan mesin penerjemah untuk konkordansi teks, penjumlahan frekuensi kata
dalam kamus, dan pengajaran bahasa. Mesin penerjemah merupakan suatu teknologi
linguistik komputasi yang paling awal. Kemampuannya dalam menerjemahkan suatu
bahasa ke bahasa yang lain dengan aspek semantik maupun sintaksis dari kalimat.
Pada beberapa kasus penerjemahan, mesin penerjemah dapat memahami konteks
sosial dan budaya dari kalimat yang diterjemahkan14.

6. Linguistik forensik

Linguistik forensik merupakan jenis linguistik terapan yang mengaitkan


antara linguistik dan hukum. Analisa ilmu forensik pada jenis linguistik ini berlaku
untuk penggunaan bahasa lisan maupun tulisan. Pada bahasa lisan, analisa dilakukan
12
Nurmansyah, G., Rodliyah, N., dan Hapsari, R. A. (2019). Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal
Antropologi. Bandar Lampung: AURA. hlm. 9
13
Indah, Rohmani Nur (2017). Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar (PDF). Malang: UIN-MALIKI Press.
hlm. 81
14
Rokhman, F., dan Surahmat (2019). Azzahrah, Faatimah, ed. Linguistik Disruptif: Pendekatan Kekinian
Memahami Perkembangan Bahasa. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 49

8
terhadap suatu pidato, iklan, presentasi, maupun penuturan langsung. Sementara pada
bahasa tulisan, analisa dilakukan terhadap konteks tulisan pada buku dan status atau
percakapan pada media sosial15.

7. Linguistik edukasional

Linguistik edukasional berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan


teori dan praktik pembelajaran bahasa dari segi ilmu bahasa. Landasan keilmuannya
adalah teori-teori kebahasaan. Teori-teori ini dihasilkan oleh mikrolinguistik maupun
makrolinguistik. Dari mikrolinguistik, linguistik edukasional mengkaji tentang
semantik, morfologi dan fonologi. Sementara dari makrolinguistik, linguistik
edukasional mengkaji sejarah bahasa, psikolinguistik, sosiolinguistik, dan
antropologi linguistik. Selain itu, linguistik edukasional juga mengkaji psikologi,
sosiologi dan teori pendidikan yang termasuk dalam lingkup makrolinguistik16.

8. Leksikografi

Leksikografi mengkaji tentang teknik-teknik penyusunan kamus beserta


dengan metode-metodenya. Teknik penyusunan kamus dalam leksikografi
menggunakan data berupa kata. Proses penyusunan dimulai dengan pengumpulan
dan penyeleksian kata. Setelah diseleksi, kata tersebut diberi deskripsi dan diberikan
kombinasi ke dalam satu atau lebih bahasa. Lingkup leksikografi mencakup
perencanaan hingga penerbitan kamus. Dalam penyusunan kata, leksikografi tidak
hanya mengurutkan kata sesuai urutuan alfabet. Leksikografi juga membahas cara
untuk menentukan kata yang baku dan kata yang tidak baku dari segi penulisan dan
pembentukan katanya17.
D. Metode Penelitian dalam Ilmu Lughah
1. Deskriptif
Metode deskriptif adalah linguistik yang mcmpersoalkan bahasa pada masa
tertentu atau waktu tertentu dan digunakan pada tempat tertentu pula, serta tidak
membandingkannya dengan bahasa lain, juga tidak membandingkannya dengan
periode lain. Linguistik deskriptif mengkaji tataran suatu bahasa tertentu dari aspek
bunyi. bentuk, struktur, dan leksikal.awalnya, kebanyakan peneliti bahasa abad XIX
dan awal abad XX melakukan kajian bahasa dengan pendekatan perbandingan.
15
Kuntarto, Niknik M. (2021). Selisik Linguistik Forensik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hlm. 14
16
Luthfi, Khabibi Muhammad (2020). Sya'roni, I., dan Musyrifa, F. A., ed. Epistemologi Naḥwu (Pedagogis)
Modern. Sleman: Zahir Publishing. hlm. 30.
17
Setiawan, Teguh (2015). Leksikografi (PDF). Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 2

9
Kajian dengan menggunakan pendekatan ini dirasakan tidak mendapatkan gambaran
yang jelas mcngenai kajian suatu bahasa atau dialek tertentu secara teliti dan ilmiah.
Kemudian dating seorang peneliti, yaitu Ferdinand de Saussure menetapkan
penelitian bahasa secara deskriptif18.

2. Historis

Linguistik historis adalah linguistik yang mempersoalkan, menguraikan, atau


menyelidiki perkembangan dan perubahan suatu bahasa dari masa ke masa untuk
mendeteksi perubahan linguistik pada tingkat akuistik, morfologi, komposisi, dan
semantik.

Pada abad ke-19 hampir seluruh bidang linguistik merupakan linguistik


historis, khususnya rnenyangkut bahasa-bahasa Indo-Eropa. Adapun yang diteliti
zaman itu adalah bagaimana bahasa Yunani Kuno dan bahasa Latin menunjukkan
keserumpunan. Hal itu ditemukan berkat penelitian bahasa Sansekerta. Pada masa itu
juga diteliti bagaimana bahasa-bahasa Jerman, Inggris, Belanda, dan Skandinavia
saling berhubungan secara hlstoris, dan begitu juga bahasa-bahasa Roman (Prancis,
Oksitan, Spanyol, Portugis, dan lain- lain) diturunkan dari bahasa Latin. Dalam
bahasa Arab kajian mengenai sistem bunyi bahasa Fusha, perkembangan bentuk kata
dan cara-cara pembentukannya, perkembangan jumlah syartiyyahatau jumlah
istifhum dalam bahasa Fusha. Juga termasuk perkembangan kamusyang ditulis di
dalamnya sejarah setiap mufradat dari mufrodat-mufradat bahasaArab. itu sernua
dianggap sebagai bagian dari kajian linguistik historis.

3. Komparatif

Metode komparatif merupakan salah satu cabang dari linguistik yang


mengkaji bahasa dengan cara membandingkan antara satu bahasa dengan bahasa
lainnya yang masih satu rumpun, Salah satu upaya yang dilakukan pendekatan
comparative adalah menyusun bahasa-bahasa kepada beberapa rumpun. Sejak abad
sembilan belas, ahli bahasa membagi bahasa-bahasa yang berbeda menjadi beberapa
rurnpun, yaitu rumpun bahasa Hindia-Eropa dan rumpun bahasa-bahasa Samiyah
yang mencakup bahasa lbrani, Aromia, Akkadia, Habsyi, dan termasuk bahasa Arab.

Pembagian rumpun bahasa menjadi dua rumpun yaitu Hindia-Eropa dan


Samiyah ini merupakan hasil kesirnpulan dari kajian perbandingan dengan
18
Lihat F. dA- Saussure, Coo/S de Lingulstlque Getlerofe Paris. 1916

10
ditemukannya persamaan-persamaan antara bahasa-bahasa tersebut, baik persamaan
dalam aspek bunyi, bentuk, struktur, rnaupun dalam mufradat. Adanya persamaan
antara bahasa-bahasa tersebut ini berarti menunjukkan bahwa pada awalnya bahasa
tersebut berasal dari satu bahasa.

Para peneliti menemukan persamaan antara bahasa Hindia, Iran, dan Eropa
sehingga rnereka menganggap bahwa bahasa-bahasa tersebut berasal dari satu bahasa
yang mereka sebut dengan Eropa Kuno (Proto-Jndoeuropean). Begitu juga para
peneliti menemukan adanya persamaan antara bahasa Arab, Ibrani, Faniqi, Akkadia,
dan bahasa Habsyi. Dari persamaan yang ada, mereka menyimpulkan bahwa bahasa-
bahasa ini punya satu rumpun19.
E. Tujuan dan Manfaat Ilmu Lughah
Tujuan ilmu al-lughah ini untuk memberikan pedoman dalam percakapan,
pidato, surat-menyurat dll. Sehingga seseorang dapat berkata-kata dengan baik dan
menulis dengan baik. Sedangkan tujuan kita mempelajari Ilmu Lughah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memahami hakikat, fenomena bahasa, dan unsur-unsur yang menyusun
bahasa tersebut.
2. Untuk memahami fungsi bahasa yang digunakan dalam kehidupan umat manusia.
3. Untuk memahami kaitan ilmu bahasa dengan fenomena maupun aspek kehidupan,
seperti aspek sosial, kejiwaan, sejarah, geografi, ilmu alam, psikologi, biologi,
antropologi dll.
4. Untuk memahami model-model perkembangan bahasa di berbagai kalangan
masyarakat dan bangsa serta dalam berbagai masa atau zaman.
5. Untuk menyingkap kaidah-kaidah yang menyusun bahasa untuk mudah dipahami.
Tujuan ke-5 ini merupakan tujuan mendasar dalam mempelajari ilmu lughah
.Adapun manfaat dari ilmu lughah itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lancar dan logis
2. Dapat memahami perkataan orang lain
3. Menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi yang tidak dapat memutuskan suatu
tali persaudaraan20.

19
https://www.academia.edu/49336535/Ilmu_Lughah_1
20
Ibid.

11
BAB III

KESIMPULAN

1. Kata ‘ilmu al-lughah (‫اللغ ة‬ ‫)علم‬, terdiri dari dua kata; ‘ilm (‫ )علم‬dan lughah (‫)اللغ ة‬.

Secara etimologis, ‘ilm (‫ )علم‬berarti ‘ilmu’, dan lughah (‫ )لغ ة‬berarti bahasa. Jadi

secara etimologis ‘ilmu al-lughah (‫اللغ ة‬ ‫)علم‬ adalah merupakan ilmu bahasa atau

linguistik (linguistics). Secara terminologis, ‘ilmu al-lughah oleh linguis Arab


didefinisikan sebagai berikut: “Ilmu yang mengkaji bahasa secara ilmiyah dan
berdasar pada metode deskriptif guna mengungkap fakta kebahasaan secara apa
adanya tanpa melibatkan unsur preskriptif.”
2. Ilmu al-lughah (linguistik) secara umum terbagi kepada linguistik teoritis dan
linguistik terapan. Linguistik teoritis ruang lingkupnya mencakup kepada: sintaksis,
morfologi, fonologi,dan semantic. Sedangkan linguistik terapan ruang lingkupnya
diantaranya adalah: sosiolinguistik, neurolinguistik, psikolinguistik, etnolinguistik,
dsb.
3. Ilmu al-lughah ditinjau dari metode penelitiannya terbagi kepada tiga bagian, yaitu:
linguistik historis, linguistik deskriptif dan linguistik komparatif.
4. Tujuan dan manfaat ilmu al-lughah diantaranya untuk memberikan pedoman dalam
percakapan, pidato, surat-menyurat dll. Sehingga seseorang dapat berkata-kata
dengan baik dan menulis dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka Cet.
17, 2002,)
Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004)
https://jualgrating.wordpress.com/2012/07/16/konsep-linguistik-dan-ruang-lingkupnya
Ade Nandang dan Abdul Kosim, Pengantar Linguistik Arab (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018)
Jabal Nur Karim, Metode Pengkajian Ilmu Bahasa. Shautut Tarbiyah. Vol. 22 No. XV
Prosiding “Internasional, Islam, Literasi dan Budaya Lokal”. Kumpulan Karya Ilmiah
yang telah diseminarkan dalam konferensi, UIN Alauddin Makassar

12
Yeni Ramdiani, “Sintaksis Bahasa Arab”. El-Hakim. Vol. VIII. No. 1
Yendra (2018). Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Sleman: Deepublish. hlm. 54.
Alwasilah, A. Chaedar (2005). Pengantar Metodologi Penelitian Linguistik Terapan.
Jakarta: Pusat Bahasa. hlm. 7–8.
Harras , K. A., dan Bachari, A. D. (2009). Dasar-Dasar Psikolinguistik. UPI Press.
hlm. 5.
Fradana, A. N., dan Suwarta, N. (2020). Rezania, Vanda, ed. Buku Ajar Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Sidoarjo: Umsida Press. hlm. 7.
Nurmansyah, G., Rodliyah, N., dan Hapsari, R. A. (2019). Pengantar Antropologi:
Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Bandar Lampung: AURA. hlm. 9
Indah, Rohmani Nur (2017). Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar. Malang: UIN-
MALIKI Press. hlm. 81.
Rokhman, F., dan Surahmat (2019). Azzahrah, Faatimah, ed. Linguistik Disruptif:
Pendekatan Kekinian Memahami Perkembangan Bahasa. Jakarta: Bumi Aksara.
hlm. 49.
Kuntarto, Niknik M. (2021). Selisik Linguistik Forensik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. hlm. 14.
Luthfi, Khabibi Muhammad (2020). Sya'roni, I., dan Musyrifa, F. A., ed. Epistemologi
Naḥwu (Pedagogis) Modern. Sleman: Zahir Publishing. hlm. 30.
Setiawan, Teguh (2015). Leksikografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 2
Lihat F. dA- Saussure, Coo/S de Lingulstlque Getlerofe Paris. 1916
https://www.academia.edu/49336535/Ilmu_Lughah_1

13

Anda mungkin juga menyukai